Habibie lahir di kota Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936.
Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie, merupakan seorang ahli pertanian
dari Gorontalo sedangkan Ibunya bernama R. A. Tuti Marini Puspowardojo
berasal dari Yogyakarta. Pada tanggal 12 Mei 1962, ia menikah dengan Hasri
Ainun Besari, yang merupakan teman masa kecilnya. Keduanya kemudian
dikaruniai dua orang anak, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal
Habibie.
Di tahun 1974, presiden Indonesia saat itu, Soeharto merekrut Habibie untuk
memimpin pengembangan industri di Indonesia. Habibie kemudian diberi
jawabatan sebagai CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di
tahun 1978, Habibie juga diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi
Indonesia.
Pada 21 Mei 1998, Habibie resmi dilantik sebagai presiden Republik Indonesia
yang ketiga. Ia menggantikan presiden sebelumnya, Soeharto yang
mengundurkan diri karena desakan dari mahasiswa dan masyarakat di masa
orde baru. Kondisi negara saat itu memang sedang kacau balau dan diperparah
adanya krisis ekonomi.
Beragam gelar pendidikan dan kesuksesan di bidang Iptek mustahil ia dapat tanpa
kedisiplinan yang tinggi. Contoh kecil dari kedisiplinan seorang B.J. Habibie ialah
caranya dalam membagi waktu.
Dalam dua puluh empat jam, pria yang akrab dipanggil Eyang ini konsisten membagi
waktunya untuk ibadah, olahraga, aktivitas pribadi, atau berbincang dengan para
tamunya. Namun dari semuanya, ia paling banyak menghabiskan waktu untuk membaca
dan menulis. Total ia mengalokasikan waktu tujuh jam untuk kedua aktivitas tersebut.
Dalam banyak kesempatan, B.J. Habibie mengaku sebagai orang dengan rasa ingin tahu
sangat tinggi. Panca inderanya aktif menangkap segala hal yang ada di sekelilingnya
dan berusaha menganalisa. Dirinya tak pernah berhenti berpikir.
Untuk memuaskan rasa ingin tahunya maka ia banyak membaca buku saat malam hari.
Hal ini berhubungan dengan kebiasaannya yang hanya tidur dalam waktu cukup singkat,
hanya lima jam.
3. Penuh pengabdian
Nama B.J. Habibie sangat dipandang di dunia Iptek internasional. Dirinya bahkan
sempat menjabat sebagai direktur perusahaan pesawat di Jerman. Namun, ketika
panggilan untuk menjadi Presiden RI datang, ia tanpa ragu memutuskan pulang ke
Tanah Air.
4. Peduli keluarga
Sudah bukan rahasia lagi bahwa B.J. Habibie adalah sosok yang sangat mencintai
mendiang istrinya, Hasri Ainun Besari. Bahkan, kisahnya pernah diangkat menjadi film
layar lebar. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa sudah sepatutnya kita membagi waktu
seimbang untuk pekerjaan dan keluarga.
5. Kritis
Baik dalam bidang usaha, organisasi, atau apapun, seorang pemimpin harus memiliki
pemikiran kritis. Dengan terbiasa berpikir kritis, kita akan menjadi pribadi yang
mampu berpikir kreatif dan tidak mudah terprovokasi. Inilah yang ditunjukkan bapak
mantan presiden RI kita ke-3. Saat berhadapan dengan informasi baru, kamu harus bisa
menganalisis kebenaran dari informasi tersebut. Jangan menjadi orang yang mudah
percaya sesuatu. Saat kamu terbiasa berpikir kritis, kamu tidak akan mudah
termakan hoax dan menjadi orang yang punya pendirian.