Habibie
Orientasi
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng adalah Presiden Republik Indonesia
yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia
ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan
diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Sebelum memasuki dunia politik, ia
dikenal luas sebagai seorang profesor dan ilmuwan dalam teknologi aviasi internasional dan
satu-satunya presiden Indonesia berlatarbelakang teknokrat.
B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai
presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil pemilu tahun 1999. Dengan menjabat selama
2 bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan
(sebagai Presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia
dengan masa jabatan terpendek.
Beliau merupakan presiden Indonesia pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal
dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan ayahnya yang berasal
dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal dari Yogyakarta. Saat ini,
Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menginisiasi dibangunnya Monumen B.J. Habibie di
depan pintu gerbang utama Bandar Udara Jalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain itu,
masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan
sebagai
nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang
masih digunakan.
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto
pada masa Orde Baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegrasi hampir
seluruh wilayah Indonesia.
Dan konflik yang terjadi saat masa pemerintahannya adalah menurut pihak oposisi, salah
satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat menjabat sebagai Presiden ialah
memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste). Ia
mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak
pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian
dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30
Agustus 1999. Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar
belakang Habibie semakin giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat Sidang
Umum 1999, ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan
pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR. Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada
era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu
banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie.
Dan akhirnya masa jabatan B. J. Habibie berakhir pada 20 Oktober 1999 dan Setelah ia
tidak menjabat lagi sebagai presiden, Habibie sempat tinggal dan menetap di Jerman. Tetapi,
ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat
presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center dan akhirnya menetap dan berdomisili di Indonesia. Kesibukan
lain dari B. J. Habibie adalah mengurusi industri pesawat terbang yang sedang
dikembangkannya di Batam.
Kematian B. J. Habibie
B. J. Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 11 September 2019
pukul 18.05 WIB karena gagal jantung. Sebelumnya, Habibie telah menjalani perawatan
intensif sejak 1 September 2019. Sehari sebelum dimakamkan, Jenazah B.J. Habibie dibawa
dari RSPAD menuju ke kediaman Habibie-Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII Blok L15/7
No.5, kawasan Patra Kuningan untuk disemayamkan. Ia kemudian dimakamkan di samping
istrinya yaitu Hasri Ainun Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120 pada tanggal
12 September 2019 pukul 14.00 WIB. Upacara pemakaman dihadiri oleh Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo sebagai inspektur upacara.
Apresiasi Pemerintah Daerah
Pemberian Gelar Adat Pulanga (sebuah gelar adat tertinggi) dari Dewan Adat dan
Pemangku Adat 5 Kerajaan di Gorontalo (Limo lo Pohala'a)
Pembangunan Monumen B.J. Habibie di wilayah Isimu, Gorontalo
Pembangunan dan Peresmian Rumah Sakit Provinsi dr. Ainun Habibie di Limboto
Usulan penggunaan nama Universitas B.J. Habibie, menggantikan nama Universitas
Negeri Gorontalo
Usulan penggunaan nama Bandar Udara B.J. Habibie, menggantikan nama Bandar
Udara Jalaluddin Gorontalo
Usulan Pembangunan Museum Habibie yang berlokasi di Rumah Keluarga Besar
Habibie, Gorontalo
Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Gorontalo
Filmografi
Beliau adalah Presiden Republik Sebelum menjadi Presiden, Beliau Beliau adalah salah satu Presiden
Indonesia yang ketiga setelah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia berlatar belakang
Soeharto menggantikan Try Sutrisno teknokrat
Sebelum memasuki dunia politik, B. J. Kegeniusan B. J. Habibie membuat Beliau adalah Presiden Non-Jawa
Habibie dikenal luas sebagai seorang Jerman menyukainya, bahkan dirinya pertama kali di Indonesia ( lahir di
profesor dan ilmuwan dalam menjadi Vise President di Messerschmitt- luar pulau Jawa )
teknologi aviasi internasional Bölkow-Blohm (MBB)
Beliau harus kehilangan Ayahnya Timor Leste meminta untuk Merasakan kehilangan orang yang
yang menjadi tulang punggung memisahkan diri dari Indonesia saat sangat dicintainya yaitu Istrinya
keluarga saat B. J. Habibie berusia 14 masa pemerintahan B. J. Habibie dan sendiri yang bernama Hasri Ainun
tahun itu membuat ia berhenti dari Besari
jabatannya ( Presiden )
Hasil Analisis kaidah kebahasaan dari teks biografi “B. J. Habibie
1. Pronomina Persona
Kata yang digunakan dalam teks ini adalah ia, beliau, B. J. Habibie, dia
2. Konjungsi temporal
Kata yang digunakan dalam teks ini adalah Sebelumnya, Saat, Kemudian
3. Kata Kerja
Kata yang digunakan dalam teks ini adalah Memasuki, membuat, memperhatikan,
menikah, memilih, menuju, menjalani
4. Kata Sifat
Kata yang digunakan dalam teks ini adalah Luas, terpendek, cinta