Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RUTIN III

KONSELING KELUARGA

NO. ABSEN : 16

NAMA : KRISTIKA MONDANG MATONDANG

KELAS : BK REG D 2019

SOAL :

1. a. Jelaskan perbedaan konseling keluarga dan konseling individual!


Jawab : Pada konseling individual lebih menekankan pada permasalahan klien sehingga
memandang klien sebagai pribadi yang otonom, sedangkan dalam konseling keluarga
menekankan permasalahan klien sebagai masalah “system” yang ada dalam keluarga
sehingga memandang klien sebagai bagian dari kelompok tunggal atau satu kesatuan dengan
keluarganya.
b. Buat contoh kasus konseling keluarga dan konseling perkawinan!
Jawab :
1)      Identitas Klien
Nama                           : (Inisial : ES)
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
Problem                       : jenis KDRT adalah non verbal dan bukan siksaan fisik. Setiap hari
didiamkan saja oleh suaminya. Bu ES merasa sedih karena dianggap seperti patung hidup
saja.
2)      Kasus
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tidak hanya berbentuk pemukulan saja.
Banyak macam dari KDRT, namun yang lebih pedih bila KDRT tersebut menyerang psikis,
seperti hinaan maupun malah didiamkan terus menerus, dianggap pajangan, tidak dimarahi,
tidak disakiti, tidak juga dipedulikan. Apabila suami melakukan penyerangan psikis tersebut,
istri akan merasa sedih dan marah juga. Seperti halnya kasus yang dialami oleh Bu ES, beliau
sudah enam bulan ini merasa tidak diperhatikan oleh suaminya. Setiap suaminya pulang dari
bekerja (Pak Parno bekerja sebagai pegawai kecamatan), hanya menyapa seperlunya saja dan
selebihnya diam. Bahkan makan bersamapun tidak pernah, suaminya mendahului makan atau
menunggu nanti setelah istrinyanya selesai makan barulah Pak Parno makan.
Dari pernikahan tersebut, Pak Parno dan Bu ES dikaruniai dua orang anak. Anak pertama
telah kuliah di perguruan tinggi di Surakarta dan anak kedua berusia berada di Pondok
Pesantren Modern di Kebumen (dekat rumah orang tua Bu ES). Hubungan Pak Parno dengan
kedua anaknya tetap baik, beliau masih perhatian dan sering bercanda apabila anak-anak
liburan di rumah, hanya dengan Bu ES saja Pak Parno bermuka masam.
Walau uang belanja tetap dicukupi, akan tetapi Bu ES tidak bahagia. Bu ES merasa
sebagai istri tidak diapa-apakan, dianggap seperti patung penghias rumah. Kalaupun foto
sekeluarga maupun pergi ketempat hajatan bersama hanya untuk menunjukkan bahwa
keluarga Pak Parno sakinah. dan baik baik saja sehingga Bu ES merasa sebagai pelengkap.
Bahkan dalam ceritanya Bu ES menangis dan berkata, "Lha memang aku ini apa? Patung?
Diperlakukan dengan seenaknya saja, didiamkan saja, tidak boleh kerja dengan alasan rumah
kosong siapa yang jaga. Kalau suami pulang masa nggak ada orang”. Bu Es benar-benar
merasa sudah tidak diharapkan lagi, kalau malam hari Pak Parno berkumpul dengan bapak-
bapak di tempat ronda dan tidur di depan televisi maupun di kamar anaknya (kalau anaknya
tidur di kos), jadi sangat jarang Bu Es berbicara dengan Pak Parno. Terkadang Bu ES ingin
bercerai saja, tetapi beliau masih sayang dengan suami dan anak-anaknya dan tidak mau apa
bila rumah tangga yang sudah dibangun lama kandas. Dan juga Bu ES merasa Pak Parno
begitu bukan karena orang ketiga, kalau harus bercerai juga sangat disayangkan.

2. Jelaskan dengan contoh mengapa konseling keluarga perlu diberikan di sekolah!


Jawab :
Konseling keluarga adalah salah satu jenis layanan yang dilakukan oleh guru
BK/konselor di sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang professional [guru BK/konselor] kepada klien/sasaran layanan
melalui kegiatan yang terstruktur secara sistematis mulai dari need assessment, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, serta tindak lanjut dengan format dan setting layanan sesuai dengan
kebutuhan, sehingga klien/konselor dapat memahami diri, memahami lingkungan, menerima
diri, menerima lingkungan, berfikir secara objektif, bersikap secara positif, dan bertindak
secara dinamis untuk memperoleh kehidupan yang mandiri dan sukses.
Siswa sebagai peserta didik di sekolah berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang
beragam, sehingga dimungkinkan banyak kassus siswa yang bersumber dari iklim kehidupan
keluarga yang tidak sehat. Dimana banyak kehidupan siswa dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga. Dimana telah umum 6 diketahui bahwa iklim keluarga banyak menentukan
keadaan dan kestabilan emosi anak. Jika iklim keluarga negatif, maka dapat dipastika
kemungkinan besar emosi anak juga negatif. Hal ini tentunya akan memepengaruhi sikap dan
perilaku anak di sekolah, dan selanjutnya mempengaruhi aktivitas belajar dan pada akhirnya
mempengaruhi prestasi belajar anak.
Keluarga dan sekolah merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembelajaran anak, sebagaimana konsep “tri icon” pendidikan yang telah disusun oleh KH.
Dewantara [lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal/lembaga pendidikan
sekolah, masyarakat, dan keluarga]. Ketiga lembaga pendidikan ini hendaknya berjalan
seiring dan seirama untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran bagi anak/siswa
secara positif. Dimana aktivitas dan interaksi anak di ketiga lembaga tersebut saling
mempengaruhi antara satu sama lainnya.
Guru BK/konselor sebagai pendidik yang bertugas untuk membimbing anak untuk dapat
siap secara fisik dan psikis belajar secara positif di sekolah haruslah benar-benar memahami
system pembelajaran di sekolah serta system interaksi yang terjadi di lingkungan keluarga
siswa yang menjadi siswa bimbingannya. Dengan memahami system pendidikan di skeolah
dan system interaksi keluarga siswa, guru BK/konsleor dapat menentukan langkah-langkah
strategis dan konstruktif untuk membantu segala permasalahan yang dialami oleh siswa di
sekolah.-

Anda mungkin juga menyukai