Publikasimakalah Identifikasidan Penapisan Dampakpermasalah Lingkungan Hidup 2006 R4
Publikasimakalah Identifikasidan Penapisan Dampakpermasalah Lingkungan Hidup 2006 R4
net/publication/334495439
CITATIONS READS
2 5,229
1 author:
Basuki Wasis
IPB University. Bogor. Repuplic of Indonesia
501 PUBLICATIONS 3,026 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Basuki Wasis on 16 July 2019.
Presented : SUCOFINDO
Oleh :
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
1
RINGKASAN
2
IDENTIFIKASI DAN PENAPISAN DAMPAK PADA PERMASALAHAN
LINGKUNGAN HIDUP SERTA
PENERAPAN ISU ISU LINGKUNGAN HIDUP
(Revisi tahun 2012)
PENDAHULUAN
3
dilakukan mengingat ketiadaan data base mengenai pencemaran dan atau perusakan
lingkungan. Hal ini patut dimaklumi karena pencemaran dan atau perusakan
lingkungan merupakan proses yang melibatkan interaksi yang kompleks dan rentang
waktu yang relatif panjang (KLH 2006).
4
sumberdaya alam tidak hanya semata perusakan biofisik, tetapi lebih merupakan
permasalahan ekonomi, sebab nilai-nilai ekonomi sumberdaya alam bisa saja hilang
bahkan mungkin tidak dapat dipulihkan kembali (Saharjo 1996 ; Wasis 2003). Tanah
gambut yang mengalami kerusakan akibat kebakaran menunjukkan bersifat
mengkerut dan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan hara tidak akan
kembali (bersifat irreversible) (Soepardi, 1983; Hamzah, 1983; Buringh, 1983;
Hardjowigeno, S. 1986; Hakim et al, 1986; Sarief, 1985)
Permasalahan lingkungan hidup terkait pencemaran lingkungan hidup sangat
membahayakan ekosistem alami dan kehidupanan umat manusia dalam jangka lama.
Menurut Notodarmojo (2005) limbah yang dihasilkan akibat aktivitas manusia baik
dalam bentuk cair, padat maupun gas, merupakan ancaman yang bila tidak
diantisipasi secara dini dan tepat akan merupakan bencana bagi kehidupan di bumi.
Tanah dan air tanah sebagai komponen lingkungan yang merupakan sumberdaya
alam telah mengalami akibat dari limbah yang tidak terkelola secara mestinya,
padahal banyak masyarakat menggunakan air tanah sebagai sumber air yang utama.
Setiap tahun kurang lebih 1000 sampai dengan 1500 senyawa kimia baru ditemukan,
menambah kurang lebih 60.000 senyawa kimia yang telah digunakan oleh manusia
saat ini.
Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan, pertanian, pemukimanan
dan perumahan telah menyebabakan kerusakan fungsi utamanya yaitu fungsi tata air,
penghasil oksigen dan penyerab karbon di bumi. Menurut Hardjowigeno (1986)
perubahan ekosistem hutan menjadi ekosistem buatan akan menyebabkan terjadinya
erosi dipercepat. Disamping itu kehilangan vegetasi hutan akibat alih fungsi lahan
hutan akan berdapak hilangnya flora fauna alami dan rusaknya habibat alami
(Soerianegara dan Indrawan 2005). Penebangan pohon secara tidak terkendali dapat
tentunya akan mempercepat kerusakan hutan dan lingkungan yang lebih besar lagi.
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalah lingkungan diatas
secara tepat dan secara bersama-sama (kolektif).
Di dalam era keterbukaan sekarang ini, permasalahan eksternalitas berupa
pencemaran berupa pencemaran dan atau perusakan sumberdaya alam dan
5
lingkungan ini menjadi sangat berkembang dengan adanya tuntutan hukum dan ganti
kerugian akibat pencemaran dan atau perusakan sumberdaya alam dan lingkungan
baik dari perorangan, organisasi lingkungan hidup, maupun masyarakat suatu
wilayah. Saat ini, baik individu atau masyarakat yang terkena dampak negatif berupa
pencemaran dan atau perusakan lingkungan dapat mengajukan tuntutan hukum dan
tuntutan ganti kerugian kepada pelaku pencemaran dan atau perusakan lingkungan.
Hal ini diatur dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berbagai kerugian yang diderita oleh kelompok masyarakat dan atau perorangan pada
dasarnya dapat memperoleh kompensasi/ganti kerugian dari pihak yang melakukan
pencemaran dan atau perusakan sumberdaya alam dan lingkungan dengan jalur
pengadilan atau penyelesaian di luar pengadilan (KLH 2006).
6
dampak negatifnya, c) status kepemilikan, d) jenis dampak/eksternalitas, e) besaran
dampak, f) lamanya dampak, g) jenis sumberdaya alam dan lingkungan yang terkena
dampak, h) nilai sumberdaya alam dan lingkungan baik yang dapat dinilai secara
ekonomi maupun tidak dan lain-lain (KLH 2006).
Makalah atau paper ilmiah ini bertujuan untuk melakukan analisa identifikasi
dan penapisan dampak terhadap permasalah lingkungan hidup dan penerapan isu-isu
lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997) adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya
7
perusakan lingkungan merupakan akibat dari ketidak jelasan status kepemilikan
tersebut yang pada akhirnya nenimbulkan eksternalitas (spill over effect) dimana
tindakan satu pihak yang merugikan pihak lain tidak terkoreksi oleh mekanisme
pasar. Kondisi ini menyebabkan kesulitan untuk memulihkan lingkungan yang
tercemar atau rusak. Hal yang bisa dilakukan dalam kebijakan pengendalian
pencemaran dan atau perusakan sumberdaya alam dan lingkungan adalah mencegah
dan memperbaiki melalui instrumen ekonomi dan institusi.
8
b. Penghitungan lamanya pencemaran dan atau kerusakan berlangsung
c. Identifikasi pencemaran dan atau kerusakan terjadi secara langsung
atau tidak langsung
d. Pengukuran derajat pencemaran dan atau kerusakan yang terjadi
(menyangkut skala spasial dan jumlah pihak yang terlibat)
e. Identifikasi status kepemilikan sumberdaya alam dan lingkungan
terdiri dari : 1) sumberdaya alam dan lingkungan milik publik dan 2)
sumberdaya alam dan lingkungan milik perorangan : siapa pemilik
sumberdaya yang sebenarnya, tipe hak pemilikan (individu, komunal,
HGU, sewa, hak milik dan lain-lain), durasi kepemilikan dan intensitas
pemanfaatan dengan kepemilikan sumberdaya
9
dokumen bahan, pengamatan lapangan di lokasi kejadian dan keterangan yang telah
dikumpulkan terhadap dugaan terjadinya kasus kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan sehingga telah menimbulkan terjadi dampak negatif (eksternalitas) di
lapangan.
Ruang Lingkup wilayah yang terkena dampak kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan hidup ditentukan dengan mempertimbangkan kegiatan yaitu batas
ekologis dan batas administrasi, sosial dan pemerintahan :
a. Batas Ekologis
Batas ekologis dimaksudkan adalah satu kesatuan ekosistem dan wilayah sekitar
yang diperkirakan terkena dampak negatif kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan hidup yang terdiri dari ekosistem wilayah laut (badan air), ekosistem
wilayah daratan (lahan) dan ekosistem wilayah udara.
Batas administrasi ini sangat penting untuk dipertimbangkan dalam kaitannya dengan
penelaahan terhadap aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang mungkin
terkena dampak akibat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan atau
sebaliknya, dan penetapan kewenangan penanganan kasus pada wilayah
pemerintahan .
10
METODE PENAPISAN DAMPAK KERUSAKAN DAN ATAU
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
Proses penapisan dampak meliputi tiga hal yaitu dasar hukum dan peraturan,
kegiatan penilaian dokumen (document review), pelingkupan lapangan (scoping visit)
yang dilakukan langsung ke areal obyek terjadi adanya dugaan pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan. Metode penapisan dampak dilakukan secara analisa yuridis
dan analisa lapangan terkait kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup.
a. Dasar Hukum
7. Peraturan lainnya
Bahan yang digunakan dalam penapisan dampak kasus kerusakan dan atau
pencemaran lingkunga hidup antara lain :
1. Surat izin prinsip, izin usaha, IUP, dan HGU bserta petanya
11
2. Peta wilayah administrasi pemerintahan desa, kecamatan, kabupaten dan
provinsi
6. Studi Kelayakan
12
Temua lapangan petugas verifikasi juga dapat digunakan untuk dilakukan
penapisan dampat. Temuan lapangan yang didapat tentunya perlu saksi
masyarakat atau pihak lainnya yang mengetahui permasalahan kerusakan
dan atau pencemaran lingkungan hidup.
13
pengambilan keputusan tentang peristiwa kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan hidup
4. Perumusan Rekomendasi
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
14
Hakim N; Nyakpa MY; Lubis AM; Nugrogo SG; Saul MR; Diha MA; Hong GB; dan
Bailey HH. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung.
Bandar Lampung
Hamzah Z. 1983. Diktat Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
____________. 2003 b. Jeda balak di Jawa antara harapan dan kenyataan. Makalah
Disampaikan dalam Acara Seminar Sehari Jeda Balak Di Pulau Jawa di
Hotel Santika Tanggal 3 Juni 2003. Poltrof Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Hamilton, L.S. and P. N. King, 1988. Daerah Aliran Sungai Tropika. Terjemahan.
Gajahmada University Press. Yogyakarta.
Fisher, R. F., and D. Binkley. 2000. Ecology and Management of Forest Soils.
Third Edition John Wiley and Sons, Inc. New York. 489 p.
15
Jordan C. F. 1985. Nutrient Cycling in Tropical Forest Ecosystem. John Wiley &
Sons. New York.
Kepmen LH No. 210 tahun 2004 tentang Kriteria Kerusakan Hutan Mangrove.
Peraturan Pemerintah RI Nomor : 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.
16
Peraturan Pemerintah RI Nomor : 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun .
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.
Bogor
Undang Undang Nomor : 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Negara Republik Indonesia.
17
Undang Undang Nomor : 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Negara Republik
Indonesia
Undang Undang Nomor : 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Negara Republik
Indonesia.
Undang Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Negara Republik Indonesia.
Wasis B. 2006. Comporison of site quality between first rotation and second rotation
Acacia mangiumplantation forest (A Case study in Industrial plantation forest
of PT Musi Hutan Persada, South Sumatra Province). Disertation : Bogor
Agricultural University (IPB). Bogor.
Wasis, B. 2004. Dampak Kembakaran Hutan dan Lahan terhadap Aspek Tanah dan
Air. Makalah Workshop kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup,
Kepolisian Daerah Propinsi Kalimantan Tengah dan BLH Provinsi
Kalimantan Tengah. Palangkaraya.
18