Anda di halaman 1dari 4

Prof. Dr.ing. Ir. H.

Bacharuddin Jusuf Habibie,


FREng adalah Presiden Republik Indonesia
yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat
sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7,
menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri
dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Kelahiran: 25 Juni 1936, Parepare
Meninggal: 11 September 2019, Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta
Masa kepresidenan: 21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999
Pasangan: Hasri Ainun Besari (m. 1962–2010)
Pendidikan: Universitas Aachen (1965)
Anak: Ilham Akbar Habibie, Thareq Kemal
Habibie Cucu: Muhammad Pasha Nur Fauzan,

Habibie lahir di kota Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936.
Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie, merupakan seorang ahli pertanian
dari Gorontalo sedangkan Ibunya bernama R. A. Tuti Marini Puspowardojo
berasal dari Yogyakarta. Pada tanggal 12 Mei 1962, ia menikah dengan Hasri
Ainun Besari, yang merupakan teman masa kecilnya. Keduanya kemudian
dikaruniai dua orang anak, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal
Habibie.

Saat kuliah, Habibie mengambil jurusan Teknik Mesin di Universitas Indonesia


Bandung atau yang sekarang lebih dikenal dengan Institut Teknologi Bandung
(ITB). Setelah lulus, ia mulai mempelajari tentang penerbangan di Universitas
Delft di Belanda, namun karena masalah politik antara Indonesia dan Belanda,
ia kemudian melanjutkan studinya di RWTH Aachen, Jerman dengan
mengambil spesialisasi konstruksi pesawat terbang. Habibie kemudian
menyelesaikan pendidikannya di Jerman pada tahun 1960 dan mendapat gelar
Diplom-Ingenieur.

Setelah lulus pendidikan di Aachen, ia terus menetap di sana sebagai asistan


penelitian Hans Ebner. Ia kemudian menikah dan membawa istrinya ke Jerman.
Mereka lalu menetap di kota Oberforstbach dan Habibie bekerja sebagai
penasehat perusahaan otomotif. Pada tahun 1965, ia berhasil mendapatkan
gelar Doktor der Ingenieurwissenschafter dan melanjutkan penelitian
Thermoelastisitas bersama Hans Ebner.  
Hasil tesisnya kemudian juga menarik sejumlah perusahaan besar, seperti
Boeing dan Airbus. Ia kemudian bekerja dengan Messerchmitt-Bolkow-Blohm,
sebuah perusahaan penerbangan di kota Hamburg, Jerman hingga ia
dipromosikan pada jabatan wakil presiden perusahaan. Ia kemudian
mengembangkan teori termodinamis, konstruksi dan aerodimanis, yang
masing-masing kemudian dikenal dengan istilah Habibie Factor, Habibie
Theorem dan Habibie Method.

Di tahun 1974, presiden Indonesia saat itu, Soeharto merekrut Habibie untuk
memimpin pengembangan industri di Indonesia. Habibie kemudian diberi
jawabatan sebagai CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di
tahun 1978, Habibie juga diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi
Indonesia.  

BJ Habibie juga berperan dalam pengembangan industri dalam negeri. Karena


menjadi bagian dari pemerintahan Soeharto, Habibie juga termasuk dalam
bagian partai politik Golongan Karya (Golkar). Pada tahun 1998, ia menjadi
wakil presiden dari Soeharto. Namun jabatannya ini hanya berlangsung singkat,
karena pada tahun yang sama ia juga diangkat menjadi presiden.

Pada 21 Mei 1998, Habibie resmi dilantik sebagai presiden Republik Indonesia
yang ketiga. Ia menggantikan presiden sebelumnya, Soeharto yang
mengundurkan diri karena desakan dari mahasiswa dan masyarakat di masa
orde baru. Kondisi negara saat itu memang sedang kacau balau dan diperparah
adanya krisis ekonomi.  

Masa jabatan BJ Habibie sendiri akhirnya berakhir pada tanggal 20 Oktober


1999. Hal ini berarti ia menjadi presiden Indonesia dengan masa jabatan
tersingkat, yaitu 1 tahun 5 bulan. Meski begitu, ia mampu membuat kebijakan
dan memberikan kontribusi penting bagi negeri. Di antaranya yaitu membuat
peraturan kebebasan beraspirasi bagi masyarat serta mampu menguatkan nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Setelah kematian istrinya, BJ Habibie menulis buku berjudul Habibie-Ainun


yang menceritakan hubungan keduanya sampai kematian Ainun. Buku biografi
BJ Habibie tersebut kemudian diadaptasi menjadi film garapan sutradara
Faozan Rizal yang dibintangi oleh Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari.
Film Habibie-Ainun begitu populer hingga termasuk salah satu film Indonesia
terlaris sepanjang masa dan ditonton oleh jutaan penonton di bioskop seluruh
Indonesia.
Hal-hal yang dapat di teladani dari BJ. Habibie adalah :
1. Disiplin bagi waktu

Beragam gelar pendidikan dan kesuksesan di bidang Iptek mustahil ia dapat tanpa
kedisiplinan yang tinggi. Contoh kecil dari kedisiplinan seorang B.J. Habibie ialah
caranya dalam membagi waktu.

Dalam dua puluh empat jam, pria yang akrab dipanggil Eyang ini konsisten membagi
waktunya untuk ibadah, olahraga, aktivitas pribadi, atau berbincang dengan para
tamunya. Namun dari semuanya, ia paling banyak menghabiskan waktu untuk membaca
dan menulis. Total ia mengalokasikan waktu tujuh jam untuk kedua aktivitas tersebut.

2. Rasa ingin tahu

Dalam banyak kesempatan, B.J. Habibie mengaku sebagai orang dengan rasa ingin tahu
sangat tinggi. Panca inderanya aktif menangkap segala hal yang ada di sekelilingnya
dan berusaha menganalisa. Dirinya tak pernah berhenti berpikir.

Untuk memuaskan rasa ingin tahunya maka ia banyak membaca buku saat malam hari.
Hal ini berhubungan dengan kebiasaannya yang hanya tidur dalam waktu cukup singkat,
hanya lima jam.

3. Penuh pengabdian

Nama B.J. Habibie sangat dipandang di dunia Iptek internasional. Dirinya bahkan
sempat menjabat sebagai direktur perusahaan pesawat di Jerman. Namun, ketika
panggilan untuk menjadi Presiden RI datang, ia tanpa ragu memutuskan pulang ke
Tanah Air.

Alasan yang mendorongnya ialah, tawaran tersebut merupakan kesempatan memberikan


segala ilmunya untuk kemajuan bangsa.

4. Peduli keluarga

Sudah bukan rahasia lagi bahwa B.J. Habibie adalah sosok yang sangat mencintai
mendiang istrinya, Hasri Ainun Besari. Bahkan, kisahnya pernah diangkat menjadi film
layar lebar. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa sudah sepatutnya kita membagi waktu
seimbang untuk pekerjaan dan keluarga.

5. Kritis

Baik dalam bidang usaha, organisasi, atau apapun, seorang pemimpin harus memiliki
pemikiran kritis. Dengan terbiasa berpikir kritis, kita akan menjadi pribadi yang
mampu berpikir kreatif dan tidak mudah terprovokasi. Inilah yang ditunjukkan bapak
mantan presiden RI kita ke-3. Saat berhadapan dengan informasi baru, kamu harus bisa
menganalisis kebenaran dari informasi tersebut. Jangan menjadi orang yang mudah
percaya sesuatu. Saat kamu terbiasa berpikir kritis, kamu tidak akan mudah
termakan hoax dan menjadi orang yang punya pendirian.

Anda mungkin juga menyukai