Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

FORTIFIKASI PANGAN

PROGRAM FORTIFIKASI WAJIB ASAM FOLAT PADA TEPUNG TERIGU DI NEW ZEALAND

Disusun Oleh :
Sophia Arina Zahra
19/438925/KU/21231

PROGRAM STUDI S1 GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2022
A. Latar Belakang (10)
Paparkan latar belakang dilakukannya program fortifikasi. Masalah gizi apa yang diatasi,
sebutkan prevalensi masalah tersebut (jika ada) dan dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat.
Pada tahun 2004, pemerintah New Zealand memberikan usulan kepada Food
Standards Australia New Zealand (FSANZ) untuk membuat peraturan bagi produsen
tepung terigu di New Zealand agar melakukan fortifikasi asam folat pada produknya. Hal
ini dilakukan sebagai upaya pengurangan prevalensi Neural Tube Defects (NTD) di New
Zealand. Neural Tube Defects (NTD) merupakan kecacatan pada bayi baru lahir yang
mempengaruhi otak dan sum – sum tulang belakang. Penyakit yang tergolong sebagai
NTD antara lain adalah spina brifida, anencephaly, dan encephalocoele. NTD berpotensi
menyebabkan kematian pada bayi baru lahir serta menyebabkan kecacatan pada anak -
anak. Kasus NTD diperkirakan mempengaruhi 70-75 kehamilan di New Zealand per
tahunnya. Prevalensi kasus NTD di New Zealand pada tahun tersebut diperkirakan lebih
tinggi dibandingkan prevalensi NTD di negara – negara telah menerapkan peraturan
serupa, seperti Amerika Serikat, Kanada, Britania Raya, dan negara – negara di eropa
lainnya.
B. Tujuan (5)
Sebutkan tujuan dilakukannya program fortifikasi pangan tersebut.
Tujuan dari program fortifikasi wajib yang diterapkan di New Zealand adalah untuk
meningkatkan asupan asam folat harian bagi perempuan berusia 16-44 tahun yang
awalnya diperkirakan sebanyak 62 µg dari program voluntary fortification menjadi
sebanyak 140 µg per harinya. Peningkatan jumlah asupan asam folat tersebut
diharapkan dapat mengurangi jumlah kasus kehamilan NTD menjadi 20% di New
Zealand.
C. Target Populasi (5)
Sebutkan target populasi dari program fortifikasi pangan.
Target populasi dari program fortifikasi wajib asam folat ini adalah Wanita usia 16-44
tahun, terutama Wanita Usia Subur (WUS).
D. Produk Fortifikasi (20)
Sebut dan jelaskan food vehicle yang digunakan. Bagaimana sifat dari food vehicle dan
apakah alasan penggunaan food vehicle tersebut.
Food vehicle yang digunakan dalam program fortifikasi ini adalah tepung terigu. Alasan
penggunaan food vehicle tersebut adalah karena tepung terigu merupakan bahan dasar
dari roti, yang dikonsumsi secara luas dan teratur oleh Wanita Usia Subur pada segala
kelas sosial ekonomi di New Zealand. Fortifikasi asam folat pada tepung terigu juga
telah memenuhi kriteria technical feasibility. Selain itu, pemilihan tepung terigu sebagai
food vehicle sejalan dengan implementasi dari program fortifikasi pangan yang telah
berjalan di negara lain.
Namun, di sisi lain, program fortifikasi tepung terigu dinilai dapat menimbulkan masalah
lain di New Zealand, yang pada saat itu tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk
menunjuang program fortifikasi pada tepung terigu. Pada Oktober 2006, FSANZ
akhirnya hanya mewajibkan program fortifikasi pada roti sebagai produk akhir dari
tepung terigu dengan kadar 80-180 µg asam folat per 100 gram roti. Peraturan ini
memberikan opsi bagi produsen untuk memilih metode fortifikasi asam folat pada roti,
yaitu dapat dilakukan dengan cara menggunakan tepung terfortifikasi sebagai bahan
dasar atau menambahkan fortifikan asam folat saat proses pembuatan roti berlangsung.

Sebut dan jelaskan fortifikan yang digunakan. Bagaimana sifat dari fortifikan dan apakah
alasan penggunaan fortifikan tersebut (Jika tidak disebutkan dalam jurnal, bisa merujuk
fortifikan apa yang sering digunakan untuk zat gizi tersebut)
Fortifikan yang digunakan adalah asam folat. Bentuk fortifikan asam folat yang biasa
ditambahkan pada food vehicle adalah kristal asam folat sintesis maupun turunan asam
folat seperti pteroic acid, glutamic acid, aminobenzoic acid, serta produk hasil degradasi
asam folat lainnya. Asam folat adalah salah satu jenis dari pteroyl monoglutamic acid
yang terdiri atas 3 bagian: cincin pteridine, p-aminobenzoate, dan asam glutamate.
Bagian p-aminobenzoate menghubungkan ikatan antara cincin pteridine dan asam
glutamate. Stabilitas dari asam folat bergantung kepada pH, temperature, cahaya,
oksidasi, dan agen pereduksi. Asam folat terdegradasi dengan cara pemutusan ikatan
pada C9-N10 yang akhirnya akan menghasilkan 6-formylpterin dan p-aminobenzoyl-L-
glutamic acid (Modupe et al., 2020).
Asam folat dapat ditemukan secara alami pada makanan dan memiliki peran penting
dalam sintesis protein dan hemoglobin, pertumbuhan sel, control tekanan darah, dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit seperti malformasi kongenital, penyakit kardiovaskular, serta
penyait serebrovaskular ( de Paiva Azevedo et al., 2020).
Sebut dan jelaskan teknik fortifikasi pangan yang digunakan dalam pembuatan produk
fortifikasi. Mengapa teknik fortifikasi tersebut digunakan?

E. Efikasi Produk (25)


Apakah dijelaskan cara penilaian keamanan dan sensoris produk? Bagaimana
pemerintah menilai keamanan produk (Jika ada)?
Menteri kesehatan New Zealand serta expert panel menilai bahwa fortifikasi asam folat
berbasis tepung terigu merupakan strategi kesehatan yang paling efektif dalam
meningkatkan intake asam folat di mana aspek keamanan masih bisa dijamin.
Rather, this was a matter considered by AHMAC and Health Ministers on the basis of advice
from an Expert Panel that mandatory fortification represents ‘the most effective public health
strategy for increasing folate intake where safety can be assured and there is a demonstrated
need’. This advice was referred to the Ministerial Council who in turn asked FSANZ to progress
mandatory fortification with folic acid as a matter of priority, taking into account safety and cost
effectiveness

Jelaskan efek program fortifikasi yang telah dilakukan terhadap kesehatan masyarakat.
Paparkan perubahan sebelum dan sesudah pemberian fortifikasi pangan, atau
prevalensi masalah gizi yang ada setelah pemberian fortifikasi.
: Enhanced voluntary fortification reduced NTDs by ~3–10%. Mandatory fortification of all bread
and all bread making-flour reduced NTDs by ~10–20%; and all wheat flour by ~15–30%. Less
than 1% of adults exceeded the UL in the scenarios assessed. However, 36% of children aged 5–
8 years exceeded the UL in one scenario: all wheat flour (36%). Conclusion: Mandatory
fortification options were the most successful at reducing NTDs. Mandatory fortification of
bread or all bread-making flour could reduce NTDs and would not expose the population to
excessive intakes of folic acid.
F. Pemasaran Sosial, Monitoring dan Evaluasi Program (30)
Apakah jenis fortifikasi yang dilakukan berdasarkan hukum?
Apakah ada penjelasan tanggapan masyarakat terhadap program fortifikasi pangan
yang dilakukan?
Apakah ada peran dari sektor industry dan LSM? Jelaskan jika ada.
Jelaskan bagaimana pemerintah mempromosikan program fortifikasi pangan? Apabila
ada sertakan poster atau logo yang digunakan pemerintah.
Jelaskan bagaimana pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi program fortifikasi.
(Apabila kesulitan mencari sumber pustaka, bisa mencontohkan salah satu penelitian
tentang pemasaran sosial atau monev program fortifikasi pangan di negara tersebut
atau negara lain yang mempunyai program fortifikasi serupa).
G. Daftar Pustaka (5)
de Paiva Azevedo, E.P., dos Santos Alves, E.M., Khan, S.D.S., Silva, L.D.S., de Souza,
J.R.B., Santos, B.S., Rabelo, C.B.V., dos Santos Costa, A.C., de Azevedo Filho,
C.A. and da Silva Vasconcelos, M.A., 2020. Folic acid retention evaluation in
preparations with wheat flour and corn submitted to different cooking methods by
HPLC/DAD. Plos one, 15(4), p.e0230583.
Modupe, O., Maurras, J.B. and Diosady, L.L., 2020. A spectrophotometric method for
determining the amount of folic acid in fortified salt. Journal of Agriculture and
Food Research, 2, p.100060.

Anda mungkin juga menyukai