Monitoring: Kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar dengan tetap menggunakan
protokol kesehatan. Dengan terus meningkatnya kasus HIV AIDS pada pekerja, diperlukan
kesadaran para pekerja untuk menerapkan upaya pencegahan dan penularan HIV AIDS
dengan tetap setia terhadap pasangan, menggunakan pengaman, tidak berbagi
menggunakan jarum suntik dll.
F3 - UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
POSYANDU BALITA
Latar Belakang
Kementerian Kesehatan akan memfokuskan peningkatan gizi masyarakat dan telah
tercantum pada Rencana Strategis (Renstra) Kemenkes 2020-2024.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, kondisi gizi anak telah menunjukkan perbaikan.
Pada masalah stunting terjadi penurunan prevalensi pada anak balita dari 37,21% di tahun
2013 menjadi 30,79% tahun 2018. Demikian juga apabila dibandingkan dengan data
prevalensi stunting pada balita tahun 2016 (Sirkesnas), yaitu 33,60 persen.
Selain itu perbaikan gizi juga tercermin dari penurunan kekurangan gizi (underweight) pada
anak balita dari 19,6% pada 2013 menjadi 17,68% pada 2018. Penurunan wasting atau anak
balita kurus dari 12,12% pada 2013 menjadi 10,19% tahun 2018.
Terkait kegemukan (obesitas) pada anak balita juga mengalami perbaikan yaitu menurun
dari 11,90% pada 2013 menjadi 8,04% tahun 2018.
Upaya perbaikan gizi harus didukung dengan komitmen yang tinggi dari pimpinan di semua
tingkatan dan kementerian/lembaga, serta berbagai pemangku kepentingan non
pemerintah seperti dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, perguruan tinggi, mitra
pembangunan, organisasi profesi, dan masyarakat secara luas. Perbaikan gizi yang
memerlukan perhatian khusus adalah penurunan stunting pada anak balita. Karena stunting
berkaitan dengan kecerdasan dan berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular.
Selain status gizi, kesehatan ibu dan anak juga sebagai penentu kualitas sumber daya
manusia. Status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilan, dan saat
menyusui merupakan periode yang sangat kritis.
Periode 1000 HPK merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan
terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak
buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik
dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung
dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang
tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1000 HPK, namun status gizi
remaja putri atau pranikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan
kehamilan dan kelahiran apabila remaja putri menjadi ibu, kata Menkes.
Permasalahan
Masih adanya beberapa balita yang kurang gizi atau bahkan obesitas yang memerlukan
pemantauan dan tatalaksana lebih lanjut.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Nama Kegiatan : Posyandu Balita
Tujuan Kegiatan : Memberikan pelayanan kesehatan pada balita
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas, kader posyandu balita
Lokasi kegiatan : Banjar Biaung, Kesiman Kertalangu
Tanggal/Jam kegiatan : 29-11-2020 / 19.30 WITA - selesai
Sasaran kegiatan : Remaja STT
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Tatap muka dengan protokol kesehatan
Pelaksanaan
Nama Kegiatan : Posyandu Balita
Tujuan Kegiatan : Memberikan pelayanan kesehatan pada balita
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas, kader posyandu balita
Lokasi kegiatan : Banjar Biaung, Kesiman Kertalangu
Tanggal/Jam kegiatan : 29-11-2020 / 19.30 WITA - selesai
Sasaran kegiatan : Remaja STT
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Tatap muka dengan protokol kesehatan
Hasil Kegiatan :
Posyandu balita dimulai dengan mempersiapkan alat-alat seperti timbangan, suplementasi
untuk balita, dan lain sebagainya. Kegiatan kemudian dimulai dengan mendaftar terlebih
dahulu dan menimbang balita yang dating. Selanjutnya setelah menimbang dan kemudian
mengukur tinggi/panjang badan, kegiatan dilakukan dengan mengisi KMS balita yang
bersangkutan dan memberikan edukasi sesuai dengan hasil pada KMS.
Pada pengisian KMS, sudah banyak balita yang memiliki nilai KMS yang baik dan sesuai garis
petumbuhan, walaupun ada beberapa yang masih kurang ataupun berlebih.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan berlangsung dengan tetap menggunakan protokol kesehatan. Orang tua balita
yang diperiksa menyimak dan memahami edukasi dengan baik dan antusias.
Adanya beberapa balita yang memiliki masalah khusus, disarankan mengikuti konseling
khusus ke puskesmas induk untuk tatalaksana atau rujukan lebih lanjut serta memberikan
nomor yang dapat dihubungi untuk dikunjungi.
Hasil Kegiatan :
Pelayanan ANC pada ibu hamil dimulai dengan melakukan anamnesis secara menyeluruh
terkait dengan kondisi pasien maupun riwayat obestetri dan ginekologi pasien. Pelayanan
selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik obstetri.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan leopold (I, II, III, dan IV jika diperlukan),
pengukuran tinggi fundus uteri, dan pemeriksaan DJJ dengan USG doppler. Pemeriksaan
rapid test COVID-19 secara berkala juga dilakukan. Selanjutnya edukasi serta suplemetasi
seperti Kalsium laktat dan Ferrous sulfat diberikan sesuai dengan usia kehamilan maupun
komorbid yang dimiliki pasien.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan berlangsung dengan tetap menggunakan protokol kesehatan. Pasien hamil
menyimak edukasi dengan baik dan antusias.
Adanya beberapa pasien yang dating dengan komorbid ataupun faktor resiko tertentu,
disarankan untuk memeriksakan lebih lanjut ke spesialis obstetri dan ginekologi.
F5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN
TIDAK MENULAR (PTM)
KUNJUNGAN PASIEN TB DI DAERAH PETILAN
Latar Belakang
Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam daftar 30 negara dengan beban
tuberkulosis tertinggi di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia terkait
angka kejadian tuberkulosis. Insidensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 adalah 316
per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar 845.000 penduduk menderita tuberkulosis
pada tahun 2018. WHO menyebutkan, ada sekitar 1,7 juta orang yang meninggal akibat TBC
di dunia, sedangkan di Indonesia diperkirakan ada 92.700 orang meninggal akibat TBC, atau
sekitar 11 orang meninggal karena TBC per jam-nya.
TBC tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi orang yang memiliki imunitas rendah dan
memiliki penyakit penyerta, seperti lansia, anak-anak, pasien diabetes, ODHA (orang dengan
HIV AIDS) sangat berisiko terinfeksi TBC. Khususnya TBC pada anak perlu menjadi perhatian
karena anak-anak adalah penerus bangsa. Ketahui lebih jelas mengenai apa itu TBC dengan
menonton video berikut.
Permasalahan
Masih tingginya angka pasien TB di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur, termasuk
insidensi pasien TB
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Nama Kegiatan : Kunjungan pasien TB di daerah Petilan
Tujuan Kegiatan : Memberikan pengobatan, edukasi, dan pelayanan kesehatan pada
pasien TB di daerah Petilan
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Petilan, Kesiman Kertalangu
Tanggal/Jam kegiatan : 23-01-2021 / 08.30 WITA - selesai
Sasaran kegiatan : Pasien terkonfirmasi TB
Jumlah sasaran : 1 orang
Proses kegiatan : Tatap muka dengan protokol kesehatan
Pelaksanaan
Nama Kegiatan : Kunjungan pasien TB di daerah Petilan
Tujuan Kegiatan : Memberikan pengobatan, edukasi, dan pelayanan kesehatan pada
pasien TB di daerah Petilan
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Petilan, Kesiman Kertalangu
Tanggal/Jam kegiatan : 23-01-2021 / 08.30 WITA - selesai
Sasaran kegiatan : Pasien terkonfirmasi TB
Jumlah sasaran : 1 orang
Proses kegiatan : Tatap muka dengan protokol kesehatan
Hasil Kegiatan :
Kunjungan TB dilangsungkan pada tanggal 23 Januari 2021. Kunjungan dilakukan dengan
mengguanakn APD level 2 dan 3 oleh dokter internship yang didampingi oleh 2 perawat
pemegang program kasus TB. Kunjungan dildahului dengan perkenalan dan anamnesis serta
pemeriksaan fisik. Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan edukasi mengenati TB dan juga
tatalaksan baik kepada pasien dan pendamping minum obat.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan berlangsung dengan tetap menggunakan protokol kesehatan. Pasien menyimak
edukasi terkait ap aitu TB serta tatalaksananya dengan baik dan antusias.
KIE juga diberikan pada keluarga pasien terkait dengan TB serta cara untuk menanggulangi
maupun mencegah TB di lingkungan keluarga dan sekitar. Keluarga memahami edukasi yang
diberikan.
F4 - UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Latar Belakang
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, kondisi gizi anak telah menunjukkan perbaikan.
Pada masalah stunting terjadi penurunan prevalensi pada anak balita dari 37,21% di tahun
2013 menjadi 30,79% tahun 2018. Demikian juga apabila dibandingkan dengan data
prevalensi stunting pada balita tahun 2016 (Sirkesnas), yaitu 33,60 persen.
Selain itu perbaikan gizi juga tercermin dari penurunan kekurangan gizi (underweight) pada
anak balita dari 19,6% pada 2013 menjadi 17,68% pada 2018. Penurunan wasting atau anak
balita kurus dari 12,12% pada 2013 menjadi 10,19% tahun 2018.
Terkait kegemukan (obesitas) pada anak balita juga mengalami perbaikan yaitu menurun
dari 11,90% pada 2013 menjadi 8,04% tahun 2018.
Upaya perbaikan gizi harus didukung dengan komitmen yang tinggi dari pimpinan di semua
tingkatan dan kementerian/lembaga, serta berbagai pemangku kepentingan non
pemerintah seperti dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, perguruan tinggi, mitra
pembangunan, organisasi profesi, dan masyarakat secara luas. Perbaikan gizi yang
memerlukan perhatian khusus adalah penurunan stunting pada anak balita. Karena stunting
berkaitan dengan kecerdasan dan berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular.
Selain status gizi, kesehatan ibu dan anak juga sebagai penentu kualitas sumber daya
manusia. Status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilan, dan saat
menyusui merupakan periode yang sangat kritis.
Apabila dihitung dari sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun,
maka periode ini merupakan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) manusia.
Periode 1000 HPK merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan
terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak
buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik
dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung
dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang
tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Integrasi program penurunan stunting melalui kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) perlu dilakukan mengingat masih banyaknya masyarakat yang acuh dengan Pola
Hidup Bersih dan Sehat.
Permasalahan
Masih ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Nama Kegiatan : Kunjungan bayi dengan gizi buruk
Tujuan Kegiatan : Memberikan pelayanan kesehatan dan edukasi pada keluarga balita
dengan gizi buruk
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Banjar Biaung, Kesiman Kertalangu
Tanggal/Jam kegiatan : 29-11-2020 / 19.30 WITA - selesai
Sasaran kegiatan : Remaja STT
Jumlah sasaran : 1 orang
Proses kegiatan : Tatap muka dengan protokol kesehatan
Pelaksanaan
Nama Kegiatan : Kunjungan bayi dengan gizi buruk
Tujuan Kegiatan : Memberikan pelayanan kesehatan dan edukasi pada keluarga balita
dengan gizi buruk
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Banjar Biaung, Kesiman Kertalangu
Tanggal/Jam kegiatan : 29-11-2020 / 19.30 WITA - selesai
Sasaran kegiatan : Remaja STT
Jumlah sasaran : 1 orang
Proses kegiatan : Tatap muka dengan protokol kesehatan
Hasil Kegiatan :
Kunjungan dimulai dengan menilai kondisi balita yang dicurigai mengalami gizi buruk.
Kemudian anamnesis dan pemeriksaan fisik lebih lanjut dilakukan untuk konfirmasi keadaan
pasien balita dengan gizi buruk. Pemberian edukasi kemudian dilakukan kepada orang tua
pasien dengan gizi buruk serta menjelaskan rencana lebih lanjut.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan berlangsung dengan tetap menggunakan protokol kesehatan. Orang tua pasien
dengan gizi buruk tampak memahami dengan baik dan antusias terkait dengan edukasi dan
penjelasan kondisi anaknya yang mengalami gizi buruk.