Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANEMIA

1. Konsep Dasar Medis Anemia


A. Pengertian Anemia
Anemia adalah keadaan yang menunjukan rendahnya hitung sel darah
merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit dibawa normal. Anemia bukan
merupakan suatu penyakit tunggal, melainkan merupakan pencerminan
terhadap keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi tubuh. Secara
fisiologis, anemia terjadi apa bila terhadap kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkat oksigen ke jaringan. Prevelensi anemia di Indonesia
menurut kelompok populasi paling sering terjdi pada populasi wanita dewasa
hamil dengan prevelensi 50-70%, di ikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%,
laki-laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia sekolah 25-35% (Handayani &
Haribowo, 2008).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan
keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang berada tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laborotoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani & dapat
menggunakan Haribowo, 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia kriteria WHO pada tahun
1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & andi, 2008) :

1) Laki-laki dewasa Hb <13gr/dl


2) Perempuan dewasa tidak hamil Hb <12 gr/dl
3) Perempuan dewasa hamil Hb <11 gr/dl
4) Anak usia 6-14 tahun Hb <12 gr/dl
5) Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11 gr/dl

2
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktek klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani &
Haribowo. 2008).
1) Hb < 10 gr/dl
2) Hematokrit < 30%
3) Eritrosit < 2,8 juta/m
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah (Handayan & Haribowo. 2008).
1) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
2) Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
4) Berat Hb < 6 gr/dl
B. Anatomi dan Fisiologi Anemia
1. Tinjauan Anatomi Anemia
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium
transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal
dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap organ tidak
sama, bergantung pada usia, pekerjaan serta keadaan jantung atau pembuluh
darah. Darah terdiri atas 2 kompunen utama, yaitu sebagai berikut (Varney H,
2006).
1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± reed blood cell

3
Gambar Anatomi Sel Darah
(Sumber Verizarie, 2019)

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet
2. Tinjauan Fisiologi Anemia
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Cairan darah tersusun atas
kompunen sel yang tersupensi dalam plasma darah. Sel darah terbagi menjadi
eritrosit (sel darah merah, normalnya 5 ribu per mm2 darah) dan leukosit (sel
darah putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm2 darah). Terdapat
sekitar 500 sampai 1000 eritrosit tiap satu leukosit. Leukosit dapat berada dalam
beberapa bentuk : eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu
dalam supensi plasma, ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut
trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per mm2 darah).
Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% sampai 45% volume
darah. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah
terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental. Warnanya ditentukan oleh
hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume darah manusia
sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah
bersikulasi di dalam sistem veskuler dan berperan sebagai penghubung antara
organ tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang
diabsorbsi oleh traktus gastroinestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel.

4
Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme
sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan di transformasi dan dibuang keluar dari
tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran atau
tujuan. Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada dalam keadan
cairan normal. Karena berupa cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan darah
dari sistem vasekuler akibat trauma. Untuk mencegah bahaya ini, darah
memiliki mekanisme pembentukan yang sangat peka yang diaktifkan setiap saat
diperlukan untuk menyumbat kebocoran pada pembuluh darah. Pembekuan
yang berlebihan ini juga sama bahayanya karena potensial menyumbat aliran
darah kejaringan vital. Untuk menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki
mekanisme febrinolitik yang kemudian akan melarutkan bekuan yang
berbentuk dalam pembuluh darah. Darah dan kompunennya mempunyai fungsi
lainnya, yaitu :
1) Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sisa
metabolisme, dan air)
2) Trasportasi hormon menuju organ terget dan enzim menuju sel tubuh
3) Termogulasi (pengatur suhu tubuh)
4) Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)
5) Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui
buffervdan asam amino yang ada di dalam plasma
6) Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan
pembekuan darah
C. Etiologi Anemia
1. Anemia mikrostik (penurunan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan zat baru
2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis
yang mengakibatkan tidak ada kuatnya kandungan hemoglobin)
3) Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di
temukan di Asia Tenggara)
4) Keracunan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)

5
2. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)
6) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
7) Kehilangan sel darah merah akut
8) Gangguan hemolisis darah
9) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
10) Gangguan C hemoglobin
11) Sterocitosis banyak di temukan di Eropa Utara
12) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)
13) Anemia hemolitik (efek samping obat)
14) Anemia hemolisis autoimun
3. Penurunan produksi sel darah merah
15) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam jiwa)
16) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
4. Ekspansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan.
D. Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,
atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam
sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotel, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam
fagositi akan masuk aliran darah. Kapan sel darah merah mengalami terkirim
dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Kapan
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, maka
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam kencing.
Pada dasar gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoreksia organ
targetkarena berkurang jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke
jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua
penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia
(Handayani, 2008).
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum-sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya.

6
Kegagalan sum-sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksin,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini
dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1
mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik
pada sklera.
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
6) Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya kelainan sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja eritrosit berjalan
normal. Kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sabit sel
anemia, gangguan sumsum tulang dan batang sel anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
7) Anemia akibat sel darah merah
Bila sel darah merah yang berada terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
jadi menimbulkan anemia hematolik. Penyebab anemia hematolik yang
diketahui antara lain:
(1) Keturunan, seperti sabit sel anemia dan talesemia
(2) Adanya stresor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan

7
(3) Toksin dari penyakit hati dan ginjal kronis
(4) Autoimun
(5) Pemasangan korupsi, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis.
8) Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada pendarahan akut yang hebat atau pada
pendarahan yang berlangsung perlahan-lahan namun kronis. Jadi kronis
umunya muncul akibat gangguan pecernaan (misal radang perut, wasir,
atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat-obatan yang
mengakibatkan ulkus atau radang perut, menstruasi, dan proses kelahiran.
E. Tanda dan Gejala Anemia
Tanda dan gejala yang timbul pada anemia menurut (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Lemas dan cepat lelah.
2. Sakit kepala dan pusing.
3. Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan.
4. Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
5. Detak jantung tidak teratur.
6. Napas pendek.
7. Nyeri dada.
8. Dingin di tangan dan kaki.

F. Manifestasi klinis yang sering muncul


9) Pusing
10) Mudah berkunang-kunang
11) Lesu
12) Aktifitas kurang
13) Rasa mengantuk
14) Susah berkonsentrasi
15) Mudah lelah
16) Conjungtiva pucat
17) Gelisah

8
G.. Gejala khas masing-masing anemia
1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi
2) Ikterus,urin berwarna kuning tua/coklat
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia keganasan
4) Keletihan
5) Kelemahan
6) Malaise umu
7) Kehilangan produktifitas : penurunan semangat
bekerja H. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum: Pucat, takikardi, pulsus celer, suara pembuluh
darah, spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran
jantung.
2) Manifestasi khusu pada anemia :
(1) Defisiensi besi : Spoon nail, glositis
(2) Defisiensi B12 : Paresis, ulkus ditungkai
(3) Hemolitik : Ikterus, spelenomegali
I. Pemeriksaan Diagnostik Anemia
1. Pemeriksaan laboratarium
1) Tes penyaringan, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk marfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada
kompunen-kompunen berikut ini: Kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
(MCV, dan MCHV), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia, hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan dihitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: Pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: Pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi
dengan diagnosis awal yang memiliki kompunen berikut ini:
(1) Anemia defisiensi besi: Serum ion, TIBC, saturasi, transferin, dan feritin
serum.

9
(2) Anemia megaloblastik: Asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
(3) Anemia hemolitik: Hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
(4) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. .Pemeriksaan laboratarium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
faal hati, biakan kuman.
3. .Radiologi: Thorax, bonne survey, USG, atau linfangiografi.

4. .Pemeriksaan sitologenik
5. Pemeriksaan biologi mokekuler (PCR : polymerase chain raction, FISH: fluorescense
in situ hybridization) (Nanda, Nic, Noc, 2015 : 37).
J. Penatalaksanaan Anemia

Penatalaksaan anemia diajukan untuk mencari penyebab dan menganti darah


yang hilang, penatalaksaan anemia berdasarkan penyebabna, yaitu:
18) Anemia apaplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyle globin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
19) Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian zat besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
20) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan
tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. 0engan menanganikelainan
yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
21) Anemia defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5% gr.
22) Anemia megaloblastik
(1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injek IM.

10
(2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
(3) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
(4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi.
Penanganaanya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari
secara IM.
23) Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
24) Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah mengantikan darah
hemolisis (Nanda, Nic, Noc, 2015:38).
K. Komplikasi Anemia
Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)
25) Perkembangan otot buruk
26) Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
27) Interaksi sosial menurun
28) Daya konsentrasi menurun.
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru
dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark
tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan
dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal
berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria
yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007).
1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek

11
3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
6) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer,
pendarahan
7) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput
humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)
8) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.
2. Konsep Dasar Keperawatan Anemia
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilatif, dan preventif perawatan
kesehatan. Untuk sampai dalam hal ini, profesi keperawatan telah
mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang mengabungkan elemen yang
paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan
dari sistem teori, dengan menggunakan metodee ilmiah (Doenges, Moorhouse
dan Gaissler, 2014).
Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses
yang terdiri atas tiga tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang
didasarkan metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, dan
penganalisaan temuan. Kajian selama bertahun-tahun, penggunaan dan
perbaikan telah mengarahkan perawat dengan pengembangan proses
keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit (pengkajian, identifikasi
masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yang memberikan metode
efisien tentang pengorganisasian proses berpikir untuk pembuatan keputusan
klinis. Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan
memberikan asuhan pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi
dalam berbagai situasi (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 2014). Dalam
proses keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaan,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian klien dengan anemia menurut Doenges, Moorhouse dan
Geissler (2014) adalah :

12
1. Aktivitas/Istirahat
1) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktifitas,
penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap letihan rendah,
kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
2) Tanda : Takikardia/takipnea ; dispnea pada bekerja atau istirahat, latergi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot
dan penurunan kekuatan, antaksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lainnya yang menunjukan keletihan.
2. Sirkulasi
3) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis. Perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (defisiensi berat), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan), riwayat endocarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia
kompensasi)
4) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postular, disritmia : abnormal EKG, misal depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang takikardia, bunyi jantung mur-mur
sistolik (defisiensi besi), ekstremitas (warna) pucat pada kulit dan membran
mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Catatan : pada
pasien kulit hitam, pucat dan tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terang, sclera biru atau putih
seperti mutiara, pengisian kapiler lambat (penurunan aliran darah ke perifer
dan vasokonstriksi kompensasi), kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonika) rambut kering, mudah putus,, menipis, tumbuh uban secara
premature.
3. Integritas ego
5) Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan ini,
penolakan transfusi darah.
6) Tanda : Depresi
4. Eliminasi
7) Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorbsi
(defisiensi besi), hematemesis, fases dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi, penurunan haluaran urine.

13
8) Tanda : Distensi abdomen
5. Makanan/cairan
9) Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/
masukan produk sereal tinggi (defisiensi besi), nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/ muntah, dispepsia, anoreksia,
adanya penurunan berat badan.
10) Tanda : Lidah tampak merah daging / halus (AP : defisiensi asam
folat dan B12), membran mukosa kering atau pucat, turgorkulit buruk, kering
tampak kisut/ hilang elastisitas (defisiensi besi), stomatitis dan glositis (status
defisiensi), bibir selitis misal inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6. Hygiene
11) Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapih
7. Neurosensori
12) Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan dan
bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, parastesia
tangan/ kaki, klaudikasi, sensasi menjadi dingin.
13) Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis,
mental: tak mampu berespon lambat dan dangkal, oftalmik: hemoragis retina
(aplasti, AP), epitaksis, pendarahan dari lubang-lubang (aplastik), gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar dan posisi, tanda rombeng positif,
paralisis (AP).
8. Nyeri/ kenyamanan
14) Gejala : Nyeri abdomen sama, sakit kepala (defesiensi besi)
9. Pernapasan
15)Gejala : Riwayat Turbokulosis paru, abses baru, napas pendek pada
istirahat dan aktivitas.
16) Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
10. Keamanan
17) Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misak
benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen. Riwayat terpajan pada radiasi
baik sebagai pengobatan atau kecelakaan, riwayat kanker, terapi kanker,
tidak toleran

14
terhadap dingin dan/atau panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan
pengelihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
18)Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum, petekie dan ekimosis (aplastik)
11. Seksualitas
19) Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misal menoragia atau amenore
(defisiensi besi), hilang libido (pria dan wanita).
20) Serviks dan dinding vagina pucat
12. Penyuluhan/ pembelajaran
21) Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia (DB/ AP),
penggunaan anti konvulsan masa lalu/ saat ini, antibiotic, agen kemoterapi
(gagal sumsum tulang), aspirin, obat antiinflamasi atau antikoagulan,
penggunaan alcohol kronis, adanya/ berulangnya episode perdarahan aktif
(defesiensi besi), riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit
seliak atau penyakit malabsorpsi lain, enteristik regional, manifestasi cacing
pita, poliendokrinopati, masalah autoimun (misal antibody pada sel parietal,
faktor intristik, antibody tiroid dan sel T), pembedahan sebelumnya misal
splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup prostetik, eksisi bedah
duodenum atau reaksi gaster, gastrektomi parsial/ total (DB/AP), riwayat
adanya masalah dengan penyembuhan luka atau pendarahan, infeksi kronis,
penyakit granulomatous kronis atau kanker (sekunder anemia).

15
B. Pathway Anemia

Perdarahan saluran cerna, Defisiensi zat besi, Overaktif RES, produksi


uterus, hidung, luak vitamin B12, asam folat SDM abnormal

Kehilangan sel dara merah Penurunan Fe disumsum


Penghancuran sel darah
tulang
merah meningkat

Produksi sel darah


merah menurun

Pertahanan sekunder tidak adekuat


Penurunan jumlah Resiko infeksi
eritrosit
Efek
Penurun kadar Hb gastrointestinal

Kompensasi jantung Gangguan


Kompensasi paru
penyerapan nutrisi
dan defisiensi folat
Beban kerja dan curah Peningkatan
jantung meningkat frekuensi napas
Glositis berat
(lidah meradang),
Dispnea (kesulitan diare, kehilangan
Takikardia, angina (nyeri bernapas) nafsu makan
dada), iskemia
miokardium, beban
Hipoksia Intake nutrisi turun
kerja jantung meningkat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan perfusi Lemah lesu, parastesia,
kebutuhan tubuh
jaringan perifer nyeri akut mati rasa, ataksia,
gangguan koordinasi,
binggung

Peningkatan Palpitasi
kontraktilitas Defisit perawatan diri Ketidakefektifan
Intoleran aktifitas pola nafas
Penebalan dinding Kardiomegali

16
C. Diagnosis keperawatan
1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin
2) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
dibuktikan dengan klien tampak lemah
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan dibuktikan dengan klien tampak mengantuk
D. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Perfusi perifer Setelah dilakukan 1. Periksa
tidak efektif Tindakan sirkulasi
berhubungan keperawatan selama perifer
dengan 1 x 24 jam 2. Pemantauan
penurunan diharapkan perfusi tanda-tanda
konsentrasi perifer meningkat vital
hemoglobin dengan kriteria hasil 3. Anjurkan
DS : : program
o Klien 1. Warna kulit rehabilitasi
tampak tidak pucat vascular
pusing 2. kekuatan nadi
o Klien perifer
mengatakan meningkat
badannya 3. Pengisian
lemas kapiler
membaik
DO :
o Klien
tampak
pucat
o Konjungtiva
pucat
2 Keletihan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
berhubungan Tindakan kesiapan dan
dengan kondisi keperawatan selama kemampuan
fisiologis 1 x 24 jam menerima
(Anemia) diharapkan tingkat informasi
keletihan menurun 2. Identifikasi
DS : 1. Lesu gangguan fungsi
o Klien menurun tubuh yang
mengatakan 2. Verbalisasi mengakibatkan
pusing Lelah kelelahan
menurun 3. Anjurkan
17
DO : 3. Kemampuan Menyusun
o Klien melakukan jadwal aktifitas
tampak aktifitas dan istirahat
pucat meningkat 4. Kolaborasi
o Klien pemberian
tampak transfuse darah
lemah

3. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Identifikasi


tidur Tindakan pola
berhubungan keperawatan selama aktifitas dan
dengan 1 x 24 jam tidur
hambatan diharapkan pola 2. Modifikasi
lingkungan tidur klien membaik lingkungan
dengan kriteria hasil 3. Tetapkan
DS : : jadwal tidur
o Klien 1. Keluhan 4. Anjurkan
mengatakan sulit tidur menapati
sulit tidur menurun kebiasaan
o Klien 2. Keluhan waktu tidur
mudah istirahat
terbangun tidak cukup
menurun
DO : 3. Keluhan
o Klien pola tidur
tampak sayu berubah
o Konjungtiva menurun
pucat

18

Anda mungkin juga menyukai