Anda di halaman 1dari 2

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENGEMBANGKAN

POTENSI SISWA MELALUI KEGIATAN JUMAT PRODUKTIF


Indah1
Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Borneo Tarakan
Email: indaaahhhh.knc@gmail.com

ABSTRACT

Hakikatnya guru Bimbingan dan Konseling mengarahkan para peserta didik untuk pengembangan potensi atau
biasa disebut dengan minat dan bakat mereka selama berada di bangku sekolah. Potensi peserta didik tumbuh
dan mulai terlihat jika mereka mulai melakukan sesuatu hal yang disenangi dan bisa menguasai sesuatu hal
dengan cara kerja mereka sendiri dengan sangat mudah. Hal tersebut bisa menjadi acuan guru bimbingan dan
konseling dalam menjalankan perannya di lingkungan sekolah untuk membimbing sekaligus mengembangkan
potensi peserta didik. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendalami bagaimana peran
guru Bimbingan dan Konseling dalam mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan Jumat Produktif
di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri Tarakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif dari hasil melakukan observasi di lingkungan Madrasah dan melakukan
wawancara. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
dari penelitian ini..

PENDAHULUAN

Di era milenial seperti sekarang ini peradaban semakin maju dengan dorongan perkembangan
teknologi yang memadai. Setiap negeri berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dari segala
aspek, salah satunya aspek pendidikan. Pendidikan adalah salah satu pendorong majunya setiap
bangsa dalam berbagai sisi misalnya saja dengan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswa
menjadikan siswa mencapai target atau tujuan dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2003) mendefinisikan secara umum pendidikan merupakan segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan. Lalu, menurut Ki Hajar Dewantara
mendefiniskan pendidikan merupakan permintaan kehidupan anak-anak yang dimana mengarah ke
semua kekuatan yang ada di alam agar peserta didik sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan yang tinggi dan kebahagiaan hidup. Kesimpulannya, pendidikan sebagai
wadah untuk mengembangkan atau menyalurkan minat, bakat, ataupun ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk mencapai suatu tujuan hidup.
Pendidikan memiliki kontribusi besar dan dinamis dalam kehidupan individu saat ini dan di
masa mendatang. Pendidikan menjadi sarana mengembangkan berbagai potensi setiap individu secara
optimal, potensi tersebut meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual sesuai
dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan dan sosiokutural dimana pun individu
bertempat (Sari dan Litemi, 2021). Pendidikan diarahkan pada upaya memaksimalkan dan
mengembangkan potensi peserta didik agar mampu mewujudkan dua peran ganda sekaligus, baik
peran individual maupun peran sosial. Dalam upaya memaksimalkan potensi siswa, tidak hanya
terbatas pada kemampuan kognitif, tetapi juga harus diarahkan pada terbentuknya keseimbangan
dengan moral dan sosialnya. Itu sebabnya dalam implementasinya pendidikan saat ini tidak sekedar
mengangkat harkat kemanusiaan seseorang dari sisi intelektualnya, akan tetapi juga memberikan
bekal agar peserta didik secara seimbang juga memahami dan mampu mewujudkan nilai-nilai
kehidupan atas dasar etika, estetika dan kinestika.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengamanatkan bahwa struktur
kurikulum SMA terdiri dari komponen kelompok mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan
diri. Pengembangan diri dilaksanakan dalam pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan
diri dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler dan pelayanan konseling; dengan tujuan
untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setipa peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Pengembangan diri sebenarnya bukan hal baru bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Guru
Pembimbing). Selama ini guru Bimbingan dan Konseling sebenarnya sudah melakukan kegiatan
pelayanan terhadap peserta didik, yang notabenenya merupakan kegiatan pengembangan diri. Hal ini
dapat dilihat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004, dikatakan bahwa Bimbingan
dan Konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal. Pada intinya, kegiatan pelayanan yang akan
dilaksanakan (Damanik, 2019).
Menurut Winkel (2006:173) dalam Damanik menyatakan Guru bimbingan dan
konseling/konselor sekolah adalah tenaga professional, yang mencurahkan seluruh waktunya pada
pelayanan bimbingan (full-time guidance counselor). Membantu siswa dalam proses pengambilan
keputusan diri, memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengenal lingkungan dunia dan
masa depannya, merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab serta membantu siswa
mengambil keputusan arah studi lanjutan yang tepat dengannya dan mengembangkan potensi yang
dimiliki juga merupakan pelayanan bimbingan konseling. Dalam hal tersebut, bimbingan dan
konseling memiliki kontribusi yang sangat penting dalam pendidikan, yaitu membantu dalam
mengembangkan kualitas kepribadian peserta didik agar menjadi pribadi yang dapat berkembang
secara optimal. Menurut Chayono (2014) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan
memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan
yang lebih (Sari dan Litemi, 2021).
daasnn

Anda mungkin juga menyukai