Anda di halaman 1dari 5

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Mufdlilahdkk. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2018; 12 (4): 202-206 Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
DOI:10.21109/kesmas.v12i4.1509

Faktor Penyebab Putusnya Akseptor Kontrasepsi

Faktor-Faktor Penyebab Akseptor Kontrasepsi Drop Out

Mufdlilah*, Kanthi Aryekti**

* Program Magister Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta,
Indonesia, **Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia

Abstrak
Program KB memiliki makna strategis, komprehensif, dan mendasar dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera. Tingginya angka kejadian drop out
akseptor kontrasepsi perlu adanya upaya agar akseptor terus menerus menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab putus sekolah
akseptor. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Desember 2016. Populasi penelitian
adalah akseptor kontrasepsi yang putus dalam 3 bulan berturut-turut dan tidak hamil dengan jumlah sampel 52 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan angket terbuka dan
tertutup. Hasil survei mengungkapkan usia (OR = 6,486; 95% CI = 1,500 – 28,041), pendidikan (OR = 1,129; 95% CI = 0,265
– 4,804), catatan kontrasepsi (OR = 5,845; 95% CI = 1,252 – 27,287), dan efek samping (OR = 5,983; 95% CI = 1,150 – 31,136). Kesimpulannya, catatan kontrasepsi, efek samping,
biaya, dan usia berpengaruh signifikan terhadap akseptor putus sekolah, sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap akseptor putus sekolah.
Kata kunci:Akseptor putus sekolah, efek samping, kontrasepsi

Abstrak
Program keluarga berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan orang Indonesia yang sehat
dan sejahtera. Tingginya angka kejadian akseptor KBkeluarmemerlukan suatu upaya agar akseptor KB tetap menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab akseptorkeluar.Penelitian ini merupakan survei analitik dengan pendekatan potong lintang.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Desember 2016. Populasi penelitian yaitu akseptor KB yangkeluarselama 3 bulan berturut-turut dan tidak
sedang hamil dengan jumlah sampel 52 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup dan terbuka. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui usia (OR = 6.486; 95% CI = 1.500 – 28.041), pendidikan (OR = 1.129; 95% CI = 0,265 – 4.804), riwayat KB (OR = 5.845; 95% CI = 1.252 – 27.287) , dan
efek samping (OR = 5.983; 95% = 1.150 – 31.136). Sebagai kesimpulan, usia, pendidikan, dan efek samping berpengaruh signifikan penyebab akseptor KB
keluar,sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap akseptor KBkeluar. Kata kunci:Akseptorkeluar, efek samping, kontrasepsi

Bagaimana Mengutip: Mufdlilah, Aryekti K. Faktor penyebab putusnya akseptor Korespondensi: Mufdlilah, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiah
kontrasepsi. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2018; 12(4): 202-206. Yogyakarta, Jalan Lingkar Barat Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Telp:
+ 62274-4469204, Email: mufdlilah.stikes@gmail.com
(doi:10.21109/kesmas.v12i4.1509)
Diterima: 29 Mei 2017 Revisi: 17 Januari 2018 Diterima:
30 April 2018

Hak Cipta @ 2018, Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, p-ISSN: 1907-7505, e-ISSN: 2460-0601, Nomor Akreditasi: 32a/E/KPT/2017, http://journal.fkm.ui.ac. id/kesmas
Mufdlilahdkk,Faktor Penyebab Putusnya Akseptor Kontrasepsi

pengantar sebesar 3%, tidak menggunakan kontrasepsi sebesar 2%,


Menurut data KB sedunia dalam Buletin Jendela dan keinginan untuk mengganti metode kontrasepsi sebesar
Data dan Informasi Kesehatan, Indonesia memiliki 65 13%.7,8Hasil analisis yang dilakukan oleh Badan
juta wanita reproduktif. Jumlah tersebut tertinggi Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Daerah
dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa 16 peserta
seperti Vietnam 25,3 juta, Filipina 23 juta, Thailand kontrasepsi di wilayah tersebut hanya menaikkan 1 peserta
17,9 juta, Myanmar 14,1 juta, Kamboja 4 juta, Laos 1,6 kontrasepsi aktif, yang berarti banyak peserta baru yang
juta, dan Timor Leste 0,3. juta. Berdasarkan data beralih ke alat kontrasepsi lain. Oleh karena itu, pengkajian
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana terhadap kejadian dan penyebab putus sekolah perlu
Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
2012, jumlah pasangan usia subur sebanyak 47.692 penyebab putus sekolah akseptor.
orang yang terdiri dari 1.780 peserta kontrasepsi baru
dan 36.267 peserta kontrasepsi aktif.1,2 metode
Penelitian ini telah melalui persetujuan etik No.01/KEP-SAY-
Berdasarkan data World Health Statistics, angka akseptor VII-2015. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik
kontrasepsi di negara-negara Asia Tenggara pada tahun dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah
2005-2012, antara lain Thailand sebesar 80%, Kamboja semua akseptor kontrasepsi yang berturut-turut berhenti atau
sebesar 79%, Vietnam sebesar 78%, Indonesia sebesar 61%, berhenti menggunakan kontrasepsi. Sampel sebanyak 52
Filipina sebesar 49%, Laos sebesar 38%, dan Timor Leste akseptor dengan kriteria berhenti menggunakan alat
sebesar 22% dengan persentase rata-rata penggunaan alat kontrasepsi secara berturut-turut dalam waktu 3 bulan, LTCM
kontrasepsi sebesar 58,1% berarti Indonesia melebihi rata- atau Non-LTCM, dan tidak hamil pada saat pengambilan data.
rata penggunaan alat kontrasepsi. Namun, angka kelahiran Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian ini
total (TFR) Indonesia (2,9%) berada di bawah rata-rata TFR berlangsung di Daerah Istimewa Yogyakarta bekerjasama
negara-negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Timor Leste dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
sebesar 6,6%, Filipina sebesar 3,5%, Kamboja sebesar 3,4%, Kabupaten Gunung Kidul dan Bantul. Analisis statistik dilakukan
Laos sebesar 3,3%, Malaysia 2,6%, Brunei Darussalam 2,3%, dengan menggunakan chi-square (χ2).
Vietnam 1,9%, Thailand 1,6%, Singapura 1,3%.3,1Persentase
akseptor kontrasepsi di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun Hasil
2013 menunjukkan akseptor suntik 46,84%, akseptor pil Penelitian ini dilakukan pada 52 akseptor kontrasepsi
25,13%, akseptor IUD 11,53%, akseptor implan 9,17%, drop-out melalui data kuesioner terbuka dan tertutup
akseptor tubektomi 3,48%, akseptor vasektomi 0,3% dan dibantu perekam suara saat wawancara. Karakteristik
akseptor kondom 3,13%. Sedangkan peserta kontrasepsi responden meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,
baru hanya 1.356 yang terdiri dari 771 akseptor IUD catatan kontrasepsi, dan efek samping. Tabel 1 menunjukkan
(56,86%), 60 akseptor tubektomi (4,42%), 3 akseptor bahwa usia sebagian besar ibu yang putus sekolah adalah >
vasektomi (0,22), 60 akseptor kondom (4,42%), 87 akseptor 35 tahun (53,8%), sebagian besar responden berpendidikan
implan (6,42%), 345 akseptor suntik (25,44%), dan 30 tinggi (36,5%), responden tidak bekerja atau ibu rumah
akseptor pil (2,21%).4 tangga (46,2%), responden pernah menggunakan alat
kontrasepsi (26,9%), dan rata-rata ibu putus sekolah karena
Ada dua metode kontrasepsi, yaitu pemilihan metode efek samping obesitas (26,9%).
kontrasepsi jangka panjang (LTCM) dan Non-LTCM. Penggunaan Hasil analisis bivariat ditemukan hubungan yang
non-LTCM lebih besar dari LTCM karena rasio penggunaan LTCM bermakna antara usia, catatan kontrasepsi, dan efek
pada tahun 2012 adalah 10,6 LTCM dan Non-LTCM sebesar 47,3 samping dengan kejadian putus sekolah (p value = 0,05)
dengan rasio penggunaan 45. Peluang akseptor putus sekolah (Tabel 2). Tabel 3 menyajikan hasil analisis multivariat
yang lebih besar terjadi pada Non LTCM sebesar 20-40% karena yang menunjukkan usia ibu (OR = 6,486; 95% CI = 1,500 -
alat kontrasepsi ini hanya bertahan 1-3 bulan. Selain itu, drop- 28,041) tingkat pendidikan (OR = 1,129; 95% CI = 0,265 -
out dapat disebabkan oleh beberapa alasan seperti kenaikan 4,804), catatan kontrasepsi (OR = 5,845; 95% CI =
berat badan, penurunan berat badan, perdarahan, hipertensi, 1,252 - 27,287) dan efek samping (OR = 5,983; 95% CI
pusing, mual, tidak menstruasi, lemas, dll.5,6 1,150 - 31,136). Terdapat tiga variabel penyebab akseptor
Angka akseptor putus sekolah di Yogyakarta pada tahun putus sekolah yaitu usia ibu, catatan kontrasepsi, dan efek
2013 cukup tinggi yaitu sekitar 16-20% dibandingkan tahun lalu samping, sedangkan pengetahuan tidak mempengaruhi
di bawah 10%. Alasan akseptor putus sekolah mengharapkan akseptor putus sekolah.
hamil sebanyak 5%, masalah pada metode kontrasepsi yang
dipilih sebesar 5%, sedangkan alasan lain (biaya, Diskusi
ketidaknyamanan, perceraian, jarang berhubungan seksual) Berdasarkan hasil analisis, ada beberapa alasan

203
kesmas:Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2018; 12 (4): 202-206

Tabel 1. Statistik Deskriptif

Variabel Kategori Berarti 95% CI min Maks

Pengiriman kelembagaan 0.72 0,71 – 0,73 0 1


Asuransi kesehatan 0,45 0,44 – 0,46 0 1
Usia (tahun) 28.26 28.17 – 28.35 13 49
Keseimbangan 3 anak 0.32 0,31 – 0,33 0 1
2 anak 0.35 0,34 – 0,36 0 1
1 anak 0.33 0,32 – 0,34 0 1
Pendidikan Sekolah dasar 0.36 0,36 – 0,37 0 1
sekolah menengah pertama 0.27 0,26 – 0,27 0 1
SMA 0.37 0,36 – 0,38 0 1
Status ekonomi Terendah 0.13 0,12 – 0,14 0 1
Rendah-menengah 0.18 0,18 – 0,19 0 1
Tengah 0,23 0,22 – 0,24 0 1
Menengah ke atas 0.27 0,26 – 0,27 0 1
Paling tinggi 0.19 0,19 – 0,20 0 1
Waktu tempuh sekali jalan ke fasilitas kesehatan < 60 menit Biaya 0.93 0,92 – 0,93 0 1
perjalanan sekali jalan ke fasilitas kesehatan < USD 1 Tinggal di 0,84 0,83 – 0,84 0 1
perkotaan 0,52 0,50 – 0,53 0 1
Tinggal di Jawa-Bali 0,59 0,57 – 0,60 0 1
Rasio fasilitas kesehatan 5.49 5,41 – 5,57 0.93 21.25
Rasio profesional kesehatan 3.23 3.18 – 3.29 0.24 18.77
Jarak jauh ke fasilitas kesehatan 3.12 3.11 – 3.13 1.81 7.42
(km) Niat hamil 0,85 0,84 – 0,86 0 1
Kunjungan perawatan antenatal 0.73 0,72 – 0,74 0 1
lengkap Komplikasi kehamilan 0.14 0,13 – 0,14 0 1
Komplikasi persalinan 0.13 0,12 – 0,13 0 1

Catatan: CI= Interval Keyakinan

Tabel 2. Analisis Bivariat


kesesuaian penggunaan alat kontrasepsi yang dapat
Variabel Koefisien Korelasi ATAU nilai p
menyebabkan akseptor putus sekolah. Hal ini sejalan dengan
Usia 0,50 10.22 0,001* penelitian sebelumnya oleh Mufdlilah & Kanthi,9bahwa usia
Tingkat Pendidikan 0.12 0.16 0,413 lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi untuk putus sekolah.
Catatan kontrasepsi 0.34 4.22 0,025*
Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh Tolley,dkk.,10bahwa
Efek samping 0.36 5.00 0,011*
usia berpengaruh terhadap terjadinya akseptor putus sekolah
Catatan: khususnya pengguna kontrasepsi implan.
ATAU= Rasio Peluang
Faktor lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah catatan

Tabel 3. Analisis Multivariat


kontrasepsi berpengaruh terhadap terjadinya akseptor putus
sekolah karena berbagai alasan, antara lain pengaturan kehamilan
Variabel β nilai p ATAU 95% CI dan tidak mengharapkan persalinan lagi. Namun dalam kehidupan

Usia 1.87 0,012* 6.49 1,50 - 28,04


manusia, pasangan dalam keluarga mengharapkan lebih dari satu
Tingkat Pendidikan 0.12 0,869 1.13 0,27 - 4,80 anak, sehingga hal ini menjadi alasan akseptor kontrasepsi putus,
Catatan kontrasepsi 1.77 0,025* 5,85 1,25 - 27,29 tidak layak menggunakan kontrasepsi, akseptor ingin mengubah
Efek samping 1.79 0,034* 5.98 1,15 - 31,14
metode kontrasepsi, rumor, dan budaya dipahami. Dengan
Catatan: demikian, akseptor dengan catatan kontrasepsi yang baik terkadang
* Nilai p signifikan < 0,05; ATAU= Rasio Peluang; CI = Interval Keyakinan drop out atau mengambil keputusan yang berbeda, sehingga tidak
menggunakan kontrasepsi.
anak akseptor kontrasepsi drop out yang meliputi umur, catatan Catatan kontrasepsi yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan
kontrasepsi, efek samping. Namun, tingkat pendidikan tidak bahwa hampir semua responden pernah menggunakan alat kontrasepsi.
berpengaruh signifikan terhadap akseptor putus sekolah. Dalam Kondisi tersebut menggambarkan bahwa di lokasi penelitian masyarakat masih
penelitian ini, responden sebagian besar berusia di atas 35 tahun. memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan keluarganya dengan
Usia ini termasuk dalam risiko tinggi bagi ibu, terutama jika ibu menggunakan alat kontrasepsi, sehingga dapat menjaga masa depan
mengharapkan untuk memiliki anak lagi, sehingga penggunaan alat keluarganya. Responden yang pernah putus sekolah kemudian masih ingin
kontrasepsi dianjurkan sebagai cara untuk mencegah kehamilan, menggunakan alat kontrasepsi, semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
dan ini dapat membantu meningkatkan tingkat kesehatan. Oleh menggunakan alat kontrasepsi lagi karena penggunaan alat kontrasepsi
karena itu, pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan harus merupakan cara penting untuk mengontrol jumlah anak atau kelahiran.
tepat, sehingga dapat meminimalisir Dengan pengendalian kelahiran dalam keluarga, itu menciptakan

204
Mufdlilahdkk,Faktor Penyebab Putusnya Akseptor Kontrasepsi

keluarga sejahtera, baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun keputusan keluarga, maka istri harus patuh dan
kesehatan. Penelitian ini didukung oleh N. Peyman dan Oakley,11 menghormati keputusan suami.16
menyatakan bahwa pencatatan kontrasepsi dapat menyebabkan Khan,17juga berpendapat bahwa terjadinya akseptor
drop out karena kurang dukungan, perlakuan khusus, kontrasepsi yang drop out karena efek samping disebabkan oleh
penanganan, efek samping, pendekatan budaya, upaya klinis, kurangnya penyuluhan. Studi oleh Tolley,10menemukan bahwa
dan rendahnya kepercayaan diri akseptor. 30% akseptor kontrasepsi tidak menggunakan kontrasepsi
Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh karena efek samping sebesar 1,4 kali karena kurangnya
akseptor adalah kontrasepsi suntik karena injeksi tidak dukungan dari suami dan dukungan manajemen terkait
menimbulkan risiko langsung, akseptor merasa nyaman dengan kontrasepsi, dan akibat efek samping yang ditimbulkan seperti
pelayanan, juga praktis dan terjangkau. Namun, tidak semua perdarahan dalam enam bulan pertama dan enam hari bercak.
orang mengetahui efek penggunaan kontrasepsi hormonal yang pada penggunaan kontrasepsi suntik 70%, IUD 34%, dan implan
berkepanjangan. Penggunaan kontrasepsi jangka panjang ini 10%, sehingga menyebabkan akseptor kontrasepsi drop out
merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh sebesar 2-4%. Selain itu, alasan berhenti menggunakan alat
wanita usia subur dibandingkan dengan Non-PTT. Penggunaan kontrasepsi adalah catatan kegagalan karena kehamilan,
metode kontrasepsi ini membutuhkan dukungan dan motivasi kesadaran yang kurang, dan efek samping.18
yang kuat, baik dari akseptor sendiri maupun dari suami karena Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
menimbulkan keluhan atau efek samping pada akseptor. Oleh antara pendidikan dan penyebab kontrasepsi karena
karena itu diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi pengetahuan setiap orang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi
tentang pemilihan alat kontrasepsi hormonal yang baik dan oleh rumor, budaya, lingkungan, dan dukungan lainnya
sesuai dengan usia, kapan harus berhenti, dan selalu termasuk tenaga kesehatan. Pendidikan terakhir sebagian besar
mengingatkan untuk menjadwal ulang kunjungan agar responden di lokasi penelitian adalah pendidikan tinggi.
penggunaan alat kontrasepsi tidak berhenti atau putus.12 Rendahnya atau tingginya tingkat pendidikan tidak cukup untuk
Faktor lain yang menyebabkan akseptor kontrasepsi putus menggerakkan pola pikir masyarakat untuk berpartisipasi. Hal
adalah efek samping. Efek samping adalah reaksi yang mungkin ini sejalan dengan penelitian Littlejhon,19menyatakan bahwa
timbul setelah penggunaan obat atau alat. Efek sampingnya bisa tidak ada perbedaan ras dan pendidikan yang mempengaruhi
ringan atau berat. Ringan jika masih bisa diatasi, penggunaan alat penggunaan kontrasepsi suntik. Hasil penelitian ini berbeda
kontrasepsi akan dilanjutkan. Sebaliknya, jika reaksi tidak dapat dengan penelitian Follan,20bahwa pendidikan berpengaruh
diatasi dan begitu mengganggu, sebagian besar akseptor akan terhadap kejadian akseptor kontrasepsi putus sekolah. Dalam
melepas atau tidak melanjutkan penggunaan alat kontrasepsi. Pada penelitian ini, penerimaan akseptor terhadap pelayanan
penelitian ini, efek samping yang ditimbulkan adalah rasa tidak kontrasepsi melalui informed consent dan sistem kontrasepsi
nyaman, sakit kepala, dan gangguan menstruasi, sehingga akseptor dipahami oleh akseptor termasuk efek samping yang terjadi
memutuskan untuk tidak melanjutkan penggunaan alat kontrasepsi. pada masing-masing akseptor. Hal ini sangat didukung oleh
Gangguan menstruasi merupakan salah satu efek samping di sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan terutama
kalangan akseptor kontrasepsi, sehingga penggunaan kontrasepsi keterampilan petugas, adaptasi alat kontrasepsi yang diterima
dihentikan karena dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sistem tubuh akseptor, dan pengalaman akseptor tentang efek
perkotaan.12Gangguan menstruasi dan penambahan berat badan samping penggunaan alat kontrasepsi.
merupakan efek samping dari penggunaan kontrasepsi. Hasil
penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Sabatini,dkk,13bahwa Kesimpulan
gangguan menstruasi dan penambahan berat badan merupakan Pendidikan tidak berpengaruh menyebabkan akseptor putus
efek samping dari penggunaan kontrasepsi. sekolah, tetapi catatan kontrasepsi, efek samping, dan usia
Penelitian ini didukung oleh American Physician bahwa efek mempengaruhi akseptor putus sekolah.
samping kontrasepsi adalah kenaikan berat badan, sakit kepala,
nyeri pada payudara, menstruasi tidak teratur, perubahan mood, Rekomendasi
libido rendah, jerawat, dan mual.14Hal ini juga sejalan dengan Upaya promosi kesehatan tentang alat kontrasepsi perlu
penelitian yang dilakukan oleh Whetsoff,15bahwa banyak akseptor dikembangkan, sehingga akseptor dapat memperoleh informasi yang
kontrasepsi oral drop out karena menyebabkan sakit kepala, lebih jelas. Selain itu, menjaga kesadaran masyarakat untuk tidak
kenaikan berat badan, dan bercak tiga bulan. Penelitian ini didukung berhenti menggunakan alat kontrasepsi dianjurkan untuk membantu
oleh pendapat Musdalifah bahwa akseptor putus karena perasaan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
tidak nyaman dan tidak aman, kurang dukungan dari suami,
sehingga mereka memilih untuk berhenti menggunakan alat Pengakuan
kontrasepsi. Peran suami untuk mendukung ibu putus sekolah akibat Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Badan
keluhan efek samping sangat penting karena suami adalah orang Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Daerah
yang selalu menginginkan pasangannya sehat. Peran kedudukan Istimewa Yogyakarta yang telah memfasilitasi, baik berupa
suami menjadi penentu dalam membuat dana maupun fasilitas dalam penelitian ini.

205
kesmas:Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2018; 12 (4): 202-206

Referensi 13.
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 10. Tolley E, Loza S, Kafafi L, Cummings S. Dampak efek samping
Situasi keluarga berencana di Indonesia. Buletin Jendela Data dan menstruasi pada penghentian kontrasepsi: temuan dari studi
Informasi Kesehatan. 2013; 2 (2): 1-44. longitudinal di Kairo, Mesir. Perspektif keluarga internasional. 2005;
2. Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa 31 (1): 15-23
Yogyakarta pada Gambar. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Daerah 11. Peyman N, Oakley D. Penggunaan kontrasepsi yang efektif: eksplorasi pengaruh

Istimewa Yogyakarta; 2011. berbasis teori. Penelitian Pendidikan Kesehatan. 2009; 24(4). 575-85

3. Organisasi Kesehatan Dunia. Statistik kesehatan dunia 2013. Jenewa: 12. Rahardja MB. Kualitas Pelayanan keluarga berencana dan pengantian
Organisasi Kesehatan Dunia; 2013. 172 hal. kontrasepsi di Indonesia. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Evaluasi Nasional. 2011; 6(3): 140-4.
program populasi dan keluarga berencana pada tahun 2012. Jakarta: 13. Sabatini R, Cagiano R, Rabe T. Efek samping kontrasepsi hormonal.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 2013. Jurnal Kedokteran Reproduksi dan Endokrinologi. 2011; 8 (1): 130-56.

5. Statistik Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana 14. Dokter Keluarga Anda. Efek samping kontrasepsi hormonal. Dokter
Nasional, dan Departemen Kesehatan, dan ICF Internasional. Survei Keluarga Amerika. 2010; 82 (12): 1509.
demografi dan kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Statistik Indonesia, 15. Westhoff CL, Heartwell S, Edwards S, Zieman M, Stuart G, Cwiak C, dkk.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dan Penghentian kontrasepsi oral: apakah efek samping itu penting?
Departemen Kesehatan, dan ICF Internasional; 2013. Jurnal Obstetri & Ginekologi Amerika. 2007;196(4): 412.e1– 412.e7.
6. Statistik Indonesia dan Makro Internasional. Survei demografidan
kesehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA: BPS and Makro 16. Musdalifah, Hanis. Faktor yang berhubungan dengan putus sekolah pada akseptor

Internasional; 2008. kb di kecamatan Labakkang. Jurnal Stikes Nani Hasanuddin. 2013; 3(4): 1- 11.

7. Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional, Kementerian Kesehatan dan ICF Internasional. Laporan 17. Khan MA. Efek samping dan penghentian kontrasepsi oral di
pendahuluan survey demografi kesehatan Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Ruralbangladesh, Kontrasepsi. 2001; 64(3). 161-7.
Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 18. Indrawati L. Determinan kejadian berhenti pakai (drop out), Buletin
Kementerian Kesehatan dan ICF Internasional; 2012. Penelitian Sistem Kesehatan. 2014; 17 (1). 55-62.
8. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Rakernas 19. Littlejhon KE. Penggunaan dan penghentian kontrasepsi hormonal karena
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana tahun 2012. Jakarta: ketidakpuasan: perbedaan ras dan pendidikan, demografi. 2012; 49(4):
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 2013. 1433-52.
9. Mufdlilah dan Kanthi A. Dukungan suami terhadap drop out bagi 20. O-Fallon JB, Ilene SS, Javier C, Franscisco R. Analisis penghentian
akseptor keluarga berencana (KB) di desa dan kota Daerah Istimewa kontrasepsi pada wanita. Pengguna Metode Reversibel di Urban
Yogyakarya. Musawa: Jurnal Studi Gender dan Islam. 2016; 15(1): 103- Honduras. 2011; 12(1): 11-20.

206

Anda mungkin juga menyukai