Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANTROPOLOGI SASTRA DALAM CERPEN DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON


KARYA FAISAL ODDANG

DISUSUN OLEH:
MUH. HUSAIN ALI AKBAR (F011201026)

FAKULTAS ILMU BUDAYA


PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………………………………………………...………1


1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………….……….1
1.3 Teori………………………....…………………………………………………………….…..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian antropologi sastra dalam cerpen berjudul Di rubuh tarra, dalam rahim pohon karya
Faisal Oddang………………………………………………………………………………...4
2.1.1 Bahasa……………………………………………………………………………..5
2.1.2 Mata pencaharian………………………………………………………………….6
2.1.3 Budaya adat istiadat……………………………………………………………….6
2.1.4 Rumah adat………………………………………………………………………..7

BAB III PENUTUP


Simpulan…………………………………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berbagai macam teori sudah digunakan untuk mencoba memahami karya sastra,
khususnya dalam menganalisis karya sastra sebagai kajian ilmiah. Seiring dengan
berkembangnya zaman, beragam kajian dan analisis sastra pun bermunculan untuk
membedah karya sastra berdasarkan dari kajian-kajian mutakhir. Karya sastra tersebut
kemudian di analisis menggunakan berbagai macam kajian, sehingga maksud dari penulis
dapat tersampaikan kepada pembaca. Salah satu sari sekian banyak kajian tersebut adalah
kajian antropologi sastra.
Di Indonesia antropologi sastra belum terlalu banyak mendapatkan perhatian,
sehingga perkembangannya pun masih kalah dari psikologi sastra dan sosiologi sastra
yang telah bergerak lama di Indonesia. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena belum
ada yang mau memperhatikan antrologi sastra sebagai suatu kajian yang penting bagi
perkembangan karya sastra di Indonesia, dalam kaitannya dengan hubungan sastra dan
budaya masyarakat.
Sudah jelas bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan social dan budaya
masyarakat, lewat sastra dapat diketahui pandangan suatu masyarakat, sastra juga
mewakili kehidupan dalam arti kenyataan social. Cerpen yang merupakan bagian dari
salah satu karya sastra yang didalamnya terlukis berbagai macam kehidupan social,
politik, ekonomi, agama dan budaya masyrakat, tentunya harus ada apresiasi dari
penikmat sastra terhadap karya sastra yang elah dihasilkan oleh para sastrawan.
Sebagai salah satu bentuk perhatian terhadap karya sastra berupa cerita pendek
(cerpen), peneliti tertarik utuk meganalisis cerpen yang berjudul Di tubuh tarra, dalam
rahmi pohon karya Faisal Oddang dengan menggunakan kajian antropologi sastra.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan maka untuk memudahkan
peneliti rumusan masalah yang akan kami ambil adalah; bagaimana antropologi sastra
dalam cerpen yang berjudul Di tubuh tarra, dalam Rahim pohon karya Faisal Oddang?
1.3 Teori
Konsep antropologi sastra dapat dilihat dari dua kata yang membangunnya, yaitu
antropologi dan sastra. Kedua ilmu itu memiliki makna tersendiri. Masing-masing
sebenarnya merupakan sebuah disiplin keilmuan humanistis. Yang menjadi bahan
penelitian antropologi sastra adalah sikap dan perilaku manusia lewat fakta-fakta sastra
dan budaya. Terlebih lagi jika pembaca mendalami sastra ajaran, tentu dapat menyelami
budayanya. Pandangan klasik memang selalu mengajak agar pembaca mendefinisikan
sastra sebagai ekspresi ajaran budaya leluhur.

Antropologi adalah penelitian terhadap manusia. Yang dimaksud dengan manusia


adalah sikap dan perilakunya. Menurut Haviland (1984:7) antropologi adalah penelitian
tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat bagi
manusia untuk menuntun perilaku dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman budaya.

Antropologi sastra berupaya meneliti sikap dan perilaku yang muncul sebagai
budaya dalam karya sastra. Manusia sering bersikap dan bertindak dengan tata krama.
Tata krama memuat tata susila dan unggah-ungguh bahasa yang menjadi ciri sebuah
peradaban. Sastra sering menyuarakan tata krama dalam interaksi budaya satu sama lain
yang penuh simbol. Dalam konteks antropologi sastra, sastra adalah karya yang
merefleksikan budaya tertentu. Secara umum, antropologi diartikan sebagai suatu
pengetahuan atau penelitian terhadap sikap dan perilaku manusia.

Sastra adalah karya tentang sikap dan perilaku manusia secara simbolis. Sastra
dan antropologi selalu dekat. Keduanya dapat bersimbiosis dalam mempelajari manusia
lewat ekspresi budaya. Sastra banyak menyajikan fakta-fakta imajinatif. Antropologi
yang bergerak dalam fakta imajinatif dapat disebut antropologi sastra. Interdisiplin ini
memang tidak dikenal di Jurusan Antropologi, tetapi mewarnai penelitian di Jurusan
Sastra.

Aspek antropologis sastra meliputi keseluruhan karya sekaligus menunjukan


bahwa karya antropologisastra merupakan model pendekatan yang penting. kajian
antropologi sastra adalah usaha untuk mencoba memberikan identitas terhadap karya
sastra dengan menganggapnya sebagai mengandung aspek tertentu yaitu hubungan ciri-
ciri kebudayaannya. Sebagai sebuah analisis, maka yang dinilai adalah unsur-unsur
itu juga bagaimana pengarang menceritakan, menarasikan, sehingga kerinduan yang
dimaksudkan terwujud secara baik, estetetis. 

Secara antropologis karya sastra sebagai media untuk mengungkapkan kehidupan


contohnhya mengungkapkan aspek-aspek kebudayaan kehidupan orang Jawa, minang,
Bali dan sebagainya. Antropologi sastra dengan demikian memilik kaitan erat dengan
kajian budaya, disatu pihak sebagai salah satu pendekatan interdisipliner, sebagai
interdisplin ilmu dalam rangka menopang eksistensi karya sastra, sosiologi sastra, dan
antropologi sastra di anggap telah mewakili keseluruhan aspek ekstrinsiknya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian antropologi sastra dalam cerpen berjudul Di rubuh tarra, dalam rahim pohon
karya Faisal Oddang

Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai cerpen yang berjudul Di tubuh tarra, dalam
rahim pohon karya Danuri Muhammad berdasarkan kajian ilmu interdesipliner antropologi sastra
akan dijelaskan dulu mengenai cerpen terlebih dahulu. Cerpen merupakan salah satu jenis karya
sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat
tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif
yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas
dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana
sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari
10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh
saja dalam cerita pendek tersebut.

Dalam menganalisis unsur kebudayaan dalam sastra, Koentjaraningrat (1992) membatasi


unsur kebudayaan menjadi tujuh bagian yaitu: pertama, peralatan kehidupan manusia seperti;
rumah, pakaian, alat-alat rumah tangga, dan berbagai peralatan yang dikaitkan dengan kebutuhan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pencaharian seperti; pertanian, peternakan,
perikanan dengan sistem ekonomi dan produksinya masing-masing. Ketiga, kesenian dengan
berbagai jenisnya seperti; seni rupa, seni suara, seni gerak. Keempat, sistem religi berbagai
bentuk pengalaman manusia dalam kaitannya dengan subjektivitas, keyakinan, dan berbagai
kepercayaan. Kelima adalah Bahasa; Bahasa merupakan unsur-unsur budaya menurut
Koentjaraningrat berupa alat bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi dengan sesamanya. Keenam, sistem pengetahuan; sistem pengetahuan yang menjadi
bagian dari unsur-unsur budaya menurut Koentjaraningrat berkaitan dengan sistem peralatan
hidup dan teknologi, karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide
manusia. Ketujuh, organisasi sosial; Kehidupan dalam setiap kelompok masyarakat diatur oleh
adat istiadat dan aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia
hidup.
2.1.1 Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah bahasa sehari-hari suku Toraja
(Sulawesi selatan). Bahasa yang mencerminkan ciri khas budaya masyarakat tertentu
akan tampak dari istilah-istilah kedaerahan yang dimiliki budaya lain. Dalam cerpen Di
tubuh tarra, dalam rahim pohon istilah bahasa yang digunakan menggambarkan
kebudayaan minang. Bahasa keseharian tersebut adalah:
- Passiliran yang mempunyai arti kuburan bayi di Toraja. Kutipan yang mendukung
pernyataan tersebut dalam cerpen adalah sebagai berikut.
“Di Passiliran ini, kendati begitu ringkih…”
- Indo yang mempunyai arti ibu dalam bahasa Toraja. Kutipannya adalah sebagai
berikut.
“tubuh Indo tidak pernah menolak memeluk anak-anaknya…”
- Ambe mempunyai arti ayah dalam bahasa Toraja. Kutipannya adalah sebagai berikut.
“Pemuda kusut itu ambeku”
- Eran mempunyai arti tangga dalam bahasa Torja. Kutipannya adalah sebagai berikut.
“Kulihat kerabatmu menegakkan eran di tubuh Indo untuk mereka panjati”
- Pemali mapangngan buni’ mempunyai arti larangan berzinah dalam bahasa Toraja.
Kutipannya adalah sebagai berikut.
“Dia sudah menyalahi pemali mappangngan buni. Ia berzinah,”
- Tokapua dalam bahasa toraja mempunyai arti bangsawan. Kutipannya adalah sebagai
berikut.
“Sudah kuduga, kau keturunan tokapua”
- Tomakaka yang mempunyai arti kasta menengah dalam bahasa Toraja. Kutipannya
adalah sebagai berikut.
“Bagi tomakaka sepertiku, tak ada yang lebih hina dari salah bertutur kepadamu.”
- Tobuda yang mempunyai arti kasta terendah dalam bahasa Toraja. Kutipannya adalah
sebagai berikut.
“…kau tahulah kami ini hanya tomakaka, bahkan ada tobuda, tak seberapa nyali
kami untuk melancangi kaum junjungan sepertimu.”
- Puang matua dalam bahasa Toraja mempunyai arti Tuhan. Kutipannya adalah sebagai
berikut.
“Saat Puang Matua membawa arwahku…”
- Rampanan kapa dalam bahasa Toraja mempunyai arti pesta pernikahan. Kutipannya
adalah sebagai berikut.
“Ambemu tokapua, sama seperti indomu, tak ayal, rampanan kapa harus dihelat
mewah di tongkonan mereka.”
2.1.2 Mata pencaharian
Mata pencaharian yang ditemukan dalam cerpen Di tubuh tarra, dalam rahim
pohon di antara lain.
1. Petani, kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut.
“…di hari biasa ia menggarap sawah.”
2. Pemandu wisata, kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai
berikut.
“Ambe menyambi pemandu saat bulan-bulan wisata…”
2.1.3 Budaya adat istiadat
Edward B. Taylor mengatakan bahwa selain kepercayaan, adat istiadat juga
termasuk ke dalam kebudayaan. Budaya adat istiadat yang ditemukan dalam cerpen Di
tubuh tarra, dalam rahim pohon diantara lain:
1. Dalam cerpen tersebut terdapat upacara adat yang dilakukan ketika seorang anak
yang telah meninggal dan giginya belum tumbuh, maka anak tersebut akan
dimakamkan dalam Tarra. Tarra adalah pohon besar berdiameter hingga 3 m yang
dijadikan tempat mengubur bayi di Toraja. Kutipannya adalah sebagai berikut.
“Di Passiliran ini, kendati begitu ringkih, tubuh Indo tidak pernah menolak memeluk
anak-anaknya. Di sini, di dalam tubuhnya—bertahun-tahun kami menyusu getah.
Menghela usia yang tak lama. Perlahan membiarkan tubuh kami lumat oleh waktu—
menyatu dengan tubuh Indo. Lalu kami akan berganti menjadi ibu—makam bagi
bayi-bayi yang meninggal di Toraja. Bayi yang belum tumbuh giginya. Sebelum
akhirnya kami ke surga.”
2. Upacara adat selanjutnya yang terdapat dalam cerpen ini adalah upacara kematian
Rambu solo. Rambu Solo adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang
mewajibkan keluarga almarhum membuat sebuah pesta sebagi tanda penghormatan
terakhir pada mendiang yang telah pergi. Kutipannya adalah sebagai berikut.
“Kudengar kabar, keluarga Allo Dopang akan mengadakan rambu solo untuk mayat
tanggungannya yang masih sakit dalam tongkonan.”
3. Kemudian upacara adat yang selanjutnya terdapat dalam cerpen ini adalah upacara
pernikahan. Kutipannya adalah sebagai berikut.
“Ambemu tokapua, sama seperti indomu, tak ayal, rampanan kapal harus dihelat
mewah di tongkonan mereka. Tak boleh tidak. Kalau lancang menghindar, tulah
akan menimpa. Katamu, kematianmu berawal dari sana. Kendatipun bukan pokok
perkara, pernikahan mewah orangtuamu yang membuatmu mati sebelum sempat
mengecapi dunia lebih lama. Sama sepertiku. Seperti anak-anak Indo yang lain.”

Pada kutipan di atas, disebutkan bahwa Ambe(Ayah) dan Indo (ibu) dan Rundama
adalah seorang Tokapua (bangsawan). Dalam adat Toraja, jika Tokapua ingin menikah
maka harus menggelar Rundama kapa (upacara pernikahan) yang mewah tidak boleh
pernikahan yang sederhana. jika bersikeras menggelar pernikahan yang sederhana maka
kedua pengantin tersebut akan ditimpa tulah (kemalangan) dan kehidupan pernikahan
mereka akan diterpa berbagai masalah.

2.1.4 Rumah adat


Dalam cerpen Di tubuh tarra, dalam rahim pohon ditemukan kutipan-kutipan
yang membahas tentang rumah adat Toraja yaitu Tonkonan. Kutipannya adalah sebagai
berikut.
“…Indomu meringis. Kepalamu mendabik keras lantai tongkonan.”
“…keluarga Allo Dopang akan mengadakan rambu solo untuk mayat tanggungannya
yang masih sakit dalam tongkonan”
“Tongkonan tampak gegap malam itu. Suara-suara riuh. Wajah-wajah penuh peluh.”
Kutipan-kutipan diatas adalah kutipan yang membahas mengenai rumah adat suku
Toraja. Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja, yang merupakan tempat tinggal,
kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya orang Toraja. Arsitektur
tongkonan dikenal dengan bentuknya yang khas melalui struktur bawah, tengah dan atas
yang memiliki keindahan estetika struktur dan konstruksinya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut.

1. Antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di dalamnya


terkandung unsur-unsur antropologi. Dalam hubungan ini jelas karya sastra
menduduki posisi dominan, sebaliknya unsur-unsur antropologi sebagai
pelengkap.
2. Hal terpenting dalam menentukan atau mengategorikan sebuah karya sastra,
apakah termasuk dalam sosiologi sastra, psikologi sastra ataupun antropologi
sastra yaitu dengan ciri-ciri yang lebih kuat yang muncul dalam pembahasan isi
karya sastra itu sendiri.
3. Sebagai sebuah pendekatan baru dalam dunia sastra, maka antropologi sastra
memiliki tugas yang sangat penting untuk mengungkapkan aspek-aspek
kebudayaan, khususnya kebudayaan masyarakat tertentu. Karya sastra, dalam
bentuk apapun, termasuk karya-karya yang dikategorikan sebagai bersifat realis
tidak pernah secara eksplisit mengemukakan muatan-muatan yang akan
ditampilkan, ciri-ciri antropologi yang terkandung di dalamnya.
4. Kajian antropologi sastra dalam cerpen Di tubuh tarra, dalam rahim pohon karya
Faisal Oddang menemukan beberapa bahasa yang digunakan adalah bahasa
Toraja, dari segi mata pencaharian diketahui bahwa orang Toraja biasa bekerja
sebagai petani dan pemandu wisata jika bulan-buan wisata telah tiba, dari segi
adat istiadat dalam cerpen ini sangat kental akan adat istiadatnya dari judulnya
saja telah di terangkan mengenai adat pemakaman bayi dalam suku Toraja, dan
yang terkahir adalah rumah adat.
DAFTAR PUSTAKA
Suaka, I Nyoman. 2019. Kebudayaan Pesisir dalam Antologi Cerpen Ziarah Bagi yang Hidup:
Kajian Antropologi Sastra. WACANA SARASWATI. 19(1).
https://jurnal.ikipsaraswati.ac.id/index.php/wacanasaraswati/article/view/37, diakses pada
tanggal 29 November 2021 pukul 18.45
Ratna, I Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra: Perkenalan awal. METASASTRA. 4(2), 150-
159.
Unknown. 2017. Cerpen Di tubuh tarra, dalam Rahim pohon oleh Faisal Oddang.
https://candumembaca.blogspot.com/2017/05/cerpen-di-tubuh-tarra-dalam-rahim-pohon.html?
m=1, diaskes pada tanggal 29 November 2021 pukul 17.55
www. Wikepedia.com. Rambu solo. https://id.wikipedia.org/wiki/Rambu_Solo%27, diakses
pada tanggal 29 November 2021 pukul 18.52
www. Wikepedia.com. Tongkonan. https://id.wikipedia.org/wiki/Tongkonan, diakses pada
tanggal 29 November 2021 pukul 17.56

Anda mungkin juga menyukai