Materi Sesi 6
Materi Sesi 6
Perkembangan Psikologi
Perkembangan psikologi yang disampaikan oleh Tim Lembaga Administrasi Negara (2007)
bahwa perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan continue
dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau
kematangannya yang berlangsung secara sistematis progresif, dan berkesinambungan baik
menyangkut fisk atau psikis. Prinsip-prinsip perkembangan yaitu : Perkembangan psikologi
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar sepanjang hidupnya
b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial satu sama
lainnya saling mempengaruhi dan terdapat hubungan atau korelasi positif diantara aspek tersebut.
c. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Setiap manusia adalah unik, walaupun dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang sama
d. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat
bagi perkembangan selanjutnya.
e. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat da nada yang lambat).
Berbicara tentang psikologi dalam pendidikan tidak lepas dari perhatian guru terhadap
perkembangan usia peserta didik secara individu. Peserta didik dewasa tumbuh dan berkembang
secara fisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, afektif, sosial,
psikomotor, moral. Perkembangan psikologi
Seperti yang terdapat dalam Modul 5 BMP MPDR5101, maka dalam tuton sesi 5 ini, Anda akan
diajak untuk kembali mengkaji perkembangan anak usia SD dan SMP secara lebih mendalam
dan komprehensif, sehingga pemahaman Anda tentang tahap-tahap perkembangan anak,
khususnya untuk anak usia SD dan SMP menjadi mantap. Sebagaimana yang telah Anda kaji
dalam Modul 4 BMP MPDR5101, tahap-tahap perkembangan anak, khususnya yang diajukan
oleh Piaget merupakan salah satu pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah
satu kompetensi pendidik yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru adalah: “Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual” (BSNP, 2007:20). Dalam Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI
Lulusan S1, kompetensi inti tersebut berbunyi: Mengenal peserta didik secara mendalam (Dikti,
2006). Tentu ada latar belakangnya mengapa kompetensi tersebut menjadi wajib bagi setiap
pendidik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Santrock (2008), makin banyak guru belajar
tentang perkembangan anak, makin tinggi pemahaman guru akan cara mengajar yang sesuai
untuk peserta didik tersebut. Dengan demikian, pemahaman terhadap perkembangan peserta
didik harus selalu segar dan terbaru karena ilmu tentang perkembangan tersebut juga
berkembang. Pemahaman yang benar dan solid tentang perkembangan anak akan mengarah
kepada pemahaman yang solid dan benar tentang karakteristik anak karena karakteristik anak
sangat terkait erat dengan tahap-tahap perkembangan anak.
Perkembangan pada hakikatnya adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional
yang mulai dari terjadinya konsepsi dan berlanjut sepanjang masa hidup manusia. Perkembangan
dapat dibagi menjadi berbagai periode. Salah satu dari pembagian periode perkembangan itu
adalah: masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa sekolah, masa adolesen, dan masa dewasa.
Dalam perkembangan terdapat tiga isu yang menjadi kontroversi di antara pakar psikologi
perkembangan, yaitu (1) isu bawaan vs lingkungan, (2) isu berkelanjutan dan terputus-putus, dan
(3) isu pengalaman dini vs pengalaman kemudian. Para pendidik seyogianya mengambil jalan
tengah, yaitu semua faktor yang dipertentangkan tersebut berpengaruh atau menentukan
perkembangan anak.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif berlangsung dalam 4 tahap, yaitu tahap sensori motor
(usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasi konkret (usia 7-11 tahun),
dan tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Melihat rentang usia tersebut dapat diperkirakan
anak usia SD dan SMP berada pada akhir tahap pra-operasional sampai dengan masa operasi
formal.
Menjelang akhir tahap pra-operasional, anak sudah mulai berpikir simbolik dan intuitif, banyak
bertanya tentang “mengapa” dan mulai memiliki kemampuan sentrasi, yaitu memusatkan
perhatian hanya pada satu karakteristik benda dan mengabaikan karakteristik lain. Karena itu,
anak pra-operasional belum menguasai konservasi. Di samping itu, karena belum mampu
berpikir operasional, mereka belum mampu berpikr terbalik.
Tahap operasi konkret merupakan tahap yang dialami oleh hampir semua anak SD.
Perkembangan kognitif utama dalam masa ini adalah tumbuhnya kemampuan berpikir
desentrasi, sehingga mereka sudah menguasai konsep konservasi, klasifikasi, seriasi, dan
transitivity. Namun, semua ini terbatas pada objek, hal-hal atau situasi yang bersifat konkret,
sedangkan hal-hal atau situasi yang bersifat abstrak belum dapat dijangkau oleh pikiran mereka.
Ciri utama berpikir mereka adalah logis, sebagai ganti dari berpikir intuitif.
Tahap operasi formal atau abstrak berlangsung pada usia 11-15 tahun dan berlanjut sampai masa
dewasa. Karena itu, anak SD kelas 5 atau 6 dan anak SMP berada pada tahap operasi formal.
Perubahan mendasar awal tahap ini adalah tumbuhnya kemampuan berpikir abstrak, baik dalam
melihat hubungan sesuatu objek maupun kejadian atau situasi. Dengan demikian, pada usia ini
(usia 11-15 tahun) anak-anak sudah mampu memahami informasi secara verbal. Mereka sudah
mulai berpikir logis dan idelis, serta membayangkan sesuatu pemecahan masalah.
Di samping kemampuan berpikir lebih abstrak dan lebih idelistik, anak-anak dalam tahap operasi
formal juga mulai berpikir lebih logis, seperti seorang ilmuan (scientist). Mereka mulai
menggunakan: hypothethical-deductive reasoning, dengan mulai merencanakan suatu
pemecahan masalah dan menguji hasilnya. Ini berarti, untuk memecahkan masalah, mereka
mulai dengan hipotesis, kemudian mengumpulkan data untuk menguji kebenaran hipotesis
tersebut, dan akhirnya menarik kesimpulan. Di Indonesia, hal ini terkenal dengan metode ilmiah,
yang diterapkan dalam IPA atau sains.
Bahasa merupakan komunikasi yang memiliki aturan atau norma yang terdiri dari lima sistem
aturan, yaitu phonologi, morphologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Kelima sistem aturan
inilah yang merupakan kaidah satu bahasa, yang juga disebut sebagai sistem aturan dasar.
Phonologi berkaitan dengan aturan bunyi bahasa, morphologi berkaitan dengan aturan
pembentukan kata, sintaksis berkaitan dengan aturan dalam mengorganisasikan kata-kata
menjadi kalimat yang bermakna, semantik berkaitan dengan aturan makna, dan pragmatik
berkaitan dengan aturan penggunaan bahasa dalam konteks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor bawaan berupa faktor biologis yang
memungkinkan manusia berbahasa atau berbicara, dan faktor lingkungan tempat anak
dibesarkan. Ragam bahasa seseorang, lebih-lebih seorang anak, sangat dipengaruhi oleh
lingkungan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Hal ini sangat kentara misalnya pada
perbedaan kosa kata dan gaya bicara anak yang dibesarkan di lingkungan pedesaan dengan di
kota besar.
Pemerolehan bahasa anak berlangsung melalui tahap-tahap, mulai dengan meraban pada usia
sekitar 3-6 bulan, bahasa satu kata, mulai pada bulan ke 10-13, dan bahasa dua kata muncul pada
usia 18-24 bulan. Ketika mereka mulai menunjukkan ucapan lebih dari dua kata, anak-anak pada
dasarnya sudah mendemonstrasikan penguasaan kaidah morphologi. Selanjutnya, anak-anak
menunjukkan kemajuan sangat pesat dalam penguasaan phonologi, sintaksis, semantik, dan
pragmatik.
Perkembangan bahasa anak usia SD terjadi dengan pesat. Sesuai dengan perkembangan
kognitifnya, anak usia 6 tahun mempunyai kosa kata ekspresif sekitar 2.600 kata dan kosa
reseptif sekitar 20.000-24.000 kata. Kalimat mulai bagus dan kompleks, dengan menggunakan
hampir semua unsur kalimat. Pada usia 8 tahun anak-anak sudah banyak bicara, suka membual,
serta mulai mengungkapkan ide dan masalah secara verbal. Namun, mereka masih menunjukkan
kesulitan dengan hubungan komparatif. Pada usia 10 tahun, sebagian besar waktu mereka
manfaatkan untuk berbicara, sehingga pemahaman bertambah baik dan tentu saja penguasaan
kosakata bertambah terus. Akhirnya, pada usia 12 tahun, kosakata reseptif anak sudah sekitar
50.000 kata. Mereka sudah mulai menggunakan ungkapan, kata-kata bersayap, sehingga gaya
bahasa mereka sudah seperti orang dewasa.
Perkembangan bahasa anak hendaknya dijadikan acuan oleh guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran karena bahasa terkait dengan seluruh mata pelajaran. Penguasaan
bahasa secara baik akan berpengaruh terhadap keaktifan anak dalam semua mata pelajaran.
Karena itu, tugas-tugas, latihan, atau kegiatan yang diberikan untuk anak SD dan SMP haruslah
bervariasi, mulai dari menjawab dengan satu kata, bagian kalimat, dengan kalimat tunggal atau
kompleks, dan kemudian dalam bentuk uraian. Hal ini tentu harus dilakukan secara bertahap,
sesuai dengan karakteristik bahasa yang mereka miliki.
Pertumbuhan fisik-motorik anak usia sekolah (6-12 tahun) menunjukkan pencapaian yang besar
dalam koordinasi, baik dalam motorik halus, maupun motorik kasar. Bersamaan dengan
pertumbuhan tersebut, anak usia 6 tahun telah mulai menguasai koordinasi dan keseimbangan,
sehingga mereka mampu naik sepeda dan melempar bola dengan baik. Namun, untuk semua
kemampuan ini, anak-anak memerlukan latihan, yang lamanya bervariasi sesuai dengan jenis
keterampilan yang akan dikuasai dan kondisi fisik- motorik masing-masing anak. Sepanjang
masa perkembangan ini, secara berangsur-angsur anak-anak akan menunjukkan koordinasi fisik
yang memungkinkan mereka melakukan berbagai gerakan.
Perkembangan fisik-motorik anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan terutama
keadaan sosial-ekonomi keluarga. Faktor gizi banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik
anak dan kesehatannya, dan pada gilirannya, faktor kesehatan juga berpengaruh terhadap
perkembangan fisik anak. Kondisi fisik anak usia SD pada umumnya seragam, terutama bila
latar belakang sosial-ekonomi keluarga sama. Perkembangan fisik pada masa ini lambat dan
relatif seragam; namun, ketika mulai memasuki usia 12 tahun, yaitu masa adolesen atau pubertas,
perkembangan fisik menjadi sangat pesat.
Perkembangan motorik, yaitu gerakan yang merupakan koordinasi antara otak, otot, dan syaraf
terjadi sangat pesat, baik motorik kasar (gerakan yang bertumpu pada tangan dan kaki) maupun
motorik halus (gerakan yang bertumpu pada kecekatan jari). Menjaga keseimbangan badan juga
sudah mulai dikuasai, sehingga anak-anak SD dan SMP sudah mampu mengikuti berbagai
permainan.
Guru Olah Raga atau Penjaskes wajib memahami perkembangan fisik-motorik anak dengan baik
sehingga mampu merancang berbagai latihan/permainan yang sesuai dan bermanfaat bagi
perkembangan fisik-motorik anak. Demikian pula guru kelas, khususnya kelas 1, 2, 3 harus
memperhatikan keterampilan motorik halus anak, khususnya ketika menulis dan menggambar
atau kerajinan tangan, sehingga dapat memberi bantuan/latihan yang tepat.
Materi sesi 8
1. Prinsip dasar yuridis, ideologis, dan historis-kultural, serta implikasinya
bagi penyelenggaraan pendidikan SD dan SMP.
Materi sesi 9
1. Hakikat Teknologi Informasi dalam Pembelajaran