ABSTRAK
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor pemicu penyakit jantung, stroke,
arteri perifer, hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar kolesterol yang berlebih
dalam darah akan dengan mudah menempel pada dinding bagian dalam
pembuluh darah. Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh
merupakan penyebab utama peningkatan kadar kolesterol. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar kolesterol pada
masyarakat di Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang ada di Kota Bandar Lampung, dengan teknik pengambilan
sampel yaitu stratified random sampling yang berjumlah 400 responden. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner pola makan dan kadar
kolesterol darah. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan pola makan
dengan kadar kolesterol pada masyarakat di Bandar Lampung baik pada kategori
remaja, dewasa dan lanjut usia, serta kategori jenis kelamin perempuan dan laki-
laki.
Kata kunci: Pola konsumsi, Kadar kolesterol
ABSTRACT
High cholesterol levels are a trigger factor for heart disease, stroke, peripheral
arteries, hypertension, and diabetes mellitus. Excess cholesterol levels in the
blood will easily adhere to the inner walls of blood vessels. Consumption of
foods high in cholesterol and saturated fat is the main cause of increased
cholesterol levels. The purpose of this study was to determine the relationship
between diet and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung. This
research is a quantitative study with a cross sectional design. The population in
this study were all people in the city of Bandar Lampung, with the sampling
technique, namely stratified random sampling, amounting to 400 respondents.
Data collection techniques in this study were dietary questionnaires and blood
cholesterol levels. The results of this study are that there is a relationship
between diet and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung, both
in the category of adolescent, adult and old age groups, as well as categories of
female and male gender.
Key words: consumption pattern, cholesterol level
8
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi
kebutuhan pokok setiap individu. Tubuh sehat dapat mendukung seseorang untuk
melakukan aktivitas tanpa hambatan, pola pikir yang lebih positif, konsentrasi yang
baik, dan mampu mempertahankan fleksibilitas tubuh (Miko, 2016). Status gizi masih
menjadi masalah utama dalam kesehatan (Joshi, 2011), salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap satus gizi adalah pola konsumsi makan (Tahir, 2013).
Pola konsumsi yang baik penting dalam penerapan gaya hidup sehat . Makanan
yang dikonsumsi harus jelas kuantitas dan kualitasnya, sehingga indikator sehat dan
status gizi yang baik dapat terpenuhi (Praja, 2014). Frekuensi makan sangat berkaitan
erat dengan keadaan lapar dan keinginan untuk mengkonsumsi makanan, jika frekuensi
makan meningkat maka jumlah zat gizi di dalam tubuh juga akan mengalami
peningkatan, dengan kata lain, kurang mengkonsumsi makanan dengan jumlah dan
jenis tertentu akan berakibat pada kurangnya daya tahan tubuh. Prinsip terpenting yang
diajarkan Rasulullah adalah apa yang dimakan haruslah seimbang, sederhana, dan tidak
berlebihan, lambung diisi dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga
lagi untuk udara. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-A'raf [7] : 31
۞يَا بَنِي آدَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْن ِع ْندَ ُك ِّل َهس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َو ََل تُس ِْرفُوا ۚ إِنَّهُ ََل ي ُِحبُّ ْال ُوس ِْرفِن
Artinya: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap hendak memasuki
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."(Q. S. al-A'raf [7]: 31).
Fakta bahwa Rasulullah SAW yang jarang sakit bisa menjadi cermin untuk
mengubah paradigma atau pola konsumsi sehat. Rasulullah SAW melarang
menggabungkan susu dan ikan, antara cuka dan susu, antara buah dengan susu, antara
kubis dengan ikan, bawang putih dengan bawang merah yang lama dan baru, asam
dengan pedas, antara cuka dan ikan, cuka dengan nasi, delima dengan tepung, makanan
dingin dengan panas, menghindari bahan almunium untuk menyimpan cuka dan
minyak, keju dan makanan panas, selain menghindari makanan tersebut, Rasulullah
SAW memiliki pola konsumsi untuk menjaga tubuh tetap sehat, pada pagi hari beliau
menggunakan siwak untuk membersihkan mulut dan gigi kemudian membuka menu
sarapan dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli, masuk
waktu dhuha beliau memakan tujuh butih kurma ajwa’ yang sudah masak, menjelang
sore hari mengkonsumsi cuka dan minyak zaitun, pada malam hari mengkonsumsi
sayur-sayuran. Rasulullah SAW tidak langsung tidur setelah makan malam, tidak
begadang, dan juga rutin berolahraga. Pola konsumsi Rasullullah SAW ternyata sesuai
dengan siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh ahli kesehatan disebut circadian
rhytme atau irama biologis (Sapie, 2017).
Pola konsumsi sehat akan membantu mengoptimalkan perolehan nutrisi ke
dalam tubuh sehingga mampu memperkuat daya tahan tubuh. Pola konsumsi yang tidak
sesuai dengan kaidah hidup sehat dapat menyebabkan berbagai macam gangguan
kesehatan. Rasulullah SAW telah memberi contoh pola konsumsi yang baik yang
seharusnya diterapkan oleh umat Islam, tetapi pada kenyataannya pola konsumsi
masyarakat tidak sesuai dengan petunjuk yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pola
konsumsi saat ini adalah pola konsumsi yang kurang sehat sebagai dampak dari gaya
9
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari
hidup dan kemajuan teknologi, misalnya junk food yang berkadar garam dan gula
tinggi, serta mengandung sedikit nutrisi protein, vitamin, dan mineral (Prabawa, 2018)
Kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan kaidah hidup sehat dapat mengakibatkan
berbagai macam gangguan kesehatan.
Pola konsumsi tidak sehat berkontribusi terhadap kematian tertinggi di seluruh
dunia yang disebabkan oleh penyakit pemicu, seperti penyakit jantung, stroke, dan
diabetes (Kemenkes, 2012). hal ini didukung dengan data penyakit di Indonesia pada
tahun 2018 yang disebabkan oleh pola konsumsi yang kurang baik yaitu sebanyak
1,09% menderita stroke, 2% menderita penyakit diabetes melitus, 1,5% menderita
penyakit jantung, dan 8,4% menderita hipertensi (Riskesdas, 2018).
Tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor utama pemicu
penyakit jantung, stroke, arteri perifer, hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar
kolesterol yang berlebih dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah. LDL yang berlebih melalui proses oksidasi akan
membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar akan membentuk
benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh darah (Yoeantafara,
2017).
Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh menjadi penyebab kadar
kolesterol meningkat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh
Prabowo, Hastuti dan Kesuma (2013) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara pola konsumsi dengan kadar kolesterol yakni semakin tinggi makanan berlemak
semakin tinggi pula kadar kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol masyarakat di kota bandar lampung
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan data primer untuk mengetahui hubungan
pola konsumsi dengan kadar kolesterol masyarakat di kota Bandar Lampung. Variabel
independen adalah pola konsumsi, sedangkan variabel dependen adalah kadar
kolesterol.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di kota Bandar
Lampung, dengan teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling dengan
terlebih dahulu membuat penggolongan atau pengelompokkan populasi dari
karakteristik tertentu (Sampel yang diambil ditetapkan sebanyak 0,05%). Penelitian ini
mengambil sampel dengan karakteristik populasi yang di inginkan oleh peneliti, yaitu
dengan kriteria usia (remaja, dewasa, dan tua) dan jenis kelamin (perempuan dan laki-
laki). Penelitian ini dilakukan di 20 kecamatan. dengan jumlah penduduk kelompok
umur 10-64 tahun yakni 867.024 jiwa, yang dibagi berdasarkan jenis kelamin dan
kedalam kategori remaja, dewasa, dan tua. Untuk kategori batasan umur remaja dalam
hal ini adalah 10-24 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 140.752 jiwa dan
perempuan 142.259 jiwa, sedangkan batasan umur dewasa dalam hal ini adalah 25-44
tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 166.426 jiwa dan perempuan 221.296
jiwa, dan batasan umur Tua dalam hal ini adalah 45-64 tahun, yang memiliki jumlah
penduduk laki-laki 99.214 jiwa dan perempuan 97.077 jiwa. Jadi, total jumlah
keseluruhan sampel jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah 385 jiwa (400 jiwa).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket yang sebelumnya di
validasi terlebih dahulu oleh ahli gizi dan observasi pemeriksaan sampel darah
10
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 400 responden terkait pola
konsumsi dan kadar kolesterol dalam darah, diperoleh hasil analisis univariat yang
terdiri dari jenis kelamin, usia, jenis makanan, frekuensi makanan, porsi makanan, dan
kadar kolesterol, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol masyarakat di kota Bandar Lampung.
Analisis Univariat
Hasil Penelitian responden terhadap jenis kelamin ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Responden Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) %
Perempuan 200 50
Laki-Laki 200 50
Total 400 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui dari 400 responden sebanyak 50% (n=200)
responden laki-laki dan 50% (n=200) responden perempuan.
11
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari
Berdasarkan data pada tabel 4, dari 400 responden pada angket kolesterol
menunjukkan bahwa sebanyak 22% (n=88) responden memiliki kebiasaan
mengkonsumsi jenis makanan tidak baik, sisanya sebanyak 78% (n=312) responden
memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan yang baik.
Hasil penelitian responden berdasarkan porsi makan ditunjukkan dalam Tabel 5.
12
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
Porsi Kriteria
Makanan Baik Tidak Baik
Kolesterol 299 (75%) 101 (25%)
Berdasarkandata yang tertera pada tabel 5 dari 400 responden pada angket
kolesterol sebanyak 25% (n=101) responden memiliki kebiasaan porsi makan tidak
baik, sisanya sebanyak 75% (n=299) responden memiliki kebiasaan porsi makan yang
baik.
Hasil penelitian responden berdasarkan kadar kolesterol ditunjukkan dalam
Tabel 6.
Tabel 6. Responden Kadar Kolesterol
Kadar Kolesterol Jumlah (n) %
Normal 311 78
Batas Tinggi 72 18
Tinggi 17 4
Total 400 100
Berdasarkan tabel 6 dari 400 responden sebanyak 311 responden (78%), yang
memiliki kadar kolesterol di batas tinggi sebanyak 72 responden (18%), dan sedangkan
responden yang memiliki kadar kolesterol tinggi sebanyak 17 responden (4%).
Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini menjabarkan hasil penelitian hubungan antara variabel bebas
yaitu pola konsumsi dengan variabel terikat yaitu kadar kolesterol, yakni menggunakan
korelasi pearson, dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7. Hubungan Pola konsumsi dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Kota
Bandar Lampung (Laki-laki)
Kadar Kolesterol p
Pola
Usia
konsumsi Normal Batas Tinggi Tinggi
Baik 22 4 2 -0,53
Tua
Tidak Baik 8 3 1 -0,10
Baik 36 6 0 -0,44
Dewasa
Tidak Baik 23 12 3 0,04
Baik 41 6 1 -0,40
Remaja
Tidak Baik 18 13 11 -0,01
13
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari
Berdasarkan tabel 7 dari 200 responden jenis kelamin laki-laki, pada usia tua yang
memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak
2 responden (1%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 1
responden (0,5%) kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 4
(2%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 3 (1,5%),
kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 22 responden (11%),
kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 8 responden (4%).
Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh
nilai pearson sebesar -0,53, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola
konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia tua masyarakat di kota Bandar
Lampung, pada pola konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar
kolesterol pada laki - laki usia tua masyarakat di kota Bandar Lampung.
Pada usia dewasa yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 0 responden (0%), kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang tidak baik 3 responden (1,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 6 (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi
yang tidak baik sebanyak 12 (6%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik
sebanyak 36 responden (18%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik
sebanyak 23 responden (11,5%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson
pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,44, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki -
laki usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik
diperoleh sig 0,04 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola
konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia dewasa masyarakat di kota
Bandar Lampung.
Pada usia remaja yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang tidak baik 1 responden (0,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 6 responden (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola
konsumsi yang tidak baik sebanyak 13 responden (6,5%), kolesterol normal dengan
pola konsumsi yang baik sebanyak 41 responden (20,5%), kolesterol normal dengan
pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 18 responden (9%), Hasil analisis data
menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar
-0,40, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar
kolesterol pada laki - laki usia remaja masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola
konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,01, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia
remaja masyarakat di kota Bandar Lampung.
14
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
Tabel 8. Hubungan Pola konsumsi dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Kota Bandar
Lampung (Perempuan)
Kadar Kolesterol p
Pola
Usia
konsumsi Normal Batas Tinggi Tinggi
Baik 23 5 1 -0,66
Tua
Tidak Baik 8 2 1 -0,46
Baik 43 6 2 -0,45
Dewasa
Tidak Baik 21 5 3 -0,29
Baik 53 5 1 -0,24
Remaja
Tidak Baik 19 2 0 -0,54
Berdasarkan tabel 8 dari 200 responden dengan jenis kelamin perempuan, pada
usia tua yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang
baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak
baik sebanyak 1 responden (0,5%) kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang
baik sebanyak 5 (2,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik
sebanyak 2 (1%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 23
responden (11,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak
8 responden (4%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola
konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia tua
masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik diperoleh nilai
pearson sebesar -0,46, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola
konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia tua masyarakat di kota Bandar
Lampung.
Pada usia dewasa yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 2 responden (1%), kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang tidak baik 3 responden (1,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 6 (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi
yang tidak baik sebanyak 5 (2,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik
sebanyak 43 responden (21,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak
baik sebanyak 21 responden (10,5%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson
pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,45, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada
perempuan usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak
baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,29, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia dewasa
masyarakat di kota Bandar Lampung.
Pada usia remaja yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola
konsumsi yang tidak baik 0 responden (0%), kolesterol batas tinggi dengan pola
konsumsi yang baik sebanyak 5 responden (2,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola
konsumsi yang tidak baik sebanyak 2 responden (1%), kolesterol normal dengan pola
15
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari
konsumsi yang baik sebanyak 53 responden (26,5%), kolesterol normal dengan pola
konsumsi yang tidak baik sebanyak 19 responden (9,5%). Hasil analisis data
menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar
-0,24, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar
kolesterol pada perempuan usia remaja masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola
konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,54, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia
remaja masyarakat di kota Bandar Lampung.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait pola konsumsi dan kadar
kolesterol, diperoleh hasil analisis univariat yang terdiri dari jenis kelamin, usia, jenis
makanan, frekuensi makanan, porsi makanan, dan kadar kolesterol. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat di kota Bandar Lampung, dengan teknik
pengambilan sampel yaitu stratified random sampling dengan terlebih dahulu membuat
pengelompokkan populasi dari karakteristik tertentu (sampel yang diambil ditetapkan
sebanyak 0,05%). Penelitian ini mengambil sampel dengan karakteristik populasi yang
di inginkan oleh peneliti, yaitu dengan kriteria usia (remaja, dewasa, dan tua) dan jenis
kelamin (perempuan dan laki- laki). Penelitian ini dilakukan di 20 kecamatan se Kota
Bandar Lampung. Berdasarkan data Badan Pusat Statisik tahun 2018, jumlah penduduk
kelompok umur 10-64 tahun yakni 867.024 jiwa, yang dibagi berdasarkan jenis
kelamin dan kategori remaja, dewasa, dan tua. Untuk kategori batasan umur remaja
dalam hal ini adalah 10-24 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 140.752
jiwa dan perempuan 142.259 jiwa, sedangkan batasan umur dewasa dalam hal ini
adalah 25-44 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 166.426 jiwa dan
perempuan 221.296 jiwa, dan batasan umur tua dalam hal ini adalah 45-64 tahun, yang
memiliki jumlah penduduk laki-laki 99.214 jiwa dan perempuan 97.077 jiwa. Jadi, total
jumlah keseluruhan sampel jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah 400 jiwa
yang terdiri dari 50% responden laki laki dan 50 responden perempuan dari 3 kelompok
umur.
Kelompok umur responden pada penelitian ini didasarkan pada standar departemen
kesehatan RI tahun 2009. Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009) yaitu masa
balita 0-5 tahun, masa kanak- kanak 5-11 tahun, masa remaja awal 12-16 tahun, masa
remaja akhir 17-25 tahun, masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhur 36-45
tahun, masa lansia awal 46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun, masa manula > 65
tahun. Responden yang digunakan sebagai sampel dikelompokkan menjadi 3 kategori,
yaitu remaja dengan rentang umur antara 12-25 tahun, dewasa dengan rentang umur
26-45 tahun dan kelompok orang tua dengan rentang umur 45 -65 tahun. Menurut
MENKES remaja mengalami masa growth spurt atau pertumbuhan dan pubertas. Pada
fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental kognitif, psikis,
dan terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas.
sehingga bisa dikatakan bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup
yang paling sehat. Pola konsumsi remaja yang tergambar dari data Global School
Health Survey tahun 2015 yaitu tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja
kurang mengonsumsi serat sayur buah (93,6%), sering mengkonsumsi makanan
berpenyedap (75,7%), dan kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Apabila cara
16
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
konsumsi ini berlangsung secara terus menerus dan menjadi kebiasaan pola konsumsi
tetap para remaja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tidak menular
(Kemkes 2018). Pada manusia dewasa terjadi puncak perkembangan performa fisik,
namun pada masa akhir dewasa awal mulai terjadi penurunan. Orang dewasa umumnya
mengerti cara mencegah dan upaya untuk meningkstksn kesehatan, tetapi sayangnya
tidak menerapkan pada diri sendiri. Kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan yang
sudah terbentuk pada masa remaja, semakin melekat pada masa dewasa (Ajhuri, 2019).
Ketika masa dewasa awal beberapa individu berhenti memikirkan gaya hidup yang
mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang. Pada masa dewasa awal manusia tidak
memikirkan pola konsumsi yang teratur, makan berlebihan, kebiasaan merokok dan
minum beralkohol serta kurang berolahraga, perilaku- perilaku tersebut akan
memberikan dampak pada kesehatan yang tidak baik. Orang dewasa umumnya akan
mulai mengalami obesitas. Obesitas berkaitan dengan resiko terserang berbagai
penyakit, misalnya hipertensi, diabetes dan penyakit cardiovaskuler (Psikologi, 2018).
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat
kesehatan secara alami (degenerasi) maupun sebagi akibat penyakit yang di derita
(Infodatin, 2014), Menurut Informasi dari badan Pusat Statistik tahun 2012, estimasi
jumlah masyarakat Lansia Indonesia sebesar lebih dar 7%. Berdasarkan informasi
tersebut, maka pada tahun 2020 Indonesia tergolong negara berstruktur tua (Ageing
population) (Infodatin, 2014).
Pola konsumsi masyarakat di Kota Bandar Lampung diukur menurut frekuensi
makan, jenis makanan dan porsi makan. Pola konsumsi merupakan perilaku paling
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Pola konsumsi yang baik berpedoman
pada pola gizi seimbang (Kemkes, 2014).Pola konsumsi yang baik juga dicontohkan
oleh rasulullah SAW, pola konsumsi akan mempengaruhi status gizi seseorang, yang
pada akhirnya akan mempengaruhi aktifitas metabolisme tubuh, terutama pada sistem
hormonal (Ayu & Santoso, 2017).
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif maupun
kuantitatif. Frekuensi makan yang tidak memenuhi standar akan menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit, misalnya penyakit gastritis yang menyerang saluran
pencernaan (Shobach, 2019). Frekuensi makan yang berlebih akan menyebabkan gizi
lebih, yang akan berimbas pada obesitas (Anis, Diffah, & Budiyanti, 2014). Jenis
makanan yang disantap mempengaruhi pola konsumsi. Jenis makanan yang dikonsumsi
akan menentukan pola konsumsi seseorang, bila jenis makanan yang dikonsumsi sesuai
dengan pola gizi seimbang dan sesuai dengan pola konsumsi Rasulullah SAW, maka
pola konsumsi seseorang akan menjadi baik. tetapi sebaliknya, jika makanan yang
dikonsumsi tidak memenuhi pola gizi seimbang, maka pola konsumsi seseorang akan
tergolong buruk. Berdasarkan hasil analisis angket kadar kolesterol yang berkaitan
dengan jenis makanan, sebagian besar masyarakat kota Bandar Lampung memiliki
pola konsumsi yang baik. Jenis makanan yang kurang baik akan menyebabkan
terjadinya obesitas dan berbagai penyakit degeneratif lainnya, terutama pada kelompok
usia dewasa dan tua (Azkia dan Wahyono, 2019)
Porsi makan akan menentukan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh, apabila
porsi makan seseorang berlebihan, maka jumlah asupan kalori yang didapatkan juga
tinggi yang akan menimbulkan gizi berlebihan dan munculnya berbagi masalah
kesehatan. Porsi makan akan memepengaruhi asupan makan, yang berimbas pada
17
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari
pemenuhan gizi. Porsi makan yang tepat akan mempengaruhi status kesehatan
(Cendanawangi, Tjaronosari, & Palupi, 2016). Berdasarkan data 400 responden dari
seluruh kecamatan di kota Bandar lampung menunjukkan hanya 22% yang memiliki
kadar kolesterol pada batas tinggi dan tinggi, hal ini terjadi karena hasil analisis
terhadap angket pola konsumsi menunjukkan sebagian besar masyarakat kota Bandar
Lampung memiliki pola konsumsi yang baik, yaitu lebih dari 50%. Pola konsumsi
akan menentukan kesehatan seseorang, jika pola konsumsi baik, maka kesehatan akan
terjaga, sebaliknya jika pola konsumsi tidak benar atau tidak baik maka kemungkinan
besar akan terkena berbagai penyakit. Ada pepatah yang megatakan bahwa kesehatan
terletak pada perut yang berarti bila makanan yang masuk ke dalam perut adalah
makanan yang sehat, baik, dan halal, maka tubuh juga akan menjadi sehat (Fauziah,
2015).
Analisa Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat ada atau tidaknya hubungan pola konsumsi dengan
kadar kolesterol masyarakat di Kota Bandar Lampung.Analisa dilakukan menurut
kelompok usia yaitu remaja, dewasa, dan tua. Kelompok usia tersebut dipisahkan
berdasarkan jenis kelaminnya. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan
korelasi pearson. Nilai korelasi pearson digunakan untuk menilai ada atau tidaknya
hubungan atau korelasi antara pola konsumsi dengan status kesehatan masyarakat.
Sejumlah penulis statistik membuat interval kategorisasi kekuatan hubungan korelasi.
Menurut (Sarwono, 2009), nntuk membuat kesimpulan hubungan antara dua variabel di
atas, harus memenuhi kriteria yaitu 0,00 – 0,199 hubungan korelasinya sangat lemah,
0,20 – 0,399 hubungan korelasinya lemah, 0,40 – 0,599 hubungan korelasinya sedang,
0,60 – 0,799 hubungan korelasi kuat, 0,80 – 1,0 hubungan korelasinya sangat kuat, dan
untuk korelasi negatif (-) interpretasi adalah sama.
tahun dan perempuan diatas 55 tahun, (3) etnis, Beberapa etnis di dunia memeiliki
kadar kolesterol tinggi. Di Asia, sejumlah etnis secara alami memiliki kolesterol tinggi
yaitu India, Pakistan dan Srilangka.
menular yaitu (jantung, stroke, dan juga diabetes akan menjadi tinggi kadarnya apabila
kadar kolesterol yang ada di dalam melebihi batas normal (Warganegara, 2016). Kadar
kolesterol yang berlebihan yang ada dalam darah akan mudah melekat pada dinding
sebelah dalam pembuluh darah. kolesterol tersebut akan melalui proses oksidasi
dan menjadi gumpalan yang berakibat pada penyempitan saluran pembuluh darah
(Yoeantafara, 2017). Konsumsi serat secara teratur dapat membantu menurunkan kadar
kolesterol di dalam darah. Pada beberapa penelitian menunjukkan mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat seperti kacang polong, kacang merah, dapat menurunkan
kadar kolesterol, hal ini dikarenakan serat larutair yang difermentasikan didalam usus
besar akan menghasilkan asam lemak yang berantai pendek dapat menghambat sintesis
kolesterol (Khomsa, 2007). Teori menurut Sastriamidjojo (2000), konsumsi makanan
yang tinggi lemak dan kolesterol menjadi penyebab tingginya kadar kolesterol di
dalam darah. Hati sebenarnya memiliki kontrol terhadap kolesterol, jika hati memiliki
cukup kadar kolesterol, maka akan dilakukan mekanisme penghentian pengambilan
LDL yang berpengaruh terhadap peningkatan kadar kolesterol.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahmani (2012) diperoleh hasil Mereka
yang memiliki risiko tinggi terhadap kadar kolesterol yang besar adalah orang – orang
yang sering mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi
contohnya daging, mentega, keju, dan juga krim.
Rasulullah SAW telah mencontohkan pada hambanya pola konsumsi yang baik,
salah satunya adalah mengkonsumsi buah anggur, buah anggur merupakan salah satu
buah yang menjadi kesukaan Rasulullah SAW, anggur memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan, anggur mengandung vitamin c yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
(Sapie, 2017), hal ini sesuai dengan firman ALLAH SWT dalam surat Ar- ra’d ayat 4
yang berbunyi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan pola konsumsi dengan kadar koleterol masyarakat di Kota Bandar Lampung,
baik kategori kelompok umur remaja, dewasa, dan tua, maupun kategori jenis kelamin
perempuan dan laki – laki.
20
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
DAFTAR RUJUKAN
Ajhuri, F. K. (2019). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan,. (Lukman, Ed.) (1st ed.). Jogjakarta: Penebar Media Pustaka.
Anis, P., Diffah, H., & Budiyanti, W. (2019). Hubungan Frekuensi Makan di luar
Rumah dan Jumlah Uang Jajan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswi di
Surakarta. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Journal Nutrition and Healt, I(2), 138–
149.
Ayu, D., Santoso, S. (2017). Hubungan Pola konsumsi (Jumlah , Jenis dan Frekwensi)
Status Gizi (Antropometri dan Survey Konsumsi) dengan Keteraturan Haid pada
Renmaja Putri di SMA Negeri 51 Jakarta Timur tahun 2015. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 9(1), 83–92.
Azkia, F., Wahyono, T. (2018). Hubungan Pola Konsumsi Makanan beresiko dengan
obesitas sentral pada wanita usia 25-65 tahun di Bogor tahun 2011-2012. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–18.
Azkia, F., & Wahyono M.T. (2019). Hubungan Pola Konsumsi Makanan beresiko
dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-65 tahun di Bogor tahun 2011-2012.
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–18.
Cendanawangi, D., Tjaronosari, & Palupi, I. (2016). Ketepatan Porsi berhubngan
dengan Asupan Makan pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur, Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia, 4(1), 6–18.
Fauziah, A. (2015). Hubungan Pola konsumsi Dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri
Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember , Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jember: Universitas
Jember.
Infodatin. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Retrieved from www. Kemkes
go.id
Joshi HS. (2011). Determinants of nutritional status of school children. A cross.
Sectional study in the western region of Nepal. Journal NJIRM, 2(1), 10–15.
Kartika, U. (2014). Pola konsumsi Sehat tetapi Kolesterol Tetap TinggiNo Title.
Kompas.Com. Retrieved from
https://health.kompas.com/read/2014/05/10/1206535/Pola.Makan.Sehat.tetapi.Kol
esterol.Tinggi.Kenapa.Diakses Juli 2020
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional, Penerapan Pola Konsumsi
Makanan dan Aktifitas Fisik,untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. Jakarta.
Kemkes. Permenkes No. 41 Tahun 2014 tentaang Pedoman Gizi Seimbang (2014).
Kemkes. (2018). Remaja Indoneia Harus sehat-Sehat Negriku. Retrieved from Kemkes
go.id
Khomsan, A. (2007). Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Litbangkes Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar 1028. Retrieved
from
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_218/Ha
sil Riskesdas 2018.pdf.Diakses Agustus 2019.
Miko, & Ampera. (2016). Hubungan Pola konsumsi Pagi dengan Status Gizi Pada
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh. Aceh: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Aceh.
21
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari
22