Biografi BPH Bintoro
Biografi BPH Bintoro
H BINTORO
Biografi
Ia menikah dengan seorang wanita yang bernama Maryam dan dikaruniai 5 orang
anak yang salah satunya adalah Soekarni Catur Oetami Munandar, salah satu pakar psikologi
Indonesia.
Ia adalah wakil ketua dari Tyuooo Sangi-In (semacam Volksraad) buatan
pemerintahan pendudukan Jepang dan anggota dari organisasi pemuda pergerakan
kemerdekaan Indonesia, Barisan Pelopor.
Selain itu ia adalah salah satu pendiri dan ketua PELTI (Persatuan Lawn Tenis
Indonesia) pertama selama 5 tahun sejak pendiriannya pada 26 Desember 1935.
Selain itu ia adalah salah satu pendiri dan ketua PELTI (Persatuan Lawn Tenis
Indonesia) pertama selama 5 tahun sejak pendiriannya pada 26 Desember 1935.
Ia pulalah yang membentuk PMI (Palang Merah Indonesia) pada tanggal 5 September
1945 atas perintah Presiden Soekarno.
Ia pernah pula menjabat sebagai anggota Seksi Kemasyarakatan Bappenas periode 21
September 1959 - 18 November 1959.
Nama Aslinya adalah Meester Hajjah Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo lahir pada
18 Agustus 1911 dan Meninggal dunia 15 April 1988,dia lebih dikenal dengan nama
menikah pertamanya
Maria Ulfah Santoso adalah Seorang aktivis dan politisi hak seorang perempuan
Indonesia. Dia adalah wanita Indonesia pertama yang menerima gelar sarjana hukum serta
pertama anggota kabinet Indonesia perempuan.
Santoso, putri seorang politikus, menjadi tertarik pada hak-hak perempuan setelah
melihat banyak ketidakadilan di masa mudanya. Meskipun tekanan untuk menjadi dokter, ia
lulus dengan gelar di bidang hukum dari Universitas Leiden pada 1933; sementara di Belanda
dia juga terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia.
Setelah kembali ke Hindia Belanda, Santoso mulai mengajar dan bekerja menuju
reformasi pernikahan. Dia adalah anggota dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, dan kemudian menjadi menteri sosial dari 12 Maret 1946 untuk 26
Juni 1947. Setelah masa jabatannya, ia terus bekerja dengan pemerintah dalam berbagai
kapasitas.
Dipilih untuk pos kabinet sebagian untuk kegiatan emansipatoris nya, Santoso
membuka jalan bagi anggota kabinet perempuan lainnya, termasuk SK Trimurti pada tahun
1947. Dia menerima beberapa penghargaan dari pemerintah Indonesia untuk kegiatan nya.