Anda di halaman 1dari 3

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA RAGAM PADA MASYARAKAT KOMP.

PURN
TNI AU KOTA MAKASSAR:

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Muh. Husain Ali Akbar

Sastra Indonesia, Universitas Hasanuddin

Email: husain0203@gmail.com

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat yang digunakan suatu individu untuk berkomunikasi dengan individu
lainnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam
keberjalanan komunikasi. Dengan adanya bahasa, masyarakat lebih mudah untuk berinteraksi
dan dapat dimengerti oleh penutur dan lawan tutur.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang yang sering digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi di lingkungan sosial masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. (Iryani, 2017:1)
menyampaikan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam menyampaikan pesan
antar sesama. Dalam berbahasa orang Indonesia biasanya tidak menggunakan bahasa Indonesia
yang standar, namun kebanyakan orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia ragam. Chaer
dan Leonie (2004:62) mengatakan bahwa, ragam bahasa sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa.

Dalam bidang pendidikan, bahasa Indonesia menjadi bahasa utama yang digunakan pada saat
pembelajaran berlangsung. Akan tetapi, tidak sedikit masyarakat yang lebih menguasai bahasa
daerah dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bahasa ibu atau bahasa
pertama yang mereka dapat adalah bahasa daerah mereka masing-masing. Sehingga, bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua. (Kahaz dkk., 2019) Fenomena kebahasaan tersebut yang terjadi
khususnya di Indonesia, secara tidak langsung menganjurkan warganya untuk menguasai lebih
dari satu bahasa. Menurut Fishman dalam Iryani (2017:4) berpandangan bahwa diglosia bisa
terjadi pada masyarakat yang mengenal lebih dari dua bahasa, tidak hanya pada pada masyarakat
yang mengenal satu bahasa dengan dua ragam saja tetapi juga pada masyarakat yang mengenal
lebih dari dua bahasa. Fenomena diglosia menuntut si penutur untuk memilih bahasa yang
digunakan saat berinteraksi. Adanya fenomena diglosa ini, diharapkan kepada masyarakat untuk
tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama dalam situasi resmi.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
analisis, yaitu objek tentang bagaimana ragam bahasa yang digunakan saat berbicara dengan
seseorang. Teknik pengumpulan data dan analisis data yaitu, (1) mengamati keadaan penduduk
saat berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam Makassar, (2) mengumpulkan data,
berupa beberapa kalimat yang diucapkan saat berbicara, (3) mengidentifikasi data, kalimat
tersebut masuk ke dalam kategori ragam bahasa Indonesia makassar atau bahasa Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar masyarakat yang tinggal dalam kompleks Purn. TNI AU di PAI I ini
menggunakan dua bahasa dalam kegiatan sehari-hari, yakni bahasa Indonesia ragam Makassar
dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ragam Makassar biasanya digunakan oleh orang-orang
yang berasal dari Makassar dan sudah lama tinggal di kompleks tersebut, sedangkan bahasa
Indonesia biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang berasal dari luar
kompleks

Biasanya orang yang datang ke kompleks tersebut tidak terlalu memahami pembicaraan orang
yang telah lama tinggal dalam kompleks tersebut. Hal ini biasanya terjadi ketika kurir datang ke
kompleks tersebut untuk mengantarkan barang. Di bawah ini diberikan penggalan data yang
sehubungan dengan peristiwa tersebut.

Kegiatan: Penjelasan alamat rumah keluarga yang tinggal di Kompleks Purn TNI AU PAI I

Peserta: A, pria usia ± 23 tahun, Kurir barang

B, pria usia ± 45 tahun, salah satu penduduk di kompleks tersebut

Tempat Bahasa: Kompleks Purn TNI AU PAI I

A : Permisi pak, saya ingin bertanya. Rumah pak Burhan di mana ya? Soalnya saya
keliling-keliling dari tadi, tapi rumahnya belum ketemu.

B : Tena tong nakke kuassenginjo areng rikana Burhan.


A : Iya? Apa kita bilang pak, tidak terlalu saya mengerti apa yang kita bilang.

B : Tidak saya tau orang yang bernama Burhan itu. Cobaki beng cariki di sana. Atau
mungkin bisa kita tanya orang lain, mungkin saja ada yang tau.

Percakapan di atas menunjukkan adanya penggunaan bahasa Indonesia ragam Makassar.


Pertama-tama A menggunakan bahasa Indonesia, Permisi pak, saya ingin bertanya. Rumah pak
Burhan di mana ya? Soalnya saya keliling-keliling dari tadi, tapi rumahnya belum ketemu.
Kemudian B menggunakan bahasa Makassar yang tercampur dengan bahasa Makasaar, Tena
tong nakke kuassenginjo areng rikana Burhan. Mendengar hal tersebut membuat A ini tidak
paham yang dikatakan B, sehingga A membalas lagi dengan menggunakan bahasa Indonesia,
Iya? Apa kita bilang pak, tidak terlalu saya mengerti apa yang kita bilang. Karena menyadari
lawan bicaranya ini tidak memahami bahasa Makassar maka B menggunakan bahasa Indonesia
campur dialek Makassar untuk menyelesaikan percakapan tersebut. Berdasarkan hal ini, A
mempunyai keterbatasan untuk memahami bahasa Makassar yang digunakan B.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa penggunaan bahasa
Indonesia ragam di kompleks tersebut cukup banyak. Karena lingkungan sangat berpengaruh
terhadap penggunaan bahasa suatu individu. Asal daerah dan kemampuan berbahasa juga
menjadi salah satu faktor terjadinya diglosia.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A., Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Pribadi, N.R. (2017). Kajian Sosiolinguistik: Fenomena Diglosa Pada Mahasiswa Pendidikan
Bahasa Indonesia Angkatan 2017 UNS. Diakses dari https://osf.io/sfwx5/download/?
format=pdf tanggal 8 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai