Anda di halaman 1dari 4

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.2 Edisi Mei 2020

HAKIKAT HUKUM ADMINISTRASI LINGKUNGAN DALAM


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TERHADAP PENGELOLAAN
SHELTER BENCANA ALAM DI KOTA PADANG
Oleh:
Hengky Ho
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Surabaya
hengky.ho80@gmail.com

Abstrak
Terlepas dari pentingnya perdebatan tentang lingkungan yang telah dihadapkan pada kecenderungan
untuk menempatkan 'alam' dan 'manusia' serta 'krisis alam' dan 'krisis keadilan' dalam dikotomi statis. Penelitian
ini menantang ide tersebut dengan argumentasi bahwa masalah yang paling sentral dalam wacana lingkungan
dan pembangunan tidak terletak pada persuasi 'manusia' dan 'alam' tetapi pada hubungan antara keduanya.
Pembangunan didefinisikan sebagai keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun,
konsep pembangunan tidak memiliki aturan kejelasan. Salah satunya ada dibagian pembangunan berkelanjutan
untuk melindungi korban terdampak bencana alam, yaitu shelter. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Shelter yang
dibangun untuk menampung korban terdampak bencana alam di Kota Padang tidak semuanya cocok sebagai
tempat berlindung. Ini jelas akan berdampak pada masyarakat jika bencana benar-benarterjadi dan tidak ada
upaya maksimal dari pemerintah untuk meminimalkan risiko korban. Harus ada koordinasi yang jelas antara
lembaga yang melakukan pemeliharaan aset. Sehingga dapat memastikan bahwa pemeliharaan dilakukan pada
aset sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dan swasta dan masyarakat untuk bersama dalam upaya
penanggulangan risiko bencana alam.

Kata Kunci : Hukum Administrasi Lingkungan, Pembangunan, Shelter Bencana Alam

1. PENDAHULUAN yang berkaitan dengan pengertian pembangunan


Sustainable Development Goals (SDGs) atau berkelanjutan secara tersirat ditemukan dalam Pasal
tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan 33 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi
sebuah agenda dari Perserikatan Bangsa-Bangsa “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
(PBB) yang mengandung 17 aspek dalam atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
mewujudkan kemaslahatan kehidupan yang layak kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
di dunia. Salah satu aspek diantaranya yaitu aspek berwawasan lingkungan hidup, kemandirian, serta
ke-11 yang menyatakan bahwa membangun kota dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
dan komunitas berkelanjutan, menjadikan kesatuan ekonomi nasional.”
perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat dan Dalam perspektif hukum, pembangunan
berkelanjutan. Salah satu bentuk pembangunaan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
berkelanjutan kota yang baik, selain perkotaan yang merupakan suatu upaya terencana yang termasuk
hijau adalah pembangunan yang sigap dan tanggap sumber daya kedalam proses pembangunan untuk
bencana(www.id.undp.org, 2016). menjamin kemampuan, kesejahteraan, hingga mutu
Undang-Undang Dasar Negara Republik hidup generasi selanjutnya. Pengelolaan lingkungan
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnyadisebut UUD hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
1945) mengamanatkan agar sumber daya alam negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat yang
dipergunakan dengan sebesar-besarnya untuk bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
kemakmuran rakyat yang selanjutnyadapat berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dinikmati oleh generasi berikutnya. Pengelolaan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
sumber daya alam diikuti dengan pengelolaan yang seutuhnya dan pembangunan masyarakat
lingkungan hidup yang seimbang.Perlu adanya Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa
suatu kebijakan di tingkatnasional dalam kepada Tuhan Yang Maha Esa,
pengelolaan lingkungan hidup yang komprehensif. sebagaimanadijamindalamPasal 1 angka 3 dan
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
konsep pembangunan dalam bidang pengelolaan Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
lingkungan hidup yang muncul atas rasa perhatian Hidup (selanjutnyadisingkatUU PPLH). Hukum
dan keprihatinan negara-negara dunia terhadap administrasi lingkungan menjadi hukum yang
kerusakan dan pencemaaran lingkungan yang memungkinkan anggota masyarakat memengaruhi
dikhawatirkan akan merusak fungsi kelestarian penguasa dan memberikan perlindungan bagi
lingkungan dan dukungan terhadap kepentingan masyarakat atas tindakan penguasa yang dalam
generasi yang akan datang. Landasan konstitusional

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 214
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.2 Edisi Mei 2020
konteks inia dalah Pemerintah provinsi/ Secara eksplisit, asas dasar terkait dengan
kabupaten/kota. pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya
Sering terjadinya bencana alam alam, termuat dalam Pasal 2 UUPPLH yang
merupakan bukti bahwa perlu adanya pengkajian menyebutkan bahwa “Pengelolaan lingkungan
atas kehidupanmanusia, terutamaterkaitdengan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung
pencemaran lingkungan, atau bahkan kerusakan jawab negara, asas kelestarian dan keberlanjutan,
lingkungan. Indonesia merupakan daerah rawan asas keserasian dan keseimbangan, keterpaduan,
gempa bumi dan tsunami karena berada pada cincin manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion,
api pasifik dan pertemuan lempeng Indo-Australia, keanekaragaman hayati, pencemar membayar,
Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Beberapa partisipatif, kearifan lokal, tata kelola pemerintahan
wilayah yang memiliki risiko tinggi akan bahaya yang baik, dan otonomi daerah, bertujuan
gempa bumi dan tsunami seperti pantai barat mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan
Sumatera, pantai selatan Jawa hingga Nusa mencapai keserasian, keselarasan dan kesimbangan
Tenggara, Kepulauan Maluku dan Papua.Adanya lingkungan hidup.”
korban jiwa yang diakibatkan oleh infrastruktur dan Ruang lingkup administrasi lingkungan
bangunan yang tidak tahan gempa membuat sangat luas. Bidang hukum administrasi lingkungan
pembelajaran mengenai kesiapsiagaan bencana mencakup beberapa hal, yaitu mencakup sarana
harus diketahui sejak dini. Pemerintah sebenarnya atau instrumen bagi penguasa untuk mengatur,
telah membangun shelter yang berfungsi sebagai menyeimbangkan dan mengendalikan berbagai
tempat berlindung dari bencana alam, khusunya kepentingan masyarakat khususnya yang berkaitan
jika terjadi tsunami dan mulai menerapkan standar langsung dengan lingkungan hidup. Mengatur cara
pembangunan bangunan baru yang akan dibangun partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan
agar tahan gempa. dan pengendalian, mengatur adanya perlindungan
Pemerintah kota Padang sejauh ini telah hukum bagi warga masyarakat terhadap berbagai
membuat empatshelter di sepanjang garis pantai kemungkinan adanya perbuatan atau tindakan
agar masyarakat dapat menyelamatkan diri dan pemerintah yang dapat merugikan hak dan
menuju ke shelter-shelter terdekat apabila terjadi kebutuhan masyarakat, mengatur dan menyusun
bencana. Namun shelter-shelter yang diharapkan dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintah yang baik,
dapat dimanfaatkan ketika ada bencana kini tidak khususnya lingkungan hidup yang berbasis pada
lagi di urus dengan baik. Shelter lain yang ada di pembangunan berkelanjutan.
Kota Padang sebanyak 46 buah shelter telah Dalam hukum administrasi lingkungan,
tersebar diantaranya yaitu di hotel-hotel, gedung pemerintahan atau tindakan hukum publik
perkantoran dan sekolah, namun shelter ini masih merupakan suatu sarana atau instrumen yang
memiliki kekurangan karena tidak jelas digunakan untuk dapat mencegah munculnya
regulasinya. perusakan lingkungan, sehingga dapat terwujudnya
Penggunaan shelter inisendiri diadaptasi pelestarian fungsi lingkungan hidup diharapkan
dari negara Jepang. Jepang melengkapi setiap dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan
shelter dengan fasilitas yang baik dan terurus. di masa yang akan datang.
Secarageografis, Indonesia dan Jepang memiliki Menurut Marong, prinsip-prinsip hukum
risiko yang sama akan rawannya terkena bencana yang menjadi bagian dari perwujudan
alam. Mengingat risiko buruk yang sewaktu-waktu pembangunan berkelanjutan adalah prinsip
sangat mungkin terjadi, melalui penelitian ini keadilan dalam satu dan antar generasi selanjutnya,
akandi identifikasi hakikat hukum administrasi prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara,
lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan prinsip tanggungjawab berbeda atas persoalan
terhadap pengelolaan shelter di Kota Padang. bersama, prinsip kehati-hatian, prinsip analisis
mengenai dampak lingkungan, dan prinsip
2. METODE PENELITIAN partisipasi publik dalam pengambilan keputusan.
Dalam penelitian ini metode yang Palassis dalam Wibisana (2013) menyatakan
digunakan adalah yuridis normatif, pendekatan ini beberapa prinsip pembentuk pembangunan
berfokus menelaah kaidah hukum yang berlaku di berkelanjutan, yang terdiri dari prinsip keadilan
masyarakat. Penelitian ini menelaah berbagai intra dan antar generasi, prinsip pemanfataan secara
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu berkelanjutan dan prinsip integrasi. Beberapa
UUD 1945, UU PPLH, serta pendapat dari para prinsip hukum lain yang terkait dengan
ahli hukum administrasi negara dan hukum pembangunan berkelanjutan, yaitu prinsip
lingkungan. pencegahan, kehati-hatian dan amdal. Berbagai
perwujudan demi kelangsungan pembangunan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN berkelanjutan telah dilakukan. Indonesia khusunya
Hukum administrasi lingkungan Kota Padang memiliki tantangan dalam
merupakan instrumen yuridis bagi pernguasa secara menyelesaikan permasalahan pembangunan
aktif terlibat dengan masyarakat dalam konteks berkelanjutan tahan gempa, mulai dari
pengelolaan lingkungan hidup (Bullet, 2015). pembangunan bangunan berstandar tahan gempa,

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 215
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.2 Edisi Mei 2020
pembangunan shelter guna evakuasi dini Kerangka kelas tidak dibuat dari material yang
masyarakat, dan pengetahuan masyarakat mengenai dapat membahayakan seseorang yang berada
bencana alam dan penaggulangannya pasca dibawahnya, dan sudah sesuai dengan standardisasi
bencana. negara Jepang dalam membangun bangunan tahan
Shelter adalah fasilitas umum yang gempa. Sekolah ini sewaktu-waktu dapat menjadi
memiliki standar dan daya tampung besar apabila tempat evakuasi dini denganjaraksatu kilometer
terjadi gempa atau bencana alam lainnya. dari pantai. Bangunan ini terdiridari material semen
Shelterberbentuk sebuah bangunan yang dan serat selulosa yang sama sekali tidak
dalamkondisi normal dapat digunakan sebagai mengalami kerusakan apabila terjadi guncangan
sekolah, tempat ibadah ataupun tempat rekreasi. gempa. Bangunan sekolah ini diharapkan dapat
Shelter sendiri biasanya merupakan bangunan menjadi shelter utama bagi warga sekitar.
bertingkat yang dapat menampung banyak orang. Namun, tidak semua pembangunan
Syarat bangunan shelter yang lain adalah tahan dari berkelanjutan seperti shelter dimanfaatkan
kerusakan gempa dan tahan dari hantaman air jika sebagaimana mestinya. Masih banyak bangunan
terjadi tsunami ataupun air bandang. Shelter yang diperuntukan untuk khusus sheltertidak
memiliki fungsi sekunder selain untuk mitigasi terurus dan hanya menjadi tempat yang tidak
bencana khususnya tsunami. Untuk itu konsep terawat. Kondisi shelter-shelter di Kota Padang
shelter harus sesuai kaidah-kaidah yang berlaku sudah banyak terbengkalai. tidak terdapat listrik,
secara baik fungsinya ataupun strukturnya. pasokan air ataupun kondisi yang tidaknyaman.
Kota Padang sudah menerapkan Misalnya di daerah Ulak Karang yang memang
pembangunan berkelanjutan jangka panjang dengan berdekatan dengan area pantai. Tidak disediakan
cara mengharuskan pembangunan baru sesuai fasilitas penerangan di malam hari dan pagar yang
dengan peraturan ketat pemerintah yaitu aman dari terkunci menjadi gambaran buruknya situasi. Hal
bencana dan tidak akan runtuh karena gempa dalam tersebut tentu membuat warga berpikir dua kali
100 tahun ke depan. Syarat lain adalah bangunan ketika akan bencana terjadi, karena fasilitas yang
dipastikan tidak akan rusak dalam 10 tahun tidak memadai dan bangunan memangtidaksiap
pembangunan. menampung warga sekitar. Akses menuju shelter
Permasalahan dampak pascabencana alam juga menjadi bahan pertimbangan warga yang
adalah kerugian negara yang timbulkarena ketika bencana terjadi memikirkan tempat yang
reruntuhan bangunan, sudahtidak terhitunglagi paling aman untuk berlindung. Sebagian besar
jumlahnya. Selain menghilangkan tempat tinggal warga lebih memilih untuk pergi ke bukit untuk
masyarakat, kondisitersebut juga menimbulkan berlindung. Hal tersebut secara alamiah
kekacauan pada anggaran negara. Akibat tujuan akanterpikirkan pertama kali, mengingat belum ada
pembangunan berkelanjutan yang tidak tercapai, edukasi penggunaan bangunan shelter. Masyarakat
pemerintah harus mengucurkan dana setiap tahun masih beranggapan apabila terjadi gempa, maka hal
atas kerusakan bangunan yang terjadi akibat gempa pertama yang harus dijauhi adalah bangunan.
bumi. Permasalahan penaggulangan bencana Padahal shelter dibangun sedemikian rupa agar
disebabkan oleh banyak faktor. Salah satudi masyarakat dapat aman dari bencana. Demikian
antaranya adalah tidak adanya peninjauan kembali juga saat tsunami terjadi. Masyarakat yang tinggal
ketika bencana alam terjadi. Jika hal ini terus atau sedang berada di zona merah bencana sebisa
berlanjut dan bukan tidak mungkin anggaran dana mungkin berlari menuju bukit yang jaraknya sangat
yang seharusnya dilakukan untuk pembangunan jauh. Hal tersebut menbuat bangunan
yang lebih penting, harus dilakukan berulang kali shelterjustrumenjadisama sekali tidak berfungsi.
dalam pembangunan pascagempa bumi. Kelembagaan dalam pengawasan
Pembangunan berkelanjutan yang dapat pengelolaan lingkungan hidup adalah bagian inti
dilakukan untuk meminimalisir korban yaitu dari keseluruhan sistem pengelolaan lingkungan
pembangunan berbasis tahan gempa. hidup dan pilar utama hukum administrasi
DenganmengandalkanpengalamanJepang, Kota lingkungan dalam proses pembuatanan
Padang sudah mengadopsibangunan anti gempa. kebijaksanaan lingkungan(Mukhlis, 2010).
Bangunan-bangunan baru yang akan dibangun Terbengkalainya shelter dan tidak
harus memenuhi kriteria tahan gempa demi sesuainya fungsi shelterseharusnya membuat
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Salah pemerintah memahami ulang upaya pengelolaan
satu contoh bangunan yang baru saja dibangun lingkungan hidup untuk pembangunan
sesuai dengan standar bangunan anti gempa yaitu berkelanjutan. Untuk mewujudkan kelembagaan
gedung Kepolisian Daerah Sumatera Barat, yang pengawasan pengelolaan lingkungan hidup yang
bisa menjadi shelter saat bencana alam terjadi. baik, tidak hanya dibutuhkan koordinasi menteri
Selain itu, satu-satunya sekolah yang merupaan lingkungan hidup dan penataan ruang, namun juga
fasilitas umum sekaligus shelter di Kota Padang secara bersama-sama membangun cara berpikir dan
yang tahan gempa yaitu SMAN 1 Padang yang menyamakan tujuan agar terbentuk perwujudan
memiliki luas bangunan 1,2 hektar lengkap dengan pengelolaan lingkungan dalam pembangunan
landasan helikopter di bagian atas sekolah. berkelanjutan terhadap shelter-shelter yang ada

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 216
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.2 Edisi Mei 2020
yang diperuntukan untuk berlindung dari bencana 5. DAFTAR PUSTAKA
alam dan dapat dipergunakan sebagaimana Bullet, Retno. Jurnal Prinsip Hukum Administrasi
fungsinya. Lingkungan dalam Pengelolaan
Pengawasan terhadap pemerintah dalam Lingkungan Hidup.
konteks pengelolaan lingkungan hidup Fadli, Moh, et al. 2016. Hukum dan Kebijakan
mengandung beberapa hal, pertama yaitu Lingkungan. Malang: UB Press.
pengawasan lingkungan yang bermakna sasaran Mukhlish. Jurnal Konsep Hukum Administrasi
pengawasan terhadap pemerintah adalah Lingkungan dalam Mewujudkan
pemeliharaanatau penjagaan agar negara hukum Pembangunan Berkelanjutan.
kesejahteraan dapat berjalan dengan baik dan dapat Rencana Nasional Penanggulangan Bencana. 2016.
pula membawa kekuasaan pemerintah sebagai www.buku-renas-pb.pdf
penyelenggara kesejahteraan masyarakat kepada UNDP. 2016. Sustainable Development Goals
pelaksanaan yang baik dan tetap dalam batasan Cities and Communities. www.id.undp.org
kekuasannya. Kedua, tolok ukurnya adalah hukum Wibisana, Andri. 2013.Status Hukum dan
yang mengatur dan membatasi kekuasaan dan Pemaknaannya.Jurnal Pembangunan
tindakanpemerintah dalam bentuk hukum material Berkelanjutan. Vol. 43 No. 1.
maupun hukum formal, serta manfaatnya bagi
kesejahteraan rakyat. Ketiga, adanya
kesesuaianantara perbuatan dan tolak ukur yang
telah diterapkan. Keempat, apabila terdapat tanda-
tanda akan terjadi suatu penyimpangan terhadap
tolok ukur yang telah ditetapkan, agar segeradapat
dilakukan pencegahan. Kelima, apabila telah terjadi
penyimpangan dari tolak ukur, kemudian diadakan
koreksi melalui suatu tindakan hukum yang berupa
pembatalan, pemilihan terhadap akibat yang
ditimbulkan dan mendisiplinkan pelaku kekeliruan
tersebut (Fadli dalam Lotulung, 1993).

4. KESIMPULAN
Pembangunan berkelanjutan telah dimuat
dalam UU PPLH. Indonesia, khusunya Kota
Padang memiliki tantangan dalam menyelesaikan
permasalahan pembangunan berkelanjutan tahan
gempa, mulai dari pembangunan bangunan
berstandar tahan gempa, pembangunan shelter guna
evakuasi dini masyarakat, dan pengetahuan
masyarakat mengenai bencana alam dan
penaggulangannya pasca bencana. Mengenai
pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya
alam, termuat dalam UUPPLH yang menyebutkan
berbagaiasasterkaitasas kelestarian dan
keberlanjutan, asas keserasian dan keseimbangan,
keterpaduan, manfaat, partisipatif, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah,
bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan
dan mencapai keserasian, keselarasan dan
kesimbangan lingkungan hidup.Terbengkalainya
shelter dan tidak sesuainya fungsi shelter
seharusnya membuat pemerintah memahami ulang
upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk
pembangunan berkelanjutan. Untuk mewujudkan
kelembagaan pengawasan pengelolaan lingkungan
hidup yang baik, tidak hanya dibutuhkan koordinasi
Menteri Lingkungan Hidup dan Agraria/Tata
Ruang, tetapi juga secara bersama-sama
membangun cara berpikir dan menyamakan tujuan
agar terhadap shelter-shelter yang ada dapat
dipergunakan sebagaimana fungsinya.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 217

Anda mungkin juga menyukai