Anda di halaman 1dari 12

F4 – Edukasi DASH Diet untuk Pasien Hipertensi

Latar belakang

Hipertensi atau lebih dikenal tekanan darah tinggi pada orang awam yaitu meningkatnya secara
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi juga diartikan sebagai elevasi persisten dari tekanan darah sistolik (TDS) berada di level 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) berada di level 90 mmHg atau lebih, dengan
berdasarkan rata-rata tiga kali pengukuran atau lebih yang diukur secara terpisah.

Kepatuhan telah menjadi elemen terpenting dalam mengurangi kesakitan dan kematian akibat
hipertensi. Namun kepatuhan yang buruk terhadap terapi antihipertensi terus menjadi masalah
sehingga dua pertiga pasien dengan hipertensi memiliki kontrol yang buruk terhadap hipertensi. Salah
satu elemen terapi antihipertensi yaitu diet.

Diet yaitu kebiasaan makan dan minum seseorang, Salah satu tugas yang terpenting dan sulit pada masa
pengobatan adalah memperkirakan secara akurat kebiasaan diet pasien. Kesulitan ini muncul karena,
diet seseorang dapat sangat bevariasi dari hari ke hari. Strategi utama dalam penanganan hipertensi
salah satunya dengan memodifikasi diet. Konsep diet pada hipertensi yaitu konsumsi rendah garam,
rendah lemak dan tinggi konsumsi buah-buahan serta sayuran. Diet pada penderita hipertensi sangat
bergantung pada kepatuhan dalam menjalankannya. Penelitian sebelumnya tentang kepatuhan pada
diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) pada tahun 2015 menunjukkan, manfaat dari diet ini
tergantung pada kepatuhan.

Permasalahan

Masih banyak pasien hipertensi belum mencapai target tekanan darah walaupun sudah mengkonsumsi
obat anti hipertensi secara rutin dikarenakan pola diet makanannya yang salah. Sehingga edukasi
mengenai DASH diet diperlukan untuk membantu pasien hipertensi menentukan pola makan yang
benar.

Rencana intervensi

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, edukasi mengenai DASH diet sangat penting
diberikan pada pasien dengan hipertensi. Edukasi dapat diberikan di poli umum dan Posbindu Lansia.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai DASH diet dilakukan pada Posbindu Skrining Faktor Risiko PTM Lansia

Tempat: Br. Penenjoan, Darmasaba


Tanggal: 18 November 2021

Waktu: 09.00 – 11.00 WITA

Sasaran: Lansia yang memiliki penyakit hipertensi dan faktor risiko hipertensi

Monitoring & Evaluasi

Pada pasien hipertensi maupun non-hipertensi yang memiliki faktor risiko hipertensi, dilakukan
pemeriksaan rutin tekanan darah pada program Skrining Faktor Risiko PTM kedepannya. Evaluasi dapat
dilakukan dengan memantau tren tekanan darah pasien seiring berjalannya waktu.

F4 – Edukasi Diet Diabetes Mellitus

Latar belakang

Diabetes mellitus (DM) umumnya dikenal sebagai kencing manis. Diabetes militus adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerusdan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah.
Beberapa faktor yang memegang peranan penting dalam perkembangan kasus penderita diabetes
mellitus adalah pola makan, perilaku yang menyimpang dan mengarah pada makanan yang siap
saji dengan kandungan berenergi tinggi, lemak dan sedikit serat yang dapat memicu diabetes
mellitus. Kontrol glikemik penderita diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan klien
tentang anjuran diet DM, meliputi jenis jumlah dan waktu yang tepat untuk tercapainya tujuan
pengobatan dan memerlukan pemeriksaan yang sebenarnya tidak diperlukan

Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap pengelolaan diet,
maka akan terjadi komplikasi yang bisa menimbulkan kematian. Sikap penderita DM sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan membuat penderita
Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit maupun
mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila penderita DM mempunyai pengetahuan yang baik,
maka sikap terhadap diet DM dapat mendukung terhadap kepatuhan pengelolaan diet DM sendiri

Permasalahan

Masih banyak pasien DM yang belum mengerti mengenai makanan yang dianjurkan dan yang tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien DM. Banyak pasien yang masih sulit menentukan makanan
yang seharusnya boleh dimakan dan yang tidak seharusnya dimakan. Sehingga edukasi mengenai diet
diabetes mellitus yang baik yaitu makanan dengan indeks glikemik rendah beserta contohnya dalam
kehidupan sehari-hari.

Rencana intervensi

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, edukasi mengenai diet Diabetes Mellitus sangat
penting diberikan pada pasien dengan hipertensi. Edukasi dapat diberikan di poli umum dan Posbindu
FR PTM Lansia.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai diet Diabetes Mellitus dilakukan pada Posbindu Skrining Faktor Risiko PTM
Lansia

Tempat: Br. Gulingan, Darmasaba

Tanggal: 22 November 2021

Waktu: 09.00 – 11.00 WITA

Sasaran: Lansia yang memiliki penyakit DM dan faktor risiko DM

Monitoring & Evaluasi

Pada pasien DM maupun non-DM yang memiliki faktor risiko DM, dilakukan pemeriksaan rutin kadar
gula darah pada program Skrining Faktor Risiko PTM kedepannya. Evaluasi dapat dilakukan dengan
memantau tren kadar gula darah pasien seiring berjalannya waktu.

F5 – Edukasi dan Penerapan Protokol Kesehatan untuk Pencegahan Penularan COVID-19

Latar belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan virus Corona atau COVID-19 sebagai
pandemi. Menurut WHO, pandemi adalah skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global di
seluruh dunia. Berdasarkan ini, WHO memberi alarm pada semua negara dunia untuk meningkatkan
kesiapan dan kesiagaan untuk mencegah maupun menangani wabah COVID-19 ini. Istilah pandemi
ini menyoroti pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja secara kooperatif dan terbuka
satu sama lain dan bersatu sebagai front persatuan dalam upaya untuk mengendalikan situasi ini.
Semua negara diminta untuk mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak, dan mengawasi
pergerakan masyarakatnya.
Penelitian tentang pola penyebaran Covid-19 masih terus berlanjut, termasuk tingkat keparahan
penyakit setelah terinfeksi. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan penyebaran yang terjadi. untuk
memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang dialami saat ini menuntut masyarakat harus
melaksanakan protokol kesehatan seperti beraktivitas di rumah, memakai masker, menjaga jarak
dengan orang atau physical dan social distancing, menghindari kerumunan serta mencuci tangan
menggunakan sabun atau hand sanitizer.

Permasalahan

Banyak masyarakat yang belum paham betul mengenai penerapan protokol kesehatan yang baik dan
benar, walaupun sebagian masyarakat sudah memahami penerapan protokol kesehatan yang baik dan
benar, namun kurang diterapkan dengan baik. Disinilah peranan Puskesmas untuk memotivasi dan
mengajak masyarakat agar dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar. Serta
mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dan melaksanakan vaksinasi COVID-19.

Rencana intervensi

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, edukasi mengenai penerapan protokol
kesehatan untuk pencegahan COVID-19 perlu dilakukan untuk memotivasi masyarakat agar menerapkan
prokes dengan baik. Selain prokes, masyarakat juga diberikan edukasi mengenai bagaimana enjaga
kesehatan dengan “CERDIK” dan mendorong masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai Protokol Kesehatan, Vaksinasi COVID-19, dan menjaga kesehatan dengan
“CERDIK”

Tempat: Br. Cabe dan Br. Menesa

Tanggal: 10 Desember 2021

Waktu: 19.00 – 21.00 WITA

Sasaran: Ibu PKK Banjar

Monitoring & Evaluasi

Monitoring dapat dilaksanakan dengan melibatkan perangkat Banjar seperti Kelian dan juga pihak
Babinkantibnas Desa. Evaluasi dilakukan dengan melihat tren angka kesakitan COVID-19 dan juga angka
vaksinasi COVID-19.
F5 – Edukasi dan Penerapan Protokol Kesehatan untuk Pencegahan Penularan COVID-19

Latar belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan virus Corona atau COVID-19 sebagai
pandemi. Menurut WHO, pandemi adalah skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global di
seluruh dunia. Berdasarkan ini, WHO memberi alarm pada semua negara dunia untuk meningkatkan
kesiapan dan kesiagaan untuk mencegah maupun menangani wabah COVID-19 ini. Istilah pandemi
ini menyoroti pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja secara kooperatif dan terbuka
satu sama lain dan bersatu sebagai front persatuan dalam upaya untuk mengendalikan situasi ini.
Semua negara diminta untuk mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak, dan mengawasi
pergerakan masyarakatnya.
Penelitian tentang pola penyebaran Covid-19 masih terus berlanjut, termasuk tingkat keparahan
penyakit setelah terinfeksi. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan penyebaran yang terjadi. untuk
memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang dialami saat ini menuntut masyarakat harus
melaksanakan protokol kesehatan seperti beraktivitas di rumah, memakai masker, menjaga jarak
dengan orang atau physical dan social distancing, menghindari kerumunan serta mencuci tangan
menggunakan sabun atau hand sanitizer.

Permasalahan

Banyak masyarakat yang belum paham betul mengenai penerapan protokol kesehatan yang baik dan
benar, walaupun sebagian masyarakat sudah memahami penerapan protokol kesehatan yang baik dan
benar, namun kurang diterapkan dengan baik. Disinilah peranan Puskesmas untuk memotivasi dan
mengajak masyarakat agar dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar. Serta
mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dan melaksanakan vaksinasi COVID-19.

Rencana intervensi

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, edukasi mengenai penerapan protokol
kesehatan untuk pencegahan COVID-19 perlu dilakukan untuk memotivasi masyarakat agar menerapkan
prokes dengan baik. Selain prokes, masyarakat juga diberikan edukasi mengenai bagaimana enjaga
kesehatan dengan “CERDIK” dan mendorong masyarakat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai Protokol Kesehatan, Vaksinasi COVID-19, dan menjaga kesehatan dengan
“CERDIK”

Tempat: Br. Umahanyar dan Br. Bucu

Tanggal: 13 Desember 2021

Waktu: 17.00 – 20.00 WITA


Sasaran: Ibu PKK Banjar

Monitoring & Evaluasi

Monitoring dapat dilaksanakan dengan melibatkan perangkat Banjar seperti Kelian dan juga pihak
Babinkantibnas Desa. Evaluasi dilakukan dengan melihat tren angka kesakitan COVID-19 dan juga angka
vaksinasi COVID-19.

F2 - EDUKASI ENAM LANGKAH CUCI TANGAN PADA IBU PKK DI BANJAR CABE DAN BANJAR MENESA

Latar belakang

Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti penyakit
gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat
berpotensi membawa kepada arah kematian. Tangan merupakan salah satu media penghantar
utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Kontak dengan kuman dapat terjadi di mana
saja, melalui meja, gagang pintu, sendok, dan sebagainya. Penelitian bahkan menyebutkan
bahwa keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon mengandung lebih banyak kuman
dari pada di toilet. Fakta saat ini menunjukan masih rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai
sabun pada saat penting dalam masyarakat yaitu sebelum makan 14,3%, sesudah buang air besar
11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4% dan sebelum menyiapkan
makanan hanya 6%. Hal ini membuktikan masih belum adanya kesadaran mencuci tangan guna
mencegah penyebaran penyakit. Berdasarkan penelitian Rabie dan Curtis (2005) Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) dapat menurunkan CTPS menurunkan insiden diare, menurunkan transmisi
ISPA 30% selain itu menurut UNICEF: CTPS menurunkan 50% insiden Avian. Bersadarkan hal
tersebut maka pentingnya perilaku mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar. Kaum
lansia merupakan usia yang rentan, termasuk dalam hal penularan beragam penyakit infeksi.
Daya imunitas yang semakin berkurang, aktivitas yang tak lagi banyak, dan banyak hal lainnya
membuat kebugaran fisik mereka menurun dan mudah terjangkit beragam penyakit infeksi.
Penyakit infeksi paling banyak ditularkan melalui tangan yang tidak higienis. Peningkatan
kesadaran mengenai metode cuci tangan dan kebiasaannya diharapkan menjadi langkah
sederhana namun bermanfaat yang dapat menambah kesadaran akan hygiene diri dan akhirnya
meningkatkan derajat kesehatan.

Permasalahan

Banyak orang-orang tidak memahami bahwa mencuci tangan yang tepat untuk mencegah penularan
penyakit adalah dengan menggunakan sabun, dan masih banyak pula orang yang belum memahami 6
langkah cuci tangan yang tepat sesuai dengan anjuran WHO (World Health Organisation). Selain itu,
kesadaran masyarakat untuk menjadikan cuci tangan sebagai bagian dari kebiasaan dan gaya hidup
masih harus ditingkatkan. Untuk itulah perlu adanya pemberian edukasi bagi masyarakat untuk
memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat, serta membiasakan diri untuk melakukannya dalam hidup
sehari-hari.
Rencana intervensi

Pemberian edukasi dilakukan secara terencana yang diadakan oleh Desa Darmasaba dengan
menggandeng Puskesmas Abiansemal III. Metode yang digunakan adalah penyuluhan aktif, di mana
tenaga kesehatan mendatangi langsung banjar yang tengah dilaksanakan, memberikan penyuluhan,
membuka sesi tanya-jawab, dan diakhiri dengan ramah-tamah serta pembagian sabun cuci tangan dan
hand sanitizer dengan mereka yang hadir dalam acara ini, termasuk di antaranya warga sekitar dan
perangkat Desa Darmasaba.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai enam langkah cuci tangan pakai sabun

Tempat: Br. Cabe dan Br. Menesa

Tanggal: 10 Desember 2021

Waktu: 19.00 – 21.00 WITA

Sasaran: Ibu PKK Banjar

Monitoring & Evaluasi

Proses penyuluhan berjalan lancar dan diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias. Terbukti
dengan saat diminta mengulang gerakan yang telah dicontohkan, mereka dapat melakukan dengan baik,
serta memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat kegiatan mencuci tangan dilakukan
secara optimal. Selain itu, mereka dapat saling melengkapi dan memberi contoh pada momen-momen
apa saja mereka harus mencuci tangan dan dapat diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.

F2 - EDUKASI ENAM LANGKAH CUCI TANGAN PADA IBU PKK DI BANJAR UMAHANYAR

Latar belakang

Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti penyakit
gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat
berpotensi membawa kepada arah kematian. Tangan merupakan salah satu media penghantar
utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Kontak dengan kuman dapat terjadi di mana
saja, melalui meja, gagang pintu, sendok, dan sebagainya. Penelitian bahkan menyebutkan
bahwa keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon mengandung lebih banyak kuman
dari pada di toilet. Fakta saat ini menunjukan masih rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai
sabun pada saat penting dalam masyarakat yaitu sebelum makan 14,3%, sesudah buang air besar
11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4% dan sebelum menyiapkan
makanan hanya 6%. Hal ini membuktikan masih belum adanya kesadaran mencuci tangan guna
mencegah penyebaran penyakit. Berdasarkan penelitian Rabie dan Curtis (2005) Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) dapat menurunkan CTPS menurunkan insiden diare, menurunkan transmisi
ISPA 30% selain itu menurut UNICEF: CTPS menurunkan 50% insiden Avian. Bersadarkan hal
tersebut maka pentingnya perilaku mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar. Kaum
lansia merupakan usia yang rentan, termasuk dalam hal penularan beragam penyakit infeksi.
Daya imunitas yang semakin berkurang, aktivitas yang tak lagi banyak, dan banyak hal lainnya
membuat kebugaran fisik mereka menurun dan mudah terjangkit beragam penyakit infeksi.
Penyakit infeksi paling banyak ditularkan melalui tangan yang tidak higienis. Peningkatan
kesadaran mengenai metode cuci tangan dan kebiasaannya diharapkan menjadi langkah
sederhana namun bermanfaat yang dapat menambah kesadaran akan hygiene diri dan akhirnya
meningkatkan derajat kesehatan.

Permasalahan

Banyak orang-orang tidak memahami bahwa mencuci tangan yang tepat untuk mencegah penularan
penyakit adalah dengan menggunakan sabun, dan masih banyak pula orang yang belum memahami 6
langkah cuci tangan yang tepat sesuai dengan anjuran WHO (World Health Organisation). Selain itu,
kesadaran masyarakat untuk menjadikan cuci tangan sebagai bagian dari kebiasaan dan gaya hidup
masih harus ditingkatkan. Untuk itulah perlu adanya pemberian edukasi bagi masyarakat untuk
memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat, serta membiasakan diri untuk melakukannya dalam hidup
sehari-hari.

Rencana intervensi

Pemberian edukasi dilakukan secara terencana yang diadakan oleh Desa Darmasaba dengan
menggandeng Puskesmas Abiansemal III. Metode yang digunakan adalah penyuluhan aktif, di mana
tenaga kesehatan mendatangi langsung banjar yang tengah dilaksanakan, memberikan penyuluhan,
membuka sesi tanya-jawab, dan diakhiri dengan ramah-tamah serta pembagian sabun cuci tangan dan
hand sanitizer dengan mereka yang hadir dalam acara ini, termasuk di antaranya warga sekitar dan
perangkat Desa Darmasaba.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai enam langkah cuci tangan pakai sabun

Tempat: Br. Umahanyar

Tanggal: 13 Desember 2021

Waktu: 17.00 – 18.00 WITA

Sasaran: Ibu PKK Banjar

Monitoring & Evaluasi

Proses penyuluhan berjalan lancar dan diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias. Terbukti
dengan saat diminta mengulang gerakan yang telah dicontohkan, mereka dapat melakukan dengan baik,
serta memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat kegiatan mencuci tangan dilakukan
secara optimal. Selain itu, mereka dapat saling melengkapi dan memberi contoh pada momen-momen
apa saja mereka harus mencuci tangan dan dapat diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.

F2 - EDUKASI ENAM LANGKAH CUCI TANGAN PADA IBU PKK DI BANJAR BUCU

Latar belakang

Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti penyakit
gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat
berpotensi membawa kepada arah kematian. Tangan merupakan salah satu media penghantar
utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Kontak dengan kuman dapat terjadi di mana
saja, melalui meja, gagang pintu, sendok, dan sebagainya. Penelitian bahkan menyebutkan
bahwa keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon mengandung lebih banyak kuman
dari pada di toilet. Fakta saat ini menunjukan masih rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai
sabun pada saat penting dalam masyarakat yaitu sebelum makan 14,3%, sesudah buang air besar
11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4% dan sebelum menyiapkan
makanan hanya 6%. Hal ini membuktikan masih belum adanya kesadaran mencuci tangan guna
mencegah penyebaran penyakit. Berdasarkan penelitian Rabie dan Curtis (2005) Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) dapat menurunkan CTPS menurunkan insiden diare, menurunkan transmisi
ISPA 30% selain itu menurut UNICEF: CTPS menurunkan 50% insiden Avian. Bersadarkan hal
tersebut maka pentingnya perilaku mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar. Kaum
lansia merupakan usia yang rentan, termasuk dalam hal penularan beragam penyakit infeksi.
Daya imunitas yang semakin berkurang, aktivitas yang tak lagi banyak, dan banyak hal lainnya
membuat kebugaran fisik mereka menurun dan mudah terjangkit beragam penyakit infeksi.
Penyakit infeksi paling banyak ditularkan melalui tangan yang tidak higienis. Peningkatan
kesadaran mengenai metode cuci tangan dan kebiasaannya diharapkan menjadi langkah
sederhana namun bermanfaat yang dapat menambah kesadaran akan hygiene diri dan akhirnya
meningkatkan derajat kesehatan.

Permasalahan

Banyak orang-orang tidak memahami bahwa mencuci tangan yang tepat untuk mencegah penularan
penyakit adalah dengan menggunakan sabun, dan masih banyak pula orang yang belum memahami 6
langkah cuci tangan yang tepat sesuai dengan anjuran WHO (World Health Organisation). Selain itu,
kesadaran masyarakat untuk menjadikan cuci tangan sebagai bagian dari kebiasaan dan gaya hidup
masih harus ditingkatkan. Untuk itulah perlu adanya pemberian edukasi bagi masyarakat untuk
memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat, serta membiasakan diri untuk melakukannya dalam hidup
sehari-hari.

Rencana intervensi

Pemberian edukasi dilakukan secara terencana yang diadakan oleh Desa Darmasaba dengan
menggandeng Puskesmas Abiansemal III. Metode yang digunakan adalah penyuluhan aktif, di mana
tenaga kesehatan mendatangi langsung banjar yang tengah dilaksanakan, memberikan penyuluhan,
membuka sesi tanya-jawab, dan diakhiri dengan ramah-tamah serta pembagian sabun cuci tangan dan
hand sanitizer dengan mereka yang hadir dalam acara ini, termasuk di antaranya warga sekitar dan
perangkat Desa Darmasaba.

Pelaksanaan

Pemberian edukasi mengenai enam langkah cuci tangan pakai sabun

Tempat: Br. BUCU

Tanggal: 13 Desember 2021

Waktu: 19.30 – 21.00 WITA

Sasaran: Ibu PKK Banjar

Monitoring & Evaluasi

Proses penyuluhan berjalan lancar dan diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias. Terbukti
dengan saat diminta mengulang gerakan yang telah dicontohkan, mereka dapat melakukan dengan baik,
serta memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat kegiatan mencuci tangan dilakukan
secara optimal. Selain itu, mereka dapat saling melengkapi dan memberi contoh pada momen-momen
apa saja mereka harus mencuci tangan dan dapat diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.

F3 – Vaksinasi COVID 19 pada Anak Usia 6-11 tahun di SD 1 Sibangkaja


Latar Belakang

Pelaksanaan vaksinasi untuk anak sesuai dengan Instruksi Presiden untuk segera melaksanakan
vaksinasi pada anak 6 sampai 11 tahun. Selain itu, Indonesian Technical Advisory Group on
Immunization (ITAGI) juga telah mengeluarkan rekomendasi pelaksanaan vaksinasi COVID-19
untuk anak usia 6 sampai 11 tahun. Hal ini dilakukan untuk mempercepat vaksinasi semua
penduduk di Indonesia dan juga mencegah penularan COVID-19. Pelaksanaan vaksinasi ini akan
dilakukan secara bertahap. Tahap pertama vaksinasi akan dilaksanakan di provinsi dan
kabupaten/kota dengan kriteria cakupan vaksinasi dosis 1 di atas 70% dan cakupan vaksinasi
Lansia di atas 60%

Permasalahan
1. Kasus positif Covid-19 pada anak Indonesia umur 0 -18 tahun menurut data covid19.go.id: 12,6%,
berarti 1 dari 8 orang yang tertular Covid 19 adalah anak. Kasus positif Covid 19 anak umur 1-5 thn:
2,9 %, sedangkan usia sekolah/remaja umur 6 - 18 tahun: 9,7 %. Angka kematian pada anak umur 1-5
tahun: 0,6 %, umur 6-18 thn: 0,6 %
2. Anak dapat tertular dan atau menularkan virus corona dari dan ke orang dewasa disekitarnya
(orangtua, orang lain yang tinggal serumah, orang yang datang ke rumah, teman atau guru di sekolah
pada pembelajaran tatap muka) walau tanpa gejala
3. Untuk memutus penularan timbal balik antara orang dewasa dan anak selain dengan upaya protokol
kesehatan yang ketat, perlu dilakukan percepatan imunisasi pada dewasa dan anak, terutama pada
remaja dengan mobilitas tinggi

Rencana intervensi

Pemberian vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun dengan menggunakan Vaksin
Sinovac/Coronavac sebanyak 2 dosis dengan jarak sekitar 28 hari. Pelaksanaan vaksinasi dilakukan oleh
petugas vaksinator dari Puskesmas dan Badan Inteligen Negara. Pelaksanaan vaksin COVID-19 untuk
anak usia 6-11 tahun didampingi oleh orangtua untuk proses skrining. Tahap Vaksinasi terdiri dari 4 pos
yaitu pos pendaftaran, pos pemeriksaan, pos skrining, dan pos vaksinasi.

Pelaksanaan

Vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 tahun dilaksanakan pada

Tempat: SD no. 1 Sibangkaja

Tanggal: 16 Desember 2021

Waktu: 08.00 – 12.00 WITA

Sasaran: Siswa kelas 1-6 SD 1 Sibangkaja

Monitoring & Evaluasi

Proses vaksinasi diikuti oleh pada siswa dan orangtua siswa dengan sangat antusias. Terdapat beberapa
anak yang sakit saat akan divaksinasi dan dianjurkan untuk menunda vaksinasi dan mengukuti vaksinasi
susulan. Beberapa anak yang memiliki penyakit autoimun, riwayat asma, dan lainnya dianjurkan untuk
meminta rekomendasi dokter spesialis terlebih dahulu.

F3 – Vaksinasi COVID 19 pada Anak Usia 6-11 tahun di SD 1 Darmasaba


Latar Belakang

Pelaksanaan vaksinasi untuk anak sesuai dengan Instruksi Presiden untuk segera melaksanakan
vaksinasi pada anak 6 sampai 11 tahun. Selain itu, Indonesian Technical Advisory Group on
Immunization (ITAGI) juga telah mengeluarkan rekomendasi pelaksanaan vaksinasi COVID-19
untuk anak usia 6 sampai 11 tahun. Hal ini dilakukan untuk mempercepat vaksinasi semua
penduduk di Indonesia dan juga mencegah penularan COVID-19. Pelaksanaan vaksinasi ini akan
dilakukan secara bertahap. Tahap pertama vaksinasi akan dilaksanakan di provinsi dan
kabupaten/kota dengan kriteria cakupan vaksinasi dosis 1 di atas 70% dan cakupan vaksinasi
Lansia di atas 60%
Permasalahan
1. Kasus positif Covid-19 pada anak Indonesia umur 0 -18 tahun menurut data covid19.go.id: 12,6%,
berarti 1 dari 8 orang yang tertular Covid 19 adalah anak. Kasus positif Covid 19 anak umur 1-5 thn:
2,9 %, sedangkan usia sekolah/remaja umur 6 - 18 tahun: 9,7 %. Angka kematian pada anak umur 1-5
tahun: 0,6 %, umur 6-18 thn: 0,6 %
2. Anak dapat tertular dan atau menularkan virus corona dari dan ke orang dewasa disekitarnya
(orangtua, orang lain yang tinggal serumah, orang yang datang ke rumah, teman atau guru di sekolah
pada pembelajaran tatap muka) walau tanpa gejala
3. Untuk memutus penularan timbal balik antara orang dewasa dan anak selain dengan upaya protokol
kesehatan yang ketat, perlu dilakukan percepatan imunisasi pada dewasa dan anak, terutama pada
remaja dengan mobilitas tinggi

Rencana intervensi

Pemberian vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun dengan menggunakan Vaksin
Sinovac/Coronavac sebanyak 2 dosis dengan jarak sekitar 28 hari. Pelaksanaan vaksinasi dilakukan oleh
petugas vaksinator dari Puskesmas dan Badan Inteligen Negara. Pelaksanaan vaksin COVID-19 untuk
anak usia 6-11 tahun didampingi oleh orangtua untuk proses skrining. Tahap Vaksinasi terdiri dari 4 pos
yaitu pos pendaftaran, pos pemeriksaan, pos skrining, dan pos vaksinasi.

Pelaksanaan

Vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 tahun dilaksanakan pada

Tempat: SD no. 1 Sibangkaja

Tanggal: 20 Desember 2021

Waktu: 08.00 – 12.00 WITA

Sasaran: Siswa kelas 1-6 SD 1 Darmasbaa dan SD 2 Darmasaba

Monitoring & Evaluasi

Proses vaksinasi diikuti oleh pada siswa dan orangtua siswa dengan sangat antusias. Terdapat beberapa
anak yang sakit saat akan divaksinasi dan dianjurkan untuk menunda vaksinasi dan mengukuti vaksinasi
susulan. Beberapa anak yang memiliki penyakit autoimun, riwayat asma, dan lainnya dianjurkan untuk
meminta rekomendasi dokter spesialis terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai