1. a. Jelaskan perbedaan konseling keluarga dan konseling individual!
Jawab : Pada konseling individual lebih menekankan pada permasalahan klien sehingga memandang klien sebagai pribadi yang otonom, sedangkan dalam konseling keluarga menekankan permasalahan klien sebagai masalah “system” yang ada dalam keluarga sehingga memandang klien sebagai bagian dari kelompok tunggal atau satu kesatuan dengan keluarganya. b. Buat contoh kasus konseling keluarga dan konseling perkawinan! Jawab : 1) Identitas Klien Nama : (Inisial : ES) Pekerjaan : Ibu rumah tangga Problem : jenis KDRT adalah non verbal dan bukan siksaan fisik. Setiap hari didiamkan saja oleh suaminya. Bu ES merasa sedih karena dianggap seperti patung hidup saja. 2) Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tidak hanya berbentuk pemukulan saja. Banyak macam dari KDRT, namun yang lebih pedih bila KDRT tersebut menyerang psikis, seperti hinaan maupun malah didiamkan terus menerus, dianggap pajangan, tidak dimarahi, tidak disakiti, tidak juga dipedulikan. Apabila suami melakukan penyerangan psikis tersebut, istri akan merasa sedih dan marah juga. Seperti halnya kasus yang dialami oleh Bu ES, beliau sudah enam bulan ini merasa tidak diperhatikan oleh suaminya. Setiap suaminya pulang dari bekerja (Pak Parno bekerja sebagai pegawai kecamatan), hanya menyapa seperlunya saja dan selebihnya diam. Bahkan makan bersamapun tidak pernah, suaminya mendahului makan atau menunggu nanti setelah istrinyanya selesai makan barulah Pak Parno makan. Dari pernikahan tersebut, Pak Parno dan Bu ES dikaruniai dua orang anak. Anak pertama telah kuliah di perguruan tinggi di Surakarta dan anak kedua berusia berada di Pondok Pesantren Modern di Kebumen (dekat rumah orang tua Bu ES). Hubungan Pak Parno dengan kedua anaknya tetap baik, beliau masih perhatian dan sering bercanda apabila anak-anak liburan di rumah, hanya dengan Bu ES saja Pak Parno bermuka masam. Walau uang belanja tetap dicukupi, akan tetapi Bu ES tidak bahagia. Bu ES merasa sebagai istri tidak diapa-apakan, dianggap seperti patung penghias rumah. Kalaupun foto sekeluarga maupun pergi ketempat hajatan bersama hanya untuk menunjukkan bahwa keluarga Pak Parno sakinah. dan baik baik saja sehingga Bu ES merasa sebagai pelengkap. Bahkan dalam ceritanya Bu ES menangis dan berkata, "Lha memang aku ini apa? Patung? Diperlakukan dengan seenaknya saja, didiamkan saja, tidak boleh kerja dengan alasan rumah kosong siapa yang jaga. Kalau suami pulang masa nggak ada orang”. Bu Es benar-benar merasa sudah tidak diharapkan lagi, kalau malam hari Pak Parno berkumpul dengan bapak- bapak di tempat ronda dan tidur di depan televisi maupun di kamar anaknya (kalau anaknya tidur di kos), jadi sangat jarang Bu Es berbicara dengan Pak Parno. Terkadang Bu ES ingin bercerai saja, tetapi beliau masih sayang dengan suami dan anak-anaknya dan tidak mau apa bila rumah tangga yang sudah dibangun lama kandas. Dan juga Bu ES merasa Pak Parno begitu bukan karena orang ketiga, kalau harus bercerai juga sangat disayangkan.
2. Jelaskan dengan contoh mengapa konseling keluarga perlu diberikan di sekolah!
Jawab : Konseling keluarga adalah salah satu jenis layanan yang dilakukan oleh guru BK/konselor di sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang professional [guru BK/konselor] kepada klien/sasaran layanan melalui kegiatan yang terstruktur secara sistematis mulai dari need assessment, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta tindak lanjut dengan format dan setting layanan sesuai dengan kebutuhan, sehingga klien/konselor dapat memahami diri, memahami lingkungan, menerima diri, menerima lingkungan, berfikir secara objektif, bersikap secara positif, dan bertindak secara dinamis untuk memperoleh kehidupan yang mandiri dan sukses. Siswa sebagai peserta didik di sekolah berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang beragam, sehingga dimungkinkan banyak kassus siswa yang bersumber dari iklim kehidupan keluarga yang tidak sehat. Dimana banyak kehidupan siswa dipengaruhi oleh kehidupan keluarga. Dimana telah umum 6 diketahui bahwa iklim keluarga banyak menentukan keadaan dan kestabilan emosi anak. Jika iklim keluarga negatif, maka dapat dipastika kemungkinan besar emosi anak juga negatif. Hal ini tentunya akan memepengaruhi sikap dan perilaku anak di sekolah, dan selanjutnya mempengaruhi aktivitas belajar dan pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar anak. Keluarga dan sekolah merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran anak, sebagaimana konsep “tri icon” pendidikan yang telah disusun oleh KH. Dewantara [lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal/lembaga pendidikan sekolah, masyarakat, dan keluarga]. Ketiga lembaga pendidikan ini hendaknya berjalan seiring dan seirama untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran bagi anak/siswa secara positif. Dimana aktivitas dan interaksi anak di ketiga lembaga tersebut saling mempengaruhi antara satu sama lainnya. Guru BK/konselor sebagai pendidik yang bertugas untuk membimbing anak untuk dapat siap secara fisik dan psikis belajar secara positif di sekolah haruslah benar-benar memahami system pembelajaran di sekolah serta system interaksi yang terjadi di lingkungan keluarga siswa yang menjadi siswa bimbingannya. Dengan memahami system pendidikan di skeolah dan system interaksi keluarga siswa, guru BK/konsleor dapat menentukan langkah-langkah strategis dan konstruktif untuk membantu segala permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah.-