Upaya Pengobatan Dasar dengan Mengadakan Puskesmas Keliling sesuai dengan Protokol Kesehatan di
Desa Kilangan Muara Bulian di Masa Pandemi COVID-19
LATAR BELAKANG
Puskesmas keliling adalah kegiatan puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama yang berhubungan dengan promotif dan kuratif diwilayah terpencil yang jauh dari
jangkauan fasilitas kesehatan, selain itu puskesmas keliling juga untuk melakukan monitoring pelayanan
puskesmas Induk secara umum melalui penjaringan kasus penyakit di wilayah setempat.
Tujuan Umum : Menurunkan angka kesakitan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Muara Bulian
Tujuan Khusus :
2. Melakukan penjaringan kasus penyakit rata - rata yang ada diwilayah terpencil yang jauh dari
jangkauan pelayanan kesehatan.
Manfaat :
2. Sebagai alat untuk monitoring kasus penyakit yang ada di wilayah terpencil.
PERMASALAHAN
- Terdapat pasien yang berobat dengan tekanan darah yang tinggi yaitu 210/110
INTERVENSI
- Menghimbau kepada pihak terakit untuk menyediakan sarana cuci tangan menggunakan sabun yang
layak
MONEV
- Memonitoring dan mengevaluasi tekanan darah pasien dengan berkunjung kelayanan kesehatan
- Memantau puskesmas keliling Desa Kilangan untuk menyediakan spanduk dan fasilitas cuci tangan
LATAR BELAKANG
Sirkumsisi adalah membuang preputium atau kulit yang menutupi glans penis sehingga glans penis
menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan
tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, yang biasanya dikerjakan oleh
dokter, paramedis ataupun oleh ahli sunat atau dukun sunat. Sirkumsisi ini bertujuan sebagai
pelaksanaan syariat agama atau untuk tujuan medis tertentu. Selain itu salah satu tujuan utama
sirkumsisi adalah untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin
melekat pada ujung penis bila masih terdapat preputiumnya.
Sirkumsisi sangat bermanfaat bagi kesehatan pria, pria yang di sirkumsisi, memiliki resiko HIV dan virus
lain termasuk beberapa infeksi menular seksual bakteri jauh lebih rendah di bandingkan pria yang tidak
di sirkumsisi. Manfaat sirkumsisi tidak hanya untuk pria, tetapi juga bermanfaat
untuk kaum wanita, wanita yang di sirkumsisi resiko terkena kanker serviks dan infeksi seperti HPV dan
klamidia juga jauh lebih rendah. Indikasi
melakukan sirkumsisi yaitu indikasi agama, sosial, dan medis. Indonesia merupakan negara bagian timur
yang mayoritas penduduknya adalah muslim, dimana sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12
tahun. Banyaknya anak laki-laki yang telah melakukan sirkumsisi di Indonesia adalah 85% (8,7 juta). Dari
angka tersebut 25% (2,5 juta) adalah non-muslim.
PERMASALAHAN
- Bed yang tersedia berjumlah tiga. Jumlah ini tidak sebanding dengan operator yang berpartisipasi
dalam sirkumsisi massal ini yakni berjumlah 13 orang
INTERVENSI
- Mengedukasi usia yang baik melakukan sirkumsisi agar mencegah penyakit saluran kemih
PELAKSANAAN
MONEV
- Peserta sirkumsisi massal beserta orangtua tampak antusias dalam mengikuti acara
Upaya Pengobatan Dasar dengan Memberikan Edukasi Mengenai Hipertensi kepada Pasien Poli Lansia
Puskesmas Muara Bulian
LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan gejala
berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat,
misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung
koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot
jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan
penyakit lainnya. Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40
tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya. Hipertensi tidak mempunyai gejala
khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya. Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian
disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan
sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008. Hasil riset
WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab
kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap
tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal
ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh 2 Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu
sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%)
PERMASALAHAN
- didapatkanya pasien yang memiliki tekanan darah 220/110 mmHg dan tidak rutin minum obat
- Sebagian besar pasien hipertensi yang berobat ke Poli Lansia, tekanan darah yang diperiksa masih
diatas batas normal
INTERVENSI
- Memberikan resep obat antihipertensi dan menjelaskan dampak memiliki tekanan darah yang terlalu
tinggi
PELAKSANAAN
Telah dilakukan Upaya Pengobatan Dasar dengan Memberikan Edukasi Mengenai Hipertensi
Upaya Pengobatan Dasar dengan Memberikan Edukasi Mengenai Diabetes Mellitus kepada Pasien Poli
Lansia Puskesmas Muara Bulian
LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit
metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi
cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat prevalensi global penderita
DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan diperkirakan pada tahun 2035 mengalami peningkatan
menjadi 55% (592 kasus) diantara usia penderita DM 40-59 tahun. Tingginya angka tersebut menjadikan
Indonesia peringkat keempat jumlah pasien DM terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India dan
China.
World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah diabetisi (penderita
diabetes) yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun
2030 dengan pertumbuhan sebesar 152%.
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa penderita diabetes mellitus di provinsi Riau
berada di urutan nomor tiga tertinggi di Indonesia. Prevalensi DM tertinggi di Kalimantan Barat dan
Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan prevalensi terkecil terdapat di
Provinsi Papua sekitar 1,7%. Soewondo dan Pramono (2011), melanjutkan penelitian dari Riskesdas,
dari 5,7% total penderita diabetes di Indonesia, sekitar 4,1% kategori diabetes mellitus tidak terdiagnosis
dan 1,6% diabetes mellitus.
PERMASALAHAN
- Masih adanya pasien yang memilik gula darah yang tidak terkontrol walaupun sudah mendapatkan
terapi.
- Beberapa pasien diabetes tidak rutin meminum obat karena alasan merasa sehat-sehat saja
- Beberapa pasien diabetes masih banyak mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat
INTERVENSI
PELAKSANAAN
Telah dilakukan Upaya Pengobatan Dasar dengan Memberikan Edukasi Mengenai Diabetes Mellitus
MONEV
Upaya Pengobatan Dasar dengan Memberikan Edukasi Mengenai penyakit TB kepada Pasien TB Paru
Lama di Poli Batuk Puskesmas Muara Bulian
Penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan
gangguan kesehatan jutaan orang pertahun dan menduduki peringkat ke dua sebagai penyebab utama
kematian akibat penyakit menular di dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB
baru yaitu 5,4 juta adalah laki-laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anak-anak. Penyebab
kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta kematian (1,1 juta di antara orang
HIV- negatif dan 0,4 juta di antara HIV- positif), dimana sekitar 890.000 adalah laki-laki, 480.000 adalah
perempuan dan 140.000 anak-anak. Berdasarkan laporan dari bidan desa setempat, pasien
mengeluhkan susah makan dan terdapat bitnik-bintik putih pada lidah, sehingga dilaporkan kepada
puskesmas dengan kecurigaan HIV (+).
PERMASALAHAN
INTERVENSI
PELAKSANAAN
MONEV