Anda di halaman 1dari 3

1.

Ka’b Bin Zuhair


Ka’b bin Zuhair merupakan anak dari Ashabul muallaqot as-sab’ah, Zuhair bin
Abi Sulma. Nama lengkap beliau adalah Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma bin Rabi’ah bin
Robah bin Qurth bin Al-Harits bin Mazin bin Tsa’labah bin Tsaur bin Hadzmah bin
Lathim bin Utsman bin Muzainah. Beliau termasuk tokoh penyair di jaman Jahiliyah dan
keduanya dari kabilah Muzainah.
Kaab bin Zuhair, seorang penyair ulung yang kala perang seringkali mengobarkan
emosi kaum Muslimin melalui syair-syairnya. Syairnya bak pedang yang siap mencabik
kaum Muslimin, hingga pernah membuat Rasulullah sakit hati. Beliau mulanya adalah
pembenci Nabi, karena sering mencela Nabi SAW dengan celaan yang sangat buruk dan
menyakitkan. Bakat hebat Kaab bin Zuhair sebagai penyair digunakan untuk mencaci
Muhammad SAW dan pengikutnya.
Namun kemudian hidayah Islam datang kepadanya. Ia kala subuh menghadap
Rasulullah dengan wajah tertutup, bertanya kepada Rasul: "Jika aku membawa Ka'ab
kehadapan engkau, apakah engkau terima permohonan maafnya?" "Iya aku terima
permohonan maafnya" jawab Rasul, "Akulah Kaab bin Zuhair" ia lalu membuka penutup
wajahnya. Terdapat salah seorang sahabat berkata: " Ya Rasulullah, biarkan aku
memenggalnya" Namun, Rasulullah mencegahnya," Tidak, ia datang untuk bertaubat"
Lantas, Kaab bin Zuhair pun membacakan syahadat, dan merangkai syair pujian untuk
Rasulullah dan sahabatnya, akhirnya Rasulullah senang dengan Kaab, sampai
mengalungkan burdah kepadanya.
Banat Suad, itulah judul syair pujian yang membuat Rasulullah yang semula
sangat benci kepada Kaab, hingga ketingkat menghalalkan darahnya berubah menjadi
cinta yang begitu besar. Adapun syairnya:

َ ‫اد َف َق ْليِب‬
‫الي ْو َم َمْتُب ْو ُل‬ ُ ‫ت ُس َع‬
ْ َ‫بَان‬
‫ُمَتيَّ ٌم ِإ ْثَر َها مَلْ يُ ْف َد َمكُْب ْو َل‬

‫يَ ْس َعى الغَُواةُ َجنَ َابْي َها َو َق ْوهُلُ ْم‬

َ ‫ِإن‬
‫َّك يَا ابْ َن َأيِب ُس ْل َمى لَ َم ْقُت ْو ُل‬
ِ ‫وقَ َال ُك ُّل‬
ُ‫آملُه‬
ُ ‫ت‬ُ ‫صديْ ٍق ُكْن‬
َ َ
ِ
‫ك َم ْشغُ ْو ُل‬ َ ‫ال ُأهْل َين‬
َ ‫َّك إين َعْن‬

‫ت َخلُّوا طَ ِريِْقي الَ َأبَالَ ُك ْم‬


ُ ‫َف ُق ْل‬
‫َّر الرَّمْح َ ُن َم ْفعُ ْو ُل‬
َ ‫فَ ُك ُّل َما قَد‬

ْ َ‫ُك ُّل ابن ُأْنثَى وإن طَال‬


‫ت َسالََمتُه‬
ٍ ‫يوما علَى‬
‫آلة َح ْدبَاءَ حَمْ ُم ْو ُل‬ َ ً َْ

ِ ‫َأن رسو َل‬


‫اهلل َْأو َع َديِن‬ ْ ُ َ َّ ‫ت‬
ُ ‫نُبِّْئ‬
ِ ‫والع ْفو ِعْن َد رسو ِل‬
‫اهلل َمْأ ُم ْو ُل‬ ُْ َ َُ َ
Suad telah pergi, pada hari ini hatiku sedih
Gelisah sesudahnya, ia masih teringat dan belum lepas

Para penyebar isu di sekitarnya beraksi dan berkata


Wahai Ibnu Abu Sulma kamu pasti mati

Sementara semua teman yang aku harapkan berkata


Aku tidak meninggalkanmu, aku sibuk darimu

Aku berkata biarkan jalanku tidak ada bapak bagimu


Segala apa yang ditakdirkan ar-Rahman pasti terjadi

Setiap anak seorang wanita meskipun berumur panjang


Suatu hari dia akan dipikul di atas keranda
Aku diberitahu bahwa Rasulullah mengancamku
Dan maaf di sisi Rasulullah benar-benar diharapkan

2. Khutaiah
Dia adalah Abu Mulaikah Jarul bin Aus al-' Absi yang dilahirkan n dari Bani Absi yang
tidak diketahui tanggal lahirnya serta keturunannya secara pasti, dan tidak ada sebab yang
mendukung kemulyaannya karena tertindas dan tercela dalam waktu yang lama, dia tidak
menemukan pertolongan dari keluarganya, tidak ada tempat bersandar dari kaumnya.
Kebaikannya dibalas dengan kejelekan, maka ia menjadi figur orang jelek sebagaimana
Asmai mensifatinya dengan jelek perangainya, rendah jiwanya, rusak agamanya, banyak
berbuat jelek, sedikit kebaikannya. Maka ketika Islam datang dia memeluknya kemudian
murtad lagi dan akidahnya kembali goyah, perkataannya selalu bebas menghina orang
sehingga khalifah Umar. bin Khaththab memenjarakannya, kemudian membebaskannya
dengan melarangnya agar tidak menggangu manusia seumur hidupnya. Maka terpaksa ia
menggunakan puisi sebagai alat untuk mencari makan, dan mengusir musuh-musuhnya,
karena dirinya tersiksa dalam lingkungan yang durjana dan mengucilkannya.

Anda mungkin juga menyukai