MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF/KEPALA BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN DESA
KREATIF.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF/KEPALA
BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM/107/KD.03/2021
TENTANG
PANDUAN PENGEMBANGAN DESA
KREATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 16.056
pulau dan luas wilayah 1.916.906,77 KM2 (BPS, 2019). Selain itu, keanekaragaman
etnis dan budaya pun memperkaya diversitas penduduknya dengan terdiri dari
1.340 suku bangsa. Berbagai macam kearifan lokal yang ada, baik dalam bidang
sumber daya alam, adat istiadat, bahasa, budaya, tradisi dan aspek lainnya
merupakan potensi yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Di antara permasalahan pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah
ketimpangan dan kemiskinan antar wilayah di Indonesia, khususnya yang terjadi
antara desa dan kota. Data Badan Pusat Statistik Bulan September Tahun 2020
menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di wilayah pedesaan lebih tinggi
daripada perkotaan dimana jumlah persentase penduduk miskin di perkotaan
sebesar 7,88% sedangkan pada kasus di pedesaan yaitu 13,2%. Data tersebut
diperparah dengan adanya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Indeks Keparahan Kemiskinan (IKK) menunjukkan bahwa penduduk miskin di
pedesaan memiliki nilai IKK sekitar dua kali lipat lebih tinggi yaitu 0,68
dibandingkan dengan penduduk miskin di perkotaan yaitu 0,31.
Upaya pemerintah untuk mengurai permasalahan tersebut secara strategis
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024
yaitu:
1. memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan
berkeadilan;
2. mengimbangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan;
3. revolusi mental dan pembangunan kebudayaan; dan
4. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
- 2-
Gambar 1.1 PDB Ekonomi Kreatif, Tahun 2017-2020 (proyeksi), PDB (Triliun Rupiah)
Sumber: Laporan Kinerja Bekraf, 2019
Sektor ekonomi kreatif yang mengutamakan kreativitas dan orisinalitas ide dapat
berkembang apabila didukung dengan ekosistem yang baik. Pada konteks ini,
wilayah pedesaan memiliki sumber daya yang juga mumpuni seperti halnya di
perkotaan. Pelestarian budaya, adat istiadat dan bahasa adalah aktivitas yang
kerap ditemukan di pedesaan dan merupakan potensi yang dapat dioptimalkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara agregat, kontribusi
keseluruhan aktivitas ekonomi kreatif dan penyerapan tenaga kerja tumbuh dengan
cukup baik. Selain itu, beberapa produk pun berhasil menjangkau pasar global
melalui transaksi ekspor sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut:
Tahun
Indikator
2015 2016 2017 2018 2019*
Pertumbuhan PDB Ekraf (%) 4.41 4.95 5.06 5.07 5.1
Jumlah Tenaga Kerja (Juta Orang) 15.96 16.91 17.68 18.21 19.01
Nilai Ekspor Bruto (Miliar USD) 19.36 19.99 19.84 21.24 22.07
*) Data sementara BPS per tanggal 31 Desember 2019
C. Sasaran
Panduan Pengembangan Desa Kreatif ini dapat digunakan oleh berbagai Pemangku
Kepentingan, antara lain:
Pemangku
Keterangan
Kepentingan
● Menjadi referensi dalam pelaksanaan program pengembangan
Desa Kreatif
● Mendukung tercapainya tujuan pembangunan desa sesuai
SDGs
Pemerintah Pusat
● Mendukung kebijakan pemerintah terkait pengembangan
industri kreatif sesuai RPJMN
● Menjadi panduan penguatan sinergi antar kementerian yang
memiliki program pembangunan Desa Kreatif
● Memberikan panduan penyelenggaraan program CSR
Perusahaan (Sektor ● Memberikan gambaran implementasi Corporate Shared Values
Swasta) ● Mendorong keterlibatan perusahaan dalam pengembangan
Desa Kreatif
● Mendukung terciptanya destinasi wisata kreatif baru
Industri Kreatif dan
● Mendorong produk kreatif unggulan dari desa untuk
Pariwisata
menjangkau pasar nasional dan global
● Menjadi salah satu referensi pengembangan penelitian terkait
topik pengembangan desa dan ekonomi kreatif
● Menjadi landasan pelaksanaan program pengabdian
Lembaga Pendidikan
masyarakat dan magang peserta didik
● Menjadi referensi pengembangan kurikulum pengajaran
terkait sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
D. Tahapan Penyusunan
Panduan ini disusun melalui beberapa proses dan tahapan, yaitu:
1. Rapat koordinasi internal Kemenparekraf/Baparekraf
Rapat koordinasi dilakukan beberapa kali guna mendiskusikan konsep awal
dan dasar-dasar penyusunan Panduan. Rapat ini dikoordinasikan oleh Deputi
Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, yang juga melibatkan berbagai
Pihak dari lintas kedeputian serta pihak lain yang berkepentingan.
2. Penunjukkan Tim Penyusun Panduan
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif menunjuk Tim Penyusun
Panduan untuk memfasilitasi penyusunan dokumen serta membantu dalam
rapat-rapat koordinasi yang akan dilakukan dengan berbagai Pihak.
3. Rapat koordinasi dengan Pakar, Asosiasi, dan Lembaga
Rapat koordinasi lanjutan dilakukan beberapa kali yang melibatkan banyak
Pihak terkait, antara lain Pakar, Perwakilan Asosiasi, dan Perwakilan Lembaga.
Rapat-rapat ini ditujukan untuk mendapatkan masukan umum dan khusus
mengenai konsep kegiatan serta mendapatkan pandangan yang dapat
memperkuat relevansi dan kredibilitas dari isi Panduan.
- 5-
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Pengembangan Desa Kreatif adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan Umum mengenai Desa Kreatif;
2. Penyiapan Dukungan dan Kebijakan Desa Kreatif;
3. Tahapan dalam Pengembangan Desa Kreatif; dan
4. Pemantauan dan Evaluasi.
BAB II
DESA KREATIF
Atas definisi di atas, sebuah desa dapat tergolong Desa Kreatif dengan adanya
komponen utama sebagai berikut:
1. Produk Kreatif Unggulan berupa barang atau jasa yang memberikan nilai
tambah dan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi desa;
2. Telah terlaksananya pengembangan produk ekonomi kreatif lokal yang
termasuk dari 17 subsektor ekonomi kreatif; dan
3. Adanya peran serta aktif dari masyarakat dan pelaku ekonomi kreatif setempat.
2
Sugito, “Pengembangan Desa Kreatif”, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2021
- 9-
Tabel 2.1 Indikator dan Tipologi Desa Kreatif Berdasarkan Level Pengembangannya
Memiliki potensi ekonomi Potensi telah dikembangkan Produk kreatif telah Kualitas produk kreatif
kreatif namun belum menjadi produk kreatif; memiliki kualitas, unggul, skala global dan ekspor;
dikembangkan; dan berdaya saing;
Produk Kreatif Adanya fasilitasi Memiliki HKI atas produk
Bimbingan Teknis terkait pendaftaran/ pencatatan HKI Memiliki HKI atas produk kreatif yang dikembangkan
pentingnya Hak Kekayaan atas produk kreatif kreatif yang dikembangkan
Intelektual (HKI)
Pemasaran dengan target Pemasaran dengan target Pemasaran dengan target Pemasaran dengan target
Pemasaran
masyarakat lokal desa hingga pasar regional hingga nasional hingga global (ekspor)
Kesadaran masyarakat Telah terdapat pembagian Penyerapan tenaga kerja Sebagian besar masyarakat
akan potensi ekonomi peran pemangku masyarakat desa dari memiliki kontribusi dalam
kreatif belum tumbuh kepentingan dan penggerak kegiatan ekonomi kreatif pengembangan Desa Kreatif
lokal (local champion) sudah masif
SDM
Terlaksana pelatihan SDM mampu menjalankan SDM mampu menjalankan SDM mampu
pengembangan kapasitas operasional usaha meski operasional tanpa perlu mengembangkan kapasitas
SDM perlu pendampingan pendampingan kelompok secara mandiri
(self-learning)
Belum ada pendampingan Telah terdapat Pendampingan dan Pelaku kreatif desa telah
dan kolaborasi baik dari pendampingan dan kolaborasi dari pemerintah melakukan
Pendampingan
pemerintah maupun swasta kolaborasi pemerintah dan dan atau swasta sudah pendampingan/pelatihan
dan Kolaborasi
atau swasta mulai konsisten dilakukan pengembangan di desa
binaan lain
- 10 -
Belum memiliki Pembentukan badan usaha Memiliki badan usaha Telah memiliki badan
kelembagaan secara formal masih dalam proses legalisasi setingkat desa usaha berbentuk PT dan
Kelembagaan
(masih berupa komunitas/ (BUMDes/Koperasi) kelengkapannya
perorangan)
Belum terdapat sarana Sudah mulai terdapat sarana Dilakukan pengembangan Terdapat sarana prasarana
prasarana penjamin prasarana amenitas dan sarana prasarana amenitas amenitas dan aksesibilitas
keamanan dan aksesibilitas dan aksesibilitas yang memadai
kenyamanan (amenitas)
Infrastruktur
dan aksesibilitas (jalan)
Desa belum memiliki Telah memiliki fasilitas Memiliki fasilitas internet Pemanfaatan internet telah
fasilitas internet internet dan wifi dengan dan wifi yang memadai menjadi budaya Desa
kapasitas terbatas Kreatif
Belum memanfaatkan Desa kreatif memiliki website Mulai memanfaatkan Platform Digital untuk
Platform Digital sebagai platform digital platform digital untuk pengelolaan ekonomi kreatif
Teknologi Digital
memasarkan produk yang mandiri dan
ekonomi kreatif desa terintegrasi.
Memperoleh pendanaan Memperoleh pendanaan Pembiayaan Pendanaan pengembangan
pengembangan Desa Kreatif pengembangan Desa Kreatif pengembangan Desa Desa Kreatif secara mandiri
dari pihak ketiga dari pihak ketiga tahap Kreatif secara bersama tanpa harus ada bantuan
lanjut antara pihak ketiga dan dari pihak ketiga
Finansial internal Desa Kreatif (cost
sharing)
Kondisi keuangan usaha Kondisi keuangan usaha Kondisi keuangan usaha Kondisi keuangan usaha
kreatif belum menghasilkan kreatif sudah menghasilkan kreatif cukup untuk kreatif dapat membeli aset
keuntungan keuntungan membiayai operasional baru
- 11 -
bentuk perlindungan hasil cipta karya beserta nilai ekonomis yang ada di dalamnya.
Hal ini juga merupakan dukungan Pemerintah bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk
mendapatkan hak kekayaan intelektual juga dorongan terus berinovasi.
Diharapkan dengan tumbuhnya Desa Kreatif, secara makro dapat meningkatkan
Produk Domestik Bruto Indonesia di sektor Ekonomi Kreatif. Produk unggulan yang
memiliki nilai tambah dan diterima pasar akan meningkatkan permintaan domestik dan
memiliki potensi pengembangan ekspor. Semakin baik respon pasar akan berdampak
pada banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor Ekonomi Kreatif. Berikut
merupakan gambaran pembangunan ekosistem di Desa Kreatif:
5 Yuke Sri Rahayu, “DESA KREATIF SEBAGAI DESTINASI WISATA PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT”, Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat Ii. 2021
6 Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No 14 tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata yang Berkelanjutan
- 13 -
Gambar 2.3 Pentahelix Sinergi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Desa Kreatif
Tabel 4.7 Pemetaan Luaran dan Dampak Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard
Aspek Tujuan Strategis Indikator Target Dampak (Outcome)
Keberhasilan
(Luaran)
Perspektif • Peningkatan • Keuntungan • Profit cukup untuk membeli
Ekonomi pendapatan usaha aset baru
masyarakat dari • Kemandirian • Pendanaan Desa Kreatif
usaha kreatif finansial secara mandiri tanpa pihak
• Penambahan • Jumlah tenaga ketiga
lapangan kerja kerja yang • Mayoritas warga desa
• Peningkatan bergerak pada memiliki pekerjaan dan
pengunjung Desa sektor kreatif berkontribusi pada sektor
Kreatif • Jumlah kreatif
pengunjung Desa • Pengunjung memenuhi kuota
Kreatif minimal kunjungan per
bulannya
Produk Kreatif • Inovasi produk • Kualitas produk • Produk kreatif memiliki
dan Pasar/ • Adanya Hak kreatif yang kualitas nasional /global
Konsumen Kekayaan unggul dan • Semakin banyaknya produk
Intelektual (HKI) berdaya saing kreatif unggulan yang
atas produk • Produk Kreatif memiliki perlindungan hak
kreatif yang yang memiliki kekayaan intelektual
dikembangkan HKI
Proses Bisnis • Pendampingan • Kualitas • Pendampingan dari
dan kolaborasi pendampingan/ pemerintah/ swasta/
• Peningkatan kolaborasi pendamping lainnya
kapasitas • Kualitas dan diduplikasi pelaku usaha
produksi/ jasa kapasitas produk kreatif desa untuk
• Peningkatan kreatif mendampingi desa lain
pemasaran • Skala pemasaran • Meningkatnya produk kreatif
yang unggul dan berdaya
saing
• Skala pemasaran nasional /
global
- 15 -
BAB III
PENYIAPAN DUKUNGAN DAN KEBIJAKAN DESA KREATIF
7
Dewi Meisari Haryanti, UKM Indonesia, “Pendampingan UMKM Desa Kreatif”, 2021.
- 19 -
8 Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020 – 2024.
- 20 -
Adapun kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan Desa Kreatif ialah:
1. Pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif bernilai tambah dan
berdaya saing (Arah Kebijakan I).
● Mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual pada
Kawasan Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif (Strategi I).
2. Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (strategic
partnership) (Arah Kebijakan II).
● Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi hasil dengan fokus
pasar potensial (Strategi IV).
● Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif (Strategi V).
● Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi
kreatif (Strategi VII).
3. Pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif terintegrasi (Arah Kebijakan III).
- 21 -
● Mengembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif (13 bidang usaha pariwisata
dan 17 sub sektor ekonomi kreatif) (Strategi VIII).
● Meningkatkan tata kelola pariwisata dan ekonomi kreatif nasional (Strategi IX).
● Mendorong peningkatan investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata
di industri pariwisata dan ekonomi kreatif (Strategi X).
4. Pengelolaan SDM dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam mewujudkan
SDM yang unggul dan berdaya saing (Arah Kebijakan IV).
● Melakukan penguatan komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif
(Strategi XIII).
5. Mewujudkan kreativitas anak bangsa dengan berorientasi kepada pergerakan ekonomi
kerakyatan (Arah Kebijakan V).
● Meningkatkan perlindungan terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual
(Strategi XIV).
● Mendorong kreasi dalam menciptakan nilai tambah ekonomi kreatif berbasis budaya
dan IPTEK (Strategi XV).
Masyarakat Setempat
Mengembangan produk
lokal berdasarkan ekonomi ● Sumber pendapatan anggota.
3. Komunitas Kreatif
kreatif yang ● Sarana apresiasi karya anggota.
dikomersialisasi.
9 Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 - 2024.
- 23 -
Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat.
● Pelatihan dan
inkubasi
kewirausahaan
sosial untuk
Mendukung target RPJMN 2020-2024
masyarakat lokal.
melalui:
● Pendampingan
● Peningkatan jumlah SDM yang
standardisasi mutu
Kementerian terlatih dan siap diinkubasi.
dan sertifikasi
Koperasi dan ● Peningkatan jumlah usaha yang
7. produk.
Usaha Kecil dan difasilitasi standarisasi mutu
● Dukungan modal
Menengah dan sertifikasi produk.
awal usaha bagi
● Peningkatan tersalurnya
wirausaha pemula di
dukungan modal awal usaha
bidang kreatif.
kepada wirausaha pemula.
● Bantuan promosi
dan pemasaran
dalam negeri.
Mengkoordinasikan
Kementerian
lembaga-lembaga yang
Koordinator Bidang Mendukung capaian kinerja sektor
9. terlibat dalam
Kemaritiman dan ekonomi kreatif10.
pengembangan Desa
Investasi
Kreatif.
10Trukan Sri, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, “Desa Kreatif sebagai Alternatif Capaian Kinerja Sektor Ekonomi
Kreatif”, 2021.
- 25 -
Lembaga Publik/Swasta
11 Risna Resnawaty, Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UNPAD, “Potensi CSR dalam Pengembangan Desa Kreatif”, 2021.
- 26 -
● Menyediakan data
dan informasi terkait
pelaku ekonomi
kreatif di desa.
● Melakukan riset,
edukasi, dan
pengembangan Desa
Kreatif. ● Mendukung tercapainya visi dan
● Mendorong misi asosiasi
Asosiasi terkait
percepatan ● Kolaborasi dan pemberian
13. Pelaku Ekonomi
infrastruktur Desa bantuan untuk program-
Kreatif Indonesia
Kreatif. program desa yang sedang
● Mengembangkan dijalankan.
pemasaran produk
ekonomi kreatif di
desa baik di dalam
maupun luar negeri.
● Digitalisasi Desa
Kreatif dengan
aktivitas kekinian.
12
Fikri El Aziz, Asosiasi Desa Kreatif Indonesia, “Profil Asosiasi untuk 1000 Desa Wisata dan Desa Wirausaha”, 2021.
- 27 -
Lembaga Pendidikan
● Mendukung terlaksananya
● Melakukan riset dan
kewajiban Tri Dharma
memberikan
Perguruan Tinggi.
rekomendasi
Perguruan Tinggi/ ● Mendukung kontribusi peneliti
15. berbasis kepakaran
Akademisi dalam pengembangan riset dan
ilmiah
ilmu pengetahuan.
● Melakukan
● Menyediakan objek penelitian
pengawasan
dan program untuk akademisi.
- 28 -
BAB IV
TAHAPAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA KREATIF
Pengembangan Desa Kreatif dilakukan dalam jangka waktu tertentu (disesuaikan dengan
kondisi di lapangan) dan berpijak pada hasil assessment awal tipologi desa. Hal ini
dikarenakan setiap desa memiliki tahapan yang berbeda, ada yang masih tahap inisiatif,
produktif, inovatif atau bahkan berkelanjutan.
Jika desa merupakan Desa Kreatif inisiatif, maka keseluruhan tahapan harus dilakukan,
akan tetapi jika desa ternyata telah memasuki fase produktif atau inovatif maka
pengembangan desa akan berawal dari aspek yang dibutuhkan dalam fase tersebut.
Secara garis besar berikut tahapan pengembangan Desa Kreatif berdasar hasil assessment
tipologi desa.
- 29 -
13
Suharto, E. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan
STKS (LSP-STKS).
- 30 -
kerangka yang dipakai oleh PROPER yang diterapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia yaitu The Sustainable Livelihoods Approach (SLA)
atau kerangka penghidupan berkelanjutan yang mana dikenalkan pertama kali oleh the
Brundtland Commission on Environment and Development pada tahun 1992.
Dalam SLA, selain dipetakan permasalahan sosial, juga dipetakan konteks kerentanan
masyarakat yang seharusnya menjadi prioritas dalam program dan tentunya juga peta
potensi yang terdiri dari 5 (lima) aspek yang merupakan modal untuk penghidupan
berkelanjutan. Secara terperinci, pemetaan sosial dibagi menjadi tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Deskripsi Kondisi Umum Desa
Kondisi umum desa di deskripsikan dalam konteks geografis, demografis, psikografis
(sosial-budaya) dan pemerintahan desa yang biasanya dapat diperoleh dari data
monografi profil desa yang disimpan oleh perangkat desa. Kondisi umum ini diperlukan
untuk memahami gambaran besar sebuah desa seperti lokasi desa, jumlah dan
komposisi penduduk dan sebagainya.
2. Identifikasi Kearifan dan Budaya Lokal
Setiap Desa memiliki karakteristik yang unik, baik dari sisi geografis maupun
masyarakat yang ada di dalamnya. Unsur kearifan dan budaya lokal merupakan salah
satu unsur terpenting yang perlu diperhatikan sejak awal agar bisa selaras dengan
karakteristik unik masing-masing Desa.
- 31 -
Jadwal Frekuensi
Modal Finansial
Modal Infrastruktur
Modal Sosial
Identifikasi-identifikasi diatas dapat dilakukan dengan memilih salah satu atau lebih
metode yang biasa digunakan dalam penelitian sosial yaitu analisis data sekunder,
observasi lapangan, wawancara mendalam/in-depth interview dan diskusi kelompok
terarah/focus group discussion (FGD). Dalam hal ini, diskusi kelompok terarah (FGD)
hendaknya melibatkan secara aktif seluruh pemangku kepentingan yang ada di desa agar
proses pengembangan Desa Kreatif bersifat partisipatif dan para pemangku kepentingan
tidak hanya menjadi objek pengembangan, melainkan subjek yang mempunyai rasa
kepemilikan terhadap program pengembangan Desa Kreatif. Oleh karena itu sebelum
melakukan kegiatan FGD, perlu adanya identifikasi dan pemetaan aktor pemangku
kepentingan yang ada di desa tersebut.
terhadap hasil tindakan suatu organisasi.14 Desa yang juga merupakan sebuah organisasi
tentunya memiliki pemangku kepentingan yang perlu diidentifikasi agar dapat mendukung
pengembangan Desa Kreatif. Secara umum pemangku kepentingan dibagi menjadi 4 jenis
karakteristik yaitu:
1. Promoters (High Influence - High Interest):
Memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan untuk membantu
membuatnya berhasil atau menggagalkannya tergantung dengan sikap stakeholder
yang mendukung atau menentang.
2. Latents (High Influence - Low Interest):
Tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam kegiatan, tetapi memiliki
kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka menjadi tertarik.
3. Defenders (Low Influence - High Interest):
Memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas,
tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi kegiatan.
4. Apathetics (Low Influence - Low Interest):
Kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak mengetahui
adanya kegiatan.
a. Pemetaan Jaringan Aktor (Sociogram)
Sociogram diperlukan untuk memetakan hubungan antar aktor pemangku
kepentingan dalam pengembangan Desa Kreatif, dimana pemangku kepentingan
secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktor individu dan institusi. Hubungan
antar aktor bisa berupa hubungan yang positif (+) yang dilambangkan dengan garis
warna hijau, negatif (-) yang dilambangkan dengan garis warna merah atau netral
(+/-) yang dilambangkan dengan garis warna kuning, berikut format diagram
Sociogram yang dibutuhkan:
15 E. Jones dan C. Haven-Tang. Tourism SMEs, Service Quality and Destination Competitiveness. London: CABI Publishing, 2005.
- 35 -
1. Komunitas kreatif
2. Pemerintah desa
3. Penyandang dana
4. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Dalam hal ini penyandang dana dapat berupa perusahaan swasta dan BUMN
melalui program CSR nya, pemerintah daerah, Kementerian terkait dan pihak lain
yang memungkinkan. Secara detail namun tidak terbatas pada hal-hal berikut
peran masing-masing pemangku kepentingan.
Komunitas kreatif (dipimpin oleh local ● Subjek utama program Desa Kreatif
champion)
Penyandang dana dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam proses pemetaan
sosial dan pendampingannya dapat menunjuk pihak-pihak yang berkompeten dalam
program pengembangan Desa Kreatif seperti akademisi dari universitas, lembaga
pengembangan masyarakat (community development) atau asosiasi Desa Kreatif. Pembagian
peran ini adalah panduan dasar dan tentunya fleksibel bergantung dengan kesepakatan
para pemangku kepentingan.
- 38 -
dioptimalkan dan peluang pasar. Berikut format tabel pemeringkatan usaha kreatif
yang akan dipilih.
Jika terdapat beberapa usaha kreatif yang memiliki ranking yang sama tinggi, maka
dapat dilakukan sandbox stage, dimana beberapa usaha kreatif tersebut
dikembangkan bersamaan selama 3 sampai 6 bulan pertama untuk dilihat manakah
yang paling bisa berjalan dan memiliki pasar. Setelah dilakukan evaluasi selama 3
sampai 6 bulan selama melewati sandbox stage, maka dapat dipilih salah satu yang
paling potensial. Pengembangan usaha kreatif dilakukan berdasarkan workshop
penguatan kapasitas yang telah dilakukan yaitu:
● Pengembangan produk & desain
● Pengembangan model bisnis
● Pembuatan struktur dan job description SDM
● Penyusunan SOP operasional
● Pembuatan strategi pemasaran
● Pembuatan template administrasi dan keuangan
- 40 -
Pengembangan usaha kreatif dilakukan dalam kurun waktu maksimal 2 tahun yang
diharapkan produk kreatif telah memenuhi minimal karakteristik produk dalam Desa
Kreatif tahap produktif. Berikut contoh timeline pengembangan usaha kreatif:
16 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
17
Morris, Michael H., Donald F. Kuratko, and Jeffrey G. Covin. Corporate Entrepreneurship & Innovation: Entrepreneurial Development
Gambar 4.6 Desa Kreatif Wisata Film Gamplong Sebagai Contoh Inovasi Penemuan
Desa Gamplong yang juga merupakan desa percontohan Kemenparekraf
dalam menyusun panduan ini adalah sebuah desa wisata yang dikenal
khas dengan industri kain tenun. Secara formal, Desa Gamplong baru
dikukuhkan menjadi desa wisata sejak tahun 2005, meskipun penghasil
kerajinan tenun sudah ada sejak tahun 1950-an. Saat ini desa Gamplong
dikenal dengan desa wisata studio film alam setelah dipakai sebagai
tempat syuting film Bumi Manusia dan dikunjungi hingga 3000 orang per
hari.
b. Pengembangan
Inovasi dengan kategori pengembangan berarti produk yang dimiliki
sebelumnya oleh kelompok usaha kreatif, kemudian terdapat bagian-
bagian dari produk tersebut yang diberikan sentuhan-sentuhan baru.
Inovasi pada kemasan produk dapat dikategorikan jenis inovasi ini.
- 42 -
Banyak sekali usaha kreatif yang juga berawal dari desa yang akhirnya
berhasil di pasaran karena inovasi pada kemasan ini seperti produk Javara
dan Sipetek.
Gambar 4.7 Contoh Inovasi Pada Kemasan Produk Javara dan Sipetek
c. Duplikasi
Bisa juga disebut dengan modifikasi, dimana inovasi ini melakukan
replikasi kreatif atas produk yang telah ada di pasaran. Modifikasi
rengginang, makanan khas Jawa Barat yang sejak dahulu hanya memiliki
satu varian original menjadi berbagai varian coklat, keju, matcha dan
sebagainya termasuk kategori inovasi duplikasi.
d. Sintesis
Sintesis merupakan menggabungkan atau mengkombinasikan produk-
produk yang sudah ada sehingga tercipta sebuah produk yang baru.
Produk mie instan dengan rasa rendang atau soto lamongan misalnya,
merupakan contoh inovasi dengan metode sintesis ini.
E. Penguatan Kelembagaan
Kelembagaan Desa Kreatif haruslah dipimpin oleh seorang local champion yang
juga merupakan penggerak pada komunitas kreatif yang ada di desa. Hal ini agar
proses pengembangan Desa Kreatif dapat lebih efektif dan efisien. Kelembagaan
Desa Kreatif bisa berevolusi dari sebuah lembaga informal seperti komunitas
menjadi semi formal seperti gabungan kelompok tani (gapoktan) hingga lembaga
formal seperti BUMDes atau Koperasi dan lembaga formal berstandar
internasional seperti Perseroan Terbatas (PT). Kelembagaan ini dipilih
bergantung pada kebutuhan dan tipologi Desa Kreatif tersebut pada saat itu.
Berikut opsi kelembagaan yang bisa dipilih:
F. Penguatan Infrastruktur
1. Infrastruktur Fisik
Ketika Desa Kreatif sudah mulai memasuki fase produktif, beberapa
infrastruktur fisik juga harus mengikuti. Kebutuhan utama adalah untuk
transportasi baik pengiriman produk maupun transportasi pengunjung.
Fasilitas publik lain seperti toilet umum, penginapan, tempat makan juga
menjadi penting ketika Desa Kreatif mulai dikunjungi dan mengarah pada
desa wisata. Bagaimanapun kebutuhan infrastruktur fisik perlu didiskusikan
kembali antara pemangku kepentingan, termasuk pendanaannya akan
darimana karena tentu membutuhkan modal yang cukup besar.
2. Infrastruktur Digital
Infrastruktur digital saat ini sangat penting terutama untuk komunikasi dan
pemasaran secara digital. Desa kreatif yang inovatif harus bisa memasarkan
produknya secara digital, oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi
seperti:
● Koneksi internet yang memadai
● Website Desa Kreatif
● Fasilitas wifi bagi pengunjung
● Sarana kelistrikan penunjang
- 45 -
18
https://travel.kompas.com/read/2019/10/29/131500127/4-desa-wisata-indonesia-masuk-100-besar-destinasi-berkelanjutan-dunia
- 47 -
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Pengertian
Suatu program dikatakan berhasil bilamana rencana yang ditentukan sesuai
dengan yang dilaksanakan di lapangan. Untuk menentukan hal ini maka
diperlukan adanya monitoring dan evaluasi demi menjaga agar program berjalan
dengan semestinya dan demi program terus berkembang menjadi lebih baik
kedepannya. UNESCO Regional Office for Education in Asia mengartikan
monitoring sebagai upaya yang dilakukan secara rutin dalam proses identifikasi
pelaksanaan terhadap berbagai komponen program sesuai dengan apa yang
telah direncanakan, kemajuan dalam mencapai tujuan, dan waktu pelaksanaan
yang telah dijadwalkan. Sedangkan Suherman (1988) dalam Daman (2012:3),
menjelaskan monitoring merupakan suatu kegiatan mengikuti perkembangan
program secara mantap dan terus menerus atau teratur. Sehingga pengertian
monitoring merupakan suatu kegiatan yang secara rutin dilaksanakan untuk
melihat capaian terhadap komponen yang telah direncanakan, kemajuan dan
perkembangan program, dan waktu pelaksanaan program.
Menurut Sukartawi (1995:10) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses penilaian terhadap objek dan kegiatan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilannya, dengan tujuan untuk membuat keputusan untuk program
mendatang. Evaluasi merupakan sebuah proses penyediaan informasi tentang
sejauh mana keberhasilan suatu program, bagaimana perbedaan pencapaian itu
dengan waktu ke waktu, yang nantinya akan menjadi dasar pertimbangan untuk
mengambil keputusan. Sehingga berdasarkan pengertian di atas, maka evaluasi
merupakan proses penilaian terhadap suatu kegiatan untuk mengetahui
seberapa jauh kemajuan dan keberhasilannya dengan indikator tertentu yang
hasilnya nanti dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan terhadap
pelaksanaan program di waktu mendatang.
Sehingga dengan penjelasan di atas, monitoring dan evaluasi merupakan proses
yang sangat penting untuk program dan pengembangan Desa Kreatif untuk
kedepannya. Harapannya, Desa Kreatif dapat menjadi titik awal bangkitnya
- 49 -
B. Manfaat
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dalam pengembangan desa ekonomi kreatif
memiliki beberapa indikator dalam pelaksanaannya yang dapat memberikan
fungsi. Beberapa fungi yang dapat diberikan dalam kegiatan pemantauan dan
evaluasi adalah:
1. Ketaatan (compliance), monitoring dan evaluasi secara langsung menentukan
ketaatan pihak administrasi yang terlibat mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan melalui panduan yang telah ada.
2. Pemeriksaan (auditing), monitoring dan evaluasi melihat bagaimana ketepatan
sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu telah sesuai dan
telah mencapai mereka ataupun belum.
3. Laporan (accounting), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi yang
dapat membantu menghitung perubahan sosial sebagai hasil dari
pengembangan Desa Kreatif dari waktu ke waktu
4. Penjelasan (explanation), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi
yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa
antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok.
5. Publikasi (publication), monitoring dan evaluasi menghasilkan data dan
informasi yang nantinya dapat dibagikan kepada khalayak umum. Hal ini
sekaligus merupakan akuntabilitas daripada proses pengembangan yang telah
dilaksanakan.
C. Prinsip
Dalam upaya pemantauan pengembangan Desa Kreatif, terdapat beberapa
prinsip yang harus dilaksanakan, yakni:
1. Transparansi dalam proses pelaksanaan
2. Kesetaraan dan inklusivitas untuk berpartisipasi
3. Akuntabilitas kepada seluruh stakeholder/ pemangku kepentingan
- 50 -
D. Instrumen
Instrumen evaluasi dan pemantauan merupakan sebuah alat yang digunakan dalam
mencapai tujuan dan menjalankan tugas secara efektif dan efisien19 terhadap
program Pengembangan Desa Kreatif. Penyusunan instrumen evaluasi Desa Kreatif,
dilakukan dengan mengidentifikasikan karakteristik Desa Kreatif yang ada serta
menjabarkan indikator yang ada.
Pada tahap awal, perlu dilakukan upaya identifikasi program melingkupi:
1. Perencanaan dan Analisa
Pada tahap ini, perlu dijelaskan mengenai analisa yang mendasari sebuah
perencanaan program atau inisiatif yang hendak dilakukan.
2. Tujuan
Perlu diperjelas mengenai tujuan yang hendak dicapai atas hasil analisa
sebelumnya, dimana tujuan dapat mengacu pada Orientasi/ Dampak yang
dijelaskan di Bab 2.6.
3. Sasaran/ Indikator
Tujuan yang sudah ditetapkan perlu diperjelas mengenai target indikatif yang
hendak dicapai. Indikator ini diupayakan merupakan indikator kuantitatif yang
diterapkan atas program, mengacu pada Bab 2.6
4. Program atau Inisiatif (menjelaskan mengenai aktivitas yang dilakukan)
Bagian ini menjelaskan tentang detail implementasi deskriptif atas rangkaian
program yang telah dilaksanakan atau dijalankan.
5. Hasil atau Luaran
Bagian ini menjelaskan tentang luaran yang dihasilkan dari program yang telah
dilaksanakan.
19
Arikunto, Suharsimi (Ed). 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- 52 -
Tabel 5.1 Format Pemantauan & Evaluasi Desa Kreatif
Indikator Inisiatif (1) Produktif (2) Inovatif (3) Berkelanjutan (4) Nilai
Produk
Pemasaran
SDM
Pendampingan
dan Kolaborasi
Kelembagaan
Infrastruktur
Teknologi
Digital
Finansial
Monitoring dilakukan dalam jangka waktu paling lambat setiap 6 bulan selama
keberlangsungan program pengembangan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan
pada masa akhir pendampingan dan paling lambat setiap 2 tahun setelah
pendampingan selesai untuk melakukan evaluasi terhadap keberlanjutan Desa
Kreatif pasca pendampingan.
Hasil evaluasi ini juga akan menjadi dasar dalam kategorisasi tipologi Desa Kreatif
dimana indeks rata-rata < 1,5 dikategorikan Desa Kreatif inisiatif, indeks rata-rata
1,5 – 2,5 dikategorikan desa produktif, indeks rata-rata 2,5 – 3,5 dikategorikan desa
inovatif dan indeks rata-rata > 3,5 dikategorikan desa berkelanjutan.
- 53 -
E. Proses
F. Pemberian Penghargaan
Untuk mendorong adanya kemajuan dalam bidang pengembangan Desa Kreatif di
Indonesia, pemerintah memiliki berbagai macam cara. Salah satu contoh kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah PROPER (Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan) yang diselenggarakan oleh KLH
- 54 -
BAB VI
CONTOH STUDI KASUS
Tabel 3.3 Pembagian Peran dan Dukungan Pemangku Kepentingan di Desa Gamplong
Klub Mobil
Mengadakan kegiatan komunitas di
5 Lembaga Nirlaba
Desa Gamplong
Komunitas Sepeda
Sego Segawe
Lembaga Pendidikan
Mengadakan Kursus Perfilman
yang Bermitra
6 Lembaga Pendidikan
Magang, PKL dan Penelitian dengan
Perguruan Tinggi
objek studi Desa Gamplong
Travel Transportasi
Masalah Ekonomi ● Tidak terdapat pasar harian sebagai pusat kegiatan ekonomi
masyarakat desa
● Pemasaran produk ke luar daerah belum efektif karena tidak
adanya kurir jasa pengiriman yang dekat dengan wilayah desa
Masalah Kesehatan ● Hipertensi
● Asam Urat
● Nyeri Persendian
Adalah penyakit yang paling sering diderita masyarakat desa
menurut data dari puskesmas
Masalah lingkungan ● Tidak terdapat TPA, sampah masih dibakar
● Kualitas air kurang bersih
Subsektor
Jenis Potensi Bentuk Potensi Ekonomi Kreatif
Terkait
1. Pengrajin Ukiran 1. Kerajinan Tangan
Usaha Kreatif
2. Pendidikan
3. Kesehatan ✓ ✓ ✓
4. Sosial-budaya ✓ ✓ ✓
5. Lingkungan ✓ ✓ ✓
3. Modal Finansial ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4. Modal Infrastruktur ✓ ✓ ✓
5. Modal Sosial ✓ ✓ ✓ ✓
3 Peluang pasar ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Total 7 8 6 7 8 5 6 6
Ranking 2 1 5 4 3 8 7 6
- 64 -
Rencana Pengembangan
Desa Mustika memiliki letak geografis yang kondusif guna pengembangan produk pertanian
dan hortikultura. Pupuk kompos yang berasal dari dedaunan, sisa sayuran dan buah-
buahan, kotoran hewan ternak mudah ditemukan di wilayah desa. Produk pupuk kompos
memberikan nutrisi pada media tanam komoditas hortikultura. Selanjutnya, hasil dari
komoditas hortikultura diolah menjadi produk organik jamu yang dapat dikonsumsi juga
menjadi bahan pembuatan pakan ayam.
Dengan demikian terbentuk rantai penciptaan nilai tambah dari produk kreatif yang
dihasilkan. Keseluruhan produk kreatif memiliki manfaat terhadap produksi lain. Oleh
karena itu, Desa Mustika dapat mengembangkan salah satu subsektor ekonomi kreatif di
bidang kuliner dengan local brand:
“Desa Kreatif Produk Ramah Lingkungan (Eco-Friendly)”
Pupuk Kompos
Penanaman Komoditas
Hortikultura
Budidaya Ayam Potong
Hasil komoditas
Hortikultura
Lembaga Perusahaan
Indikator Masyarakat Desa Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat
Pendidikan (CSR)
C. Tautan Website
● Bingkisan Lebaran dari Tangan-Tangan Perempuan Desa Wisata
Nglanggeran, GAP, 2017,
http://gunungapipurba.com/posts/detail/bingkisan-lebaran-dari-tangan-
tangan-perempuan-desa-wisata-nglanggeran, (diakses 10 Juni 2021).
● Desa Wisata Nglanggeran Memperoleh Penghargaan CBT ASEAN di
Singapore’, GAP, 2017, http://gunungapipurba.com/posts/detail/desa-
wisata-nglanggeran-memperoleh-peghargaan-cbt-asean-di-singapore,
(diakses 5 Juni 2021).
● Desa Wisata Nglanggeran Raih Penghargaan ASTA (ASEAN Sustainable
Tourism Award) di Thailand’, GAP, 2018,
http://gunungapipurba.com/posts/detail/desa-wisata-nglanggeran-raih-
penghargaan-asta-asean-sustainable-tourism-award-di-thailand, (diakses 5
Juni 2021).
● Desa Wisata Nglanggeran Raih Penghargaan ASTA (ASEAN Sustainable
Tourism Award) di Thailand’, GAP, 2018,
http://gunungapipurba.com/posts/detail/desa-wisata-nglanggeran-raih-