Disusun Oleh:
KELOMPOK 7 / SHIFT 2
Sophia Arina Zahra (19/438925/KU/21231)
Yolanda Ruth Febrany Simanungkalit (19/438926/KU/21232)
Anggita Kurnia Sari (19/439989/KU/21292)
A. ASESMEN GIZI
I. RIWAYAT PERSONAL (CH)
a. SQFFQ
Kesimpulan: Kebiasaan makan sebelum masuk rumah sakit sudah baik dan
bervariasi.
Asupan Oral 558 kkal 16,4 gram 13,5 gram 97,5 gram
c. Asupan Energi (FH.1.1) dan Asupan Zat Gizi Makro (FH.1.5) dan lainnya
V. ANTROPOMETRI (AD.1.1)
Berat Badan 44 kg
LILA 26,5
Kesimpulan: Berdasarkan pengukuran LILA, status gizi Ny. PI tergolong normal
karena >22 cm.
B. DIAGNOSIS GIZI
lemak 1p 75 7 5
sedang
lemak
tinggi
Protein 3p 225 15 9 21
Nabati
Sayuran sayuran A
sayuran B 3p 75 3 15
sayuran C
Susu susu 1p 75 7 10
tanpa
lemak
susu 1p 125 7 6 10
rendah
lemak
susu tinggi
lemak
Minyak 3p 150 15
Total 3 2 1 3 3 4 1 1 3
Penukar
Makan 1 1 1 1 1 1
pagi
Selingan 1 1
pagi
Makan 1 1 1 1 1 1
siang
Selingan 2 1
sore
Makan 1 1 1 1
malam
Pertemuan ke-2:
● Edukasi terkait pentingnya membatasi asupan natrium dan menjaga
keseimbangan elektrolit
● Edukasi terkait hubungan gizi dengan CHF dan hipertensi
Ny. PI didiagnosis medis Dyspnea ec. CHF stage 2 dan Hipertensi stage 1.
Menurut asesmen antropometri yaitu pengukuran LILA, status gizi Ny. PI tergolong
normal karena memiliki LILA lebih besar dari 22 cm yaitu 26,5 cm. Status gizi tidak
diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena menurut hasil pemeriksaan
fisik/klinis, Ny. PI memiliki edema pada tungkai kaki. Selain itu, pemeriksaan fisik/klinis
juga menunjukkan bahwa Ny. PI memiliki kesadaran yang baik dengan adanya
keluhan sesak napas, mual, batuk kering, dan tidak nafsu makan. Berdasarkan
asesmen biokimia, Ny. PI diketahui mengalami hiponatremia dan peningkatan kadar
ureum dalam darah.
Menurut data penggalian riwayat makan, Ny. PI sudah memiliki pola makan
yang cukup baik, yaitu dengan pola makan 3x makanan utama dan 1x makanan
selingan. Akan tetapi, secara kuantitas dan kualitas, makanan yang dikonsumsi oleh
Ny. PI masih belum memenuhi rekomendasi kebutuhan harian. Tingkat konsumsi
energi yang kurang ini disebabkan karena pasien tidak menghabiskan makanan yang
diberikan akibat adanya rasa mual dan sesak nafas yang dialami. Kondisi tersebut
dapat diketahui melalui hasil recall 24 jam Ny. PI yang belum memenuhi 80%
rekomendasi kebutuhan, dengan rincian pemenuhan energi 37,58%, protein 27,6%,
lemak 32,7%, dan karbohidrat 44,5% dari kebutuhan, sehingga dapat dikatakan bahwa
asupan makan Ny. PI masih kurang. Pengaturan asupan perlu diperhatikan untuk
mendorong penyembuhan pasien dengan diagnosis CHF seperti Ny PI. Asupan
karbohidrat dan protein dapat disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan energi
harian. Konsumsi karbohidrat dapat membantu proses penyembuhan dengan
peningkatan profil lipid (trigliserida dan LDL). Akan tetapi perlu adanya pembatasan
pada konsumsi lemak karena berpotensi meningkatkan keparahan kondisi penyakit
jantung yang diderita. Selain itu juga perlu adanya pembatasan konsumsi natrium agar
tidak memberikan dampak negatif terhadap keseimbangan cairan tubuh sehingga tidak
meningkatkan keparahan kondisi pasien (Rajab, 2021).
Berdasarkan proses assessment yang telah dilakukan, diagnosis gizi yang
ditegakkan adalah asupan oral inadekuat dan penurunan kebutuhan natrium.
Intervensi gizi yang direncanakan berdasarkan diagnosis gizi asupan oral inadekuat
adalah dengan melakukan modifikasi jenis dan jumlah diet. Jenis diet yang diberikan
untuk Ny. PI adalah diet jantung tipe II dengan tekstur lunak. Diet jantung tipe II
diberikan kepada Ny. PI karena Ny. PI sudah tidak memiliki keluhan berupa nyeri dada,
serta sebelumnya telah diberikan diet jantung tipe II ketika memiliki keluhan penyakit
yang sama dengan sekarang. Pertimbangan lain untuk memberikan diet jantung tipe II
adalah karena pasien CHF sangat rentan untuk menderita cachexia dimana terdapat
muscle wasting dan penurunan massa lemak selama masa sakit yang disebabkan
oleh asupan oral yang inadekuat (Rahmiyanti et al., 2020; Rajab, 2021). Diet jantung
tipe II yang bertekstur lunak mengandung lebih banyak energi dan zat gizi
dibandingkan dengan diet jantung tipe I yang bertekstur cair atau saring. Sehingga,
dengan pemberian diet jantung tipe II diharapkan asupan oral meningkat dan resiko
cachexia dapat diminimalkan.
Makanan diberikan dengan tekstur lunak untuk memudahkan Ny. PI yang
memiliki keluhan sesak nafas untuk mengonsumsi makanan. Keluarga pasien juga
disarankan untuk membantu meningkatkan kemiringan sudut tempat tidur ketika
pasien sedang makan untuk meminimalkan keluhan sesak nafas yang dimiliki. Selain
itu, intervensi lain yang dilakukan adalah dengan melakukan edukasi kepada pasien
dan keluarga pasien terkait tujuan pemberian diet serta peran gizi terhadap penyakit
CHF dan hipertensi dengan harapan asupan oral pasien dapat meningkat. Lalu juga
dilakukan kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat sehingga interaksi
obat-makanan yang kurang menguntungkan dapat diminimalkan. Kolaborasi juga
dilakukan dengan perawat untuk memantau asupan makanan harian, tanda - tanda
vital, berat badan, serta LILA pasien.
Intervensi gizi yang direncanakan untuk diagnosis gizi penurunan kebutuhan
natrium adalah memberikan diet dengan kandungan natrium <1500 mg. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa lansia yang mengonsumsi natrium >1500 mg per hari
memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi. Natrium diketahui 4,2 kali lipat
meningkatkan resiko hipertensi (Gautami dan Kumala, 2021; Rajab, 2021). Hipertensi
dapat memperparah penyakit jantung dan merupakan faktor resiko paling besar dalam
kejadian penyakit jantung (Darmawan et al., 2018; Rajab, 2021). Selain itu, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter untuk pemberian obat diuretik apabila
diperlukan dan perawat untuk memantau tanda edema dan tekanan darah juga
penting untuk dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut, kami menyusun perencanaan menu yang
disesuaikan dengan kebutuhan Ny. PI. Kebutuhan energi Ny. PI dihitung menggunakan
acuan diet jantung, yaitu perhitungan energi sebanyak 25-30 kkal/kg BBI untuk wanita;
protein sebanyak 0,8-1,5 g/kg BBI; lemak sebanyak 20-25% dari kebutuhan energi;
dan karbohidrat dihitung dari sisa total energi (protein dan lemak) dengan kisaran
50-60% dari kebutuhan energi. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil yaitu
kebutuhan energi Ny. AB adalah 1.485 kkal. Perhitungan kebutuhan protein adalah
sebesar 1,2 gram/kg BBI, sehingga didapatkan kebutuhan protein adalah 59,4 gram
yang setara dengan 237,6 kkal. Perhitungan kebutuhan lemak adalah sebesar 25%
dari total kalori, sehingga didapatkan kebutuhan lemak adalah 41,25 gram yang setara
dengan 371,25 kkal. Perhitungan kebutuhan karbohidrat merupakan selisih antara
kebutuhan energi dikurangi dengan kebutuhan protein dan lemak, sehingga
didapatkan persen kebutuhan karbohidrat adalah 59% yaitu sebesar 219 gram yang
setara dengan 876,15 kkal. Berdasarkan AKG 2019 untuk perempuan usia 65-80
tahun, kebutuhan cairan Ny. PI adalah 1550 mL.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, perencanaan menu yang telah disusun
menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) memenuhi 104,3% kebutuhan
energi total, 109,4% kebutuhan protein, 94,5% kebutuhan lemak, dan 102,3%
kebutuhan karbohidrat. Jenis diet yang diberikan adalah Diet Jantung II 1500 kkal
dengan bentuk makanan lunak yang diberikan secara oral. Perencanaan menu yang
telah disusun yaitu meliputi 1) makan pagi: bubur nasi dengan sayur opor komplit; 2)
selingan pagi: pisang kukus dan minuman sari kacang hijau; 3) makan siang: bubur
nasi dengan sop bening dan tempe bacem; 4) selingan sore: fruits smoothies; dan 5)
makan malam: kentang tumbuk dengan tumis ayam sayur. Ny. PI juga perlu
mengonsumsi air putih sebanyak 1550 mL dalam sehari.
Menu makan pagi yang diberikan adalah bubur nasi dengan opor tahu telur dan
labu siam. Pemilihan tahu serta telur sebagai menu makan pagi dikarenakan telur
serta tahu merupakan sumber protein yang baik dan mudah ditemukan. Selain itu,
tahu dan telur rebus memiliki tekstur lunak dan lembut yang cocok diberikan untuk Ny.
PI yang sedang mengalami kesulitan makan akibat adanya sesak nafas. Seratus gram
telur ayam mengandung 154 kkal energi; 12,4 gram protein; 10,8 gram lemak; 86 mg
kalsium; 3 mg zat besi; serta 118,5 mg kalium. Sedangkan seratus gram tahu
mengandung 80 kkal energi; 10,9 gr protein; 4,7 gr lemak; 223 mg kalsium; 183 mg
fosfor; serta 3,4 mg zat besi. Lansia membutuhkan asupan protein yang lebih dari
asupan protein individu dewasa. Hal ini disebabkan karena lansia beresiko mengalami
defisiensi protein serta zat gizi mikro. Pada lansia telah terjadi perubahan komposisi
tubuh, di mana kadar nitrogen dalam tubuh menurun yang menyebabkan massa otot
berkurang. Asupan protein yang cukup dan memiliki daya cerna tinggi diperlukan untuk
mencegah kehilangan massa otot berlebihan serta untuk menjaga daya tahan tubuh
(Amisi et al., 2020). Susu skim digunakan sebagai pengganti santan pada opor untuk
meminimalkan kandungan lemak jenuh. Susu skim memiliki energi yang lebih rendah
dibandingkan susu biasa, karena bagian lemaknya telah dihilangkan. Penggunaan
susu skim sebagai pengganti santan pada makanan dapat menurunkan kandungan
lemak, total kalori, serta protein (Trisdayanti dan Putra, 2021). Labu siam memiliki
manfaat untuk menurunkan tekanan darah karena mengandung flavonoid. Flavonoid
dapat menghambat aktivitas enzim ACE dan memiliki fungsi sebagai diuretik.
Flavonoid juga bertindak seperti kalium dengan meningkatkan urinasi dan ekskresi
elektrolit serta menyerap ion - ion elektrolit seperti natrium dan mengalirkannya ke
tubulus ginjal (Nadila, 2014; Sijabat et al., 2019).
mengabsorbsi cairan ion-ion elektrolit seperti natrium yang ada di dalam
intraseluler darah menuju ekstraseluler memasuki tubulus ginjal (Nadila, 2014).
Menu selingan pagi yang disediakan meliputi pisang kukus dan minuman sari
kacang kedelai. Pisang diberikan karena merupakan buah yang sering dikonsumsi
oleh Ny. PI. Selain itu, pisang diberikan karena memiliki kandungan kalium yang tinggi
sehingga baik dikonsumsi oleh Ny. PI yang memiliki riwayat hipertensi stage 1. Satu
buah pisang kepok mengandung 300 mg kalium dan energi sebesar 109 kkal. Kalium
berperan sebagai pengatur tekanan darah dan pemelihara kesehatan otot, jantung,
serta sistem saraf. Kandungan kalium yang terlalu rendah dalam tubuh dapat
memberikan efek berupa peningkatan tekanan darah (Yulianti et al., 2019). Teknik
mengukus dipilih untuk memudahkan Ny. PI mengonsumsi pisang, karena teknik
pengukusan akan membuat pisang menjadi lebih lunak. Sari kacang hijau dipilih
karena mengandung kandungan kalium yang tinggi, yaitu sebesar 815.7 mg per 100
gramnya yang membantu mencegah peningkatan tekanan darah.
Menu makan siang yang diberikan yaitu bubur nasi dengan sup bening dan
tempe bacem. Pemilihan bubur nasi sebagai makanan pokok karena bubur adalah
salah satu alternatif karbohidrat pengganti nasi untuk orang yang menjalani diet
makanan lunak. Nasi putih sering berperan sebagai sumber energi utama karena
kandungan karbohidrat pada nasi putih sangat tinggi (Widhyasari et al.,2017). Sup
bening yang diberikan terdiri atas ikan patin, wortel, dan brokoli. Ikan patin
mengandung protein dan lemak tidak jenuh yang tinggi. Berdasarkan Depkes RI
(2001) dalam 100 gram ikan patin terdapat kandungan air 74,4%, protein 17%, lemak
6,6% dan abu 0,9%. Kandungan lemak tak jenuh pada ikan patin dapat mencapai 50%
dari total keseluruhan zat gizi yang terdapat dalam daging ikan patin. Kandungan
asam lemak tak jenuh omega-3 yang biasanya terdapat pada ikan juga memiliki
peranan dalam pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi (Marbun et al., 2020).
Wortel digunakan dalam menu karena memiliki kandungan vitamin dan mineral yang
cukup lengkap, seperti vitamin C, B, kalium, dan fosfor. Wortel juga memiliki
kandungan pro-vitamin A dan beta karoten yang berperan dalam pertahanan jaringan
epitel agar tetap dalam keadaan sehat (Rahayu dan Asngad, 2016). Brokoli juga
digunakan dalam menu karena mengandung antioksidan, vitamin A, C, E, flavonoid,
dan karotenoid yang mampu menurunkan risiko terjadinya stres oksidatif dalam tubuh
sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan (Jalasena dan Anjani,
2016). Tempe bacem ditambahkan dalam menu makan siang karena tempe
merupakan salah satu makanan yang kaya akan kandungan isoflavon. Isoflavon
merupakan kandungan yang cukup baik untuk dikonsumsi oleh penderita hipertensi.
Selain itu, kandungan isoflavon dalam tempe dapat membantu menurunkan kadar
lemak yang ada dalam darah (Yanita, 2022).
Menu selingan sore yang disediakan meliputi fruits smoothies dengan
perpaduan antara pisang susu, pepaya, dan susu rendah lemak. Pisang dan pepaya
karena melihat kebiasaan Ny. PI yang sering mengonsumsi buah pisang dan pepaya.
Selain itu, pepaya juga dapat menjadi salah satu alternatif makanan untuk membantu
menurunkan tekanan darah. Buah pepaya memiliki kandungan antioksidan dan serat
yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi tubuh terutama untuk kesehatan
pembuluh darah. Tidak hanya itu, buah pepaya juga kaya akan vitamin dan mineral,
seperti vitamin A, vitamin C, enzim papain, dan kalium (Kasumayanti, 2017).
Pembuatan smoothies menggunakan susu rendah lemak karena susu jenis tersebut
dapat digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah. Susu rendah lemak
termasuk dalam salah satu jenis makanan yang sesuai dengan dietary approach to
stop hypertension (DASH) (Marbun et al., 2020).
Menu makan malam yang diberikan adalah kentang tumbuk dengan tumis
ayam sayur. Kentang dipilih karena merupakan sumber karbohidrat kompleks yang
kaya akan serat, cenderung mengandung lebih sedikit gula, dan sulit dicerna secara
cepat sehingga dianjurkan untuk penderita penyakit jantung karena membuat tubuh
memiliki energi dalam jangka waktu yang lebih lama dengan kadar gula dalam darah
cenderung stabil, membuat kadar kolesterol tetap terjaga, dan memberikan stimulus
serotonin pada tubuh yang mengontrol emosi dan nafsu makan (Maharani, 2020; Lutfi
& Hafriana, 2020). Ayam yang diberikan berupa filet ayam tanpa kulit sehingga
merupakan sumber lemak tidak jenuh dan protein hewani rendah lemak yang baik
untuk orang dengan penyakit jantung (Amin, 2018). Ayam kaya akan kandungan
vitamin B3 yang dapat menurunkan kolesterol dan menjaga fungsi sistem pencernaan,
serta B6 yang memperkuat sistem kekebalan tubuh dan membantu menurunkan kadar
salah satu komponen penyebab risiko penyakit jantung yaitu homosistein. Selain itu,
daging ayam juga merupakan sumber zinc, selenium, fosfor, dan kalium (Norra, et al.,
2021). Sayur pada menu makan malam ada 2 jenis yaitu wortel dan brokoli. Pemilihan
ayam dan wortel juga dilakukan karena menyesuaikan dengan konsumsi sehari-hari
Ny. PI. Kedua bahan pangan tersebut juga merupakan sumber kalium yang membantu
mengontrol detak jantung dan menghilangkan air dan garam dari tubuh sehingga
mengurangi tekanan darah (Zuliawati, et al., 2021). Buncis disediakan karena kaya
akan vitamin dan merupakan sumber protein yang digemari masyarakat. Buncis
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti saponin, fenol, alkaloid, flavonoid,
steroid, dan triterpenoid. Senyawa fenolik dalam buncis diketahui mempunyai
beberapa efek kesehatan yaitu antioksidan, antiinflamasi, antiproliferasi,
antimutagenik, antimikrobial, antikarsinogenik, dan pencegahan terhadap penyakit
jantung (Candra, et al., 2021).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Berdasarkan antropometri, yaitu pengukuran LILA, status gizi Ny. PI tergolong
normal karena memiliki LILA lebih besar dari 22 cm yaitu 26,5 cm.
2) Berdasarkan biokimia, Ny. PI diketahui mengalami hiponatremia dan
peningkatan kadar ureum dalam darah.
3) Berdasarkan fisik-klinis, Ny. PI memiliki kesadaran yang baik dengan adanya
keluhan sesak napas, mual, batuk kering, dan tidak nafsu makan, serta
terdapat edema pada tungkai kaki.
4) Berdasarkan dietary, Ny. PI sudah memiliki pola makan yang cukup baik, yaitu
dengan pola makan 3x makanan utama dan 1x makanan selingan. Akan tetapi,
secara kuantitas dan kualitas, makanan yang dikonsumsi oleh Ny. PI masih
belum memenuhi rekomendasi kebutuhan harian.
5) Berdasarkan pemenuhan rekomendasi diet terhadap kebutuhan, diketahui
bahwa rekomendasi diet memenuhi 104,3% kebutuhan energi total, 109,4%
kebutuhan protein, 94,5% kebutuhan lemak, dan 102,3% kebutuhan
karbohidrat.
Saran
1) Untuk pasien, disarankan untuk memperbaiki asupan makanannya baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Ny. PI perlu menambah jumlah asupan makannya
dan mengonsumsi berbagai jenis makanan.
2) Untuk keluarga pasien, disarankan untuk mendukung keberlangsungan
intervensi yang diberikan dengan memberikan perhatian dan semangat untuk
memotivasi dan menguatkan Ny. PI dalam proses pemulihan. Keluarga perlu
mengetahui dan membantu menyiapkan dan mengingatkan diet atau asupan
makan yang baik demi meningkatkan status kesehatan pasien.
5. DAFTAR PUSTAKA
Amin, FM. 2018. ‘Identifikasi Citra Daging Ayam Berformalin Menggunakan Metode
Fitur Tekstur Dan K-Nearest Neighbor (K-NN)’. Jurnal Matematika “Mantik”,
4(1): 68-74.
Amisi, M.D., Sanggelorang, Y. dan Rahman, A., 2020. ‘Korelasi Antara Asupan Energi
Dan Protein Dengan Indeks Massa Tubuh Penduduk Lansia’. Jurnal Ilmiah
Manusia Dan Kesehatan, 3(1): 114-121.
Candra, LMM, Andayani, Y, dan Wirasisya, DG. 2021. ‘Pengaruh Metode Ekstraksi
Terhadap Kandungan Fenolik Total Dan Flavonoid Total Pada Ekstrak Etanol
Buncis (Phaseolus vulgaris L.)’. Jurnal Pijar MIPA, 16(3): 397-405.
Depkes RI, 2001. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Jalasena, R. A., & Anjani, G. 2016. Aktivitas Antioksidan, Sifat Fisik, dan Tingkat
Penerimaan Permen Marshmallow dengan Penambahan Brokoli (Doctoral
dissertation, Diponegoro University).
Kasumayanti, E. 2017. ‘Efektivitas Pemberian Terapi Jus Pepaya Dalam Menurunkan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Piring
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2016’. Jurnal Ners, 1(1).
Lutfi, dan Hafriana, DU. 2020. ‘Analisis Kadar Glukosa pada Kentang Rebus (Solanum
Uberosum) sebagai Pengganti Nasi Bagi Penderita Diabetes Melitus dengan
menggunakan Spektrofotometri’. Archives, 10(1): 26-32.
Maharani, WAD. 2020. Karbohidrat dalam Tubuh: Manfaat dan Dampak Defisiensi
Karbohidrat. Jakarta: UNJ.
Marbun, A. S., Sipayung, R. R., Sidomuncul, L., Rex, D., & Dharma, S. 2020. ‘DIET
SEHAT DAN GIZI SEIMBANG PADA PENDERITA HIPERTENSI’. Jurnal
Abdimas Mutiara, 1(1), 184-190.
Norra, BI, Hendrika, TP, Rohmah, AA, dan Nabinya, I. 2021. ‘Identifikasi Pemahaman
Umum Ayam (Gallus Gallus) Dan Ikan Mujair (Oreochromis Mossambicus)
Pada Mahasiswa Uin Walisongo Semarang’. Bio-Lectura: Jurnal Pendidikan
Biologi, 8(1): 29-36.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rahayu, D., & Asngad, A. 2016. Penambaham Tepung Daun Kelor Dalam Pembuatan
Mie Sebagai Sumber Gizi Dengan Penambahan Ekstrak Umbi Wortel Sebagai
Pengawet Alami (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Rajab, A.A., 2021. ‘Keterkaitan Zat Gizi Makro dan Natrium dalam Terapi Pasien
Congestive Heart Failure’. Jurnal Gizi Kerja dan Produktivitas, 2(2), pp.18-26.
Sijabat, F., Barus, D.J. and Sitorus, M.E.J., 2019. Pengaruh Kukusan Labu Siam
Terhadap Mean Arteri Pressure Lansia Penderita Hipertensi Di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Dan Lingkungan Hidup, 4(2), pp.18-25.
Trisdayanti, P.E. dan Putra, I.M.A.K., 2021. ‘PERBANDINGAN KANDUNGAN GIZI
GULAI KAMBING MENGGUNAKAN SANTAN DAN SUSU BUBUK SKIM’.
Jurnal Gastronomi Indonesia, 9(1): 8-18.
Widhyasari, L. M., Putri, N. L. N. D. D., dan Parwati, P. A. 2017. ‘Determination
carbohydrate level of white rice in the rice cooker heating process with time
variation’. J. Bali Medika. 4(2): 115- 125
Yanita, N. I. S. 2022. Berdamai dengan hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.
Yulianti, I., Prameswari, V.E. dan Wahyuningrum, T., 2019. ‘Pengaruh pemberian
pisang ambon terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi’. Jurnal
Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 6(1): 070-076.
Zuliawati, Hariati, Rosaulina, M, Marlina, S, dan Tumanggor, LS. 2021. ‘Penyuluhan
Tentang Pemanfaatan Jus Wortel pada Lansia dengan Hipertensi’. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 1(4).
6. BON BELANJA
DAFTAR BELANJA
PRAKTIKUM DIETETIK DAN PENYAKIT 2
ACARA 1
TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN
CHF DAN HIPERTENSI
KELOMPOK :7
CP KELOMPOK : Yolanda Ruth F S
ASISTEN INSTRUKTUR PRAKTIKUM : Aprillanna Lucky Mahartie, S.Gz
Total Rp24.400,-
Total Rp10.000,-
Total Rp29.900,-
Total Rp10.000,-
Total Rp23.100,-
TOTAL Rp97.400,-
7. RESEP
1. Makan Pagi
2. Selingan Pagi
Menu Selingan: Pisang Kepok Kukus dan Minuman Sari Kacang Hijau
3. Makan Siang
5. Makan Malam