LEVEL KELOMPOK
Alhamdulillah, segala puji selalu Kami panjatkan kepada Allah SWT atas ridho-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan buku berjudul ‘Traveling Sendiri? Siapa
Takut!’ dengan lancar tanpa kendala berarti.
Buku ini ditulis sebagai media berbagi penulis sekaligus panduan mudah dan
menyenangkan untuk melakukan perjalanan sendiri. Keberhasilan buku ini tentu tidak akan
terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga yang selalu mendukung
dan memberikan do’a terbaik dalam setiap perjalanan yang penulis lakukan. Ucapan terima
kasih juga penulis sampai kepada Penerbit Surya Citra yang bersedia mewujudkan catatan
perjalanan sendiri penulis menjadi sebuah buku yang diharapkan bisa bermanfaat bagi para
traveler lain. Dan beribu ucapan terima kasih pada semua pihak yang turut mendukung
penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Buku ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Jika pembaca menemukan
kesalahan apapun, penulis mohon maaf setulusnya. Selalu ada kesempatan untuk
memperbaiki setiap kesalahan, karena itu, dukungan berupa kritik & saran akan selalu
penulis terima dengan tangan terbuka. Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
Daftar Tabel.................................................................................................vi
Daftar Gambar.............................................................................................vii
A. Pengantar...................................................................................................1
B. Defenisi Kelompok...................................................................................1
C. Alasan Pembentukan Kelompok...............................................................2
D. Teori Pembentukan Kelompok.................................................................3
E. Tipe-Tipe Kelompok.................................................................................5
F. Tahap Perkembangan Kelompok...............................................................6
G. Defenisi Tim Kerja....................................................................................7
H. Tipe-Tipe Kerja.........................................................................................8
A. Pendahuluan..............................................................................................49
B. Defenisi, Klasifikasi Dan Karakteristik....................................................56
C. Pembentukan Fase Kelompok...................................................................59
D. Alasan Perlunya Berlkelompok................................................................60
E. Beberapa Masalah Utama Dan Kelompok................................................61
F. Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Yang MempengaruhiPrestasi
Kelompok..................................................................................................62
E. Jenis Kelompok.........................................................................................65
G. Terbentuknya Kelompok ..........................................................................66
H. Perkembangan Kelompok.........................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................106
A. Buku Cetak...............................................................................................106
B. Kutipan Dalam Buku...............................................................................107
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Prilaku Organisasi Level I.Kelompok
KELOMPOK DAN TIM
A. Pengantar
B. Defenisi Kelomok
Setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipuaskan. Namun demikian ada
sejumlah kebutuhan yang tidak mampu dipuaskan diri sendiri, kecuali bergabung dalam
kelompok. Hasrat untuk mendapatkan kepuasan atas apa yang menjadi kebutuhan
merupakan daya motivasi yang kuat dalam pembentukan kelompok. Beberapa
kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui kelompok:
a) Keamanan Individu yang berada dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman
karena sendirian. Individu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan tahan terhadap
ancaman.
b) Sosial Keinginan untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi anggota kelompok
serta berkontribui di dalamnya menunjukkan kebutuhan sosial semua orang.
c) Penghargaan Dalam lingkungan tertentu, suatu kelompok yang bergengsi tinggi atau
bereputasi akan menarik orang untuk bergabung didalamnya.
2. Kedekatan dan Daya Tarik
Kedekatan adalah jarak fisik antara para karyawan yang melaksanakan pekerjaan,
sedangkan daya tarik menunjukkan ketertarikan orang yang satu dengan lainnya. Orang-
orang yang melakukan aktivitas pekerjaan dengan berdekatan secara fisik akan
memungkinkan mereka tertarik satu dengan lainnya dan membentuk kelompok karena
mengerti sikap, pandangan dan kepribadian masing-masing.
3. Tujuan Kelompok
Untuk mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas dibutuhkan kerjasama
beberapa orang. Ada yang dibutuhkan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau
kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Alasan Ekonomi
Motif ekonomis menyebabkan terbentuknya kelompok, karena mereka menganggap
akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besardari pekerjaan mereka, jika
mereka membentuk kelompok.
3
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
a) Bila kelompok anda melakukannya dengan baik, anda menikmati kemuliaan dan
harga diri anda meningkat. Sebaliknya bila kelompok anda berkinerja buruk, anda
mungkin merasa tidak enak dengan diri anda sendiri, atau anda bahkan mungkin
menolak bagian identitas anda. Identitas sosial juga membantu orang mengurangi
ketidakpastian tentang siapa diri mereka dan apa yang harus mereka lakukan.
b) Orang mengembangkan banyak identitas sepanjang hidup mereka. Anda mungkin
menentukan diri anda dalam hal organisasi tempat anda bekerja, kota tempat anda
tinggal, profesi anda, latar belakang agama anda, etnisitas anda, atau jenis kelamin
anda.
E. Tipe-Tipe Kelompok
Luthans (2011: 342) dan Gibson et al. (2012: 234), mengemukakan model
lima tahap dalam memahami perkembangan kelompok sebagai berikut:
1. Tahap pembentukan (Forming). Tahap awal ini ditandai ketidakpastian atas tujuan,
struktur dan kepemimpinan. Anggota mempertimbangkan tipe perilaku apa yang cocok
dan dapat diterima. Tahap ini selesai ketika anggota merasa menjadi bagian dari
kelompok.
2. Tahap keributan (storming). Seperti diindikasikan istilahnya (ribut), tahap ini ditandai
oleh konflik dan konfrontasi diantara anggota. Mereka masih saling curiga satu sama
lainnya karena belum begitu mengenal sifat dan tingkah laku masing-masingnya.
Ketika tahap ini selesai terdapat kepastian strukur.
3. Tahap penormaan (norming). Tahap ini struktur menjadi solid, kohesivitas tinggi,
perbedaan menjadi kerjasama.
5
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
4. Tahap berkinerja (performing). Tahap ini struktur sudah berfungsi dan fokus pada
penyelesaian tugas. Untuk kelompok kerja permanen berkinerja adalah tahap akhir.
Untuk tim, panitia, satgas dan sejenisnya terdapat tahap pembubaran.
5. Tahap pembubaran (adjourning). Untuk proyek tim atau tugas dengan tujuan khusus,
saat tujuan tercapai kelompok akan membubarkan diri atau memiliki komposisi baru
dan tahapan dimulai dari awal.
H. Tipe-Tipe Kerja
Robbins dan Judge (2013: 310), mengklasifikasi empat tipe tim yang paling
umum sebagai berikut :
a) Tim pemecahan masalah (Problem-Solving Teams).
b) Tim kerja yang mengelola diri sendiri (Selfmanaged work teams).
c) Tim lintas fungsional (Cross-Functional Teams).
d) Tim virtual (Virtual Teams).
1. Tim pemecahan masalah (Problem-Solving Teams).
Tim pemecah masalah dibentuk untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
organisasi seperti peningkatan kualitas, efisiensi, lingkungan kerja dan lain-lain. Tim
ini umumnya terdiri dari 4-12 orang dari departemen yang sama, mereka saling berbagi
gagasan dan menawarkan saran untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Jarang
sekali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya) menerapkan
saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk Tim Problem-
Solving adalah Lingkaran Kualitas.
2. Tim kerja pengelolaan diri (Self-managed work teams).
Tim yang tidak hanya dapat memecahkan masalah, tetapi juga memikul tanggung
jawab sepenuhnya akan hasil-hasilnya. Tim ini umumnya terdiri atas 10 hingga 15
orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini
7
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
9
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
BAB II
11
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
12
nilai-nilai
Prilaku yang sama
Organisasi Levelyang perlu ditularkan sesama anggota lainnya. Kadangkala
Kelompok
kelompok informal berkembang atau keluar dari organisasi formal.
Menurut Robbins dan Judge (2011: 310), menjelaskan bahwa kelompok
formal bersetruktur organisasi, dengan desain penugasan, dan penentuan
tugas.dalam hal ini peerilaku anggota yang terikat di dalamnya di tentukan dan di
arahkan pada tujuan organisasi. Sedangkan dalam kelompok informal, terbentuk
secara alamiah sebagai tanggapan dan atas kebutuhan akan adanya kontak sosial.
Berdasarkan penjelasan Robbins dan Judge tersebut berarti perilaku dari anggota
organisasi terikat oleh organisasikarena semua penugasan dan wewenang telah di
tentukan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Lain halnya dengan kelompok informal yang lebih mengacu pada nilai nilai
sosial individu tanpa adanya setruktural dari kelompok tersebut. Sebagai contoh,
karyawan dalam suatu perusahaan keluar untuk makan siang bersama, mereka
bekelompok pada jam istirahat atau mengikut sertakan dirinya dalam kegiatan
secara spontan pada pekerjaan mereka. Sedangkan anggota dari depertemen atau
lembaga yang makan siang misalnya bersama lembaga lain termasuk dalam
kelompok formal. Perbedaan dari kelompok formal dan informal dapat dipahami
bahwa kelompok informal, muncul secara spontan. Sedangkan formal terbentuk
karena adanya otoritas keorganisasian.
Selain itu, Badeni (2013: 94) juga mengemukakan beberapa jenis kelompok
selain dari yang telah disebutkan diatas yaitu:
a) Kelompok komando dan kelompok tugas Untuk mencapai keefektifitasan organisasi,
tugas organisasi di bagi kedalam bentuk spesialisasi masing masing. Maksudnya setiap
orang melakukan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasinya. Karenanya
kelompok spesialisasi yang di pimpin oleh seorang komando disebut kelompok
komando. Antara kelompok komando dan kelompok tugas, keduanya termasuk
kedalam kelompok formal karena keduanya memiliki struktur yang jelas dalam
mengkordinir anggotanya.
b) Kelompok kepentingan dan kelompok persahabata Didalam anggota kelompok bisa
jadi memiliki kepentingan atau minat yang sama. Adanya kepentingan yang sama
mendorong mereka untuk membentuk kelompok kepentingan. Dengan demikian,
kelompok ini termasuk kedalam kelompok informal karena tidak adanya kejelasan
13
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
struktur mengenai apa yang di lakukan, siapa yang melakukan serta bagaimana cara
melakukannya.
c) Sumber daya organisasional: Sumber daya yang dimaksud berupa uang, waktu, bahan
mentah, peralatan, yang dialokasikan organisasi pada kelompok.
d) Evaluasi kinerja dan sistem ganjaran.
e) Budaya organisasi: Standar anggota mengenai perilaku yang dapat diterima dengan
baik dan yang tidak dapat diterima.
4. Daya Anggota Kelompok
Ada dua sumber daya yang berperan sangat penting pada anggota individu yaitu:
a) Kemampuan: Terdapat hubungan antara kemampuan intelektual dengan relevansi
terhadap tugas kinerja kelompok.
b) Karakteristik kepribadian: Yaitu hubungan karakteristik kepribadian yang positif
dalam budaya terhadap produktivitas, smangat dan kekohesipan kelompok.
16
Prilakusentimen (perasaan
Organisasi Levelatau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain berhubungan secara
Kelompok
langsung, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain (shared),
semakin beraneka interaksi interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya
sentimensentimen mereka.
b) Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan (shared) pada orang
lain.
c) Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin
banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak
kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
Teori lain yang sekarang ini sedang mendapat perhatian betapa pentingnya
didalam memahami terbentuknya kelompok,ialah Teori pertukaran (exchange
teori). Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja.
Teori pertukaran kelompok berdasarkan atas interaksi dan susunan hadiah, biaya
dan hasil. Suatu tingkat positif yang minim (hadiah lebih besar daripada biaya) dari
suatu hasil harus ada, jikalau diinginkan terdapatnya daya tarik dan afiliasi. Teori
lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan-alasan praktis
(practicalities of group formation). Contoh dari teori ini, antara lain karyawan-
karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok disebabkan karena alasan
ekonomi, keamanan atau alasan-alasan sosial.
Secara logis, karyawan-karyawan yang mendasarkan pertimbangan ekonomi
bisa bekerja dalam suatu proyek karena dibayar untuk itu, atau mereka dapat
bersama-sama di dalam serikat buruh karena mempunyai tuntutan yang sama
tentang kenaikan upah. Untuk alasan keamanan, bersatunya kedalam suatu
kelompok karena membuat dirinya satu front untuk menghadapi deskriminasi,
pemecatan, perlakuan, sepihak, dan lain sebagainya. Demikian seterusnya alasan-
alasan praktis ini membuat orang-orang dapat mengelompok dalam suatu grup.
Dari pemahaman beberapa teori pembentukan kelompok seperti yang diuraikan
diatas, dapat kemudian disimpulkan karakteristik dari kelompok yang terdiri dari
tiga kategori yaitu:
a) Adanya dua orang atau lebih
b) Yang berinteraksi satu sama lainnya
17
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
1. Tim Vs Kelompok
Lalu, apa yang di maksud dengan tim? Dikatakan sebagai tim apabila memiliki
ciri sebagaimana berikut:
a) Anggota menyadari ketergantungan diantara mereka dan menyadari sasaran paling
baik dicapai dengan cara saling mendukung.
b) Anggota tim ikut merasa memiliki pekerjaan dan organisasinya karena mereka
memiliki komitmen terhadap tujuan yang akan dicapai.
c) Anggota memiliki kontribusi terhadap keberhasilan organisasi.
d) Anggota menjalankan komunikasi dengan tulus dan memahami sudut pandang mereka
masing masing.
19
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
e) Anggota didorong untuk menambah ketrampilan dan menerapkannya dalam tim serta
mereka menerima dukungan penuh dari tim.
f) Mereka menyadari bahwa konflik dalam tim adalah hal yang wajar, karena konflik
memberikan kesemptan untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya.
g) Anggota berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi tim
meskipun keputusan berada di tangan pemimpin.
Menurut Tjiharjadi (2012: 266) Tim dapat didefinisikan sebagai kumpulan dua
atau lebih individu yang berintraksi secara dinamis, independen, dan saling
beradaptasi untuk mencapai suatu tujuan bersama yang telah ditetapkan. Suatu tim
biasanya mempunyai ukuran yang lebih kecil dan skala tujuan yang lebih spesifik.
Dapat kita ambil contoh: suatu Tim Volly yang mewakili UIN SU yang memiliki
tujuan spesifik untuk merebut gelar juara pada suatu pertandingan olahraga
ditingkat nasional. Kreitner ( 2007: 340) team as a small number of people with
complementary skills who are committed to a common purpose, performance goals,
and approach for which they hold themselves mutually accountable ( Wijaya,
2017:77).
Menurut Kreitner dan Kinicki dalam buku Wibowo (2014: 182)
mengungkapkan bahwa kelompok kerja bisa saja menjadi tim ketika:
kepemimpinan menjadi aktivitas bersama, akuntabilitas bergeser dari sangat
individual menjadi bersama antara individual dan kolektif, kelompok
mengembangkan maksud dan misinya sendiri, problem solving menjadi way of life
bukan aktivitas paruh waktu, dan efektifitas diukur oleh hasil dan produk kolektif
kelompok.
Zulkarnain (2013: 149) sebuah tim adalah sekelompok orang yang saling
bergantung informasi, sumber daya, keterampilan serta berusaha untuk
menggabungkan mereka untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristi Tim menurut
Thompson dalam Zulkarnain adalah: anggota tim saling bergantung mengenai
beberapa tujuan bersama, tim dibatasi dan tetap relatif stabil dariwaktu kewaktu,
anggota tim memiliki wewenang untuk mengelola pekerjaan mereka sendiri, dan
tim beroperasi dalam konteks sistem organisasi.
Meskipun kita sering berfikiran bahwa kelompok dengan tim adalah suatu kata
yang sama makna, akan tetapi pada keduanya terdapat perbedaan baik dilihat dari
banyaknya anggota di dalamnya, cara pemecahan masalahnya, perilaku para
20
Prilakuanggotanya,
Organisasirasa salingKelompok
Level memiliki dari anggota tim atau kelompok itu, atau bahkan
cara pengambilan keputusan. Tim jika dilihat juga lebih kecil dan sedikit serta
terbatas anggotanya. Kita dapat mengetahui dan membedakan, sebagaimana telah
dijelaskan di atas. Jadi antara tim dan kelompok memiliki dua perioritas yang
membedakan yaitu dari sebuah tim terdapatnya tujuan bersama dimana setiap
anggota berbagi tanggung jawab untuk mencapainya, serta setiap anggota
memahami dan merasa terikat untuk mencapai tujuan berrsama tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel Perbedaan Kelompok dan Tim kerja
berikut:
2. Tipe-Tipe Tim
21
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Menurut LePine, Wesson dalam Wibowo (2013: 183) mengelompokkan Tim menjadi 5
yaitu:
a) Work Team. Tim ini rancang untuk reltif permanen dengan maksud untuk
menghasilkan jasa, dan biasanya memerlukan komitmen penuh dari anggota mereka.
b) Management Teams. Sama halnya dengan Work teams, akan tetapi ada perbedaan dari
beberapa cara penting. Kalau Work teams terfokus pada penyelesaian utama tingkat
produksi dan tugas pelayanan, sedangkan management teams berpartisipasi dalam tugas
tingkat manajerial yang mempengaruhi seluruh organisasi.
c) Parallel Teams. Parallel teams hanya memerlukan komitmen paruh waktu dari anggota,
dan mereka dapat permanen atau temporer, tergantung pada tujuannya.
d) Project Teams. Project teams dibentuk untuk sekali tugas yang umumnya kompleks dan
memerlukan banyak masukan dari anggota dengan tipe berbeda dalam pelatihan dan
pengalaman. Para anggota bekerja paruh waktu
e) Action Teams. Teams ini melakukan tugas yang umumnya dalam waktu terbatas dan
sifatnya sangat menantang serta mereka bekerja bersama untuk waktu yang lebih
panjang.
Menurut Yukl (2007: 368) mengatakan bahwa ada beberapa variabel yang
menengahi untuk pengaruh dari perilaku pemimpin terhadap kinerja Tim. Berikut
Tabel Variabel yang mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan:
Menurut Sopiah (2008) Untuk berkinerja baik sebagai anggota tim, individu-individu harus
mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Menghadapi perbedaan-perbedaan dan
memecahkan konflik dan menghaluskan tujuan pribadi untuk kebaikan tim itu. Bagi
banyak karyawan, ini merupakan suatu tugas yang sukar atau bahkan mustahil. Tantangan
bagi pencipta pemain tim yang paling besar adalah bila:
a) Seleksi
Beberapa orang memiliki keterampilan hubungan antar pribadi untuk menjadi pemain
tim yang efektif. Ketika memperkerjakan anggota tim, disamping keterampilan teknis
yang diperlukan untuk mengisi pekerjaan itu, harus dipastikan bahwa calon dapat
memenuhi peran sebagai anggota tim dan juga memenuhi persyaratan teknis.
b) Pelatihan
Pada pandangan yang lebih optimis, sebagian orang yang dibesarkan pada lingkungan
yang mementingkan prestasi individual dapat dilatih untuk menjadi pemain tim.
Pelatihan menjalankan latihan-latihan yang memungkinkan karyawan mengalami
kepuasan yang dapat diberikan oleh kerja tim. mereka menawarkan lokakarya untuk
membantu karyawan memperbaiki keterampilan pemecahan masalah, komunikasi,
perundingan, manajemen konflik dan pelatihan (coaching) mereka.
c) Ganjaran
Sistem ganjaran perlu diperbaiki untuk mendorong upaya kooperatif, bukannya
kompetitif. Misalnya, space launch system company milik Martin Marietta telah
mengorganisasikan 1.400 karyawannya ke dalam tim-tim. Ganjarannya distruktur
untuk mengembalikan suatu kenaikan persentase dalam gaji terbawah kepada anggota
tim berdasarkan pencapaian tujuan kinerja tim tersebut.
d) Promosi
Kenaikan upah dan aneka ragam lainnya dari pengakuan hendaknya diberikan kepada
individu-individu atas betapa efektif mereka sebagi anggota tim yang kolaboratif.
Contoh perilaku yang seharusnya diganjar anatara lain melatih rekan baru, berbagi
informasi dengan teman satu tim, membantu memecahkan konflik tim dan menguasai
keterampilan baru yang diperlukan tetapi masih kurang dimiliki oleh tim.
Dalam bagian ini dibahas empat isu yang berkaitan dengan pengelolaan tim:
a) Bagaimana perundan-undangan merusak upaya untuk melaksanakan tim dalam
organisasi berserikat-buru?
b) Bagaimana tim mempermudah penagambilan manajemen kualitas total?
c) Apakah implikasi dan keanekaragaman angkatan kerja pada kinerja tim?
d) Bagaimana manajemen menggiatkan kembali tim yang macet?
e) Tim dan undang-undang tenaga kerja.
24
Secara historis,
Prilaku Organisasi hubungan antara tenaga kerja dan manajemen dibangun atas
Level Kelompok
konflik. Kepentingan manajemen dan tenaga kerja pada dasarnya berlawanan,
dimana masing-masing memperlakukan yang lain sebagai lawan. Manajemen
semakin menyadari bahwa upaya yang berhasil untuk meningkatkan produktivitas,
memperbaiki kualitas dan mengurangi biaya, menuntut pelibatan dan komitmen
karyawan.
tim akan mengidentifikasi pemecahan yang kreatif atau unik. Disamping itu,
kurangnya suatu perspektif bersama biasanya berarti tim yangberaneka itu
menghabiskan lebih banyak waktu untuk membahas isu itu, yang mengurangi
peluang bahwa suatu alternatif lemah akan dipilih. Tetapi hendaknya diingat bahwa
kontribusi positif yang diberikan oleh keanekaragaman kepada tim pengambilan
keputusan tak diragukan akan berkurang dengan berjalannya waktu. Dapat
mengharapkan meningkatnya komponen nilai tambah dari tim yang beraneka
dengan makin kenalnya satu sama lain anggota-anggota dan makin kohesif tim itu.
BAB III
DINAMIKA KELOMPOK
B. Ciri-Ciri Kelompok
27
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain
(Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat).
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
C. Jenis-Jenis Kelompok
29
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
yang lain, maka sering kali proses dalam kelompok menimbulkan masalah-
masalah.
D. Dinamika Kelompok
30
Di dalam
Prilaku buku Group
Organisasi Dynamic
Level yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan
Kelompok
bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya
cenderung mengarah pada persoalan psikologi.
31
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke
dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu
yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan
berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai
mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah
berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut
”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada
proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main
yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua
anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan
kelompok melakukan berbagaikegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat
proses dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
Performing Norming
Gambar 1. DinamikaKelompok
32
Alasan Level
Prilaku Organisasi pentingnya dinamika kelompok:
Kelompok
a. Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
b. Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
c. Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik
d. Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja
dengan efektif.
pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama
akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin
kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan
kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua
kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan
identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.
d. Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif
dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka
pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikho group dan sosio
group sebagai berikut:
a) Psikho group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka,
simpati, atau antipati antar anggota
b) Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila
pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan
faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu
tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada
saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah
dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika
kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya
masing-masing)
d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat
memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat.
5. Kelompok Sosial
A. Macam-macam Kelompok
34
Individu
Prilaku sebagai makhluk
Organisasi sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan
Level Kelompok
bentuk-bentuk interaksi sosial. Individu juga tidak bisa dilepaskan dari situasi tempat
ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang tertbentuk akibat
situasi tersebut. Situasi yang dihadapii individu terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan didefinisikan sebagai suatu situasi berkumpulnya sekumpulan
individu secara bersama-sama. Situasi kebersamaan menimbulkan kelompok
kebersamaan, yaitu suatu kelompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan
waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan. Kelompok
ini sering juga disebut massa atau crowd. Menurut kinch, ciri-ciri massa adalah:
a) Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek
b) Pesertanya berhubunga secara fisik (misal berdesak-desakan)
c) Kurang adanya autran yang terorganisir
d) Interaksinya bersifat spontan
Brown membagi kerumunan massa/ crowd menjadi dua golongan, yaitu Mobs dan
Audience. Mobs merupakan suatu kerumunan aktif yang meyebabkan kerusakan
kerusakan, sedangkan Audience merupakan terbentuknya suatu kelompok karena
adanya penggerak yang sama.
2. Situasi kelompok Sosial
Situasi kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu
atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Situasi
kelompok sosial ini akan melahirkan terbentuknya kelompok sosial, artinya suatu
kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah
terdapat pembagiantugas, struktur, norma-norma tertentu. Kelompok sosial secara
umum diikat oleh factor-faktor berikut ini:
a) Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki nilai
keuntunganbagi individu
b) Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan
kekuatan ikatan antar anggota
c) Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik
dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
35
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
36
Prilakuperaturan sertaLevel
Organisasi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah
Kelompok
komite, panitia, organisasi pemuda.
b. Kelompok informal, kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan
kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau
dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh
peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa
berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara
tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.
B. Defenisi dan Ciri-Ciri Kelompok Sosial
Definisi kelompok sosial dikemukan beberapa ahli seperti:
1. Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara
individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
2. Crech dan Curtchfield
Kelompok sosial didefinisikan sebagai sistem yang terintegrasi yang terbentuk karena
adanya hubungan psikologis untuk menyelesaikan keadaan secara obyektif
3. S.S.Sargent
Penggambaran kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, misal
berdasarkan ukuran kelompok, jumlah anggota yang ada, distribusi geografik,dll
4. Newcomb, Turner, dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok
sosial, terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-
cirinya yang relatif stabil. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial
merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan
interaksi sosial agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada. Secara
umum, Baron dan Byrne mengungkapkan bahwa sebuah kelompok harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain
b. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi
perilaku anggota yang lain
c. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan
dan tahun)
37
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
d. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota
e. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga
mereka memiliki set peran
f. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri
berikut ini:
a. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain
(dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
b. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan
yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu
yang terlibat di dalamnya.
c. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
d. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang
ada.
e. Berlangsungnya suatu kepentingan
f. Adanya pergerakan yang dinamik
C. Pembentukan dan Efektivitas Kelompok Sosial
1. Pembentukan Sosial
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar
individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan
kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah
kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan
yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.
38
Prilaku Organisasi Level Kelompok
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara langsung. Dikutip dari
Miftah Toha tentang elemen-elemen tersebut:
a) Semakin banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin
beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b) Semakin banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan
pada orang lain
c) Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin
banyak sentimen dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan
ditularkannya aktivitas dan interaksi.
3. Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi
suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis
dalam proses pembentukan kelompok.
4. Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang berkelompok, mengacu pada teori
kebutuhan Maslow. ”The group itself is the source of needs” (Kelompok itu sendiri
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri).
5. Hipotesa pembentukan kelompok
1) Hipotesa I :Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan
memenuhi kebutuhannya.
2) Hipotesa II: Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk
menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan
orang lain.
3) Hipotesa III: Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif
dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi,
kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan
dan keharmonisan.
4) Hipotesa IV:Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang
kemampuannya sama atau lebih tinggi
5) Hipotesa V: Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila
mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau
memberikan imbalan
40
6) Hipotesa
Prilaku VI: Seseorang
Organisasi akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia
Level Kelompok
menilai baik pada kelompok
7) Hipotesa VII:Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan keanggotaan di
dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota kelompok
memberikan suatu imbalan)
8) Hipotesa VIII:Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia
menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi
kebutuhan/memberikan kepuasan.
9) Hipotesa IX: Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
10) Hipotesa X: koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau lebih mencapai
imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau bekerja sendiri-sendiri.
1. Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap
kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika
kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang
ditandai kelompok. Pembuatan keputusan Secara mufakat Berdasar otoritas dalam
kelompok dengan partisipasi minimal dari anggota kelompok Kohesi Difasilitasi, saling
percaya, dan saling memberi dukungan Saling mengabaikan Toleransi konflik
Toleransi terhadap konflik tinggi, adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya
bersama Toleransi terhadap konflik rendah, usaha dilakukan untuk menghindar,
mengingkari, menekan atau mengesampingkan kontroversi Kekuatan Ditentukan oleh
kemampuan anggota, kekuatan sama Ditentukan oleh kedudukan dalam kelompok
Evaluasi Sering, semua anggota berperan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan
bagaimana meningkatkan fungsi kelompok Minimal, evaluasi kalau ada hanya
dilakukan oleh yang mempunyai otoritas tinggi Kreatifitas Didorong, difasilitasi untuk
aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal Tidak didorong, individu takut dengan
kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan
anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka
mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu
mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya. Perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi
dalam kelompok. Perkembangan kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a) Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan dimana Tahap ini
tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan semua individu akan
saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjaadi kelompok
yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
b) Tahap Fungsional
Tahap fungsional merupakan tahap saling membutuhkan antara satu dengan yang
lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan
terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
c) Tahap Disolusi
44
Tahap
Prilaku ini terjadi
Organisasi apabila
Level keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak
Kelompok
membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan
pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi
pembubaran kelompok.
Menurut Tuckman dan Jensen perkembangan kelompok dapat dibagi dalam
6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai
berikut:
Mendefinisikan misi
Belum familiar, belum
kelompok, tipenya masih
Orientation saling percaya, belum
memberi instruksi,
ada partisipasi
membuat skema tujuan
Semangat tim
berkembang, mulai
Evaluasi gerakan
membangun
kelompok, fokus pada
Storming kepercayaan, konflik
tujuan, penyelesaian
mungkin muncul,
konflik, menentukan tujuan
terkadang tidak sabar
dan frustasi
2. Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai
“masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku,
atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri community:
a. Adanya daerah/batas tertentu
b. Manusia yang bertempat tinggal
c. Kehidupan masyarakat
d. Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
a. Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin
satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
b. Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
c. Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia.
Pada dasarnya setiap orang sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan
satu sama lainnya. Maka dari itu, adanya interaksi dan saling berhubungan satu
sama lainnya membuat manusia membuat suatu pegelompokan. Adanya kebutuhan
yang sama untuk memenuhi kehidupan, membuat manusia terlibat dalam aktivitas
kelompok. Kelompok-kelompok tersebut menjadi sebuah organisasi yang di
dalamnya terdapat orang-orang yang saling membutuhkan. Adanya kesamaan
47
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
48
Prilakuadalahsejumlah orangKelompok
Organisasi Level yang (1) saling berhubungan, (2) saling memperhatikan
secara psikologis, (3) menerima kenyataan sebagai suatu kelompok.
Senada denga rumusan tersebut, Duncan dalam Sofyandi dan Garniwa,
menambahkan bahwa “a group is defined as two or more people who interact to
accomplish a common goal (s), the interactionlasting and displays at least some
structure”. Suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan bersama, interaksi tersebut bersifat relatif tetap dan mempunyai
struktur tertentu. Diman Duncan menyebutkan terdapat empat ciri utama kelompok,
yaitu :
1. Common motive(s) leading to group interaction. Anggota suatu kelompok, paling tidak
harus mempunyai satu tujuan bersama.
2. Members who are affected differently by their interaction. Hubungan dalam suatu
kelompok harus memberikan pengaruh kepada setiap anggotanya. Tingkat pengaruh
tersebut di antara mereka dapat berbeda.
3. Group structure with different degrees of status. Dalam kelompok selalu ada perbedaan
tingkat/status, karena akan selalu ada pimpinan dan pengikut.
4. Standard norms and values. Karena kelompok terbentuk untuk mencapai tujuan
bersama, maka biasanya pembentukannya disertai oleh tingkah laku dan sistem nilai
bersama. Anggota kelompok diharapkan mengikuti pola tersebut.
Kelompok diklasifikasi menjadi kelompok formal dan kelompok informal.
Kelompok formal yaitu kelompok yang dibentuk berdasarkan tuntutan formal
organisasi/sesuai dengan struktur organisasi. Dalam kelompok-kelompok formal, perilaku
yang harus dianut oleh seseorang yang ditetapkan dan diarahkan menuju tujuan-tujuan
organisasi.
Kelompok formal dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelompok komando
(command group) dan kelompok tugas (task group).
Kelompok komando adalah kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan
melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi. Kelompok ini terdiri dari bawahan
yangmelapor dan bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan tertentu. Di
perguruan tinggi misalnya, biro-biro, fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada
dilingkungan suatu perguruan tinggi atau departemen-departemen yang ada dalam
perusahaan merupakan contoh dari kelompok komando. Kelompok tugas adalah suatu
kelompok yang bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu.
49
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Anggota kelompok ini biasanya berasal dari berbagai unit dalam organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan akan ketrampilan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas atau proyek tersebut.
Kelompok informal yaitu aliansi yang tidak terstruktur secara formal akan tetapi
terbentuk secara alamiah sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.
Kelompok-kelompok ini adalah formasi-formasi alami dalam lingkungan kerja yang
timbul sebagai respons terhadap kebutuhan akan kontak sosial. Kelompok informal dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu : kelompok persahabatan (friendship group) dan
kelompok kepentingan (interest group).
Kelompok pershabatan yaitu terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan
tentang sesuatu hal, seperti hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang,
pandangan politik dll.
Kelompok kepentingan yaitu merupakan kelompok yang berafiliasi untuk
mencapai sasaran-sasaran yang sama. Sasaran jenis ini tidak berkaitan dengan
tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan itu sendiri.
50
pada saat
Prilaku para anggota
Organisasi mulai
Level berpikir bahwa dari mereka merupakan bagian dari sebuah
Kelompok
kelompok.
2. Storming (merebut hati). Fase ini didirikan oleh adanya konflik intra kelompok.
Anggota menerima keberadaan kelompok tetapi menolak pengendalian kelompok oleh
individu tertentu. Fase ini selesai manakalah didapatka hirarki kepemimpinan yang
relative jelas di dalam kelompok.
3. Norming (pengaturan norma). Fase ini menggambarkan adanya perkembangan
hubungan dan kelompok menunjukkan adanya kohesi (kepaduan). Fase ini berakhir
dengan adanya struktur kelompok yang semakin solid dan terjadi perumusan yang benar
dan diterima atas berbagai harapan serta perilaku kelompok.
4. Performing (melaksanakan). Fase ini memperlihatkan fungsi kelompok berjalan dengan
baik dan diterima oleh anggota. Jadi energy kelompok sudah bergerak dari tahap saling
mengenal dan saling menegrti ke pelaksanaan tigas-tugas yang ada.
5. Anjourning (pengakhiran). Fase ini merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok
yang bersifat temporer, yang didalamnya tidak lagi berkenaan dengan pelaksanaan
tugas-tugas tetapi dengan berakhirnya rangkaian kegiatan.
Kebanyakan orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut berasumsi
bahwa sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak
melalui empat tahap pertama. Meskipun asumsi ini mungkin secara umum benar, apa yang
membuat sebuah kelompok efektif ialah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model ini.
1. Rasa aman
Dengan bergabung dalam kelompok seseorang mengharap akan
memperoleh rasa aman karena tidak sendirian lagi dalam mengahadapi harapan.
Dengan adanya rasa aman ini maka orang itu akan dapat lebih aktif dan kreatif
dalam mencapai tujuantujuan tertentu, baik tujuan individu maupun tujuan
kelompoknya.
2. Status dan harga diri
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan status atau
harga dirinya, misalnya adanya kelompok arisan yang semua anggotanya para artis
atau golongan the have. Dengan bergabung dalam kelompok tersebut maka
anggota-anggotanya akan merasa harga diri dan statusnya menjadi semakin tinggi
di masyarakat meskipun belum tentu masyarakat menilainya seperti itu.
3. Interaksi dan afiliasi
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk memenuhi salah satu
kebutuhan manusia yang paling mendasar, yaitu sosialisasi dan afiliasi. Manusia
tidak akan merasa neyaman jika hidup sendirian, walaupun kebutuahan yang lain
terpenuhi. Manusia membutuhakan teman untuk berbicara, berdiskusi, berbagi baik
kebahagiaanmaupun penderitaan. Manusia butuh teman untuk didengan pendapat,
harapan dan cita-cita.
4. Kekuatan
Dengan bergabung dalam kelompok maka seseorang akan merasa memiliki
kekuatan untuk meraih impian atau harapannya. Karena tidak sendirian lagi maka
ia merasa kuat. Dia bisa berbagi, bisa minta pendapat, nasihat, bahkan minta tolong
kepada anggota yang lain.
5. Pencapaian tujuan
Dengan bergabung dalam kelompok, tujuan akan lebih mudah dicapai
disbanding bila sendirian. Dengan bekerja sama, gotong royong, saling membantu,
slaing mendukung, saling menguatkan, tentu tujuan akan lebih mudah diraih
disbanding dengan berpikir, bersikap, dan berbuat sendiri.
6. Kekuasaan
Dengan bergabung dalam kelompok maka seseorang berkesempatan untuk
mempengaruhi orang lain. Kelompok member kekuasaan tanpa wewenang formal
52
Prilakudari organisasi.Level
Organisasi Bagi orang yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan, kelompok
Kelompok
merupakan wadah untuk pemenuhannya.
2. Struktur wewenang
Jika struktur organisasi telah disusun dengan memperhatikan dengan baik
konsep the right man on the right place at the right time. Dan satuan perintah
(otoritas), dan tanggung jawab telah berjalan dengan baik maka struktur organisasi
tersebut akan memacu anggota untuk berkinerja lebih baik dari waktu ke waktu.
3. Peraturan
Semua peraturan di organisasi, mulai level yang paling tinggi sampai yang
paling bawah, bisa kondusif bagi anggota organisasi untuk berkinerja lebih baik
dari waktu ke waktu, bisa juga sebaliknya. Jika peraturan yang dibuat bersifat
bottom-up maka karyawan akan lebih apresiatif karena merasa dilibatkan dalam
pembuatan aturan tersebut. Oleh sebab itu dia merasaberkewajiban untuk
melaksanakan aturan-atauran tersebut.
4. Sumber-sumber daya organisasi
Sumber daya yang dimiliki organisasi, mulai dari sumber daya manusia,
sumber daya alam, dana, material, mesin-mesin pasar, teknologi informasi, jika
dimiliki secara memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas, hal itu akan
memacu karyawan untuk berkinerja secara maksimal.
5. Proses seleksi
Seleksi karyawan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan
organisasi dalam melibatkan karyawan yang berkinerja tinggi. Oleh karena itu
seleksi harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga tercapai slogan the
right man on the right time.
6. Penilaian prestasi dan sistem imbalan 54
Penilaian
Prilaku Organisasi prestasi
Level kerja karyawan yang memenuhi azas keadilan bagi semua
Kelompok
kaeyawan akan memacu karyawan untuk berprestasi. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan penilaian : (a) system penilaian, (b) penilai, (c)
standar kinerja, (d) aktu penilaian. Jika penilaian kinerja yang dilakukan sudah baik
maka system imbalan juga harus memenuhi azas keadilan.
7. Budaya organisasi
Organisasi yang memiliki budaya yang kondusif memacu karyawan untuk
berkinerja maksimal, misalnya disiplin, kreatif, inovatif, tepat waktu, dll.
8. Faktor lingkungan fisik
Lingkungan fisik berperan penting dalam menciptakan kondisi karyawan
yang bersemangat atau tidak bersemangat dalam bekerja. Faktor lingkungan fisik
misalnya adalah sarana dan prasarana di tempat kerja. Ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi prestasi kelompok yang bersumber dari faktor internal di
antaranya :
a) Kemampuan fisik
Jika kemampua fisik kelompok prima maka kelompok cenderung berkinerja maksimal.
Kemampuan fisik itu bisa yang melekat pada anggota-anggota kelompok, yang
berwujud, misalnya fisiknya, maupun yang berupa sarana prasarana yang dimiliki
kelompok.
b) Kemampuan intelektual
Tingkat pengetahuan, kemauan, kemampuan, ketrampilan dan kompetensi yang dimiliki
anggota kelompok menentukan kemampuan kelompok untuk berprestasi atau
sebaliknya.
c) Karakteristik kepribadian
Kepribadian kelompok yang kondusif untuk berprestasi, misalnya terbuka, tahap
terhadap kritik, inovatif, suka tantangan, suka perubahan, senang bekerja sama, dll.
Menurut ( Supartha dan Sintaasih, 2017:46) Kelompok didefinisikan
sebagai dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung
untuk mencapai tujuan tertentu.
M. Jenis-jenis Kelompok.
organisasi untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien dan efektif. Sedangkan
kelompok informal adalah suatu kelompok yang tidak dibentuk secara formal
melalui struktur organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan akan kontak
sosial.
a) Kelompok Formal
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando
(command group) dan kelompok tugas (task group). Kelompok komando adalah
kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melakukan tugas-tugas rutin
organisasi. Kelompok ini terdiri dari bawahan yang melapor dan bertanggung
jawab langsung kepada pemimpin tertentu. Misalnya departemen-departemen yang
ada dalam perusahaan merupakan contoh dari kelompok komando. Kelompok
tugas adalah suatu kelompok yang bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas
atau proyek tertentu. Anggota kelompok ini biasanya terdiri dari berbagai unit
dalam organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Misalnya
satuan tugas yang dibentuk manajer perusahaan untuk mengendalikan/menurunkan
biaya operasional sebesar 10%.
b) Kelompok Informal
Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan
dan kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan, merupakan kelompok yang
terbentuk karena ada kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan
dalam hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik dan
lain sebagainya. Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi
untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan
dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan
kelompok itu sendiri. Adapun jenis-jenis kelompok dalam organisasi dapat
digambarkan seperti pada Gambar 6.1.
56
Prilaku Organisasi Level Kelompok
N. Terbentuknya Kelompok.
O. Perkembangan Kelompok
BAB IV
PERILAKU INDIVIDU, PERILAKU KELOMPOK DAN PERILAKU
ORGANISASI
menyebabkan adaya beragam karakteristik yang secara pasti juga akan memiliki
kemampuan yang tinggi jika diwujudkan dalam suatu kebutuhan dan tujuan
bersama. Setelah mereka menjadi bagian dari kepentingan dan tujuan kelompok
tersebut, akan terbentuklah perilaku kelompok untuk kebersamaan
1. Pengertian Perilaku Kelompok dan Klasiikasi Kelompok
Aktivitas yang dilaksanakan oleh lebih dari satu orang yang saling
berhubungan, mempengaruhi dan bergantung satu sama lain untuk mencapai
kinerja positif jangka panjang dan perkembangan diri disebut dengan perilaku
kelompok.
Anggota kelompok organisasi harus termotivasi untuk bergabung, melihat
kelompok sebagai wadah interaksi, berpartisipasi langsung dalam kegiatan-kegiatan
kelompok, menyetujui kesepakatan dan ketidaksepakatan melalui berbagai
interaksi.
Sebuah kelompok terdiri atas kelompok formal dan kelompok informal.
Kelompok formal ditetapkan oleh struktur organisasi seperti presiden dan menteri,
ketua DPR dan anggota komisi.
Kelompok informal merupakan kelompok yang dideinisikan sebagai
tanggapan terhadap kepentingan akan kontak sosial baik ada tidaknya struktur dan
formal atau tidak ditetapkan secara organisasi. Kelompok merupakan bagian
kehidupan individu dan organisasi dimana mereka akan terus terlibat dalam proses
kelompok yang ditemui dalam suatu organisasi.
Ciri-ciri sebuah kelompok antara lain memiliki lebih dari satu anggota,
saling berkomunikasi, memiliki tujuan yang sama dan mengganggap dirinya
sebagai anggota sebuah kelompok.
60
3. Peraturan
Prilaku formal:
Organisasi ketentuan
Level mengenai aturan, prosedur, kebijakan, dan ragam lain
Kelompok
dari peraturan induk membakukan perilaku karyawan.
4. Sumber daya organisasional: Sumber daya inansial, waktu, bahan mentah, serta alat-
alat yang diserahkan oleh organisasi pada kelompok.
5. Proses seleksi perilaku para personil: Semua persyaratan yang harus dipenuhi calon
pegawai dalam proses seleksi yang akan menentukan posisi mereka.
6. Evaluasi kinerja dan sistem ganjaran: Evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh anggota kelompok yang kemudian diberikan sistem ganjaran
terhadap hasil evaluasi yang diperoleh.
7. Budaya organisasi: merupakan standar untuk karyawan mengenai perilaku yang
dapat diterima dengan baik dan yang tidak dapat diterima.
b) Sumber Daya Anggota
Kemampuan dan karakteristik kepribadian merupakan sumber daya yang
sangat diperlukan eksistensinya pada setiap individu
1. Kemampuan Korelasi antara kecerdasan intelektual dengan relevansi pekerjaan
terhadap prestasi kelompok.
2. Karakteristik kepribadian Ada hubungan antara karakterisitik kepribadian yang
positif dalam budaya terhadap produktivitas, semangat, dan kekohesifan kelompok.
c) Struktur Kelompok
Terdapat beberapa variabel struktur kelompok dapat membentuk sikap
anggota kelompoknya yaitu kepemimpinan formal, peran, norma, status kelompok,
ukuran kelompok, dan komposisi kelompok.
1. Kepemimpinan formal.
2. Pemimpin formal sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kelompok, sehingga
pemimpin ini hampir sering ada dalam setiap kelompok.
3. Peran Variasi peran yang dimainkan secara konsisten oleh individu kelompok dapat
memberika hasil yang baik, meskipun terkadang, terdapat pula konlik dan
pengalaman selain perintah dari pemberi peran.
4. Norma Perilaku yang diterima dengan baik semua anggota kelompok tersebut. Setiap
kelompok memiliki standar perilaku yang berbeda-beda.
5. Status Kedudukan atau jabatan yang diberikan orang lain kepada anggota kelompok
secara sosial. Status ini berdampak pada kekuatan perilaku dan tekanan dalam
kelompok.
61
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
62
bagian
Prilakudari kelompok
Organisasi tersebut
Level yang didasarkan padakepercayaan, sehingga akan
Kelompok
terciptalah kekompakan dalam kelompok.
Menutrut (Badu & Djafri, 2017:27) Berikut ini beberapa teori terkait pembentukan
kelompok:
1. Teori Kedekatan
Teori dasar yang mendeksripsikan tentang eksistensi ailiasi di sebagian
orang. Manusia berinteraksi dengan orang lain karena suatu kedekatan yang terjadi
diantara mereka.
2. Teori Interaksi
Teori ini mengungkapkan kelompok yang dibentuk dari kegiatan, interaksi,
serta perasaan dan emosi (sentimen) yang saling berhubungan.
a. Banyaknya kegiatan yang dilakukan bersama dapat menimbulkan berbagai interaksi dan
menguatkan perasaan serta emosi mereka.
63
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
3. Teori Keseimbangan
Teori ini menjelaskan tentang ketertarikan yang muncul dari manusia pada orang lain
dipengaruhi oleh kesamaan perilaku dalam memahami sebuah tujuan.
4. Teori Pertukaran
Teori ini memiliki fungsi yang sama dengan teori motivasi dalam menyelesaikan
pekerjaan. Teori kedekatan, teori interaksi, dan teori keseimbangan juga berperan dalam
teori ini.
64
Latar belakang
Prilaku yangLevel
Organisasi sama Kelompok
cenderung lebih membantu manusia untuk berhubungan satu
sama lain. Contoh kesamaan latar belakang yaitu: usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, dan raskebangsaan. Kesamaan ini juga menjadi daya tarik individu untuk
berinteraksi dengan orang lain seperti mahasiswa yang berasal dari Malaysia dan belajar
di Indonesia akan cenderung berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
c) Kesamaan Sikap
Kesamaan sikap dalam pergaulan antara mahasiswa, tetangga, teman, pasangan suami
istri, tentara, buruh dan lainnya menyebabkan adanya ketertarikan individu yang saling
berinteraksi. Kesamaan ini berdasarkan pengalaman yang menuntun mereka ke
persamaan tersebut serta membuat mereka lebih bergaul dengan sesamanya. Setiap
manusia mempunyai kemampuan, kepercayaan pribadi, harapan, kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya. Organisasi sebagai lingkungan manusia juga berciri-ciri
sebagai berikut: regulasi yang disusun dalam suatu hirarki, pekerjaanpekerjaan, tugas-
tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem pengajian, sistem pengendalian. Suatu
kelompok dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelompok formal dan kelompok informal.
65
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
BAB V
PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI
67
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
B. Bentuk-Bentuk Kelompok
69
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Suatu studi klasik dalam bidang organisasi industri menjelaskan adanya tiga
pola dari kelompok informal. Ketiga pola tersebut antara lain:
1. Klik Mendatar (Horizontal Clique)
2. Klik Menegak (Vertical Clique)
3. Klik Acak (Random Clique)
Klik mendatar adalah suatu klik yang anggota-anggotanya terdiri
orangorang yang terbatas pada derajat dan bidang kerja yang sama. Adapun titik
yang vertikal adalah klik yang terdiri dari orang-orang yang berbeda tingkatan
hirarkinya di dalam satu organisasi atau departemen dari organisasi tersebut.
Kelompok klik ini seringkali berkembang karena adanya kebutuhan keamanan atau
pencapaian sesuatu hasil yang perlu dibagi ratakan (shared), atau karena adanya
minat bersama untuk mengatasi jarak sosial antara atasan dan bawahan.Sedangkan
klik acak adalah terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai derajat, tingkat,
bagian, dan lokasi.
73
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
4. Kelompok Referensi
Suatu kecenderungan yang positif dari perilaku manusia ini ialah adanya
usaha untuk mencari umpan balik (feed back) tentang dirinya. Sehingga dengan
demikian manusia berkeinginan untuk menilai dirinya, apakah di dalam
menjalankan tugas pekerjaan berhasil atau tidak. Bentuk pertanyaan yang acapkali
dikemukakan dalam hal ini ialah:
"Apakah saya bekerja dengan baik atau tidak?"
"Benar atau salahkah saya ini?"
"Apakah sikap perilaku ini sesuai atau aneh?"
Dan banyak pertanyaan lain yang bisa dikembangkan, yang pada intinya
berusaha melakukan evaluasi pada dirinya. Kelompok referensi ini ialah setiap
kelompok di mana seseorang melakukan referensi atasnya. Orang yang ini
mempergunakan kelompok tersebut sebagai suatu ukuran (standard) untuk evaluasi
dirinya dan atau sebagai sumber dari nilai dan sikap pribadinya. Kelompok ini
dapat dikatakan memberikan dua fungsi bagi seseorang untuk evaluasi diri. Dua
fungsi itu antara lain:
a) Fungsi perbandingan sosial (Social Comparison)
Dalam fungsi ini seseorang menilai dirinya dengan cara membandingkan dirinya
dengan diri orang lain. Dari hasil perbandingan ini ia menilai dirinya apakah bekerja
dengan baik atau tidak, apakah perilakunya sesuai dengan pendapat umum atau aneh,
apakah sikapnya benar atau salah, dan lain sebagainya. Alat pokok atau standar yang
dipergunakan dengan membandingkan tersebut adalah kelompok yang dipergunakan
sebagai referensinya. Muhammadiyah dipergunakan sebagai referensi dari anggota
kelompok karyawan bernama Ahmad. Di sini Ahmad akan menilai dirinya baik atau tidak,
74
bersikapyang patut atau
Prilaku Organisasi aneh
Level dengan membandingkan dirinya dengan si B, ukuran
Kelompok
penilainya adalah ajaran-ajaran Muhammadiyah.
b) Fungsi Pengesahan Sosial (Social Validation)
Dalam fungsi ini seseorang mempergunakan kelompok sebagai suatu ukuran untuk
menilai sikap, kepercayaan dan nilai-nilainya. Dalam hal ini diri seseorang dinilai
dibandingkan dengan kelompok sebagai referensinya. Jadi kalau perbuatan atau sikap yang
dilakukan oleh seseorang menurut dirinya disahkan oleh kelompok referensinya maka
perbuatan atau sikap tersebut diyakini baik. Tetapi kalau hasil perbandingannya dengan
kelompok hasil tidak baik maka ia akan menilai sikap dan perbuatannya kurang baik.
3. Peraturan, semakin banyak peraturan formal yang ditetapkan oleh organisasi pada
semua pekerjanya, maka perilaku kelompok akan semakin konsisten dan dapat
diramalkan.
4. Sumber-Sumber Organisasi, besar kecilnya sumberdaya yang ada dalam organisasi
yang diberikan kepadaanggotanya hal ini akan mempengaruhi perilaku prestasi
kelompok.
5. Proses Seleksi, Proses seleksi menjadi faktor penting dalam menjaring orang-orang
yang berkualitas. Dan hal ini pula akan dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi
kelompok.
6. Penilaian Prestasi dan Sisitem Imbalan, adanya sistem imbalan yang
mengkaitkannya dengan prestasi dari kelompok kerja akan mempengaruhi perilaku
kelompok tersebut.
7. Budaya Organisasi, setiap organisasi memiliki kebiasaankebiasaan yang tidak
tertulis yang mentukan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pekerja.
8. Lingkungan Fisik, Ruangan yang tetata dengan baik, suhu udara dan lain-lain akan
mempengaruhi perilaku kelompok.
b) Faktor Eksternal adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan
2. Karakteristik Kepribadian
76
Prilaku Organisasi Level Kelompok
BAB VI
PERILAKU ORGANISASI DALAM MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN
STATEGIK
A. Membangun Perilaku Kelompok dan Tim Kerja yang Kuat
sering dibentuk untuk sepanjang tahun sesuai dengan prioritas tugas dan perubahan
waktu (Reinhartz & Beach, 2004).
Berbagai contoh kelompok-kelompok yang dibentuk dapat berwujud satuan
tugas, panitia, paguyuban, tim pelaksana dan sejenisnya, baik secara formal maupun
informal dalam mendukung pelaksanaan program-program sekolah. Pelaksanaan
penelitian tindakan, studi lapangan, observasi, pelaksanaan penerimaan
siswabaru,kunjungan wisata,dan lain-lain dapat diorganisir dalam bentuk satuan-satuan
tugas atau tim (Burhanuddin, 2016:17).
Untuk membangun dan mempertahankan kelompok-kelompokkerja di
sekolah,para kepala sekolah memiliki peranan untuk terus berupaya meningkatkan
kolaborasi dan kerjasama antar anggota kelompok dan pemimpin.
Pada saat kelompok-kelompok tersebut bekerja, kepala sekolah sebagai
organisator perlu memahami bahwa masing-masing anggota di asumsikan
menjalankan peran yang berbeda,mengikuti aturan-aturan dan norma yang berlaku,dan
memiliki tanggung jawab yang berbeda dalam rangka menyelesaikan tugas masing-
masing. Konfigurasi kelompok secara dinamis dapat dirubah sesuai kebutuhan dimana
masing-masing anggota (bisa para guru) ditunjuk sebagai pemimpin kelompok.
Konflik mungkin akan terjadi karena adanya persaingan antar anggota kelompok
disebabkan adanya perbedaan peranan dan pendapat. Pemimpin kelompok dalam hal
iniharus menjadi rudder untuk melayanidan sekaligus mendorong para anggota untuk
terus memfokuskan perhatian dan komitmen mereka terhadap agenda kerja dan tugas.
Oleh sebab itu sebelum pembentukan kelompokkelompok itu sebaiknya para
pemimpin kelompok perlu menetapkan aturan-aturan dasar kerja bersama para anggota
agar pelaksanaan peran dan tugas masing-masing anggota dapat berjalan dengan baik.
Hal ini sangat perlu diperhatikan karena semua itu juga menjadi bagian proses social
kelompok, yang meliputi cohesiveness, conformity, cooperation dan competition.
Proses sosial ini akan menentukan perilaku kelompok mengkoordinasikan
aktifitas kelompok dan mendorong adanya tindakan yang dilakuakan oleh para anggota
kelompok (Burhanuddin, 2016:17).
Norma-norma yang berlaku dalam organisasi sekolaha dalah merupakan media
yang cukup kuat untuk membentuk perilaku anggota organisasi sekolah, khususnya
pada situasi pertemuan-pertemuan kelompok maupun acara-acara rapat
disekolah.Dengan demikian para pemimpin sekolah harus mampu membangun
78
Prilakunorma-norma
Organisasi sekolah dengan cara konstruktif guna membantu sekolah mencapai
Level Kelompok
keberhasilan akademik untuk semua siswa.
Kohesitifitas kelompok merupakan suatu keadaan dimana para guru dapat
bekerja sama dengan baik karena mereka saling kenal satu sama lain dan bersedia
bekerjasama; kohesifitas dihubungan dengan kepuasan anggota dalam bekerja .Bisa
juga dianggap sebagai keadaan para guru tertarik untuk bekerja secara kelompok
memiliki tanggung jawab personal.
Dalam melaksanakan tugas,dan bekerja sama secara kolaboratif untuk
mencapai tujuan sekolah .Untuk meningkatkan kohesifitas atau ke kompakan tersebut,
para kepala sekolah harus mampu mendorong para guru agar mereka menyadari
sebagai bagian dari tim atau kelompok.
Bekerja di dalam sebuah tim, komite, dan kelompok bukanlah sekedar situasi
dimana para guru mencari dan melakukan perkerjaan menurut keinginan mereka,
melainkan kepala sekolah lebih dulu berusaha secara terencana membangun
struktur organisasi dan memberikan penghargaan-penghargaan guna mendorong para
anggotanya untuk bekerja di dalam tim sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
bersama(Burhanuddin,2016:18).
Pengembangan kelompok dapat dilakukan melalui 5(lima) tahapan yakni,
forming, storming, norming, perfoming dan adjuorning. Pada tahap forming, para
anggota kelompok harus mengenal satu sama lain dan menciptakan aturan-aturan
dasar kelompok dalam rangka melaksakanan tugas organisasi maupun mekanisme
hubungan-hubungan antar pribadi sesuai dengan struktur organisasi yang telah
digambarkan.
Langkah ini akan lengkap apabila para anggota sudah sampai kepada suatu
keyakinan bahwa mereka menjadi bagian dari kelompok. Para pemimpin sekolah perlu
79
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Gamb
ar 7. Puncuated equlibrium model
Sumber: Gersick dalam Beach and Reinhartz (2006: 123)
80
Ketika kelompok-kelompok
Prilaku Organisasi Level Kelompok terbentuk,fokus perhatian mereka yang pertama
adalah pada tugas atau tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini kelompok
memasuki tahapan suasana yang disebut inertia, dan hal iniharus diatasi agar
paraanggota mampu bekerja secara penuh untuk mencapai tujuan.Selanjutnya
kelompok akan melakukan semua usaha (all-out) manakala deadline waktu
penyelesaian tugas sudah dekat. Gambar tersebut mengisyaratkan parameter waktu
penyelesaian tugas sebagai faktor sensitif dan pengaruh deadline waktu pada
kelompok (Burhanuddin, 2016:19).
82
Walaupun demikian,
Prilaku Organisasi pada akhirnya seorang kepala sekolahakan mengambil
Level Kelompok
keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh segenap
komponen organisasi dan data yang tersedia. Morgan dan Bowers dalam
Reinhartzand Beach (2004) telah mengidentifikasi ada 4 (empat) komponen model
pengambilan keputusan,yakni:(1)assessment, (2) metacognition, (3) shared mental
model, dan(4) resource management. Komponen pertama, assessment melibatkan
aktivitas identifikasi masalah dan pengumpulan data. Komponen kedua,
metacognition memberikan peluang kepada para pengambil keputusan untuk
memperbaiki atau memperdalam masalah yang telah dirumuskan. Komponen
ketiga, shared mental model merupakan penciptaan pemahaman bersama akan
suatu masalah yang dihadapi. Yang terakhir, resource management dimana para
anggota membuat keputusan dengan menggunakan segenap, pengalaman,
ketrampilan, dan pengetahuan yang dimilikiuntuk memecahkan masalah yang
dihadapibersama di dalam organisasi ((Burhanuddin, 2016:23).
Di samping model-model pengambilan keputusan tersebut, para kepala
sekolah boleh menggunakan satu dari tiga pendekatan,yaitu cognitive, affective,
dan evaluative dalam membuat keputusan-keputusan.Apabila menggunakan
pendekatan cognitive, maka kepala sekolah dan kelompok memanfaatkan data yang
akurat misalnya dalam menentukan posisi ketenagaan disekolah, sepertisi apa yang
dapat diusulkan sebagai calon Wakil KepalaSekolah Urusan Kurikulum. Data itu
mungkin meliputi pengalaman calon, kesehatan, kompetensi, dan lain-lain.
Kemudian data tersebut dianalisis secara objektif sebagai bahan pengambilan
keputusan final tentang calon yang akan dipilih. Di samping menggunakan data,
kepala sekolah juga dapat memanfaatkan aspek emosional calon yang akan
dinilai, hal ini berarti kepala sekolah sebagai pengambil keputusan menggunaka
pendekatan affective.Adapun yang ketiga, evaluative, pada pendekatan ini para
pengambil keputusan biasanya sepenuhnya bergantug pada kriteria yang sudah ada
dalam menentukan pilihan alternatif atau keputusan yang diambil Kriteria yang
digunakan bisa bersumber dari pedoman yang sudah baku di sekolah atau di
tentukan oleh departemen, bahkan mungkin dapat pula ditetapkan bersama oleh
para anggota dalam rangka mengambil keputusan sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi (Burhanuddin, 2016:24).
83
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
BAB VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
84
Prilaku Organisasi Level Kelompok
Selain secara individu pengambilan keputusan dapat terjadi di dalam suatu
grup atau kelompok. Pengambilan keputusan kelompok dapat digunakan secara
luas dalam organisasi, tetapi apakah pengambilan keputusan kelompok yang lebih
disukai daripada yang dibuat oleh individu sendiri? Hal tersebut tergantung pada
beberapa factor (Sukarman Purba Dkk, 2020:100).
Menurut Robbins and Judge (2017) dalam grup menghasilkan informasi dan
pengetahuan yang lebih lengkap. Hal tersebut terjadi oleh karena terdiri dari banyak
sumber daya baik individu maupun dari kelompok. Selanjutnya masukkan yang
diberikan lebih beragam saat prose pengambilan keputusan. Hal tersebut
memberikan keuntungan dengan memberikan keragaman pandangan serta
kesempatan mempertimbangkan sesuatu menjadi lebih banyak.
Selanjutnya yang menjadi kelemahan dalam pengambilan keputusan secara
kelompok yaitu memerlukan waktu yang lebih banyak. Hal tersebutdiakibatkan
karena kelompok biasanya membutuhkan waktu yang banyak untuk mendapatkan
solusi. Selain itu adanya tekanan, adanya keinginan anggota kelompok yang ingin
diterima. Kemudian diskusi kelompok bisa didominasi oleh satu atau beberapa
anggota saja. Apabila terdapat anggota yang memiliki keinginan lebih rendah maka
keefektifan kelompok tersebut akan menurun. Keputusan individu, jelas siapa yang
bertanggung jawab untuk hasil akhir.
Dapat di simpulkan bahwa grup adalah sarana yang sangat baik untuk
melakukan berbagai langkah dalam proses pengambilan keputusan dan
memberikan masukan berupa informasi yang lebih luas dan mendalam. Apabila
anggota kelompok terdiri dari beragam latar belakang, alternatif yang dihasilkan
seharusnya harus lebih ekstensif dan analisisnya lebih kritis. Sehingga solusi yang
dihasilkan akan lebih banyak didukung dan di implementasikan. Akan tetapi
keputusan kelompok dapat beresiko terjadinya konflik. Oleh karena itu, dalam
beberapa kasus tertentu, keputusan individu baik daripada kelompok (Robbins and
Judge, 2017).
85
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
86
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Cetak
Dr. Agoes Kamaroellah, MS.i, 2014., Pengantar Perilaku Organisasi Edisi Pertama, Jl
Tales II No. 1, Surabaya.
Dr. Arifin Tahir, MS.i, 2014., Perilaku Organisasi, Buku Ajar, Jl.Kaliurang Km.9,3
Yogyakarta.
Dr. H. Candra Wijaya, M.Pd, 2017., Perilaku Organisasi, Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia (LPPPI), Jl. Seser Komplek Citra Mulia Blok D. 14
Medan.
Dr. Hj. Rahmi Widyanti, M.Si, 2019., Perilaku Organisasi (Teori dan Konsep) Jilid I,
Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin, Banjarmasin.
Nurlaila. Se. M.Si, 2012., Lembaga Organisasi, Lembaga Penerbitan Universitas Khairun
(Lepkhair), Semarak Tatawarna Jakarta.
Prof. Dr. Bernhard Tewal , SE., ME, Dr. Adolfina, SE., Msi, Merinda Ch. H. Pandowo,
SE., MA, Dr. Hendra N. Tawas, SE., Msi, 2017, Perilaku Organisasi,
Perpustakaan Nasional, Manado.
Sukarman Purba, Erika Revida, Luthfi Parinduri, Bonaraja Purba Muliana, Pratiwi
Bernadetta Purba, Tasnim Peggy Sara Tahulending, Hengki Mangiring
Parulian Simarmata Agustian Budi Pasetya, Sherly, Natasya Virginia Leuwol
2020., Perilaku Organisasi, ISBN: 978-623-6761-99-1, Yayasan Kita Menulis.
Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, 2017., Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
Anggota Ikapi, No. 001/gtlo/II/17, Jalan Gelatik No. 24 Kota Gorontalo
Wayan Gede Supartha dan Desak Ketut Sintaasih, 2017., Pengantar Perilaku Organisasi
Teori, Kasus, Dan Aplikasi Penelitian, Jl. Padma 30 Penatih Denpasar Timur
Abudi, Gina. (2012), Does Your Organization Have a Clear Definition of Diversity?,
https://www.ginaabudi.com.
Achmad Sobirin, 2007. Budaya Organisasi :Pengertian makna dan aplikasi dalam
kehidupan organisasi. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Yogyakarta.
Adizes, Ichak: How to Solve the Mismanagement Crisis, Los Angeles, MOOR, Inc., 1980.
87
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Alderfer, C.P., 1972, Existence Relatedness, and Growth: Human Needs is Organizational
Settings, New York: Free Press.
Aldi, Y. and Susanti, F. (2015) ‘Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada
Pt. Frisian Flag Indonesia Wilayah Padang’, 53(9), pp. 1689–1699. Available at:
https://osf.io/preprints/inarxiv/et4rn/.
Alfabeta. Wahjono, P. (2009). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Allyn and Bacon. Coleman, J.C and C.L. Hammen. (1974). Contemporary Psychology and
Effective Behavior. Gelnview: Scoot.
Alter, Steven; Decision Suport Systems; Current Practice and Continuing Challenges,
Menlo Park, California, Addison Wesley Publishing Company, 1980.
Andi Offset Charles, Hampden Turner, 1992, Creating Corporate Culture, business
Economics, Penerbit
Andi Ofset. Torang, S. (2013). Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya dan
Perubahan Organisasi), Bandung:
ANDI. Malik, Muhammad Luthfi, 2013. Etos kerja, pasar dan masjid, Jakarta: LP3ES.
Anonim, 2003, Perilaku Organisaisi, Buku 1 Edisi Bahasa Indonesia, PT Indeks, Jakarta
Anonim, 2005. Perilaku Dan Budaya Organisasi. Penerbit Revika Aditama Bandung.
Anwar, Prabu, 2005, Perilaku Dan Budaya Organisasi, Penerbit Refika Aditama, Bandung
Argyris, Chris: Leadership and Interpersonal Behavior, Holt New York, 1961.
Badeni. 2014. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Cetakan Kedua. ISBN: 978-602-
782587-1. Alfabeta. Bandung.
Bahri, S. and Chairatun Nisa, Y. (2017) ‘Pengaruh Pengembangan Karir Dan Motivasi
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan’, Jurnal Ilmiah Manajemendan
Bisnis, 18(1), pp. 9–15. doi: 10.30596/jimb.v18i1.1395.
Bandura, A. and Walters, R.H., (1977). Social Learning Theory. (Vol. 1). Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-hall.
Barnard, Chester, The Functions of The Executive, Cambridge, Mass; Harvard University,
1938.
Bass, Bernard M.; Deep, Samuel D (Edits); Current Perspectives for Managing
Organizations, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc., 1970
Beach, Dale S; Personnel, the management of People at work, 4th edt., New York,
Macmillan Publishing Co, Inc, 1980.
Bell, David E.; Keeney, Ralph L; dan Raiffa, Howard; Conflicting Objectives in Decisions,
New York, John Willey & Sons, 1977.
Bennet, Luthans, F., 1995, Organizational Behavior, 7th Ed., McGrawHill International
Edition.
Bennis, Warren; The Uncoscious Conspiracy, Why Leaders Can’t Lead, New York,
AMACOM, 1976.
89
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Blake, Robert R. dan Mouton, Jane Srygley; Consultation, Reading Massachusetts, Menlo
Park California. Addison-Wesley Publishing Comp 1976.
Bloom, B.S., Krathwohl, D.R. and Masia, B.B. (1984). Bloom Taxonomy of Educational
Objectives. In Allyn and Bacon. Pearson Education.
Bowditch, James L.; Huse, Edgar F.,; Behavior Organizations: Systems Approach to
Managing, Menlo Park, California, Addison Wesley Publishing Company, 1973.
Brannick, M. T. et al. (1995) ‘The measurement of team process’, Human Factors, 37(3),
pp. 641–651.
Budiana Dewa Nyoman. 2017. Pengaruh Kebijakan Pemerintah, Intensitas Kemitraan dan
Perilaku THK terhadap Kinerja Usaha Ternak dan Pendapatan Peternak di
Provinsi Bali. Disertasi. Program Paascasarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
Buhler, P. (2007), Alpha Teach Yourself: Manajemen Skills dalam 24 jam, Jakarta:
Prenada.
Byars, Lloyd L. & Rue, Leslie W.; Personal Management: Concepts and Application,
Philadephia, WB Saunders Company, 1979.
C. Andi Offset. Sucipto, A. dan Siswanto. (2008). Teori dan Perilaku Organisasi Sebuah
Tinjauan Integratif. Malang: UIN Malang Press.
Cartwright, Dorwin dan Zander, Alvin: Group Dynamics, 2nd ed., Evanston, Illinois, 1969
Carver, Fred D.; Sergiovanni, Thomas J. (edts),; Organizations and Human Behavior,
Focus on Schools, New York, McGraw-Hill Book Company, 1969.
90
Cayer, N. Joseph; Managing Human Resources; an Introduction to Public Personnel
Administration, New York, ST. Martin Press, 1980.
Chang, R. Y. (2001) ‘Sukses melalui kerja sama tim’, Jakarta: Penerbit PPM.
Chatib, Thoha. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Chatib, Thoha. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Chen Li Yueh, 2004. Examining the Effect of Organization Culture and Leadership
Behaviors on Organizational Commitment, Job Satisfaction, and Job
Performance at Small and Middle – sized Firms of Taiwan, The Journal of
American Academy of Business, Cambridge, September . pp. 432 – 438.
Cipta Manunggal. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono,
dkk), Edisi Bahasa Indonesia, Yogyakarta:
Citapustaka, 2011 Chomariah, N. 2009. Tips Jitu & Praktis Mengusir Stres. Jogjakarta:
DIVA Press.
Coleman, J.C and C.L. Hammen. (1974). Contemporary Psychology and Effective
Behavior. Gelnview: Scoot.
Craig, Robert L. (edt); Training and Development Handbook, a guide to Human Resource
Development, 2 nd edt., New York, McGraw-Hill Book Company, 1976.
Daft, R. L. (2012) Era Baru Manajemen. 9th edn. Jakarta: Salemba Empat. Daft,
Daft, R. L. (2012) Era Baru Manajemen. 9th edn. Jakarta: Salemba Empat. Daft,
Dalton, Melville; Men Who Manage, New York, John Wiley & Sons, 1959.
91
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Davis, K. dan Newstrom John W. 2002. Perilaku Dalam Organisasi, Terjemahan Juniati,
Jakarta: Erlangga.
Davis, Keith; Human Behavior at Work, 4 th ed., New York, McGraw-Hill Book Company
1972.
Davis, Keith; Organizational Behavior, a Book of Readings, New York, McGraw Hill
Book Company, 1972.
De Vito, Joseph A; The Interpersonal Communication Book, New York, Harper & Row
Publishers, 1976.
Demircioglu, M. A. and Chen, C. A. (2019) ‘Public employees’ use of social media: Its
impact on need satisfaction and intrinsic work motivation’, Government
Information Quarterly, 36(1), pp. 51–60. doi: 10.1016/j.giq.2018.11.008.
Demircioglu, M. A. and Chen, C. A. (2019) ‘Public employees’ use of social media: Its
impact on need satisfaction and intrinsic work motivation’, Government
Information Quarterly, 36(1), pp. 51–60. doi: 10.1016/j.giq.2018.11.008.
Dessler, Gary. 2003. Manajemen Sumberdaya manusia. Terjemahan Eli Tanya PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Dessler, Gary; Human Behavior, Improving Performance at Work, Reston, Virgina, Reston
Publishing Company, Inc., 1979.
Dessler, Gary; Personnel Management, 2nd edt., Reston, Virginia, Reston Publishing
Company, 1981.
Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja, Falsafah, Teori dan Penerapannya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
92
Djafri Novianty. 2014. Psikologi Manajemen. Dee Publish Yogyakarta
Drucker, Peter F.; Management, New York, Harper & Row, 1974.
Du Brin, Andrew J.; Human Relations, a Job Oriented Approach, 2 nd edt., Reston,
Virginia, A Prentice-Hall Company, Reston Publishing Company, Inc.;1981.
Effendi, O.U, 1993. Ilmu, Teopri Dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bbakti.
Bandung.
Etziomi, Amitai; Modern Organizations, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall,
Inc., 1964.
European Journal of Business and Management. ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839
(Online) Vol.8, No.5.
Everitt, Brian S. and Skrondal, Anders. 2010. The Cambridge Dictionary of Statistics,
New York: Cambridge University Press.
93
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Faresza, Ilham Dika dan Putra, Verman Bayu. (2015), Perilaku Organisasional
Keberagaman Dalam Organisasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sebelas Meret, Surakarta.
Festinger, Leon; Schacter, Stanley; and Back, Kurt,; Social Pressure in Informal Group; A
Study of Human Factors in Housing, Standford, Calif, 1963.
Fiedler, Fred E.; A Theory of Leadership Effectiveness, New York, McGraw-Hill Book
Company, 1967.
Filley, Alan C.; House, Robert J.; Kerr, Steven; Managerial Process and Organizational
Behavior, 2nd ed., Gleview, Illinois, Scott Forman, 1976.
Fillipo, E.B. 1976.Manajemen Personalia. Alih Bahasa Moh. Masud Erlangga. Jakarta
Flippo, Edwin B,: Management, fourth edt., Boston, Allyn and Bacon, Inc., 1978.
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 2006. How to design and Evaluate Research in
Education, Sixth Edition, Boston: Mc Graw Hill.
French, Wendell L.; Bell, Cecil H. Jr.; Zawacki, Robert A. (Edts) Organizational
Development, Theory, Practice and Research, Georgetown, Ontario, Dallas
Texas, Business Publications, Inc., 1978.
Friedman, S. H. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
George Boyne and Jay Dahya, 2002. Executive Succession and the Performance of Public
Organizations, Public Administration, Vol. 80, No. 1, pp. 179 – 200.
George, Claude S, Jr.; The History of Management Thought, 2nd edt. Englewood Cliffs,
New Jersey, Prentice-Hall Inc., 1972.
George, Jennifer M dan Gareth R. Jones. (2002), Organizational Behavior. 3th edition. NJ:
Prentice Hall.
94
Gerungan, W.A., (2009), Psikologi Sosial, PT Refika Asitama, Bandung.
Gibson J,I. Ivanevihch. 1995. Perilaku Organisasi Penerbit Bina Rupa Aksara.
Gibson, J L., Ivancevich, J. M. James H. Donnelly, Jr. and Robert Konopaske. (2012).
Organization. New York: McGraw- Hill.
Gibson, James, L.; Ivancevich, John, M; Donnelly, James, H. Jr, Organizational Behavior,
Structure, Process, 3rd, edt., Dallas, Business Publications, Inc., 1979.
Gibson, James,L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi ke-5. Cetakan ke-
3. Jakarta:
Gordon, Judith R., 2002, Organizational Behavior, A Diagnostic Approach. 7th edition.
NJ: Prentice Hall.
Greenberg, Jerald. 2003. Behavior in Organization. Eight Edition. Pearson education, Inc,
Upper Saddle River, New Jersey.
Greiner, Larry E., 1972, Evolution and Revolution as Organization Grow, Harvard
Business Review, (July-August 1972).
Griffin, R.W., (2004), Manajemen, alih bahasa Gina Gania, Erlangga, Jakarta
Gullahorn, John R.; “Distance and Friendship as Factors in the Gross Interaction Matrix”,
Sociometry, Vol 15, 1952.
Haiman, Theo; Scott, William G.; Management in The Modern Organization, Boston,
Houston, Miffin, 1970.
95
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Hall, Douglas T.; Bewen, Donald D.; Lewicki, Roy J.; Hall Francine S.; Experiences in
Management and Organizational Behavior, 2nd Edt., New York, John Wiley and
Sons, 1982.
Hammer, W. Clay; Organizational Shock, New York, John Wiley and Sons, The St. Clair
Seires in Management and Organizational Behavior, 1980.
Hampden, Charles Turner, 1994, Colporate Culture, London, Judy Piatkus Ltd.
Harum Grup. Kreitner, R. & Kinicki A. 2000. Organizational Behavior 5th edition,
Boston: Mc Graw Hill. Kreitner.
Hasibuan, Malayu.S.P, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT, Bumi Aksara,
Jakarta
Hasibuan,S.P.M, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Penerbit Bumi
Aksara.
Hersey Paul & Ken Blanchard, 1995, Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Hersey, Paul et.al, (1992), Manajemen Perilaku Organisasi, Terjemah: Agus Dharma, Edisi
Kelim, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hofstede, Geert, 1997, Culture‟s and Organization, New York, Washington D.C London,
Me Craw-Hill, Indrawijaya,
Holagh, S.R., Noubar, H.B.K., dan Bahador, V. (2014), The Effect of Organizational
Structure on Organizational Creativity and Commitment within the Iranian
Municipalities, Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol. 156, 213215
Homans, George C.; The Human Group, Hacourt, Brace and Word, New York, 1950.
Howard, J.L., dan Frink, D.D., (1996), The Effects of Organizational Restructure on
Employee Satisfaction, SAGE Journals, Vol. 21, Issue: 3, 278-303
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/manajemen/172-teknik-
pengambilankeputusan-dalam-organisasi/diakses mei 2017
96
http://www.kompasiana.com/puterision/pengambilan-keputusan-yang-efektif-
dalampeningkatan-kualitas-organisasi/diakses mei 2017
Hummel, Ralph P.; The Bureaucratic Exrience, St. Martin’s Press, New York, 1977.
Huse, Edgar F.; Organizational Development and Change, Los Angeles, California, West
Publishing Co. 1975.
Industrial Organization: Thery and Practice, Oxford University Press, London. Wren
Daniel A. 2005. The History of Management Thought. Fifth edition. Jhon Wiley
& Sons, Inc.
Ivancevich, G dkk. (2006). Orgaizations Behavior Structure Process. New York: Mc. Graw
Hill
Jakarta.
Jones, Gareth R, 1995, Organizational Theory, Text and Cases, USA, Addison Wesley,
Inc.
Joseph, G. (2013). Jurnal “Motivasi, persepsi, kualitas layanan, dan promosi pengaruhnya
terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda di Manado”. Vol.1 No.4.
ISSN: 2303-1174.
Jucius, Michael J.; Personnel Management, Illinois, Richard D. Irwin., Inc., 7th edt, 1971.
Jun, Jong S.; Storm, William Bruce; Tomorrow’s Organizations: Challenges and
Strategies, Glenview, Illinois, Scott, Foreman and Company, 1973.
97
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Kartono, Kartini .(1994). Pemimpin dan kepemimpinan edisi baru, penerrbit PT. Raja
Grafindo Jakarta
Kartono, Kartini, 2003, Pemimpinan Dan Kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Keban, Yeremias, 2008, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan
Isu. Penerbit Gaya Media, Yogyakarta
Kimberly, John R.; Miles, Robert H.; The Organizational Life Cycle, San Francisco
Jossey-Bass Publisher, 1980.
Kolasa, Blair J.; Introduction to Behavior Science for Business, Wiley, New York,
Koontz, Harold; O. Donnel, Cyril: Essentials of Management, 2nd edt., New York,
McGraww-Hill Book Company, 1978.
Korman, Abraham K.; Industrial and Organizational Psychology, Englewood Cliffs, New
Jersey, Prentice-Hall Inc., 1971.
Krech, Crutch Field, Ballached, Individu In Sosiety, Barkeley, New York University,
California. Kumorotomo, Wahyudi, 2008, Etika Administrasi Negara, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta Mangkunegara,
Kreitner Robert and Kinici A, 2003. Perilaku Organisasi, Versi Bahasa Indonesia, edisi
Pertama, Salemba Empat. Jakarta.
Leavitt, Harold J.; Pinfield, Lawrence dan Webb, Eugene; (Edts),; Organization of the
Future, Interaction with the External Environment, New York, Praeger
Publishers, 1974.
Lee, Robert D. Jr., ; Public Personnel System, Baltimor, University Park Press, 1979.
Lewin, K. 1951, Field Theory in Social Science, D. Cartwright, ed. New York:Harper b&
Brothers.
Liberty. Chan L.L.M., Shaffer M.A. and Snape E. 2004. In search of sustained competitive
advantage: the impact of organizational culture, competitive strategy and human
resource management practices on firm performance, International Journal of
Human Resource Management 15 (1): 17-35.
Likert, Rensis, 1967, Effective Supervision: An Adaptive and Relative Process, Personel
Psychology, II, No. 3.
Likert, Rensis: Likert, Jane, Gibson; New Ways of Managing Conflict, New York,
McGraw-Hill Book Company, 1976.
Likert, Rensis; New Paterns of Management, New York, McGraw-Hill Book Company,
1961.
London Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon, 1989, Human Behavior A Work;
Organizational Behavior, New York McGraw Hill International
Lorentzen, John F,; The Manager’s Personnel Problem Solver, New Jersey, Prentice-Hall,
Inc, Englewood Cliffs, 1980.
99
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Lott, B.E.; and Lott H.J., “Group Cohesiveness as Interpersonal Attraction”: A Review of
Relationship with Antecedent and Consequent Variables, Psychological Bulletin,
vol. 64, 1965.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Penerbit Andi Yogyakarta
Luthans, Fred,; Organizational Behavior, New York, McGraw-Hill Book Company, 3 th.,
Edt., 1981.
Lynton, Rolf P. dan Pareek, Udai; Training for Development, West Hartford, Connecticut,
Kumarisan Press, 1978.
Mager, Robert F. dan Beac, Kenneth M. JR.; Developing Vocational Instruction, Belmont,
California, Pitman Learning, Inc., 1967.
Mager, Robert F.; Preparing Instructional Objectives, 2nd ed., Belmont, California, Pitman
Learning, Inc., 1975.
Marianti, M. M. (2011). Jurnal “Kekuasaan dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain Dalam
Organisasi”. Vol.7 No.1 ISSN:0216–1249
Marrow, A.J. D.G. Bowers and S.E. Seashore, 1976, Management by Participation, New
York: Harper & Row, Publishers.
Martini Budi Luh Kadek, Supartha Wayan Gede, Manuati Dewi I Gusti Ayu, Adnyana
Sudibya I Gede. 2016. The Impact of Succession on the Family Business
Performance in Bali Province.
McClelland, D., and D.H. Burnham, 1976, Power is The Great Motivation, Harvard
Business Review, (March-April 1976).
McCroskey, James; Larson, Carl E.; Knapp, Mark L.; An Introduction to Interpersonal
Communication, New Jersey Englewood Cliffs, Prentice Hall, 1971.
Mckenna Eugene and beech Nic. 1995. The essence of manajemen Sumberdaya
McShane Steven L and Mary Ann Von Glinow (2008), Organizational Behavior, Fourth
Edition, McGraw-Hill International Edition. New York.
Meyer, J.P. and Allen N.J. 2007. Commitment in the Worldplace Theory Reserch and
Application, California:
Miles, Raymond E., Theories of Management, McGraw-Hill Co., New Yrok, 1975.
Miller M, B and Huberman M., 1992. Analisa Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang
Metode-metode baru, Universitas Indonesia, Jakarta.
Miller, James G.,; “Living Systems; Basic Concepts”, Behavior Science, July, 1965.
Miner, John B.; The Management Process, Theory, Research and Practice, New York, The
Macmillan Company, 1973
Mintzberg H. Ahlstrand B., and Lampel J. 1988. Strategy Safari: A Guided Tour Throuhg
The Wilds of Strategic Management. New York USA: The Free Press.
Mintzberg, Henry; The Nature of Managerial Work, New York, Harper & Row,
Publishers, 1973.
101
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Morgan, Marilyn A.; Managing Career Development, Van Nostrand Reindhold Company,
1980.
Mowday, R.T. Porter, P.W. and Steers, R.M. 2002. Organizational Linkages: The
Psychology of Commitment, Abseteeism and Turn Over, California: Academic
Press, San Diego.
Mueller, J.R., (2014), Alternative Organizational Design and Its Impact on the Future of
Work, Journal of Strategic Innovation and Sustainability, Vol. 9(1/2), 48-58
Muhyadi. 1989, Organisasi Teori , struktur dan proses. Jakarta, Lembaga Pendidikan dan
Kependidikan
Munandar, A.S. 2008, Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Nadir, David A.; Hackman, J. Richard; Lawler III, Edward E.; Managing Organizational
Behavior, Boston, Toronto, Little Brown and Company, 1979.
Natemeyer, Walter E,; Classics of Organizational Behavior, Oak Park, Illinois Moore
Publishing Company, Inc, 1978.
102
Nawawi, Hadari. H, Prof,Dr, 2000, Manajemen Sumber DayaManusia, Gajah Mada
University Press, Yogyakart
Ndraha Taliziduhu, 1997, Budaya Organisasi, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Neisser, Ulric; Cognition and Reality, Principles and Implication of Cognitive Psychology,
San Fransisco, W.H. Freeman and Company, 1976.
Newcomb, Theodore M.; The Acquaintance Process, New York, Holt, 1961.
Newland, Chester A.; MBO and Productivity Bargaining in the Public Sector”; Public
Employee Relation Library, no. 45 International Personnel Management
Assocation, Chicago, Illinois, 1974.
Newman, William H.; dan Summer, Charles E.; The Process of Management, Concepts,
Behavior and Practice, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc., 1961.
Nigro, Felix A., dan Nigro, Lloyd G.; The New Public Personnel Administration, 2nd
Edition, Itasca III., FF Peacock Publisher, 1981.
Noor, Isran, 2012, Politik Otonomi Daerah, Untuk Penguatan NKRI, Penerbit Steven
Strategic Study.
O’donnel, Cyrill: Harold Koontz, Management, 6ht edt., New York, McGraw-Hill Book
Company, 1976.
Ouchi, William G, 1981. Theory Z.: Haw American Business Can Meet The Jpanese
Challenge, Tokyo Japan : Reading-Mass, : Addison Wesley Publ. Coy. Inc
Pace, R. Wayne dan Don F Faules, 2006, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, Penerjemah Deddy Mulyana, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules, (2010), Komunikasi Organisasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
103
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Piater, H dan Namora, L, (2010), Pengantar Psikologi dalam Keperawat, Jakarta: Kencana
Pranada Group. Purnomo,
Prentice Hall Steiger, J.S., Hammou1, K.A. dan Galib, Md H., (2014), An Examination of
the Influence of Organizational Structure Types and Management Levels on
Knowledge Management Practices in Organizations, International Journal of
Business and Management, Vol. 9, No. 6
Prentice Hall. Griffin, R. 2004. Management, Seventh Edition, Terjemahan Gina Gania,
Jakarta: Erlangga.
Rachel Parker and Lisa Bradly, 2000. Organisational Culture in the Public Sector ;
Evidence from Six Organisations, The International Journal of Public Sector
Management, Vo. 13, No. 2, pp. 125 – 141.
Ratmawati Dwi & Nurri Herachwati, 2007, Perilaku Organisasi, Cetakan ketiga,
Universitas Terbuka.
Reddin, Ellen P.; Howard Jane, dan Reese, T.W.; Human Behavior, Analysis and
Application 2nd ed., Iowa, Wm. C. Brown Company Publisher, 1966.
Reddin, William J.; “The 3-D Management Style Theory”, Training and Development
Journal, April 1967.
Reitz, Joseph H.; Behavior in Organization, Homewood, Illinois, Richard D. Irwin, 1977.
Rineke Cipta. Thoha, Miftah. 2009. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya,
Jakarta: Rajawali Pres.
Rivai V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Penerbit,. PT.
RajaGravindo Persada, Jakarta.
Rivai, Harif Amali, 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan kerja dan Komitmen
Organisasional Terhadap Intensi Keluar karyawan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 1 No. 1, April 2001, halaman 335-352.
Rivai, veithzal. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT.Raja Graindo
Persada Rivai,
Robbins Stephen P. and Timothy A. Judge, 2013, Organizational Behavior. 15th Edition,
Pearson Printice All. Person Education Limited. England.
Robbins, S. 2003. Teori Organisasi. Struktur, Desain, Aplikasi Edisi 3 Terjemahan Jusuf
Udaya. Penerbit Acan. Jakarta.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi ke-12, Jakarta:
Salemba Empat.
Robert, and Kinicki, Angelo, (2003), Perilaku Organisasi, Dalam: Early Suandy
(penterjemah), Jakarta:
Roethlisberger, Frist J, and Dickson, William J.; Management and the Worker, Cambridge,
Mass., Harvard University Press, 1939.
Rosdakarya. Nimran, Umar. 2004. Perilaku Organisasi, Cetakan Ketiga, Surabaya: CV.
Citra Media.
Rosenzweig, James E.; Kas, Fremont E.,; Organization and Management, a System
Approach, New York, McGraw-Hill Book Company., 1970.
Roy, Robert H.; The Culture of Management, Baltimor, London, The Johns Hopkins
University Pres, 1981.
106
Rue, Leslie W,; The Culture of Management, Baltimor, London, The Johns Hopkins
University Press, 1981.
Ruky, S. Achmad, 2001, Sistem Manajemen Kinerja: Panduan Praktis Untuk Merancang
dan Meraih Kinerja Prima, Gramedia, Jakarta.
Salemba Empat. Kurniasari, L. 2004. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Job Scurity
terhadap Intensitas Turn Over di PT.
Salemba Empat. Ruslan, R. (2008). Manajemen public relations dan media komunikasi,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sapta Setia I Ketut, Wayan Gde Supartha, I Gede Riana and Made Subudi. 2016. The
Role of Organizational Commitment on Mediating the Relationship Between
Leadership and Tri Hita Karana Culture with Subak Performance in Bali.
European Journal of Business and Management ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN
2222-2839 (Online) Vol.8, No.26.
Schein, E. 1979. Organizational Psychology. 2nd Edition. Prentice Hall Inc. New Delhi
(SCH)
Schein, E.H. 1992, Organizational Culture and Leadership : A Dynamic View, Jossey-
Bass, San Fransisco.
Scott, W. Richard,; “Theory of Organization”, dalam Robert E.L. Faris, edt,; Handbook of
Modern Sociology, Chicago, Paul McNally and Co., 1964.
107
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Sigband, Norman B.; Communication for Management, Glenview, Illinois, Scott Foreman
and Company, 1969.
Simamora, Henry, (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia , STIE YKPN, Yogyakarta.
Simon, Herbert A.; March, James G.; Organization, John Wiley & Sons, Inc., New York,
1958.
Sitiari Ni Wayan. 2016. Peran Orientasi Kewirausahaan Dalam Memediasi Pengaruh Nilai-
Nilai Budaya Lokal Bali Terhadap Kinerja Organisasi (Studi pada Koperasi Non
KUD di Bali). Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Sofyandi, Herman dan Iwa Gamiwa, 2007, Perilaku Organisasional, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Stahl., O. Glenn; Public Personnel Administration, 7th edt,; New York, Harper & Row
Publisher, 1976.
Steers, Richard M. Lyman W. Porter. 2000. Motivation and Work Behavior. 5 th Edition,
New York: Mc Graw Hill International.
Stephen dan dan Timothy Judge 2012. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Stogdill, Ralph M.; Handbook of Leadership, New York, The Free Press, 1974.
Suana I Wayan, Eka Afnan Troena, Supartha Wayan Gede and Rofiaty. 2014. The Role of
Tri Hita Karana (Thk) Culture and Business Environment toward Personality
and Entrepreneurial Spirit (Study on the Members of Chambers Of Commerce in
Bali Province). IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) eISSN:
2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 16, Issue 3. Ver. II (Feb. 2014), PP 09-
19.
Supartha Wayan Gede, Suana I Wayan, Mudiartha Utama, Ardana I Komang dan
Supriyadi. 2015. Peran Mediasi Kepuasan Kerja Atas Pengaruh Lingkungan
Terhadap Intention to Quit dan Efeknya pada Kualitas Pelayanan Kesehatan
(Studi Atas Para Medis yang Bertugas pada Puskesmas di Kabupaten
Klungkung). Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Udayana.
Supartha Wayan Gede, Suana I Wayan, Saroyeni Priartini Putu, Surya Putra Made,
Manuati Dewi I G. A. 2014. Peran Mediasi Budaya Organisasi pada Pengaruh
Kompetensi dan Motivasi Ketua LPD Terhadap Kinerja LPD (Studi Pada
Lembaga Perkreditan Desa/LPD di Kabupaten Gianyar). Program Studi Doktor
Ilmu Manajemen, Program Pascasarjana, Universitas Udayana.
109
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Supartha Wayan Gede, Suana I Wayan, Surya Putra Made, Ardana I Komang dan Kartika
Dewi A.A Sg. 2014. Aplikasi Analisis Deskriptif Atas Gaya Kepemimpinan Dua
Calon Presiden Republik Indonesia 2014 – 2019. Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.
Supartha Wayan Gede. 2010. Budaya Organisasi dan Kepemimpinan : Transformasi Nilai
Ideal Menjadi Faktual Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi. Orasi Ilmiah.
Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Manajemen Sumber
Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Syarifudin Zainal & Hassel Nogi S. Tangkilisan, 2004, Kinerja Organisasi Publik:
Manajemen Publik Untuk Menciptakan Kota Bersih dan Nyaman Dihuni,
Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), Yogyakarta.
Taylor, Frederic W., 1911, The Principles of Scientific Management. New York: Harper &
Brothers.
Terry, R.G. (1986) Asas-asas Manajemen. Edisi kedelapan, Alih Bahasa Winardi, Penerbit
Alumni, Bandung.
Thoha, Mifta, 2007, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Thomas, Howard; Decision Theory and the Manager, The Time Management Series, New
York, N.J., Pitman Publishing Company, 1972.
Thompson, Victor A.; Bureaucracy and the Modern Word, Morristown N.J., General
Learning Press, 1976.
Thomson & Wadsworth. Chaiken, S & Stangor, C. (1987). Attitudes and attitude Change.
Annual Review of Psychology. 38. 575-630. Doi:
10.1146/annurev.ps.38.020187.003043.
110
Timothy. J. 2008. Organizational Behavior. Terjemahan Buku 1 oleh Diana angelicia, Ria
Cahyani, dan Abdul.
Tubbs, Stewart L., Moss, Sylvia; Human Communication, 2nd edt., New York, Random
House, 1977.
Tyson Shaun & Tony Jackson, 2000, The Essense of Organizational Behavior, Cetakan
Pertama, ANDI Jogjakarta.
Van B. Prabhu and Andrew Robson, 2000. Impact of Leadership and Senior Management
Commitment on Business Exellence : an Empirical Study in the North East of
England, Total Quality Management, Vo. 11, No. 4/5 & 6, pp. 399 – 409.
Weber, Max, 1969, The Theory of Social and Economic Organization, trans. A.
H. Henderson, and ed. Talcott Parsons, New York:Oxford University Press.
Woodward, J., 1996,
Weber, Max,; The Theory of Social and Economic Organization, terj., A.M. Henderson
dan Talcott Parson, New York, The Free Press, 1947.
Widodo J. 2001 Good govermance; telaah dari dimensi akuntabilitas dan control birokrasi
pada era desentralisasi dan otonomi daerah. Insan Cendekia, Surabaya
111
Dr. Muh. Yusuf S.Sos M.Si
Wild, JJ., Wild, K.L., dan Han, J.C.Y. (2008), International Business: The Challenges of
Globalization, Pearson Prentice Hall, New Jersey
Wolf, James F. dan Sherwood, Frank P.; “Coaching; Supporting Public Executive on the
job”, Public Administration Review, January/February 1981. hlm. 73-76.
Ziller, R.C.; “Toward & Theory of Open and Closed Groups”, Psychological Bulletin, vol
64, 1965.
112