Anda di halaman 1dari 73

- 2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem
Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 148,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6374);
7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi
Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6414);
- 3-

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6321);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari Anggran Pendapatan
Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
10. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 269);
11. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 270);
12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor l Tahun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 184);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF/KEPALA BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN DESA
KREATIF.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA
DAN EKONOMI KREATIF/KEPALA
BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM/107/KD.03/2021
TENTANG
PANDUAN PENGEMBANGAN DESA
KREATIF

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 16.056
pulau dan luas wilayah 1.916.906,77 KM2 (BPS, 2019). Selain itu, keanekaragaman
etnis dan budaya pun memperkaya diversitas penduduknya dengan terdiri dari
1.340 suku bangsa. Berbagai macam kearifan lokal yang ada, baik dalam bidang
sumber daya alam, adat istiadat, bahasa, budaya, tradisi dan aspek lainnya
merupakan potensi yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Di antara permasalahan pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah
ketimpangan dan kemiskinan antar wilayah di Indonesia, khususnya yang terjadi
antara desa dan kota. Data Badan Pusat Statistik Bulan September Tahun 2020
menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di wilayah pedesaan lebih tinggi
daripada perkotaan dimana jumlah persentase penduduk miskin di perkotaan
sebesar 7,88% sedangkan pada kasus di pedesaan yaitu 13,2%. Data tersebut
diperparah dengan adanya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Indeks Keparahan Kemiskinan (IKK) menunjukkan bahwa penduduk miskin di
pedesaan memiliki nilai IKK sekitar dua kali lipat lebih tinggi yaitu 0,68
dibandingkan dengan penduduk miskin di perkotaan yaitu 0,31.
Upaya pemerintah untuk mengurai permasalahan tersebut secara strategis
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024
yaitu:
1. memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan
berkeadilan;
2. mengimbangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan;
3. revolusi mental dan pembangunan kebudayaan; dan
4. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
- 2-

Untuk menjadikan sebuah wilayah sebagai basis pembangunan dan penciptaan


sumber ekonomi baru di sektor kreatif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif memetakan 17 subsektor yang termasuk dalam lingkup ekonomi kreatif
yaitu; 1) Arsitektur, 2) Desain Interior, 3) Pengembang Permainan, 4) Musik, 5) Seni
Rupa, 6) Desain Produk, 7) Fashion, 8) Kuliner, 9) Film, Animasi dan Video, 10)
Fotografi, 11) Desain Komunikasi Visual, 12) Televisi dan Radio, 13) Kriya, 14)
Periklanan, 15) Seni Pertunjukan, 16) Penerbitan, 17) Aplikasi. Pada Tahun 2016,
Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif mencapai Rp 922,59 T dan
diproyeksikan tumbuh lebih dari Rp 1.100 T pada Tahun 2021 sebagaimana
dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 1.1 PDB Ekonomi Kreatif, Tahun 2017-2020 (proyeksi), PDB (Triliun Rupiah)
Sumber: Laporan Kinerja Bekraf, 2019

Sektor ekonomi kreatif yang mengutamakan kreativitas dan orisinalitas ide dapat
berkembang apabila didukung dengan ekosistem yang baik. Pada konteks ini,
wilayah pedesaan memiliki sumber daya yang juga mumpuni seperti halnya di
perkotaan. Pelestarian budaya, adat istiadat dan bahasa adalah aktivitas yang
kerap ditemukan di pedesaan dan merupakan potensi yang dapat dioptimalkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara agregat, kontribusi
keseluruhan aktivitas ekonomi kreatif dan penyerapan tenaga kerja tumbuh dengan
cukup baik. Selain itu, beberapa produk pun berhasil menjangkau pasar global
melalui transaksi ekspor sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut:

Tabel 1.1 Realisasi Sasaran Strategis Ekonomi Kreatif

Tahun
Indikator
2015 2016 2017 2018 2019*
Pertumbuhan PDB Ekraf (%) 4.41 4.95 5.06 5.07 5.1
Jumlah Tenaga Kerja (Juta Orang) 15.96 16.91 17.68 18.21 19.01
Nilai Ekspor Bruto (Miliar USD) 19.36 19.99 19.84 21.24 22.07
*) Data sementara BPS per tanggal 31 Desember 2019

Sumber: Laporan Kinerja Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), 2019


- 3-

Panduan ini memberikan penjelasan tentang bagaimana tahapan pengembangan


Desa Kreatif secara teoritis dan praktis diimplementasikan. Penguatan sinergi antar
seluruh pemangku kepentingan yang memiliki ketertarikan merupakan kunci
sukses dari program ini. Diharapkan melalui adanya penciptaan wilayah kreatif
baru melalui Desa Kreatif ini, dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga
akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pada daerah yang
terdampak pandemi Covid-19.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun beberapa maksud dan tujuan yang diharapkan dengan adanya Panduan
Pengembangan Desa Kreatif ini antara lain:
a. menjadi acuan/ standar bagi Pelaksana Program Pengembangan Desa Kreatif
dalam menyelenggarakan rangkaian kegiatan secara baik dan berkualitas.
b. menjadi bahan untuk sosialisasi kegiatan secara menyeluruh dan informatif.
c. menjadi dokumen yang menghimpun pengetahuan dan pengalaman dari
rangkaian kegiatan sejenis untuk mendorong perbaikan berkelanjutan.

C. Sasaran
Panduan Pengembangan Desa Kreatif ini dapat digunakan oleh berbagai Pemangku
Kepentingan, antara lain:

Tabel 1.2 Sasaran Panduan


Pemangku
Keterangan
Kepentingan
● Memberikan inspirasi pembentukan Desa Kreatif
● Membantu melakukan pemetaan potensi desa
Masyarakat Desa
● Mengetahui tahapan pembentukan Desa Kreatif
● Menjelaskan tahapan pengembangan Desa Kreatif
● Memberikan gambaran pentingnya membentuk Desa Kreatif
● Mengoptimalkan lembaga ekonomi desa sesuai kearifan lokal
yang ada
Pemerintah Desa
● Memberi panduan pelaksanaan program pengembangan
masyarakat
● Menjadi panduan lembaga dalam menjalin kemitraan
● Mendorong kebijakan pembangunan desa yang strategis
● Mengoptimalkan program pembangunan desa yang telah
berjalan
Pemerintah Daerah
● Menjadi referensi pelaksanaan pembangunan melalui
pendekatan kemasyarakatan
- 4-

Pemangku
Keterangan
Kepentingan
● Menjadi referensi dalam pelaksanaan program pengembangan
Desa Kreatif
● Mendukung tercapainya tujuan pembangunan desa sesuai
SDGs
Pemerintah Pusat
● Mendukung kebijakan pemerintah terkait pengembangan
industri kreatif sesuai RPJMN
● Menjadi panduan penguatan sinergi antar kementerian yang
memiliki program pembangunan Desa Kreatif
● Memberikan panduan penyelenggaraan program CSR
Perusahaan (Sektor ● Memberikan gambaran implementasi Corporate Shared Values
Swasta) ● Mendorong keterlibatan perusahaan dalam pengembangan
Desa Kreatif
● Mendukung terciptanya destinasi wisata kreatif baru
Industri Kreatif dan
● Mendorong produk kreatif unggulan dari desa untuk
Pariwisata
menjangkau pasar nasional dan global
● Menjadi salah satu referensi pengembangan penelitian terkait
topik pengembangan desa dan ekonomi kreatif
● Menjadi landasan pelaksanaan program pengabdian
Lembaga Pendidikan
masyarakat dan magang peserta didik
● Menjadi referensi pengembangan kurikulum pengajaran
terkait sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

D. Tahapan Penyusunan
Panduan ini disusun melalui beberapa proses dan tahapan, yaitu:
1. Rapat koordinasi internal Kemenparekraf/Baparekraf
Rapat koordinasi dilakukan beberapa kali guna mendiskusikan konsep awal
dan dasar-dasar penyusunan Panduan. Rapat ini dikoordinasikan oleh Deputi
Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, yang juga melibatkan berbagai
Pihak dari lintas kedeputian serta pihak lain yang berkepentingan.
2. Penunjukkan Tim Penyusun Panduan
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif menunjuk Tim Penyusun
Panduan untuk memfasilitasi penyusunan dokumen serta membantu dalam
rapat-rapat koordinasi yang akan dilakukan dengan berbagai Pihak.
3. Rapat koordinasi dengan Pakar, Asosiasi, dan Lembaga
Rapat koordinasi lanjutan dilakukan beberapa kali yang melibatkan banyak
Pihak terkait, antara lain Pakar, Perwakilan Asosiasi, dan Perwakilan Lembaga.
Rapat-rapat ini ditujukan untuk mendapatkan masukan umum dan khusus
mengenai konsep kegiatan serta mendapatkan pandangan yang dapat
memperkuat relevansi dan kredibilitas dari isi Panduan.
- 5-

4. Rapat koordinasi dengan Pemerintah Desa, Kelompok Masyarakat, Pemberdaya


Masyarakat dan Kelompok Usaha Kreatif
Rapat koordinasi juga dilakukan beberapa kali yang melibatkan secara
langsung pelaku di lapangan/ desa, antara lain Pemerintah Desa, Kelompok
Masyarakat, Pemberdaya Masyarakat, dan Kelompok Usaha Kreatif. Rapat-
rapat ini ditujukan untuk memahami kondisi lapangan secara langsung,
memahami proses terbentuknya Desa Kreatif yang menjadi acuan/
percontohan, dan aspirasi masyarakat Desa sebagai pelaku utama dalam
Program Pengembangan Desa Kreatif ke depannya. Rangkaian kegiatan ini
ditujukan agar Panduan dapat menjadi dokumen yang relevan dan dapat
diimplementasikan di Masyarakat secara langsung.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Pengembangan Desa Kreatif adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan Umum mengenai Desa Kreatif;
2. Penyiapan Dukungan dan Kebijakan Desa Kreatif;
3. Tahapan dalam Pengembangan Desa Kreatif; dan
4. Pemantauan dan Evaluasi.

F. Struktur dan Keterkaitan


Landasan konsep penyusunan Panduan Pengembangan Desa Kreatif ini adalah
keseluruhan peraturan perundang-undangan yang mendukung pengembangan
wilayah kreatif di sebuah desa. Turunan produk hukum tersebut menghasilkan
beberapa dukungan kebijakan dan tujuan pembangunan diantaranya yaitu;
penciptaan ekosistem ekonomi kreatif dan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDG’s).
Konsep dan Pengertian Desa Kreatif dirumuskan dari implementasi program-
program pemberdayaan desa yang telah dilakukan berbagai pihak (Pemerintah,
Sektor Swasta, NGO, Lembaga Penelitian, dan lain-lain). Konsep ini menawarkan
sebuah acuan baru dalam pelaksanaan pemberdayaan dan pembangunan di
sebuah desa sebagai pengembangan desa yang berorientasikan tumbuhnya sektor
ekonomi kreatif.
Tujuan dari adanya Program Pengembangan Desa Kreatif adalah meningkatkan
ragam kawasan dan klaster kreatif sesuai dengan RPJMN 2020 – 2024 yang
diharapkan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
desa. Hal ini dapat tercapai apabila usaha kreatif desa mengalami pertumbuhan
sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja di sektor kreatif. Gambaran ruang
lingkup panduan pengembangan Desa Kreatif dijelaskan pada gambar berikut:
- 6-

Gambar 1.2 Struktur dan Keterkaitan Panduan Pengembangan Desa Kreatif

Melalui pendampingan dan monitoring secara berkala, diharapkan adanya


peningkatan tingkat pengembangan Desa Kreatif, yaitu: Inisiatif – Produktif –
Inovatif – Berkelanjutan. Pelaku ekonomi kreatif di Desa Kreatif pun dapat
memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap desa lain khususnya terhadap
desa yang memiliki potensi ekonomi kreatif sama. Skema tersebut dapat
mempercepat peningkatan kawasan kreatif dan memperbanyak ragam Desa Kreatif
di Indonesia.
- 7-

BAB II
DESA KREATIF

A. Pengertian dan Konsep Dasar


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui serta dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia1. Pembangunan
desa merupakan faktor penting bagi pembangunan daerah dengan tujuan untuk
mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar
wilayah. Salah satu potensi Desa yang hendak dikembangkan sebagai fokus
pembahasan dalam Panduan ini adalah potensi ekonomi kreatif yang ada dalam
suatu desa.
Berdasarkan keterangan tersebut, Desa Kreatif dalam Panduan ini dapat dimaknai
sebagai:
“Sebuah kawasan yang terletak di wilayah administratif desa/ kelurahan
yang masyarakatnya telah mengembangkan produk unggulan di satu atau
lebih dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang memberikan nilai tambah dan
manfaat bagi pertumbuhan ekonomi desa”.

Atas definisi di atas, sebuah desa dapat tergolong Desa Kreatif dengan adanya
komponen utama sebagai berikut:
1. Produk Kreatif Unggulan berupa barang atau jasa yang memberikan nilai
tambah dan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi desa;
2. Telah terlaksananya pengembangan produk ekonomi kreatif lokal yang
termasuk dari 17 subsektor ekonomi kreatif; dan
3. Adanya peran serta aktif dari masyarakat dan pelaku ekonomi kreatif setempat.

B. Orientasi Desa Kreatif


Tujuan utama Pengembangan Desa Kreatif adalah meningkatkan ragam kawasan
dan klaster kreatif, sesuai dengan RPJMN 2020 – 2024 yang diharapkan
memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui
pemanfaatan sumber daya dan potensi daerah. Program pemberdayaan ini
diharapkan mampu mengubah sebuah paradigma dari desa yang memiliki kesan
terbelakang dan tertinggal dari perkotaan menjadi wilayah yang memiliki berbagai
potensi dan keunikan serta dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
sosial dan ekonomi.
Secara agregat, kemandirian ekonomi desa pun turut berkontribusi mengurangi
ketimpangan antar wilayah secara regional, mengurangi tingkat pengangguran

1Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005


- 8-

sekaligus menciptakan sumber ekonomi baru untuk memperlambat laju


urbanisasi. Beberapa manfaat pengembangan Desa Kreatif lainnya yaitu2:
1. melestarikan dan memajukan adat istiadat, tradisi dan budaya;
2. mendorong partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset
desa;
3. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan
masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari
ketahanan nasional;
4. memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional;
5. meningkatkan kompetensi pelaku kreatif; dan
6. memberikan nilai tambah terhadap produk kreatif desa.

C. Indikator dan Tipologi


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap desa memiliki potensi dasar
yang beragam, misalnya peternakan, perkebunan, perikanan, pertanian, wisata,
budaya, komoditas unggulan, dan lainnya. Pelaku kreatif kemudian menentukan
produk apa yang akan dikembangkan dan diberikan nilai tambah sehingga
menghasilkan nilai ekonomi.
Contohnya, sebuah desa memiliki potensi di bidang pariwisata dan budaya.
Kelompok kreatif dapat menentukan dua kategori pengembangan yaitu budaya dan
aktivitas kreatif agar wisatawan dapat melakukan banyak hal baik secara aktif
maupun pasif. Mereka dapat membeli kerajinan tangan dan souvenir atau melihat
seni dan pertunjukan. Untuk memberikan pengalaman lebih, para wisatawan pun
dapat turut melakukan aktivitas seperti membatik, menganyam atau menikmati
kuliner khas desa.
Tipe Desa Kreatif dapat disesuaikan dengan subsektor ekonomi kreatif yang
dikembangkan. Pada contoh di atas, pengembangan Desa Kreatif beririsan dengan
beberapa bidang sekaligus; fesyen, kriya, dan kuliner. Namun, tentunya terdapat
satu sub sektor yang paling dominan dan menjadi kekhasan desa, misalnya seni
pertunjukan sebagai sektor utama.
Selanjutnya, berdasarkan tingkatan pengembangannya, Desa Kreatif terbagi
menjadi empat kategori yaitu:
1. Desa Inisiatif;
2. Desa Produktif;
3. Desa Inovatif; dan
4. Desa Berkelanjutan.
Untuk memahami lebih jauh mengenai karakteristik dari masing-masing kategori
Desa Kreatif tersebut, berikut penjelasannya:

2
Sugito, “Pengembangan Desa Kreatif”, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2021
- 9-
Tabel 2.1 Indikator dan Tipologi Desa Kreatif Berdasarkan Level Pengembangannya

Indikator Inisiatif Produktif Inovatif Berkelanjutan

Memiliki potensi ekonomi Potensi telah dikembangkan Produk kreatif telah Kualitas produk kreatif
kreatif namun belum menjadi produk kreatif; memiliki kualitas, unggul, skala global dan ekspor;
dikembangkan; dan berdaya saing;
Produk Kreatif Adanya fasilitasi Memiliki HKI atas produk
Bimbingan Teknis terkait pendaftaran/ pencatatan HKI Memiliki HKI atas produk kreatif yang dikembangkan
pentingnya Hak Kekayaan atas produk kreatif kreatif yang dikembangkan
Intelektual (HKI)
Pemasaran dengan target Pemasaran dengan target Pemasaran dengan target Pemasaran dengan target
Pemasaran
masyarakat lokal desa hingga pasar regional hingga nasional hingga global (ekspor)
Kesadaran masyarakat Telah terdapat pembagian Penyerapan tenaga kerja Sebagian besar masyarakat
akan potensi ekonomi peran pemangku masyarakat desa dari memiliki kontribusi dalam
kreatif belum tumbuh kepentingan dan penggerak kegiatan ekonomi kreatif pengembangan Desa Kreatif
lokal (local champion) sudah masif
SDM
Terlaksana pelatihan SDM mampu menjalankan SDM mampu menjalankan SDM mampu
pengembangan kapasitas operasional usaha meski operasional tanpa perlu mengembangkan kapasitas
SDM perlu pendampingan pendampingan kelompok secara mandiri
(self-learning)
Belum ada pendampingan Telah terdapat Pendampingan dan Pelaku kreatif desa telah
dan kolaborasi baik dari pendampingan dan kolaborasi dari pemerintah melakukan
Pendampingan
pemerintah maupun swasta kolaborasi pemerintah dan dan atau swasta sudah pendampingan/pelatihan
dan Kolaborasi
atau swasta mulai konsisten dilakukan pengembangan di desa
binaan lain
- 10 -
Belum memiliki Pembentukan badan usaha Memiliki badan usaha Telah memiliki badan
kelembagaan secara formal masih dalam proses legalisasi setingkat desa usaha berbentuk PT dan
Kelembagaan
(masih berupa komunitas/ (BUMDes/Koperasi) kelengkapannya
perorangan)
Belum terdapat sarana Sudah mulai terdapat sarana Dilakukan pengembangan Terdapat sarana prasarana
prasarana penjamin prasarana amenitas dan sarana prasarana amenitas amenitas dan aksesibilitas
keamanan dan aksesibilitas dan aksesibilitas yang memadai
kenyamanan (amenitas)
Infrastruktur
dan aksesibilitas (jalan)
Desa belum memiliki Telah memiliki fasilitas Memiliki fasilitas internet Pemanfaatan internet telah
fasilitas internet internet dan wifi dengan dan wifi yang memadai menjadi budaya Desa
kapasitas terbatas Kreatif
Belum memanfaatkan Desa kreatif memiliki website Mulai memanfaatkan Platform Digital untuk
Platform Digital sebagai platform digital platform digital untuk pengelolaan ekonomi kreatif
Teknologi Digital
memasarkan produk yang mandiri dan
ekonomi kreatif desa terintegrasi.
Memperoleh pendanaan Memperoleh pendanaan Pembiayaan Pendanaan pengembangan
pengembangan Desa Kreatif pengembangan Desa Kreatif pengembangan Desa Desa Kreatif secara mandiri
dari pihak ketiga dari pihak ketiga tahap Kreatif secara bersama tanpa harus ada bantuan
lanjut antara pihak ketiga dan dari pihak ketiga
Finansial internal Desa Kreatif (cost
sharing)
Kondisi keuangan usaha Kondisi keuangan usaha Kondisi keuangan usaha Kondisi keuangan usaha
kreatif belum menghasilkan kreatif sudah menghasilkan kreatif cukup untuk kreatif dapat membeli aset
keuntungan keuntungan membiayai operasional baru
- 11 -

D. Ekosistem Desa Kreatif


Program pengembangan Desa Kreatif merupakan aktualisasi kreativitas pelaku ekonomi
kreatif dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi desa untuk menghasilkan nilai
tambah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendorong
akselerasi implementasinya, pelaku kreatif berhak memperoleh dukungan dari
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melalui pengembangan Ekosistem Ekonomi
Kreatif.
Ekosistem Ekonomi Kreatif adalah keterhubungan sistem yang mendukung rantai nilai
Ekonomi Kreatif, yaitu kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi, yang
dilakukan oleh pelaku ekonomi kreatif untuk memberikan nilai tambah pada produknya
sehingga berdaya saing tinggi, mudah diakses, dan terlindungi secara hukum3.
Pada tahap penguatan sinergi kelembagaan, pelaku kreatif dapat bekerjasama dengan
beberapa pihak guna mempersiapkan program pengembangan. Contohnya dengan
melibatkan lembaga penelitian atau perguruan tinggi dalam melakukan studi pemetaan
potensi desa. Para akademisi pun dapat memberikan rekomendasi kebijakan di Bidang
Ekonomi Kreatif kepada Pemerintah atau dalam bentuk pengembangan kurikulum
Lembaga Pendidikan.
Para pelaku kreatif pun dapat mengajukan pelatihan dan pengembangan kapasitas
kepada Pemerintah Daerah/Pusat sesuai kebutuhan pengembangan Desa Kreatif.
Dukungan yang dapat diberikan Dinas/Kementerian dapat berupa pelatihan,
pendampingan, bimbingan teknis, fasilitas pengembangan teknologi usaha,
standardisasi usaha dan sertifikasi profesi bidang Ekonomi Kreatif4.
Pada tahap penciptaan produk kreatif unggulan, pelaku kreatif dapat berkonsultasi
dengan Asosiasi Desa Kreatif Indonesia (ADKI), Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif
Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dll untuk memahami infrastruktur bisnis dari
hulu ke hilir sesuai rantai nilai produk kreatif (proses produksi, operasional hingga
pemasaran).
Program Pemerintah (Anggaran Belanja Daerah/Nasional), Sektor Swasta (Perusahaan)
atau investor adalah pihak yang dibutuhkan pelaku kreatif untuk mendapatkan akses
permodalan ketika usaha kreatif telah dilakukan uji kelayakan. Bersamaan dengan
penciptaan produk kreatif yang unggul dan berdaya saing, sangat penting untuk Pelaku
Ekonomi Kreatif melakukan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai

3Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif


4Ibid, Pasal 7 UU No 24 Tahun 2019
- 12 -

bentuk perlindungan hasil cipta karya beserta nilai ekonomis yang ada di dalamnya.
Hal ini juga merupakan dukungan Pemerintah bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk
mendapatkan hak kekayaan intelektual juga dorongan terus berinovasi.
Diharapkan dengan tumbuhnya Desa Kreatif, secara makro dapat meningkatkan
Produk Domestik Bruto Indonesia di sektor Ekonomi Kreatif. Produk unggulan yang
memiliki nilai tambah dan diterima pasar akan meningkatkan permintaan domestik dan
memiliki potensi pengembangan ekspor. Semakin baik respon pasar akan berdampak
pada banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor Ekonomi Kreatif. Berikut
merupakan gambaran pembangunan ekosistem di Desa Kreatif:

Gambar 1.3 Pembangunan Ekosistem Ekonomi Kreatif5

E. Pihak-pihak yang Terlibat


Konsep Pentahelix merupakan kerjasama lima unsur pemangku kepentingan yaitu;
pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat dan media dalam sebuah agenda
pembangunan. Secara spesifik, Kementerian Pariwisata menggunakan konsep ini
sebagai upaya untuk memastikan kualitas aktivitas, fasilitas dan seluruh pelayanan
efektif mendukung pembangunan sektor pariwisata Indonesia6.
Pada konteks pengembangan Desa Kreatif, pihak akademisi memiliki peran
dalam memberikan konsep dan teori yang relevan dalam pengembangan Desa
Kreatif berdasarkan studi yang telah dilakukan. Pelaku usaha memberikan
masukan mengenai tren dan kebutuhan pasar agar produk yang dihasilkan

5 Yuke Sri Rahayu, “DESA KREATIF SEBAGAI DESTINASI WISATA PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT”, Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat Ii. 2021
6 Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No 14 tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata yang Berkelanjutan
- 13 -

dapat memberikan nilai tambah dan dibutuhkan konsumen. Masyarakat lokal


atau dalam hal ini Kelompok Kreatif merupakan eksekutor dan inisiator di
tingkat lokal dimana konsep Desa Kreatif diimplementasikan.
Pihak pemerintah sebagai regulator memberikan kebijakan dan peraturan yang
mengakselerasi dan mendorong penciptaan Desa Kreatif di berbagai wilayah di
Indonesia. Terakhir, pihak media membantu mempromosikan dan
mempublikasikan kegiatan dan destinasi wisata kreatif agar menarik wisatawan
untuk berkunjung. Gambaran sinergi para pemangku kepentingan dalam
pengembangan Desa Kreatif adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Pentahelix Sinergi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Desa Kreatif

F. Luaran dan Dampak


Pengembangan Desa Kreatif diharapkan memberikan dampak yang nyata dan terukur.
Penyusunan dampak dalam Panduan ini menggunakan kerangka balance scorecard.
Pemetaan ini diharapkan dapat menjadi indikator umum bagi setiap pelaksana program
dalam menyusun target kuantitatif sesuai dengan Desa yang dituju.
- 14 -

Tabel 4.7 Pemetaan Luaran dan Dampak Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard
Aspek Tujuan Strategis Indikator Target Dampak (Outcome)
Keberhasilan
(Luaran)
Perspektif • Peningkatan • Keuntungan • Profit cukup untuk membeli
Ekonomi pendapatan usaha aset baru
masyarakat dari • Kemandirian • Pendanaan Desa Kreatif
usaha kreatif finansial secara mandiri tanpa pihak
• Penambahan • Jumlah tenaga ketiga
lapangan kerja kerja yang • Mayoritas warga desa
• Peningkatan bergerak pada memiliki pekerjaan dan
pengunjung Desa sektor kreatif berkontribusi pada sektor
Kreatif • Jumlah kreatif
pengunjung Desa • Pengunjung memenuhi kuota
Kreatif minimal kunjungan per
bulannya
Produk Kreatif • Inovasi produk • Kualitas produk • Produk kreatif memiliki
dan Pasar/ • Adanya Hak kreatif yang kualitas nasional /global
Konsumen Kekayaan unggul dan • Semakin banyaknya produk
Intelektual (HKI) berdaya saing kreatif unggulan yang
atas produk • Produk Kreatif memiliki perlindungan hak
kreatif yang yang memiliki kekayaan intelektual
dikembangkan HKI
Proses Bisnis • Pendampingan • Kualitas • Pendampingan dari
dan kolaborasi pendampingan/ pemerintah/ swasta/
• Peningkatan kolaborasi pendamping lainnya
kapasitas • Kualitas dan diduplikasi pelaku usaha
produksi/ jasa kapasitas produk kreatif desa untuk
• Peningkatan kreatif mendampingi desa lain
pemasaran • Skala pemasaran • Meningkatnya produk kreatif
yang unggul dan berdaya
saing
• Skala pemasaran nasional /
global
- 15 -

Aspek Tujuan Strategis Indikator Target Dampak (Outcome)


Keberhasilan
(Luaran)
Kapasitas • Peningkatan • Kapasitas SDM • SDM mampu
Organisasi kapasitas SDM dalam mengelola mengembangkan kapasitas
pelaku ekonomi Desa Kreatif kelompok secara mandiri (self-
kreatif • Kondisi learning)
• Perbaikan infrastruktur • Infrastruktur amenitas,
infrastruktur • Jenis aksesibilitas dan digital
• Peningkatan aspek kelembagaan memadai
kelembagaan • Jenis • Kelembagaan Desa Kreatif
• Pemanfaatan pemanfaatan berupa BUMDes, Koperasi
teknologi digital teknologi digital dan atau PT
• Memiliki website dan sosial
media Desa Kreatif

G. Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau biasa dikenal Sustainable Development Goals
(SDGs) merupakan kesepakatan pembangunan global yang berisi tujuh belas poin
tujuan pembangunan dan berlaku dari Tahun 2016-2030. Prinsip utama SDGs yaitu
keadilan prosedural dimana seluruh pihak dapat terlibat dalam keseluruhan proses
pembangunan serta keadilan substansial dimana tujuan tersebut harus dapat
menjawab permasalahan pembangunan yang ada terutama bagi kelompok tertinggal.
Oleh karena itu, arah pembangunan Desa Kreatif tidak bisa dilepaskan dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pedoman Umum Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat. Gambaran
keselarasan arah pembangunan desa dengan konsep SDGs adalah sebagai berikut,
dengan Desa Kreatif berfokus pada poin ke-8 dan ke-11:

Tabel 1.2 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) Desa


Tujuan Tujuan Pembangunan
Tujuan Pembangunan Desa
Ke Berkelanjutan
1 Menghapus Kemiskinan Desa Tanpa Kemiskinan
2 Mengakhiri Kelaparan Desa Tanpa Kelaparan
- 16 -

Tujuan Tujuan Pembangunan


Tujuan Pembangunan Desa
Ke Berkelanjutan
Kesehatan yang Baik dan
3 Desa Sehat dan Sejahtera
Kesejahteraan
4 Pendidikan Bermutu Pendidikan Desa Berkualitas
5 Kesetaraan Gender Desa Berkesetaraan Gender
6 Akses Air Bersih dan Sanitasi Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi
7 Energi Bersih dan Terjangkau Desa yang Berenergi Bersih dan Terbarukan
Pekerjaan Layak dan
8 Pekerjaan dan Pertumbuhan Ekonomi Desa
Pertumbuhan Ekonomi
9 Infrastruktur, Industri dan Inovasi Inovasi dan Infrastruktur Desa
10 Mengurangi Ketimpangan Desa Tanpa Kesenjangan
Kota dan Komunitas yang
11 Kawasan Pemukiman Desa Berkelanjutan
Berkelanjutan
Konsumsi dan Produksi yang Konsumsi dan Produksi Desa Yang Sadar
12
Bertanggungjawab Lingkungan
13 Penanganan Perubahan Iklim Pengendalian dan Perubahan Iklim Oleh Desa
14 Menjaga Ekosistem Laut Ekosistem Laut Desa
15 Menjaga Ekosistem Darat Ekosistem Daratan Desa
Perdamaian, Keadilan dan Desa Damai dan Berkeadilan, Kelembagaan
16
Kelembagaan yang Kuat Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.
17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan Kemitraan Untuk Pembangunan Desa
- 17 -

Gambar 1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Desa


- 18 -

BAB III
PENYIAPAN DUKUNGAN DAN KEBIJAKAN DESA KREATIF

A. Faktor-Faktor Utama Pengembangan Desa Kreatif


Faktor-faktor yang harus diperhatikan7 dalam pengembangan Desa Kreatif
adalah sebagai berikut:
1. Pemetaan kondisi sosial secara rinci, mencakup:
a. Deskripsi umum desa
b. Permasalahan desa
c. Forum masyarakat desa
d. Kelompok rentan desa
2. Pemetaan potensi lokal secara rinci, mencakup:
a. Sumber daya manusia (contoh: pengetahuan, keterampilan, kemampuan
kepemimpinan)
b. Adat Istiadat dan Tradisi
c. Sumber daya alam (contoh: tanah, flora, fauna)
d. Modal finansial (contoh: aset uang)
e. Modal infrastruktur (contoh: fasilitas kantor, jaringan)
f. Modal sosial (contoh: budaya, sejarah, kemitraan, kepercayaan sosial)
3. Pemetaan aktor pemangku kepentingan desa termasuk mitra yang
mengadakan MoU untuk kerjasama kegiatan, kerjasama program
pendampingan (social enterprise), kerjasama Business Venture, hingga
kerjasama khusus untuk monitoring dan evaluasi.
4. Membangun kepemimpinan lokal yang militan dan kompeten.
5. Penguatan kapasitas masyarakat melalui pengembangan sumber daya
manusia dari aspek manajemen operasional, manajemen keuangan, dan
lain-lain.
6. Pengembangan usaha kreatif dengan membidik tren dan selera pasar yang
bisa menjadi peluang untuk menjual produk atau karya lokal.
7. Menggarap narasi dan aset visual (logo, packaging, dan lain-lain) produk-
produk Desa Kreatif dengan baik.

7
Dewi Meisari Haryanti, UKM Indonesia, “Pendampingan UMKM Desa Kreatif”, 2021.
- 19 -

8. Penguatan kelembagaan yang dipimpin oleh local champion atau penggerak


komunitas desa.
9. Penguatan infrastruktur fisik dan kompetensi digital untuk meningkatkan
discoverability dan mempromosikan produk lokal.
10. Perancangan sistem guna menyokong sustainability (keberlanjutan sesuai
tren masa depan dan sejalan dengan local wisdom).

Pemetaan kondisi aktual desa, edukasi dan hubungan masyarakat, serta


penggabungan karya lokal dengan tren pasar menjadi faktor utama yang harus
diperhatikan dalam pengembangan Desa Kreatif.

B. Kebijakan Pengembangan Desa Kreatif


Pengembangan Desa Kreatif sesuai dengan arah kebijakan dan strategi yang
telah disusun dalam Kerangka Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2020 hingga 2024.8

8 Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020 – 2024.
- 20 -

Gambar 3.1 Kerangka Strategis Kemenparekraf/ Baparekraf tahun 2020-2024

Adapun kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan Desa Kreatif ialah:
1. Pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif bernilai tambah dan
berdaya saing (Arah Kebijakan I).
● Mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual pada
Kawasan Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif (Strategi I).
2. Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (strategic
partnership) (Arah Kebijakan II).
● Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi hasil dengan fokus
pasar potensial (Strategi IV).
● Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif (Strategi V).
● Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi
kreatif (Strategi VII).
3. Pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif terintegrasi (Arah Kebijakan III).
- 21 -

● Mengembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif (13 bidang usaha pariwisata
dan 17 sub sektor ekonomi kreatif) (Strategi VIII).
● Meningkatkan tata kelola pariwisata dan ekonomi kreatif nasional (Strategi IX).
● Mendorong peningkatan investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata
di industri pariwisata dan ekonomi kreatif (Strategi X).
4. Pengelolaan SDM dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam mewujudkan
SDM yang unggul dan berdaya saing (Arah Kebijakan IV).
● Melakukan penguatan komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif
(Strategi XIII).
5. Mewujudkan kreativitas anak bangsa dengan berorientasi kepada pergerakan ekonomi
kerakyatan (Arah Kebijakan V).
● Meningkatkan perlindungan terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual
(Strategi XIV).
● Mendorong kreasi dalam menciptakan nilai tambah ekonomi kreatif berbasis budaya
dan IPTEK (Strategi XV).

C. Dukungan Program Antar Kementerian/ Lembaga


Berikut merupakan contoh kontribusi yang dapat diberikan oleh berbagai Pemangku
Kepentingan, namun tentu saja tidak terbatas pada bentuk-bentuk dukungan sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Rekomendasi Kontribusi Pemangku Kepentingan

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

Masyarakat Setempat

● Terciptanya Desa Kreatif


Menggerakkan masyarakat
Lembaga berkelanjutan dengan nilai
untuk berperan aktif dalam
1. Pemberdayaan tambah ekonomi kreatif.
pengembangan Desa
Masyarakat ● Meningkatkan taraf ekonomi
Kreatif.
dan kesejahteraan masyarakat.

● Salah satu ● Sarana pengembangan diri bagi


2. Karang Taruna penggerak utama anggotanya.
atau local champion. ● Sumber pendapatan anggota.
- 22 -

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

● Inovasi ide kreatif ● Bentuk kontribusi nyata untuk


untuk mewujudkan kesejahteraan
pengembangan desa. desa.
● Meningkatkan exposure
lembaga.

Mengembangan produk
lokal berdasarkan ekonomi ● Sumber pendapatan anggota.
3. Komunitas Kreatif
kreatif yang ● Sarana apresiasi karya anggota.
dikomersialisasi.

Pemerintah Desa dan Pusat

● Legislasi kebijakan ● Mendukung target terciptanya


Desa Kreatif. 244 Desa Kreatif berkelanjutan
● Memfasilitasi ruang pada tahun 2024.
kreatif dan sarana ● Meningkatkan PDB ekonomi
kreatif. kreatif.
● Pendampingan ● Mendukung target RPJMN 2020-
pembuatan produk 20249 melalui:
kreatif yang berdaya ● Peningkatan jumlah SDM
saing. ekonomi kreatif yang
Kementerian
● Pendampingan akses diedukasi.
4. Pariwisata dan
permodalan bagi ● Peningkatan jumlah
Ekonomi Kreatif
pelaku usaha kreatif ruang kreatif dan sarana
dari masyarakat kreatif yang difasilitasi.
lokal. ● Peningkatan jumlah produk
● Memfasilitasi atau usaha ekonomi kreatif yang
komersialisasi HKI unggul dan berdaya saing.
maupun konsultasi ● Peningkatan pelaku ekonomi
bagi pelaku usaha kreatif yang mendapatkan
kreatif dari pendampingan akses
masyarakat lokal. permodalan.

9 Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 - 2024.
- 23 -

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

● Pelatihan dan ● Peningkatan jumlah pelaku


fasilitasi pemasaran ekonomi kreatif yang mendapat
dan promosi dalam fasilitas konsultasi HKI dan
negeri. komersialisasi HKI.
● Pelatihan ● Peningkatan jumlah pelaku
manajemen ekonomi kreatif yang
pemasaran dan mendapatkan fasilitas promosi
pemasaran online (e- dalam negeri.
commerce). ● Peningkatan jumlah pelaku
● Pendampingan dan ekonomi kreatif yang mendapat
fasilitasi ekspor pelatihan manajemen
produk kreatif. pemasaran dan pemasaran
online (e-commerce).
● Peningkatan jumlah pelaku
ekonomi kreatif yang mendapat
pendampingan dan fasilitas
ekspor.

Mendukung target RPJMN 2020-2024


● Pengintegrasian
melalui:
usaha ekonomi
● Peningkatan jumlah desa yang
kreatif dengan BUM
mengembangkan usaha ekonomi
Desa Bersama.
desa yang terintegrasi dengan
● Peningkatan
Kementerian Desa, BUMDes.
kapasitas, sarana,
Pembangunan ● Jumlah BUMDes bersama yang
5. pemasaran, dan
Daerah Tertinggal ditingkatkan kapasitas dan
permodalan BUMDes
dan Transmigrasi pemasarannya.
Bersama.
● Peningkatan jumlah desa yang
● Pengembangan
mengembangkan BUMDes
BUMDes guna
untuk mendukung produk
mendukung produk
unggulan desa.
unggulan desa.

Kementerian Energi Pendampingan pelaksanaan Mendukung dan memperluas dampak


6. dan Sumber Daya pilot project desa dengan manfaat dari Program Pengembangan
Mineral sinergi dengan Program dan Pemberdayaan Masyarakat.
- 24 -

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat.

● Pelatihan dan
inkubasi
kewirausahaan
sosial untuk
Mendukung target RPJMN 2020-2024
masyarakat lokal.
melalui:
● Pendampingan
● Peningkatan jumlah SDM yang
standardisasi mutu
Kementerian terlatih dan siap diinkubasi.
dan sertifikasi
Koperasi dan ● Peningkatan jumlah usaha yang
7. produk.
Usaha Kecil dan difasilitasi standarisasi mutu
● Dukungan modal
Menengah dan sertifikasi produk.
awal usaha bagi
● Peningkatan tersalurnya
wirausaha pemula di
dukungan modal awal usaha
bidang kreatif.
kepada wirausaha pemula.
● Bantuan promosi
dan pemasaran
dalam negeri.

Mendukung target RPJMN 2020-2024


Pengembangan dan melalui:
pemberian insentif bagi ● Peningkatan jumlah daerah yang
Kementerian Dalam
8. lembaga pemerintahan lokal berkinerja sangat tinggi
Negeri
yang menjalankan program berdasarkan hasil evaluasi
Desa Kreatif dengan baik. penyelenggaraan Pemerintahan
daerah (EPPD).

Mengkoordinasikan
Kementerian
lembaga-lembaga yang
Koordinator Bidang Mendukung capaian kinerja sektor
9. terlibat dalam
Kemaritiman dan ekonomi kreatif10.
pengembangan Desa
Investasi
Kreatif.

10Trukan Sri, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, “Desa Kreatif sebagai Alternatif Capaian Kinerja Sektor Ekonomi
Kreatif”, 2021.
- 25 -

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

● Menetapkan Desa Kreatif.


Desa Kreatif ditetapkan
melalui Surat Keputusan
Kepala
Desa/Lurah/Camat/Bupati/
Walikota
● Terciptanya desa mandiri dengan
● Menyelenggarakan
10. Pemerintah Daerah nilai tambah ekonomi kreatif.
pelatihan keahlian khas
lokal dan studi banding.
● Melaksanakan program
pemasaran produk kreatif
dan pengembangan
destinasi wisata.

● Perluasan ekonomi desa khususnya


● Data awal potensi desa
di bidang ekonomi kreatif.
(SDM, dokumentasi
● Peningkatan exposure keindahan
budaya, dll)
desa.
● Menyediakan tempat
● Peningkatan jumlah wisatawan yang
11. Desa dan fasilitas
mengunjungi desa.
pendukung kegiatan.
● Peningkatan taraf ekonomi dan
● Dukungan dana
kesejahteraan masyarakat.
kegiatan dari dana
● Peningkatan sumber Pendapatan
desa.
Asli Desa.

Lembaga Publik/Swasta

● Melengkapi ● Mendukung kewajiban


pemetaan potensi perusahaan untuk menjalankan
desa (social mapping, CSR.
12. CSR Perusahaan community profiling, ● Mendukung keterlibatan
social landscape)11. perusahaan dalam pencapaian
● Pendampingan target Sustainable Development
untuk meningkatkan Goals (SDGs).

11 Risna Resnawaty, Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UNPAD, “Potensi CSR dalam Pengembangan Desa Kreatif”, 2021.
- 26 -

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

kapasitas ● Meningkatkan citra positif


masyarakat. perusahaan kepada masyarakat
● Penghargaan luas.
terhadap local ● Mendapatkan
indigenous12. insentif/penghargaan dari
● Pemberian dana pemerintah.
bantuan untuk
kegiatan Desa
Kreatif.

● Menyediakan data
dan informasi terkait
pelaku ekonomi
kreatif di desa.
● Melakukan riset,
edukasi, dan
pengembangan Desa
Kreatif. ● Mendukung tercapainya visi dan
● Mendorong misi asosiasi
Asosiasi terkait
percepatan ● Kolaborasi dan pemberian
13. Pelaku Ekonomi
infrastruktur Desa bantuan untuk program-
Kreatif Indonesia
Kreatif. program desa yang sedang
● Mengembangkan dijalankan.
pemasaran produk
ekonomi kreatif di
desa baik di dalam
maupun luar negeri.
● Digitalisasi Desa
Kreatif dengan
aktivitas kekinian.

Lembaga Nirlaba Melakukan pendampingan Memenuhi visi lembaga pemberdayaan


14
(NGO) program masyarakat

12
Fikri El Aziz, Asosiasi Desa Kreatif Indonesia, “Profil Asosiasi untuk 1000 Desa Wisata dan Desa Wirausaha”, 2021.
- 27 -

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

Lembaga Pendidikan

● Mendukung terlaksananya
● Melakukan riset dan
kewajiban Tri Dharma
memberikan
Perguruan Tinggi.
rekomendasi
Perguruan Tinggi/ ● Mendukung kontribusi peneliti
15. berbasis kepakaran
Akademisi dalam pengembangan riset dan
ilmiah
ilmu pengetahuan.
● Melakukan
● Menyediakan objek penelitian
pengawasan
dan program untuk akademisi.
- 28 -

BAB IV
TAHAPAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA KREATIF
Pengembangan Desa Kreatif dilakukan dalam jangka waktu tertentu (disesuaikan dengan
kondisi di lapangan) dan berpijak pada hasil assessment awal tipologi desa. Hal ini
dikarenakan setiap desa memiliki tahapan yang berbeda, ada yang masih tahap inisiatif,
produktif, inovatif atau bahkan berkelanjutan.
Jika desa merupakan Desa Kreatif inisiatif, maka keseluruhan tahapan harus dilakukan,
akan tetapi jika desa ternyata telah memasuki fase produktif atau inovatif maka
pengembangan desa akan berawal dari aspek yang dibutuhkan dalam fase tersebut.
Secara garis besar berikut tahapan pengembangan Desa Kreatif berdasar hasil assessment
tipologi desa.
- 29 -

Gambar 4.1 Gambaran Umum Tahapan Pengembangan Desa Kreatif

A. Pemetaan Kondisi Sosial dan Potensi Desa


Pemetaan kondisi sosial di sebuah desa yang didalamnya mencakup juga pemetaan potensi
ekonominya dikenal dengan pemetaan sosial (social mapping).
Pemetaan sosial didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik
serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di
dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut13.
Kerangka yang digunakan dalam pengembangan desa/masyarakat di Indonesia saat ini
khususnya oleh mayoritas perusahaan dan lembaga penelitian sosial mengacu pada

13
Suharto, E. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan

STKS (LSP-STKS).
- 30 -

kerangka yang dipakai oleh PROPER yang diterapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia yaitu The Sustainable Livelihoods Approach (SLA)
atau kerangka penghidupan berkelanjutan yang mana dikenalkan pertama kali oleh the
Brundtland Commission on Environment and Development pada tahun 1992.

Gambar 4.2 The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) Framework

Dalam SLA, selain dipetakan permasalahan sosial, juga dipetakan konteks kerentanan
masyarakat yang seharusnya menjadi prioritas dalam program dan tentunya juga peta
potensi yang terdiri dari 5 (lima) aspek yang merupakan modal untuk penghidupan
berkelanjutan. Secara terperinci, pemetaan sosial dibagi menjadi tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Deskripsi Kondisi Umum Desa
Kondisi umum desa di deskripsikan dalam konteks geografis, demografis, psikografis
(sosial-budaya) dan pemerintahan desa yang biasanya dapat diperoleh dari data
monografi profil desa yang disimpan oleh perangkat desa. Kondisi umum ini diperlukan
untuk memahami gambaran besar sebuah desa seperti lokasi desa, jumlah dan
komposisi penduduk dan sebagainya.
2. Identifikasi Kearifan dan Budaya Lokal
Setiap Desa memiliki karakteristik yang unik, baik dari sisi geografis maupun
masyarakat yang ada di dalamnya. Unsur kearifan dan budaya lokal merupakan salah
satu unsur terpenting yang perlu diperhatikan sejak awal agar bisa selaras dengan
karakteristik unik masing-masing Desa.
- 31 -

3. Identifikasi Permasalahan Desa


Permasalahan desa dapat diidentifikasi melalui metode observasi lapangan, wawancara
mendalam/in-depth interview dan diskusi kelompok terarah/focus group discussion
(FGD). Beberapa permasalahan desa yang diidentifikasi antara lain:
● masalah ekonomi,
● masalah pendidikan,
● masalah kesehatan,
● masalah sosial budaya, dan
● masalah lingkungan.
4. Identifikasi Forum-forum yang Digunakan Masyarakat Desa
Sebuah desa biasanya telah memiliki forum-forum tertentu dengan jadwal tertentu pula
dalam membahas hal-hal terkait dengan kepentingan masyarakat desa. Oleh karena itu
pihak pengembang Desa Kreatif perlu mengetahui forum tersebut dan menghadirinya
untuk membahas pengembangan Desa Kreatif. Identifikasi forum perlu dilakukan
dengan cukup detail sesuai format tabel berikut:

Tabel 4.1 Format Tabel Identifikasi Forum Masyarakat Desa

No Nama Forum Keanggotaan Waktu Pelaksanaan Aktivitas

Jadwal Frekuensi

5. Identifikasi Kelompok Rentan


Pengembangan Desa Kreatif tidak boleh hanya menjadi konsumsi para elit desa dan
menjadi keuntungan pribadi, namun juga harus memberikan manfaat kepada seluruh
masyarakat desa, khususnya warga yang membutuhkan atau dikenal sebagai kelompok
rentan. Kerentanan dapat dibagi menjadi 2 jenis yang terjadi karena faktor akses dan
atau aset dan dapat ditabulasi dengan format tabel berikut :

Tabel 4.2 Format Tabel Identifikasi Kelompok Rentan

Kelompok Rentan Alamat Jenis Kerentanan Deskripsi


- 32 -

6. Identifikasi Potensi Ekonomi Kreatif


Potensi desa, selain dilakukan identifikasi berdasarkan jenisnya, juga dikelompokkan
berdasar kaitannya dengan klasterisasi subsektor ekonomi kreatif untuk memunculkan
potensi mana yang paling berkaitan erat dengan salah satu dari 17 subsektor ekonomi
kreatif yang akan dikembangkan. Identifikasi potensi desa dapat ditabulasi
menggunakan format berikut:

Tabel 4.3 Format Tabel Identifikasi Potensi Desa

Jenis Potensi Bentuk Potensi Sub-sektor Ekonomi


Kreatif Terkait

Sumber Daya Manusia 1. Komunitas kreatif desain 1. Kriya


2. Seniman patung 2. dst
3. dst

Sumber Daya Alam

Modal Finansial

Modal Infrastruktur

Modal Sosial

Identifikasi-identifikasi diatas dapat dilakukan dengan memilih salah satu atau lebih
metode yang biasa digunakan dalam penelitian sosial yaitu analisis data sekunder,
observasi lapangan, wawancara mendalam/in-depth interview dan diskusi kelompok
terarah/focus group discussion (FGD). Dalam hal ini, diskusi kelompok terarah (FGD)
hendaknya melibatkan secara aktif seluruh pemangku kepentingan yang ada di desa agar
proses pengembangan Desa Kreatif bersifat partisipatif dan para pemangku kepentingan
tidak hanya menjadi objek pengembangan, melainkan subjek yang mempunyai rasa
kepemilikan terhadap program pengembangan Desa Kreatif. Oleh karena itu sebelum
melakukan kegiatan FGD, perlu adanya identifikasi dan pemetaan aktor pemangku
kepentingan yang ada di desa tersebut.

B. Pemetaan Aktor Pemangku Kepentingan Desa


Pemangku Kepentingan (stakeholder) merupakan seseorang atau organisasi yang secara
positif maupun negatif terpengaruh oleh hasil tindakan suatu organisasi atau berpengaruh
- 33 -

terhadap hasil tindakan suatu organisasi.14 Desa yang juga merupakan sebuah organisasi
tentunya memiliki pemangku kepentingan yang perlu diidentifikasi agar dapat mendukung
pengembangan Desa Kreatif. Secara umum pemangku kepentingan dibagi menjadi 4 jenis
karakteristik yaitu:
1. Promoters (High Influence - High Interest):
Memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan untuk membantu
membuatnya berhasil atau menggagalkannya tergantung dengan sikap stakeholder
yang mendukung atau menentang.
2. Latents (High Influence - Low Interest):
Tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam kegiatan, tetapi memiliki
kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka menjadi tertarik.
3. Defenders (Low Influence - High Interest):
Memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas,
tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi kegiatan.
4. Apathetics (Low Influence - Low Interest):
Kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak mengetahui
adanya kegiatan.
a. Pemetaan Jaringan Aktor (Sociogram)
Sociogram diperlukan untuk memetakan hubungan antar aktor pemangku
kepentingan dalam pengembangan Desa Kreatif, dimana pemangku kepentingan
secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktor individu dan institusi. Hubungan
antar aktor bisa berupa hubungan yang positif (+) yang dilambangkan dengan garis
warna hijau, negatif (-) yang dilambangkan dengan garis warna merah atau netral
(+/-) yang dilambangkan dengan garis warna kuning, berikut format diagram
Sociogram yang dibutuhkan:

14 Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach, Boston, Pitman.


- 34 -

Gambar 4.3 Peta Jaringan Hubungan Antar Aktor (Sociogram)


Dalam Sociogram ini kotak berwarna merah adalah stakeholder utama Desa Kreatif
yaitu komunitas atau usaha kreatif, kemudian kotak berwarna kuning merupakan
aktor individu dan kotak berwarna biru merupakan aktor institusi dimana kotak
biru terbesar merupakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
merupakan institusi utama dalam program Desa Kreatif. Dengan adanya Sociogram
ini diharapkan dapat meminimalisasi konflik yang berisiko timbul akibat hubungan
yang negatif antar aktor pemangku kepentingan.

b. Identifikasi Local Champion


Local Champion setidaknya harus memiliki satu diantara tiga peran yaitu fasilitator,
mediator dan atau mobilisator15. Fasilitator adalah tokoh yang mampu untuk
memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat desa, juga mengawal
sebuah program pengembangan desa. Mediator memiliki peran lain, yaitu sebagai
orang memiliki jaringan dan mampu mempertemukan masyarakat desa baik secara
internal maupun eksternal dengan pihak-pihak diluar desa yang mampu membantu
program pengembangan desa. Kemudian yang terakhir adalah mobilisator, yaitu
tokoh yang mampu menciptakan social movement, menggerakkan masyarakat desa
untuk secara aktif menjadi subjek pengembangan desa. Identifikasi Local Champion
dapat dirangkum dalam tabel berikut:

15 E. Jones dan C. Haven-Tang. Tourism SMEs, Service Quality and Destination Competitiveness. London: CABI Publishing, 2005.
- 35 -

Tabel 4.3 Format Tabel Identifikasi Local Champion

No Nama Peran Subsektor Nomor Kontak


Ekonomi Kreatif
Terkait

c. Analisis Karakteristik Stakeholder


Karakteristik stakeholder yang terdiri dari kategori Promoters, Latents, Defenders
dan Aphatetic seperti dijelaskan diatas diklasifikasikan berdasarkan kepentingan
(interest) dan kekuatan pengaruhnya (influence) terhadap program Desa Kreatif. 4
kategori ini memiliki cara penanganan yang berbeda-beda.

Gambar 4.4 Matriks Analisis Pemangku Kepentingan


1. Manage Closely (Promoters):
a) Stakeholder kelompok ini bisa membuat program berjalan.
b) Jika mendukung, perlu diperkuat, dilibatkan dalam pengambilan
keputusan, dan diinformasikan seluruh perkembangan program.
c) Jika gagasan dari promoters tidak berjalan, pastikan mereka mengetahui
alasannya.
d) Jika menentang, perlu dipengaruhi untuk mendukung, salah satunya
melalui dialog intensif.
- 36 -

2. Keep Satisfied (Latents):


a) Stakeholders kelompok ini akan sangat membantu jika berhasil diyakinkan
seberapa pentingnya program ini bagi kepentingan mereka sendiri maupun
kebaikan yang lebih luas.
b) Upaya meyakinkan bisa dengan menunjukkan bagaimana program ini
memiliki efek positif pada isu maupun populasi yang sedang menjadi target
perhatiannya.
c) Perlu didekati dan diberi informasi sebagai upaya untuk memperkuat
interest mereka agar berpindah menjadi promoters.
3. Keep Informed (Defenders):
a) Stakeholders kelompok ini bisa sangat membantu jika mereka tetap
mendapat informasi.
b) Keterlibatan mereka di masa datang tidak perlu dikhawatirkan.
c) Mereka sering memberikan waktu dan keterampilan ketika mereka perlu
upaya untuk bertahan hidup.
d) Perlu dipertahankan agar tidak berpindah ke apathetics.
4. Monitor/Minimal Effort (Apathetics):
a) Stakeholders kelompok ini tidak peduli terhadap program yang akan
dilaksanakan.
b) Termasuk stakeholders karena kebetulan menjadi anggota suatu kelompok
atau posisinya di komunitas terkait.
c) Sebaiknya tidak diganggu, namun baik jika tetap diberi informasi, bisa
melalui newsletter.

d. MoU Pengembangan Desa Kreatif Antar Stakeholder


Setelah semua proses di atas dilakukan dan teridentifikasi, maka program sudah
bisa dijalankan berdasarkan potensi yang dipilih dan pemangku kepentingan yang
akan dilibatkan. Maka perlu adanya nota kesepahaman (MoU) antar pemangku
kepentingan yang terlibat agar jelas pembagian peran masing-masing dan sinkron
dengan kebijakan internal masing-masing pemangku kepentingan.
Selain dilakukan pada tahap setelah pemetaan sosial, potensi dan pemangku
kepentingan ini, MoU juga bisa dilakukan sebelum proses pemetaan sosial dan
potensi yang berarti para pihak telah berkomitmen bekerja sama sejak awal.
Pemangku kepentingan yang terlibat minimal terdiri dari 4 pihak yaitu:
- 37 -

1. Komunitas kreatif
2. Pemerintah desa
3. Penyandang dana
4. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Dalam hal ini penyandang dana dapat berupa perusahaan swasta dan BUMN
melalui program CSR nya, pemerintah daerah, Kementerian terkait dan pihak lain
yang memungkinkan. Secara detail namun tidak terbatas pada hal-hal berikut
peran masing-masing pemangku kepentingan.

Tabel 4.4 Usulan Pembagian Peran Antar Pemangku Kepentingan

Pemangku Kepentingan Peran

Komunitas kreatif (dipimpin oleh local ● Subjek utama program Desa Kreatif
champion)

Pemerintah desa ● Penggerak masyarakat (mobilisator)


● Pengawas program di lapangan

Penyandang dana (CSR ● Penyandang dana


perusahaan/BUMN, Kementerian, ● Penanggung jawab pemetaan sosial
Pemerintah Daerah) dan potensi
● Pendampingan program
● Publikasi dan promosi program

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi ● Pengampu utama program secara


Kreatif hukum
● Penyandang dana
● Penanggung jawab pemetaan sosial
dan potensi
● Pendampingan program
● Publikasi dan promosi program

Penyandang dana dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam proses pemetaan
sosial dan pendampingannya dapat menunjuk pihak-pihak yang berkompeten dalam
program pengembangan Desa Kreatif seperti akademisi dari universitas, lembaga
pengembangan masyarakat (community development) atau asosiasi Desa Kreatif. Pembagian
peran ini adalah panduan dasar dan tentunya fleksibel bergantung dengan kesepakatan
para pemangku kepentingan.
- 38 -

C. Penguatan Kapasitas Masyarakat


Langkah-langkah sebelumnya merupakan tahap persiapan dalam program Desa Kreatif.
Setelah selesai semua tahapan persiapan, maka dilanjutkan pelaksanaan program yang
dimulai dengan penguatan kapasitas masyarakat (komunitas).
Penguatan kapasitas dapat berupa seminar, workshop, training dan atau studi banding
dimana dapat dilakukan oleh lembaga community development, akademisi atau asosiasi
yang telah ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan penyandang
dana.
Pada tahap ini, diperlukan pendampingan yang dilakukan oleh pakar atau asosiasi pelaku
usaha kreatif di masing-masing subsektor. Lebih dari itu, diperlukan pula Panduan Teknis
yang lebih berfokus pada pendampingan yang berkaitan dengan keunikan karakteristik
masing-masing subsektor usaha kreatif yang ada di lokasi tersebut.
Beberapa program penguatan kapasitas masyarakat yang dapat dilakukan, antara lain
berkaitan dengan:
1. Pengembangan pola pikir (mindset) wirausaha kreatif
2. Success story usaha kreatif
3. Produksi pengetahuan baru dan pelestarian kearifan/budaya lokal untuk mendukung
kreativitas yg berkelanjutan
4. Pengembangan produk dan desain
5. Pengembangan model bisnis
6. Manajemen operasional dan SDM
7. Manajemen pemasaran
8. Manajemen administrasi dan keuangan
9. Studi banding ke Desa Kreatif percontohan

D. Pengembangan Usaha Kreatif dan Inovasi Produk


1. Pengembangan Usaha Kreatif

Melalui proses diskusi kelompok terpumpun (DKT) yang melibatkan seluruh


pemangku kepentingan, diusulkan dan diputuskan 3 sampai 5 usaha kreatif yang
akan dikembangkan di desa berdasarkan potensi desa yang telah dipetakan
sebelumnya. Kemudian opsi usaha kreatif ini dibuat pemeringkatan sesuai dengan 3
indikator utama: permasalahan desa yang dapat diselesaikan, potensi desa yang bisa
- 39 -

dioptimalkan dan peluang pasar. Berikut format tabel pemeringkatan usaha kreatif
yang akan dipilih.

Tabel 4.5 Pemeringkatan Usaha Kreatif Terpilih


No Indikator Usaha Kreatif
A B C D E
1 Permasalahan desa yang diselesaikan
1. Ekonomi
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Sosial-budaya
5. Lingkungan
2 Potensi yang dapat dioptimalkan
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Daya Alam
3. Modal Finansial
4. Modal Infrastruktur
5. Modal Sosial
3 Peluang pasar
Total
Nilai

Jika terdapat beberapa usaha kreatif yang memiliki ranking yang sama tinggi, maka
dapat dilakukan sandbox stage, dimana beberapa usaha kreatif tersebut
dikembangkan bersamaan selama 3 sampai 6 bulan pertama untuk dilihat manakah
yang paling bisa berjalan dan memiliki pasar. Setelah dilakukan evaluasi selama 3
sampai 6 bulan selama melewati sandbox stage, maka dapat dipilih salah satu yang
paling potensial. Pengembangan usaha kreatif dilakukan berdasarkan workshop
penguatan kapasitas yang telah dilakukan yaitu:
● Pengembangan produk & desain
● Pengembangan model bisnis
● Pembuatan struktur dan job description SDM
● Penyusunan SOP operasional
● Pembuatan strategi pemasaran
● Pembuatan template administrasi dan keuangan
- 40 -

Pengembangan usaha kreatif dilakukan dalam kurun waktu maksimal 2 tahun yang
diharapkan produk kreatif telah memenuhi minimal karakteristik produk dalam Desa
Kreatif tahap produktif. Berikut contoh timeline pengembangan usaha kreatif:

Gambar 4.5 Timeline Pengembangan Usaha Kreatif

2. Inovasi Produk Kreatif


Inovasi adalah hasil pemikiran, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,
dan/atau Penerapan, yang mengandung unsur kebaruan dan telah
diterapkan serta memberikan kemanfaatan ekonomi dan/atau sosial16. Jika
sebuah Desa kreatif telah memasuki fase produktif, maka pengembangan
produk tidak lagi mulai dari nol, melainkan memberikan inovasi pada produk
kreatif yang telah ada. Terdapat 4 jenis inovasi produk yang bisa dilakukan
yaitu Invensi (penemuan), Ekstensi (pengembangan), Duplikasi
(penggandaan), Sintesis17.
a. Penemuan
Penemuan merupakan proses untuk menciptakan produk yang benar-
benar baru. Kebaruan merupakan salah satu ciri produk kreatif yang

16 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
17
Morris, Michael H., Donald F. Kuratko, and Jeffrey G. Covin. Corporate Entrepreneurship & Innovation: Entrepreneurial Development

within Organizations. 3d ed. Mason, OH: South-Western, 2011.


- 41 -

hendaknya bisa dilakukan terus menerus. Sebagai contoh desa kreatif


wisata film yang ada di Gamplong, Sleman, Yogyakarta merupakan sebuah
penemuan jasa yang bisa dibilang baru di Indonesia.

Gambar 4.6 Desa Kreatif Wisata Film Gamplong Sebagai Contoh Inovasi Penemuan
Desa Gamplong yang juga merupakan desa percontohan Kemenparekraf
dalam menyusun panduan ini adalah sebuah desa wisata yang dikenal
khas dengan industri kain tenun. Secara formal, Desa Gamplong baru
dikukuhkan menjadi desa wisata sejak tahun 2005, meskipun penghasil
kerajinan tenun sudah ada sejak tahun 1950-an. Saat ini desa Gamplong
dikenal dengan desa wisata studio film alam setelah dipakai sebagai
tempat syuting film Bumi Manusia dan dikunjungi hingga 3000 orang per
hari.

b. Pengembangan
Inovasi dengan kategori pengembangan berarti produk yang dimiliki
sebelumnya oleh kelompok usaha kreatif, kemudian terdapat bagian-
bagian dari produk tersebut yang diberikan sentuhan-sentuhan baru.
Inovasi pada kemasan produk dapat dikategorikan jenis inovasi ini.
- 42 -

Banyak sekali usaha kreatif yang juga berawal dari desa yang akhirnya
berhasil di pasaran karena inovasi pada kemasan ini seperti produk Javara
dan Sipetek.

Gambar 4.7 Contoh Inovasi Pada Kemasan Produk Javara dan Sipetek

c. Duplikasi
Bisa juga disebut dengan modifikasi, dimana inovasi ini melakukan
replikasi kreatif atas produk yang telah ada di pasaran. Modifikasi
rengginang, makanan khas Jawa Barat yang sejak dahulu hanya memiliki
satu varian original menjadi berbagai varian coklat, keju, matcha dan
sebagainya termasuk kategori inovasi duplikasi.

Gambar 4.7 Inovasi Rengginang Keju Milik Desanesia


Sumber gambar : Icha Khairisa
- 43 -

d. Sintesis
Sintesis merupakan menggabungkan atau mengkombinasikan produk-
produk yang sudah ada sehingga tercipta sebuah produk yang baru.
Produk mie instan dengan rasa rendang atau soto lamongan misalnya,
merupakan contoh inovasi dengan metode sintesis ini.

3. Penguatan Aspek Hak Kekayaan Intelektual (HKI)


Dalam memperkuat produk kreatif di suatu Desa Kreatif, maka diperlukan
adanya penguatan aspek Hak Kekayaan Intelektual atas produk kreatif yang
dikembangkan. Penguatan ini dapat dilakukan bekerjasama dengan
Pemerintah maupun lembaga non-pemerintah setempat. Dalam perspektif
Kreasi, Proteksi dan Komersialisasi/ Utilisasi, maka aktivitas penguatan HKI
ini menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan sebagai bagian
terintegrasi dari penguatan dan pengembangan usaha kreatif di Desa Kreatif.

E. Penguatan Kelembagaan
Kelembagaan Desa Kreatif haruslah dipimpin oleh seorang local champion yang
juga merupakan penggerak pada komunitas kreatif yang ada di desa. Hal ini agar
proses pengembangan Desa Kreatif dapat lebih efektif dan efisien. Kelembagaan
Desa Kreatif bisa berevolusi dari sebuah lembaga informal seperti komunitas
menjadi semi formal seperti gabungan kelompok tani (gapoktan) hingga lembaga
formal seperti BUMDes atau Koperasi dan lembaga formal berstandar
internasional seperti Perseroan Terbatas (PT). Kelembagaan ini dipilih
bergantung pada kebutuhan dan tipologi Desa Kreatif tersebut pada saat itu.
Berikut opsi kelembagaan yang bisa dipilih:

Tabel 4.6 Opsi Kelembagaan Desa Kreatif Berdasar Tipologi Desa

Tipologi Desa Kreatif Opsi Kelembagaan

Desa Kreatif - Inisiatif ● Komunitas


● Perorangan (local champion)
● Kelompok informal
- 44 -

Desa Kreatif - Produktif ● Gapoktan


● Menginduk pada kelembagaan non ekonomi
dibawah Desa (LPM, PKK, dll)

Desa Kreatif - Inovatif ● BUMDes


● Koperasi
● CV
● PT

Desa Kreatif - Berkelanjutan ● BUMDes dan PT


● Koperasi dan PT
● PT

F. Penguatan Infrastruktur
1. Infrastruktur Fisik
Ketika Desa Kreatif sudah mulai memasuki fase produktif, beberapa
infrastruktur fisik juga harus mengikuti. Kebutuhan utama adalah untuk
transportasi baik pengiriman produk maupun transportasi pengunjung.
Fasilitas publik lain seperti toilet umum, penginapan, tempat makan juga
menjadi penting ketika Desa Kreatif mulai dikunjungi dan mengarah pada
desa wisata. Bagaimanapun kebutuhan infrastruktur fisik perlu didiskusikan
kembali antara pemangku kepentingan, termasuk pendanaannya akan
darimana karena tentu membutuhkan modal yang cukup besar.
2. Infrastruktur Digital
Infrastruktur digital saat ini sangat penting terutama untuk komunikasi dan
pemasaran secara digital. Desa kreatif yang inovatif harus bisa memasarkan
produknya secara digital, oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi
seperti:
● Koneksi internet yang memadai
● Website Desa Kreatif
● Fasilitas wifi bagi pengunjung
● Sarana kelistrikan penunjang
- 45 -

G. Sistem Pengembangan Berkelanjutan


Pendanaan dari pemerintah, swasta maupun sumber pendanaan lain tentu
bukan sumber yang bisa terus-menerus bisa dikeluarkan untuk sebuah desa.
Begitu juga dengan pendampingan dan fasilitas lainnya. Oleh karena itu Desa
Kreatif perlu merencanakan exit strategy dimana Desa Kreatif dapat terus
berkelanjutan dan berkembang tanpa harus dibantu lagi oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kementerian lain, pemerintah daerah atau
CSR perusahaan swasta dan BUMN. Berikut beberapa opsi yang bisa dilakukan
untuk pengembangan Desa Kreatif yang berkelanjutan:
1. Penerapan konsep social entrepreneurship
Social entrepreneurship selain dikelola dengan profesional layaknya sebuah
perusahaan, juga mensyaratkan bahwa sebagian besar keuntungan dari
usaha haruslah dikembalikan lagi untuk pengembangan usaha demi
mencapai visi sosial yang dicita-citakan. Dengan penerapan konsep ini
berarti pengurus Desa Kreatif hanya boleh mengambil keuntungan bagi
pribadi secukupnya saja dan sebagian besar keuntungan digunakan untuk
pengembangan Desa Kreatif secara berkelanjutan. Jika opsi ini yang akan
diambil, maka harus dijabarkan dengan jelas saat pendirian badan hukum
baik BUMDes, koperasi, CV, PT atau yang lain bahwa perusahaan
berkomitmen menerapkan konsep social entrepreneurship ini. Grameen Bank
di Bangladesh merupakan salah satu contoh usaha kreatif bidang jasa yang
menerapkan konsep Social entrepreneurship ini dan telah dikenal diseluruh
dunia.

Gambar 4.7 Kegiatan Grameen Bank di Bangladesh


- 46 -

2. Pengembangan menjadi desa wisata kreatif


Desa wisata membuka peluang adanya penghasilan dari sektor pariwisata di
samping sektor produk atau jasa kreatif yang menjadi sumber penghasilan
utama Desa Kreatif. Jika sebuah Desa Kreatif telah berevolusi menjadi desa
wisata, maka diharapkan mampu mandiri secara finansial. Tidak semua
Desa Kreatif harus menjadi desa wisata, namun adanya pengunjung yang
datang tentunya akan meningkatkan pemasaran dan pendapatan Desa
Kreatif itu sendiri. Selain desa Gamplong, desa Pentingsari di Yogyakarta juga
merupakan contoh Desa Kreatif yang akhirnya menjadi desa wisata, bahkan
diakui dunia menjadi 1 dari 4 desa di Indonesia yang menjadi bagian dari
100 desa tujuan wisata berkelanjutan dunia.18 Selain alamnya yang dekat
dengan gunung merapi, tarian, budaya dan berbagai kesenian gamelan Jawa
merupakan daya tarik sendiri bagi wisata Desa Pentingsari.

Gambar 4.7 Salah Satu Kegiatan Wisata di Desa Pentingsari


Sumber gambar: desawisatapentingsari.com/galeri-foto/

3. Menjalin mitra strategis


Sebagaimana perusahaan pada umumnya, untuk menjadi sebuah usaha
yang berkelanjutan perlu menjalin kerjasama strategis dengan pihak-pihak

18
https://travel.kompas.com/read/2019/10/29/131500127/4-desa-wisata-indonesia-masuk-100-besar-destinasi-berkelanjutan-dunia
- 47 -

lain, seperti misalnya kerjasama strategis dengan platform e-commerce


untuk pemasaran produk, kerjasama dengan startup financial technology
dan lembaga perbankan untuk pembiayaan dan modal pengembangan dan
berbagai mitra lainnya. Disini tugas bagi lembaga pendamping dan
kementerian serta CSR perusahaan untuk membuka jaringan dan
menghubungkan Desa Kreatif dengan mitra-mitra tersebut. Platform
pertanian seperti TaniHub sudah melakukan ini dengan berbagai mitranya
di desa-desa dan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain untuk bermitra
serupa.
- 48 -

BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Pengertian
Suatu program dikatakan berhasil bilamana rencana yang ditentukan sesuai
dengan yang dilaksanakan di lapangan. Untuk menentukan hal ini maka
diperlukan adanya monitoring dan evaluasi demi menjaga agar program berjalan
dengan semestinya dan demi program terus berkembang menjadi lebih baik
kedepannya. UNESCO Regional Office for Education in Asia mengartikan
monitoring sebagai upaya yang dilakukan secara rutin dalam proses identifikasi
pelaksanaan terhadap berbagai komponen program sesuai dengan apa yang
telah direncanakan, kemajuan dalam mencapai tujuan, dan waktu pelaksanaan
yang telah dijadwalkan. Sedangkan Suherman (1988) dalam Daman (2012:3),
menjelaskan monitoring merupakan suatu kegiatan mengikuti perkembangan
program secara mantap dan terus menerus atau teratur. Sehingga pengertian
monitoring merupakan suatu kegiatan yang secara rutin dilaksanakan untuk
melihat capaian terhadap komponen yang telah direncanakan, kemajuan dan
perkembangan program, dan waktu pelaksanaan program.
Menurut Sukartawi (1995:10) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses penilaian terhadap objek dan kegiatan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilannya, dengan tujuan untuk membuat keputusan untuk program
mendatang. Evaluasi merupakan sebuah proses penyediaan informasi tentang
sejauh mana keberhasilan suatu program, bagaimana perbedaan pencapaian itu
dengan waktu ke waktu, yang nantinya akan menjadi dasar pertimbangan untuk
mengambil keputusan. Sehingga berdasarkan pengertian di atas, maka evaluasi
merupakan proses penilaian terhadap suatu kegiatan untuk mengetahui
seberapa jauh kemajuan dan keberhasilannya dengan indikator tertentu yang
hasilnya nanti dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan terhadap
pelaksanaan program di waktu mendatang.
Sehingga dengan penjelasan di atas, monitoring dan evaluasi merupakan proses
yang sangat penting untuk program dan pengembangan Desa Kreatif untuk
kedepannya. Harapannya, Desa Kreatif dapat menjadi titik awal bangkitnya
- 49 -

ekonomi nasional desa, melalui terobosan ekonomi digital, serta menarik


investasi masyarakat secara berkelanjutan.

B. Manfaat
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dalam pengembangan desa ekonomi kreatif
memiliki beberapa indikator dalam pelaksanaannya yang dapat memberikan
fungsi. Beberapa fungi yang dapat diberikan dalam kegiatan pemantauan dan
evaluasi adalah:
1. Ketaatan (compliance), monitoring dan evaluasi secara langsung menentukan
ketaatan pihak administrasi yang terlibat mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan melalui panduan yang telah ada.
2. Pemeriksaan (auditing), monitoring dan evaluasi melihat bagaimana ketepatan
sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu telah sesuai dan
telah mencapai mereka ataupun belum.
3. Laporan (accounting), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi yang
dapat membantu menghitung perubahan sosial sebagai hasil dari
pengembangan Desa Kreatif dari waktu ke waktu
4. Penjelasan (explanation), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi
yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa
antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok.
5. Publikasi (publication), monitoring dan evaluasi menghasilkan data dan
informasi yang nantinya dapat dibagikan kepada khalayak umum. Hal ini
sekaligus merupakan akuntabilitas daripada proses pengembangan yang telah
dilaksanakan.

C. Prinsip
Dalam upaya pemantauan pengembangan Desa Kreatif, terdapat beberapa
prinsip yang harus dilaksanakan, yakni:
1. Transparansi dalam proses pelaksanaan
2. Kesetaraan dan inklusivitas untuk berpartisipasi
3. Akuntabilitas kepada seluruh stakeholder/ pemangku kepentingan
- 50 -

4. Aktivitas didasarkan pada aturan/kerangka hukum.


5. Memiliki visi yang luas dan jangka panjang untuk memperbaiki proses tata
kelola yang menjamin keberlanjutan kegiatan dan dampak positif dari
kegiatan

Beberapa prinsip di atas adalah prinsip yang menjadi prioritas, dengan


mengadopsi prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance versi The United
Nation Development Program (UNDP).
Selain itu, terdapat tambahan aspek spesifik yang seharusnya menjadi unsur
penting dalam pengembangan Desa Kreatif:
1. Berorientasi manfaat dan penguatan dampak ekonomi
Pengurangan kemiskinan, Desa Kreatif harus sesuai dengan tujuan awal
yakni bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan kemandirian
masyarakat yang akhirnya dapat mengurangi angka kemiskinan. Pariwisata
berbasis masyarakat diakui sebagai pemecah dan pengurangan kemiskinan
karena menggunakan potensi lokal yang dimiliki untuk perbaikan sosial
ekonomi masyarakat itu sendiri.
2. Kreatif
Dalam proses pengembangan Desa Kreatif maka jelas bahwa kreatif disini
dibutuhkan oleh masyarakat dalam implementasi atau pelaksanaan
program. Hal ini berkenaan bahwa desa Desa Kreatif merupakan komunitas
atau masyarakat yang tinggal di suatu wilayah administratif yang saling
berinteraksi dan melakukan aktivitas kreatif dalam rangka menciptakan
produk/karya/jasa kreatif.
3. Inklusivitas
Seperti yang kita tahu Desa Kreatif terdiri dari berbagai komponen yang
bergabung dan saling terkait satu dengan yang lain. Inklusifitas di sini
berarti bahwa pemantauan dan evaluasi memberikan kesempatan sama dan
setara yang melibatkan berbagai komponen yang ada terlepas dari latar
belakang yang dimiliki baik itu ras, budaya, agama, etnik, dan lainnya.
Pelibatan ini perlu dilakukan berdasarkan musyawarah dan mufakat yang
- 51 -

disesuaikan dengan kapasitasnya masing-masing serta didukung


komunikasi dan publikasi informasi secara merata.

D. Instrumen
Instrumen evaluasi dan pemantauan merupakan sebuah alat yang digunakan dalam
mencapai tujuan dan menjalankan tugas secara efektif dan efisien19 terhadap
program Pengembangan Desa Kreatif. Penyusunan instrumen evaluasi Desa Kreatif,
dilakukan dengan mengidentifikasikan karakteristik Desa Kreatif yang ada serta
menjabarkan indikator yang ada.
Pada tahap awal, perlu dilakukan upaya identifikasi program melingkupi:
1. Perencanaan dan Analisa
Pada tahap ini, perlu dijelaskan mengenai analisa yang mendasari sebuah
perencanaan program atau inisiatif yang hendak dilakukan.
2. Tujuan
Perlu diperjelas mengenai tujuan yang hendak dicapai atas hasil analisa
sebelumnya, dimana tujuan dapat mengacu pada Orientasi/ Dampak yang
dijelaskan di Bab 2.6.
3. Sasaran/ Indikator
Tujuan yang sudah ditetapkan perlu diperjelas mengenai target indikatif yang
hendak dicapai. Indikator ini diupayakan merupakan indikator kuantitatif yang
diterapkan atas program, mengacu pada Bab 2.6
4. Program atau Inisiatif (menjelaskan mengenai aktivitas yang dilakukan)
Bagian ini menjelaskan tentang detail implementasi deskriptif atas rangkaian
program yang telah dilaksanakan atau dijalankan.
5. Hasil atau Luaran
Bagian ini menjelaskan tentang luaran yang dihasilkan dari program yang telah
dilaksanakan.

19
Arikunto, Suharsimi (Ed). 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- 52 -
Tabel 5.1 Format Pemantauan & Evaluasi Desa Kreatif

Indikator Inisiatif (1) Produktif (2) Inovatif (3) Berkelanjutan (4) Nilai

Produk

Pemasaran

SDM

Pendampingan
dan Kolaborasi

Kelembagaan

Infrastruktur

Teknologi
Digital

Finansial

Monitoring dilakukan dalam jangka waktu paling lambat setiap 6 bulan selama
keberlangsungan program pengembangan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan
pada masa akhir pendampingan dan paling lambat setiap 2 tahun setelah
pendampingan selesai untuk melakukan evaluasi terhadap keberlanjutan Desa
Kreatif pasca pendampingan.
Hasil evaluasi ini juga akan menjadi dasar dalam kategorisasi tipologi Desa Kreatif
dimana indeks rata-rata < 1,5 dikategorikan Desa Kreatif inisiatif, indeks rata-rata
1,5 – 2,5 dikategorikan desa produktif, indeks rata-rata 2,5 – 3,5 dikategorikan desa
inovatif dan indeks rata-rata > 3,5 dikategorikan desa berkelanjutan.
- 53 -

E. Proses

Gambar 5.1 Proses Pemantauan dan Evaluasi


Proses pemantauan dan evaluasi merupakan suatu hal yang berbeda. Perbedaan
tersebut antara lain waktu, pada monitoring dilakukan terus menerus atau
terjadwal misal beberapa kali dalam satu bulan sedangkan evaluasi hanya pada saat
setelah program selesai atau pada akhir program. Perbedaan dalam konteks apa
yang diukur, jika monitoring adalah proses, kegiatan, dan kondisi. Sedangkan dalam
evaluasi merupakan dampak jangka panjang program yang telah dilaksanakan. Hal
ini yang akan diimplementasikan terhadap keberlangsungan program baik dalam
proses perencanaan program selanjutnya proses implementasi atau pelaksanaan
program, dan terakhir adalah tujuan program. Proses pemantauan menggunakan
beberapa metode. Metode pemantauan dan evaluasi dapat menggunakan angket,
wawancara, FGD dan observasi.
Tahap perencanaan merupakan tahap persiapan untuk mengidentifikasikan hal-hal
yang akan dipantau, dalam tahap ini berbicara mengenai indikator yang akan
dipakai dalam proses pemantauan dan evaluasi. Selanjutnya dalam tahap
pelaksanaan, pemantauan berguna untuk mengukur ketepatan perencanaan
dengan implementasi program dengan menggunakan standar variabel yang telah
ditentukan pada tahap perencanaan. Tahap tujuan atau pelaporan, merupakan
proses penentuan apakah pelaksanaan program memenuhi standar yang telah
ditentukan dan mengukur standar yang harus dicapai dan belum tercapai, yang
nantinya akan ditindaklanjuti untuk pembuatan laporan program. Pada akhirnya
hasil dari proses pemantauan dan evaluasi ini adalah data yang akan digunakan
untuk keberlangsungan program selanjutnya.

F. Pemberian Penghargaan
Untuk mendorong adanya kemajuan dalam bidang pengembangan Desa Kreatif di
Indonesia, pemerintah memiliki berbagai macam cara. Salah satu contoh kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah PROPER (Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan) yang diselenggarakan oleh KLH
- 54 -

sejak tahun 1995 yang nantinya akan diberikan penghargaan. Penghargaan


merupakan insentif yang berkaitan antara bayaran atas dasar dalam peningkatan
produktivitas para karyawan dalam mencapai keunggulan yang kompetitif
(Simamora, 2005). Sehingga tujuan dari penghargaan adalah demi meningkatkan
produktivitas, efektivitas dari lembaga atau institusi. Selain itu dengan adanya
penghargaan maka akan timbul rasa bangga akan program yang dimiliki sehingga
produktivitas akan terjaga dan meningkat. Sehingga diharapkan pemberian
penghargaan ini dapat diadaptasi dalam pengembangan Desa Kreatif untuk
mendorong peningkatan produktivitas, dan efektivitas dalam pengembangan Desa
Kreatif yang ada di Indonesia untuk terus maju.
Adapun standar penghargaan yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Desa kreatif aplikasi
2. Desa kreatif arsitektur
3. Desa kreatif desain interior
4. Desa kreatif desain komunikasi (DKV)
5. Desa kreatif desain produk
6. Desa kreatif fashion
7. Desa kreatif film animasi dan video
8. Desa kreatif fotografi
9. Desa kreatif kerajinan tangan (kriya)
10. Desa kreatif kuliner
11. Desa kreatif musik
12. Desa kreatif penerbitan
13. Desa kreatif pengembangan permainan
14. Desa kreatif perikanan
15. Desa kreatif seni pertunjukkan
16. Desa kreatif seni rupa
17. Desa kreatif TV dan Radio
Standar penghargaan di atas diambil dari 17 subsektor ekonomi kreatif. Tujuh belas
standar penghargaan Desa Kreatif tersebut diberikan secara umum kepada Desa
Kreatif yang ada di Indonesia yang nantinya akan dibagi menjadi 3 kategori yakni:
1. Gold
2. Silver
3. Bronze
- 55 -

BAB VI
CONTOH STUDI KASUS

A. Studi Kasus Desa Gamplong, Sleman, Yogyakarta

Gambar 3.4 Studio Alam Desa Kreatif Gamplong

Desa Gamplong bertempat di Dukuh Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan,


Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Sejak dahulu, masyarakat Desa Gamplong
memiliki keahlian menenun dari berbagai macam bahan seperti akar alam, serabut
padi, rotan dan lainnya. Para wisatawan dapat mengunjungi tempat ini untuk
belajar menenun sekaligus mengelola bahan alam yang ada di tempat asal
contohnya, pengunjung dari daerah Aceh menggunakan bahan kelapa, dari
Bengkulu menggunakan eceng gondok bahkan dari Papua menggunakan rumput.
Selain itu, mereka pun dapat memanfaatkan fasilitas homestay di rumah warga yang
memang disediakan agar para wisatawan dapat menginap dan mengunjungi
destinasi lain di Desa Gamplong.
Pengembangan destinasi kreatif lainnya yaitu Gamplong Studio Alam yang diinisiasi
Bapak Bagor, penduduk asli Desa Gamplong. Beliau mengembangkan sebuah lahan
seluas 2,5 Hektar menjadi kawasan lokasi serbaguna yang dapat digunakan untuk
lokasi pengambilan gambar perfilman, penyewaan properti, wahana rekreasi,
destinasi wisata, dan lainnya. Jumlah pengunjung harian dapat mencapai 3.000
orang sedangkan ketika masa pandemi mencapai 700 orang.
Sejak berdirinya Tahun 2017, Desa Gamplong mulai dikenal masyarakat sebagai
Mini Hollywood nya Indonesia. Beberapa film menggunakan Studio Alam Gamplong
sebagai lokasi syuting diantaranya; Habibie dan Ainun 3, Sultan Agung: The Untold
Love Story, Gatot Kaca, Bumi Manusia dan lain-lain. Beberapa bangunan berlatar
belakang kota tua, kolonial, kerajaan menjadi spot favorit pengunjung untuk
- 56 -

berfoto. Studio Alam Gamplong pernah mendapatkan penghargaan sebagai desa


wisata terbersih dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Destinasi ini semakin dikenal
dengan kedatangan Presiden Joko Widodo pada 15 Juli 2018 dalam acara
penyerahan set film Sultan Agung yang disponsori BRA Moeryati Soedibyo dan
dipromosikan Sutradara Hanung Bramantyo. Kolaborasi pelaku kreatif dengan
berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci sukses pengembangan Desa Kreatif
Gamplong.
Kolaborasi pelaku kreatif dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci
sukses pengembangan Desa Kreatif Gamplong.

Gambar 3.5 Lokasi Film Bumi Manusia di Studio Alam Gamplong


Pembagian peran yang dilakukan dalam pengembangan Desa Kreatif di Desa Gamplong
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pembagian Peran dan Dukungan Pemangku Kepentingan di Desa Gamplong

No. Kelompok Lembaga Bentuk Dukungan

Menyediakan area berbelanja produk


Paguyuban Kerajinan kerajinan tenun
Tegar Menjual hasil kerajinan tenun di area

Masyarakat Gamplong Studio Alam


1
Setempat
Paguyuban Pedagang Menjual dagangan di area studio alam

Menarik penonton Sepak Bola


Kelompok Sepak Bola
mengunjungi Gamplong Studio Alam

Membantu mengurus perizinan tanah


2 Pemerintah Pemerintah Desa yang akan digunakan
- 57 -

Membuat kesepakatan dengan


masyarakat desa terkait implementasi
Studio Alam Gamplong

Menjadikan Gamplong Studio Alam


tempat berlangsungnya berbagai acara
yang diselenggarakan Pemerintahan
Daerah

Memberikan pelatihan model produk


Pemerintah Daerah
kerajinan kekinian kepada pengrajin di
Desa Gamplong

Memberikan pelatihan kompetensi


kewirausahaan di bidang kerajinan,
keterampilan, pengenalan industri film

Peresmian set lokasi film dan sosialisasi


destinasi wisata kreatif Desa Gamplong
oleh Bapak Presiden Joko Widodo

Instruksi pelebaran jalan utama menuju


Pemerintah Pusat
Desa Gamplong

Kunjungan dan penetapan Desa


Gamplong sebagai Desa Kreatif
percontohan

Biro Perjalanan Merekomendasikan Desa Gamplong


Digital kepada afiliasi Travel Agent
Lembaga
Publik/Swasta Biro Perjalanan Merekomendasikan Desa Gamplong
3 (terlibat langsung Digital sebagai destinasi wisata di Yogyakarta
dalam industri
Merekomendasikan Desa Gamplong
pariwisata)
BUMN sebagai destinasi wisata pada pesawat
dengan rute Yogyakarta

Penyelenggaraan kegiatan perusahaan di


Studio Alam Gamplong;
CSR Bank BUMN
Lembaga Penyerahan paket sembako kepada
Publik/Swasta masyarakat Desa Gamplong
4 (tidak terlibat
Penanaman pohon di sekitar wilayah
langsung dalam CSR Bank Daerah
Studio Alam Gamplong
industri pariwisata)
Penyerahan dana hibah operasional
CSR BUMN
sebesar Rp 1.000.000,00
- 58 -

Klub Mobil
Mengadakan kegiatan komunitas di
5 Lembaga Nirlaba
Desa Gamplong
Komunitas Sepeda
Sego Segawe

Lembaga Pendidikan
Mengadakan Kursus Perfilman
yang Bermitra
6 Lembaga Pendidikan
Magang, PKL dan Penelitian dengan
Perguruan Tinggi
objek studi Desa Gamplong

B. Studi Kasus Desa Mustika, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan


Deskripsi kondisi umum desa
Desa Mustika terletak di Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan. Desa Mustika terdiri dari dusun satu yang dihuni oleh suku Bali
sebagai pusat kesenian, dan dusun dua yang dihuni oleh suku Jawa atau muslim sebagai
pusat ekonomi kreatif. Desa Mustika terkenal akan budaya masyarakatnya yang masih
kental. Berbagai atraksi budaya dan adat, seperti tarian, musik tradisional, nyanyian,
hingga tempat peribadatan bisa ditemukan di desa ini. Tak jarang Desa Mustika dimiripkan
dengan suasana di Bali. Gotong-royong yang erat antara masyarakat setempat
menghasilkan berbagai macam produk lokal, salah satunya cemilan stik daun kelor. Produk
unggulan ini semakin berkembang di tengah pandemi Covid-19 karena khasiatnya yang
baik untuk imunitas tubuh. Sumber daya Desa Mustika ini berasal dari sumber daya
manusianya yang sangat solid dan semangat gotong royong.

Desa Mustika merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Kuranji,


Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan total luas
Deskripsi kondisi
wilayah 1.643 Ha. Mayoritas lahan merupakan perkebunan sawit dan
geografis
sebagian lainnya dimanfaatkan masyarakat desa untuk menanam berbagai
macam tanaman hortikultura.
Penduduk Desa Mustika berjumlah 1.467 yang terdiri dari dua dusun dan
10 RT. Mayoritas penduduk berasal dari Bali dan Jawa dan Suku Banjar.
Deskripsi kondisi
Agama yang dianut masyarakat desa adalah Islam dan Hindu dengan
demografis
pemetaan wilayah Dusun I mayoritas ditempati Umat Hindu sedangkan
Dusun II ditempati Umat Muslim
Masyarakat Desa Mustika memiliki budaya gotong royong dan toleransi
Deskripsi kondisi
antarumat beragama yang baik. Seluruh elemen masyarakat baik pemuda
sosial-budaya
maupun orang tua terlibat di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
- 59 -

No Kelompok Lembaga Bentuk Dukungan

1. Masyarakat Setempat Masyarakat Suku Bali Menyediakan atraksi berbasis


kebudayaan dan adat Bali (musik
tradisional, tarian, jasa ukir kayu dan
semen)

Wanita Hindu Dharma Pelestarian tarian dan nyanyian untuk


Indonesia (WHDI) acara keagamaan

Persatuan Anak Muda Menyediakan atraksi kebudayaan tari


Hindu (Peradah) dan musik;
Menyelenggarakan bazar sosial

Remaja Masjid Menyelenggarakan perayaan acara


besar Islam

Organisasi Perempuan Menyediakan produk kerajinan tangan;


(PKK) Menyediakan produk olahan makanan
dan jamu herbal (saset, simplisia, dan
cair);
Budidaya ikan air tawar;
Budidaya ayam potong;
Pengelolaan kebun

Organisasi Profesi Penanaman kopi


Petani Kebun

Koperasi (KUD “Panutan Dukungan finansial


Jaya”)

BUMDes Menampung hasil panen ikan air tawar;


Menjalankan usaha jasa angkutan
kelapa sawit, simpan pinjam, dan
pembuatan pupuk kompos

2. Pemerintah Pemerintah Desa Dukungan finansial dengan APBDesa;


Pengembangan UMKM dan BUMDes;
Mendukung budidaya ikan air tawar,
ayam potong, ayam petelur, telur
puyuh, jamur tiram, serta pengadaan
Gerakan Menanam Sayuran dan Toga;
Pemberian satu kelompok ikan, kolam
dan bibit untuk setiap RT;
Pengadaan alat-alat kesenian;
Penataan pembangunan infrastruktur
pariwisata desa;
- 60 -

Menjalin kerjasama dengan pihak


ketiga

Pemerintah Daerah Mengadakan pelatihan olahan ikan;


Mengadakan pelatihan ketahanan
pangan;
Menyediakan rumah bibit

Dinas Pariwisata Mengadakan pelatihan promosi

3 Lembaga CSR Perusahaan Pengepakan dan pemasaran produk


Publik/Swasta (tidak UMKM;
terlibat langsung Pemasaran hasil panen ikan air tawar
dalam industri dan ayam potong;
pariwisata) Pemberian Bibit TOGA (Tanaman Obat
Keluarga);
Pemberian bibit kopi;
Kerjasama pemetaan sosial

KUR Bank BUMN Fasilitas untuk budidaya kambing

Travel Transportasi

E-Commerce Pelatihan manajemen toko daring

4 Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi Pemetaan sosial desa


- 61 -

Identifikasi permasalahan desa

Jenis Permasalahan Deskripsi

Masalah Ekonomi ● Tidak terdapat pasar harian sebagai pusat kegiatan ekonomi
masyarakat desa
● Pemasaran produk ke luar daerah belum efektif karena tidak
adanya kurir jasa pengiriman yang dekat dengan wilayah desa
Masalah Kesehatan ● Hipertensi
● Asam Urat
● Nyeri Persendian
Adalah penyakit yang paling sering diderita masyarakat desa
menurut data dari puskesmas
Masalah lingkungan ● Tidak terdapat TPA, sampah masih dibakar
● Kualitas air kurang bersih

Identifikasi potensi ekonomi kreatif

Subsektor
Jenis Potensi Bentuk Potensi Ekonomi Kreatif
Terkait
1. Pengrajin Ukiran 1. Kerajinan Tangan

Sumber Daya Manusia 2. Pemain Gamelan 2. Seni Pertunjukan

3. Penari Adat 3. Musik

1. Tumbuhnya aneka tanaman obat


dan hortikultura (talas, kelor,
singkong, kopi, jahe, dll)
1. Kuliner
Sumber Daya Alam 2. Memiliki lahan sawit yang luas
3. Memiliki spot strategis untuk
melakukan berbagai macam
budidaya (ikan, lebah, magot, dll)
1. BUMDes
2. Koperasi Unit Desa
Modal Finansial
3. Dana Desa
4. CSR Perusahaan
1. Memiliki Pura Beji yang dapat
dikembangkan menjadi destinasi
1. Arsitektur
Modal Infrastruktur wisata dan tempat ibadah bagi
warga Hindu sekitar Desa
2. Jalan utama desa cukup baik
1. Semangat gotong royong tinggi
Modal Sosial 2. Kelestarian budaya terjaga
3. Interaksi masyarakat harmonis
- 62 -

Identifikasi Penggerak Lokal (Local Champion)

No Nama Peran Komunitas Nomor


Penggerak Kreatif Kontak
Terkait
1. I Gusti Putu Wika Ketika terdapat masalah Tokoh -
Awan beliaulah yang menengahi, baik masyarakat
dengan aspirasi saran dan lain- dusun 1 dan
lain. kelompok seni
(Lebih ke kesenian) (Seni Merdu
Suara)
2. Putu Aditya Putra Sebagai kepala dusun yang ada Kelompok -
di bawah kepala desa. Dalam Tani
pemerintahan, bertugas untuk
menampung aspirasi
masyarakat, untuk nanti
disetorkan /diselesaikan di
tingkat desa. Dalam
pemberdayaan, menggerakkan
masyarakat untuk program
menanam sayuran toga tiap
rumah. (pelaksana program di
lapangan)
3. Ibu Sartika Putri Menggerakkan Ibu-ibu rumah Ketua PKK -
tangga dalam kegiatan
pembuatan produk olahan
kreatif. Selain itu berperan di
bidang kesehatan, sebagai
pelaksana program kesehatan
seperti posyandu, dan PKK.
4. Ibu Hidayah Berperan menggerakkan semua Ketua UP2K -
penjualan olahan seperti Permata
keripik dan lain-lain dalam
kegiatan posyandu.
5. Ibu Nafisah Penggerak program produk Ketua -
jamu herbal. Posyandu
Balita, Ketua
Dasa Wisma,
Ketua Asma
Toga
6. Mbak Mutikah Penggerak minuman segar Sekretaris -
herbal. Selain itu beliau Pokja 2
berperan sebagai sektor fungsi
posyandu ketahanan pangan.
- 63 -
Identifikasi Kelompok Usaha Kreatif

Usaha Kreatif

No Indikator Olahan Keripik Jamu Budidaya Tarian Pupuk


Aneka Madu Budidaya
(Daun Kelor, Talas, Ikan Air Adat Kompos
Herbal Sambal Ketutut Maggot
dll) Tawar Jegog
1 Permasalahan desa yang
diselesaikan
1. Ekonomi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

2. Pendidikan

3. Kesehatan ✓ ✓ ✓

4. Sosial-budaya ✓ ✓ ✓

5. Lingkungan ✓ ✓ ✓

2 Potensi yang dapat dioptimalkan

1. Sumber Daya Manusia ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

2. Sumber Daya Alam ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

3. Modal Finansial ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

4. Modal Infrastruktur ✓ ✓ ✓

5. Modal Sosial ✓ ✓ ✓ ✓

3 Peluang pasar ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

Total 7 8 6 7 8 5 6 6

Ranking 2 1 5 4 3 8 7 6
- 64 -
Rencana Pengembangan
Desa Mustika memiliki letak geografis yang kondusif guna pengembangan produk pertanian
dan hortikultura. Pupuk kompos yang berasal dari dedaunan, sisa sayuran dan buah-
buahan, kotoran hewan ternak mudah ditemukan di wilayah desa. Produk pupuk kompos
memberikan nutrisi pada media tanam komoditas hortikultura. Selanjutnya, hasil dari
komoditas hortikultura diolah menjadi produk organik jamu yang dapat dikonsumsi juga
menjadi bahan pembuatan pakan ayam.
Dengan demikian terbentuk rantai penciptaan nilai tambah dari produk kreatif yang
dihasilkan. Keseluruhan produk kreatif memiliki manfaat terhadap produksi lain. Oleh
karena itu, Desa Mustika dapat mengembangkan salah satu subsektor ekonomi kreatif di
bidang kuliner dengan local brand:
“Desa Kreatif Produk Ramah Lingkungan (Eco-Friendly)”

Pupuk Kompos

Penanaman Komoditas
Hortikultura
Budidaya Ayam Potong

Hasil komoditas
Hortikultura

Pengolahan Produk Organik


- 65 -

Peran Pemangku Kepentingan


Berikut ini merupakan poin partisipasi yang dapat dilakukan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan tingkat
pengembangan desa kreatif

Lembaga Perusahaan
Indikator Masyarakat Desa Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat
Pendidikan (CSR)

Membuat produk Memberikan Melakukan Mensosialisasikan Memberikan


unggulan inovatif referensi pendampingan produk unggulan desa informasi produk
yang memiliki kemasan produk dalam proses melalui kanal informasi kuliner yang
jangkauan pasar yang ramah sertifikasi produk Pemerintah Daerah memiliki peluang
yang luas lingkungan unggulan desa ekspor
Melakukan Mengundang
produk sertifikasi produk Asosiasi Desainer
unggulan secara Produk Indonesia
berkala (PIRT, untuk memberikan
Halal, dll) masukan dalam
pengembangan
produk unggulan
desa
Mengikuti Memberikan Membantu logistik Memberikan insentif -
pelatihan pelatihan pemasaran produk kepada perusahaan
pemasaran pembuatan kepada konsumen di penyedia jasa
produk website dan luar wilayah lokal pengiriman barang
Pemasaran
menggunakan optimalisasi untuk membuka cabang
media digital (e- pemasaran di daerah yang
commerce) secara digital kepada terjangkau
daring masyarakat desa
- 66 -
Menentukan SDM - Melakukan Memberikan pelatihan -
unggulan desa kaderisasi pada SDM pembuatan produk
baik secara unggulan desa yang inovatif yang
manajemen usaha tercantum dalam exit dibutuhkan pasar
SDM
maupun strategy perusahaan kepada masyarakat desa
pengembangan
produk

- Menjadikan Mengembangkan Melakukan monitoring -


Desa Mustika kemitraan dengan secara berkala untuk
Pendampingan sebagai objek lembaga pendidikan mengetahui
dan Kolaborasi penelitian di dan NGO di bidang perkembangan program
bidang Ekonomi ekonomi kreatif desa kreatif di Desa
Kreatif Mustika
Mengajukan - Memberikan Melakukan pemasangan Merekomendasikan
proposal asistensi pembuatan fasilitas publik berupa Desa Mustika
pengadaan proposal pengajuan internet gratis di tingkat menjadi penerima
Infrastruktur
fasilitas internet fasilitas internet Kecamatan Program Internet
di wilayah Desa
strategis desa
Membuat katalog - - Memberikan dana hibah Mengundang Desa
produk unggulan pengembangan UMKM Mustika untuk
desa dalam khususnya pada produk mengikuti pameran
Teknologi
website khusus olahan Desa Mustika produk kreatif
Digital
sebagai media yang
sosialisasi dan diselenggarakan
pemasaran Kementerian
- 67 -
REFERENSI
A. Buku dan Penelitian
● Arikunto, Suharsimi (Ed). 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
● E. Jones dan C. Haven-Tang. Tourism SMEs, Service Quality and Destination
Competitiveness. London: CABI Publishing, 2005.
● Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach,
Boston, Pitman.
● Manaf, A. et al. (2018) ‘Community-based rural tourism in inter-
organizational collaboration: How does it work sustainably? Lessons learned
from Nglanggeran Tourism Village, Gunungkidul Regency, Yogyakarta,
Indonesia’, Sustainability (Switzerland), 10(7). doi: 10.3390/su10072142
● Morris, Michael H., Donald F. Kuratko, and Jeffrey G. Covin. Corporate
Entrepreneurship & Innovation: Entrepreneurial Development within
Organizations. 3d ed. Mason, OH: South-Western, 2011.
● Suharto, E. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-
STKS).
B. Materi Presentasi
● Devi Rimayanti, “Program Pengembangan Desa Pariwisata Kreatif”,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2021.
● Dewi Meisari Haryanti, “Pendampingan UMKM Desa Kreatif”, UKM Indonesia,
2021.
● Doni Setiawan, “Desa Kreatif, Meningkatkan Daya Ekonomi Desa Kreatif,
Menuju Ekosistem Sumber Daya Baru Pariwisata Indonesia”, Kementerian
Pariwsiata dan Ekonomi Kreatif, 2021
● Fikri El Aziz, “Profil Asosiasi untuk 1000 Desa Wisata dan Desa Wirausaha”,
Asosiasi Desa Kreatif Indonesia, 2021.
● Imam Bustan, “Pengelolaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Subsektor Pertambangan Minerba”, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, 2021.
- 68 -
● Risna Resnawaty, “Potensi CSR dalam Pengembangan Desa Kreatif”, Program
Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UNPAD, 2021.
● Sugeng Santoso, “Telaah Ekosistem Kapabilitas Inovasi Daerah untuk Desa
Inovatif (Desa Wisata/ Kreatif/ Inovatif”, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi, 2021.
● Sugito, “Pengembangan Desa Kreatif”, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2021.
● Trukan Sri, “Desa Kreatif sebagai Alternatif Capaian Kinerja Sektor Ekonomi
Kreatif”, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2021.
● Yuke Sri Rahayu, “DESA KREATIF SEBAGAI DESTINASI WISATA PROGRAM
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”, Pelatihan
Kepemimpinan Nasional (Pkn) Tingkat Ii. 2021

C. Tautan Website
● Bingkisan Lebaran dari Tangan-Tangan Perempuan Desa Wisata
Nglanggeran, GAP, 2017,
http://gunungapipurba.com/posts/detail/bingkisan-lebaran-dari-tangan-
tangan-perempuan-desa-wisata-nglanggeran, (diakses 10 Juni 2021).
● Desa Wisata Nglanggeran Memperoleh Penghargaan CBT ASEAN di
Singapore’, GAP, 2017, http://gunungapipurba.com/posts/detail/desa-
wisata-nglanggeran-memperoleh-peghargaan-cbt-asean-di-singapore,
(diakses 5 Juni 2021).
● Desa Wisata Nglanggeran Raih Penghargaan ASTA (ASEAN Sustainable
Tourism Award) di Thailand’, GAP, 2018,
http://gunungapipurba.com/posts/detail/desa-wisata-nglanggeran-raih-
penghargaan-asta-asean-sustainable-tourism-award-di-thailand, (diakses 5
Juni 2021).
● Desa Wisata Nglanggeran Raih Penghargaan ASTA (ASEAN Sustainable
Tourism Award) di Thailand’, GAP, 2018,
http://gunungapipurba.com/posts/detail/desa-wisata-nglanggeran-raih-

Anda mungkin juga menyukai