Pedoman Pengelolaan Alat Medis - r2
Pedoman Pengelolaan Alat Medis - r2
KEPUTUSAN
DIREKTUR UPTD RSUD SIMPANG LIMA GUMUL KEDIRI
Nomor : 188/154/418.25.5/2019
TENTANG
Menetapkan :
Ditetapkan di : Kediri
Pada Tanggal : 7 Januari 2019
DIREKTUR
UPTD RSUD SIMPANG LIMA GUMUL
KEDIRI
Daftar Isi.......................................................................................................... i
BAB I DEFINISI.............................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN....................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA................................................................................. 4
A. Perencanaan.................................................................................. 4
B. Pengadaan..................................................................................... 8
C. Penerimaan dan Uji Fungsi.......................................................... 11
D. Pemeliharaan ................................................................................ 15
Kalibrasi ........................................................................................ 25
E. KERUSAKAN................................................................................. 31
F. RECALL.......................................................................................... 33
BAB IV DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 36
i
Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD RSUD SIMPANG LIMA GUMUL KEDIRI
Nomor : 188/154/418.25.5/2019
Tanggal : 7 Januari 2019
BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
1
mencakup pengadaan, uji fungsi, pemeliharaan fisik, inspeksi,
kalibrasi, adjusment sampai ke over houl dapat berjalan dengan
baik dan tepat.
2. Terselenggaranya proses pengadaan alat medik yang mampu
menyediakan alat medik sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri kesehatan RI No.363/MENKES/PER/IV/1998 tentang
Kalibrasi Alat Medik
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP PELAYANAN
A. PLANNING
Penyusunan pedoman manajemen pengelolaan perlatan medik yang meliputi :
Perencanaan
Pengadaan
Penerimaan
Uji Fungsi
Pemeliharaan
Kalibrasi
Kerusakan
Recall
B. Action
1. Kegiatan pemiliharaan dan perbaikan
2. Membuat kajian alat medik untuk pengadaan alat baru, pemeliharaan dan
perbaikan.
3. Melakukan uji fungsi alat baru
4. Pembagian periode waktu pemeliharaan (cek rutin, penggantian masa
pakai sparepart dan overhaul)
5. Melakukan perbaikan atas kerusakan alat
6. Melakukan penyimpanan berkas pendukung (manual book) dan hasil kerja
(service report, surat menyurat, evaluasi kerusakan, dll)
2
7. Membuat perencanaan dan evaluasi penggantian alat lama
C. Monitoring
Pengumpulan Form Laporan Kerusakan/Komplain didokumentasikan untuk
digunakan sebagai monitoring akan utilisasi keluhan dan kerusakan alkes.
D. Evaluasi
Form Laporan Kerusakan/Komplain yang terkumpul akan dievaluasi untuk
tingkat angka kerusakan alat medik
Dan data tersebut maka akan didapat data-data mengenai :
beban kerja teknisi medik, jumlah permintaan perbaikan.
BAB III
TATA LAKSANA
A. PERENCANAAN
Tujuan perencanaan dan pengadaan peralatan medis adalah :
Diperolehnya kebutuhan jenis, spesifikasi teknis dan jumlah peralatan medis
Diperolehnya perbandingan spesifikasi teknis, fungsi, aksesori.
Diperolehnya perbandingan harga peralatan medis.
Diperolehnya perbandingan biaya pemeliharaan selama usia teknis.
Diperolehnya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik pakai.
Untuk menjamin keselamatan pasien, manajemen dituntut dalam
proses perencanaan dan pengadaan peralatan medis yang komprehensif dan
berkesinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan pengadaan yang
berkesinabungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis,
spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan
pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan, perkembangan teknologi
kesehatan, sumber daya manusia yang mengoperasikan dan memelihara sarana
dan prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk
penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan medis secara
efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggung jawabkan.
Pelaksanaan perencanaan peralatan medis membutuhkan data kinerja
peralatan yang telah dimiliki dan informasi terbaru jenis peralatan medis
yang beredar. Kinerja peralatan yang telah dimiliki diperoleh dari data
dokumentasi pemanfaatan dan pemeliharaan peralatan. Informasi peralatan
medis yang beredar diperoleh dari referensi dari publikasi produsen atau
3
distributor, website, rumah sakit lain yang telah menggunakan peralatan. Perlu
diperhatikan ijin edar peralatan medis tersebut dan dipertimbangkan pula
informasi sertifikasi/pengakuan dari FDA dan CE spesifikasi, aksesori, fungsi
dan keandalan, pemeliharaan, ketersediaan suku cadang, harga, jaminan
purna jual dan legalitas izin edar peralatan medis di Indonesia.
Perencanaan peralatan medis tertentu membutuhkan perencanaan
kebutuhan ruangan untuk penempatan peralatan medis, tenaga medis dan pasien
serta instalasi medik meliputi kelistrikan, gasmedik, sarana. Untuk peralatan
tertentu seperti peralatan radiologi, radioterapi dan MRI membutuhkan
kekhususan perencanaan ruangan dan instalasi medik sesuai dengan
persyaratan terkait dengan jenis peralatan dan peraturan perundang-undangan.
Dalam merencanakan desain ruangan dan instalasi medik memperhatikan
kebutuhan pengembangan pelayanan dan pesatnya kemajuan teknologi
kesehatan.
Perencanaan peralatan medis difasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan
keterlibatan tenaga teknis peralatan medis, tenaga medis, keperawatan, tenaga
teknis sarana dan prasarana dan manajemen. Ruang lingkup kegiatan
perencanaan meliputi penilaian kebutuhan, penentuan prioritas pengadaan dan
penganggaran.
1. Penilaian kebutuhan
Penilaian kebutuhan (need assessment) adalah proses untuk menentukan
dan mengatasi kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan situasi
atau kondisi yang diinginkan. Penilaian kebutuhan adalah kegiatan
strategis dan merupakan bagian dari proses perencanaan peralatan medis
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan atau
memperbaiki kekurangan pelayanan kesehatan.
Penilaian kebutuhan peralatan medis pada dasarnya dimaksudkan
untuk pemenuhan standar peralatan medis sesuai kemampuan/klasifikasi
rumah sakit, penggantian peralatan medis dan pengembangan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi.
Penggantian peralatan medis selain dilakukan karena faktor:
a. Perkembangan teknologi
b. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
c. Biaya pemeliharaan yang tinggi (batas biaya pemeliharaan)
d. Ketersediaan suku cadang
e. Kesesuaian dengan ilmu kedokteran
4
Pelaksanaan penilaian kebutuhan peralatan medis diatur dalam standar
prosedur operasional memuat :
1) Peran para pihak terkait pengguna (dokter, perawat, keteknisian medik dan
keterapian fisik), tenaga teknis pemelihara dan manajemen rumah sakit.
2) Mekanisme pengajuan kebutuhan dari instalasi rawat inap atau rawat jalan
penunjang medik kepada direktur rumah sakit yang bertanggung jawab di
bidang peralatan.
3) Proses pengkajian oleh tim perencanaan kebutuhan peralatan medis dan
selanjutnya.
4) Rekomendasi pemenuhan peralatan medis.
5
1) Menilai dengan melihat data utilisasi / penggunaan peralatan medis setiap
harinya baik dari catatan rekam medik atau melalui penelitian, bila man
autilisasi / penggunaan peralatan medis cukup tinggi, maka diperlukan
tambahan peralatan medis baru.
2) Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan,
artinya diperlukan penambahan peralatan baru dengan teknologi generasi
terbaru untuk mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
3) Menelaah ketersediaan peralatan medis tersebut apakah sudah tersedia di
fasilitas kesehatan atau rumah sakit lain yang dekat dengan rumah sakit.
4) Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan kesehatan dan
peralatan dengan teknologi generasi lama. Health Technology
Management, jumlah pasien, perhitungan ekonomi, SDM
2. Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau
pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan kebutuhan peralatan
medis bersumber dari Badan Layanan Umum (BLU), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan APBD
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi kebutuhan
pemenuhan dan penggantian peralatan dalam pelayanan kesehatan harus
masuk di dalam perencanaan atau RAB (rencana anggaran belanja) rumah
sakit setiap tahunnya.
Apabila anggaran sumber dari pendapatan rumah sakit memiliki
kemampuan yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan kepada
peralatan medis prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap
rumah sakit diantaranya tingkat utilitas, life support, branding dan pelayanan
unggulan.
6
peralatan tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan
penghasilan dari rumah sakit
b. Brand Image rumah sakit
Beberapa peralatan medis dapat diasosiakan terhadap pencitraan yang
positif oleh masyarakat. Peralatan medis dengan jenis tertentu, canggih
dan peralatan dengan teknologi terkini diyakini dapat mendorong nilai jual
(marketable) sepertiCTScan, MRI, USG 4 Dimensi, dll.
c. Pelayanan unggulan
Setiap rumah sakit pasti memiliki program pelayanan unggulan yang
merupakan suatu kelebihan dibanding dengan rumah sakit lainnya.
Pelayanan unggulan tersebut haruslah didukung dengan ketersedian
peralatan medis yang sesuai dengan tuntutan pelayanan unggulan.
d. Peralatan Life support
Merupakan peralatan yang menopang hidup pasien, tanpa peralatan ini
pasien akan berdampak pada kematian misalanya peralatan bantu
pernapasan (alat resusitasi, ventilator, Mesin Anaesthesi), baby incubator,
Peralatan kriteria ini haruslah selalu tersedia oleh rumah sakit karena
sangat terkait dengan keselamatan pasien
e. Kesiapan bangunan/ruangan dan prasarana.
Beberapa peralatan medis di rumah sakit memerlukan ruangan/tempat
khusus dalam operasionalnya. Bangunan/ruangan tempat peralatan medis
berada harus sudah dipersiapkan dan didesain sedemikian rupa serta
dilengkapi dengan prasarana seperti listrik, air, gas medik, pembumian,
sistem komunikasi,dan lain lain sesuai persyaratan. Hal ini agar
pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan baik serta untuk
keamanan petugas, pasien serta masyarakat dari risiko peralatan medis,
bahaya getaran, panas, bising atau radiasi.
B. PENGADAAN
Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan peralatan medis adalah
penyusunan spesifikasi alat kesehatan, Spesifikasi harus sesuai kebutuhan
user/pelayanan. Spesifikasi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan biaya
yang cukup tinggi. Spesifikasi terlalu rendah bisa mengakibatkan pelayanan tidak
bisa berjalan optimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Ketersediaan suku cadang.
Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai).
Kebutuhan pra instalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan
7
komponen pengaman/keselamatan).
Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)
1. Penyiapan Spesifikasi
Spesifikasi peralatan medis disusun memperhatikan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan kesesuaian/perkembangan
teknologi. Penyusunan spesifikasi juga harus mempertimbangkan regulasi alat
kesehatan d iIndonesia, yaitu peralatan medis yang beredar di Indonesia
serta mempunyai izin edar serta kesesuaian terhadap Standar Nasional
maupun internasional. Hal ini untuk memastikan peralatan medis yang dipilih
memiliki kualitas yang baik serta sesuai dengan ISO untuk pabrikan/produsen
alkes baik dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan khusus untuk alat
kesehatan luar negeri perlu dipertimbangkan tambahan persyaratan yaitu
harus sudah compliance dengan CE Mark dan FDA.
Selain beberapa peralatan medis yang beredar di Indonesia, dapat
juga menggunakan perbandingan spesifikasi dari lembaga riset independ baik
nasional maupun internasional, misalnya HPCS (Health Product Comparison
System) yang dikeluarkan oleh ECRI (emergency care research institute).
Perbandingan spesifikasi dari HPCS sangat membantu dalam
menyusun spesifikasi sehingga spesifikasi yang dihasilkan tidak mengarah
tetapi sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Langkah –langkah penyusunan spesifikasi
a. Lakukan pengumpulan data spesifikasi peralatan medis yang beredar di
Indonesia.
b. Sebagai perbandingan dapat dibantu dengan referensi dari misalnya HPCS
(Health Product Comparison System) yang dikeluarkan oleh ECRI
(emergency care research institute).
c. Susun parameter spesifikasi alat kesehatan yang dibutuhkan
d. Masukan nilai masing masing parameter untuk setiap jenis alat kesehatan
yang ditawarkan sesuai kebutuhan pengguna.
e. Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai tertentu jika memiliki
dasar yang kuat (justifikasi klinis) terhadap pemilihan parameter tersebut.
f. Hasil akhir spesifikasi yang dibutuhkan.
2. Penyusunan HPS
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE) adalah harga
barang dan/atau jasa yang dikalkulasi secara keahlian dan berdasarkan data
yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi:
8
a. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/ dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya
Pengadaan Barang/Jasa.
b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS)
c. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi
terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan
d. Daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal
e. Biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya
f. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank
Indonesia
g. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan
instansi lain maupun pihak lain
h. Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana
(engineers estimate)
i. Norma indeks dan/atau
j. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
9
medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
a. Instalasi
Instalasi peralatan secara umum adalah tahap kegiatan pekerjaan
pemasangan, yang meliputi:
1) Pembukaan peti/koli (unpacking)
2) Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan
3) Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada ceiling
Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material pra instalasi
yang telah dipersiapkan
4) Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau pengujian
keselamatan kerja
Instalasi peralatan harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar
instalasi dari pabrik pembuat/distributor. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada waktu instalasi alat adalah sebagai berikut:
1) Tidak menggangu kegiatan pelayanan di rumah sakit atau instansi
kesehatan lainnya.
2) Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli di bidangnya.
3) Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material praMinstalasi
yang diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh
pemasok/penyedia sehingga kembali ke keadaan semula.
4) Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus mengikut
sertakan teknisi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya
alih teknologi.
10
• telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
• telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai program
Selain ketentuan diatas pihak penyedia masih bertanggung jawab terhadap
peralatan selama masa garansi.
1. Panitia/Pejabat Penerima
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat
yang sudah ditetapkan oleh Direktur yang bertugas memeriksa dan
menerima hasil pekerjaan. Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa
memerlukan keahlian teknis khusus, dapat dibentuk tim/tenaga ahli
untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan. Keanggotaan Panitia/Pejabat Penerima terdiri dari unsur teknik,
pengguna (user), manajemen dan petugas administrasi barang.
2. Proses Penerimaan Peralatan Medis
Proses penerimaan peralatan medis melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu :
a. Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik alat, kelengkapan alat.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengecek kesesuaian :
1) Merk, tipe/model, jumlah
2) Bagian bagian alat
3) Aksesori yang dipesan
4) Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
a) Certificate of Origin
b) Test Certificate
c) Manual (operation,service,installation,wiring/schematic diagram)
b. Uji Fungsi
1) Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai
dengan yang diharapkan atau sesuai dengan standard keamanan
dan standard dari pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai
berikut : Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat (tombol, saklar,
indikator, putaran motor, pengereman, dll)
2) Kinerja output
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari
alat (misal: Xray, temperature, putaran, energy, daya hisap, sistem
perekaman, dll). Pada pengujian keluaran ini, supplier harus
melakukan pengukuran, dengan menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan keluaran yang dihasilkan setiap jenis alat.
3) Pengujian aspek keselamatan, meliputi :
11
a) Arus bocor
b) Impedansi kabel pembumian
c) Nilai tahanan hubungan pembumian
d) Radiasi bocor dan paparan radiasi
e) Anaesthesia gas scavenging sistem
f) Kesetimbangan/balancing
g) Sistem pengamanan tertentu
Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia haruslah
menyediakan
a) Bahan operasional yang diperlukan untuk uji fungsi
b) Alat ukur yang diperlukan dan
c) Tenaga ahli yang mampu untuk melakukan uji fungsi dan
peragaan alat.
d. Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan dengan melakukan
penggunaan langsung pada pasien yang dilaksanakan setelah
melalui proses uji fungsi dengan baik. Uji coba dilaksanakan oleh
operator yang telah dilatih untuk mebiasakan penggunaan alat sesuai
prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah
12
pemakaian.
13
c. Perencanaan pemeliharaan Preventif.
Semua pengguna dan tenaga teknis diberitahu tentang prosedur
pemeliharaan yang tepat, termasuk waktu harus dilakukan pengujian,
kalibrasi dan perawatan peralatan medis.
d. Cara Penanganan peralatan medis.
Informasi untuk pengguna dan tenaga teknis untuk penanganan
dan penyimpanan peralatan medis, pentingnya memastikan semua
aksesori lengkap dan tersedia.
D. PEMELIHARAAN
Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di fasilitas pelayanan
kesehatan serta memerlukan biaya pemeliharaan. Penting bagi fasilitas pelayanan
kesehatan memiliki program pemeliharaan terencana untuk menjaga
peralatan medis agar aman, bermutu dan laik pakai. Adanya pemeliharaan
peralatan medis diharapkan juga akan memperpanjang usia pakai peralatan
medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari perencanaan
yang memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan
mempertimbangkan sumber daya keuangan, fasilitas dan SDM yang memadai.
Program pemeliharaan peralatan medis harus berkesinambungan tak terputus
dan dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat.
Adalakanya dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang, tidak sesuai
lagi kinerjanya atau tidak dapat digunakan, diperlukan adanya perbaikan untuk
mengembalikan fungsi peralatan medis tersebut. Pemeliharaan peralatan medis
dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu
Inspeksi danpemeliharaanpreventif (IPM)
Pemeliharaan korektif /Corrective Maintenance(CM)
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi
peralatan dan mencegah kerusakan atau kegagalan. Inspeksi adalah kegiatan
terjadwal yang diperlukan untuk memastikan peralatan medis berfungsi dengan
benar. Ini mencakup pemeriksaan kinerja dan keselamatan. Kegiatan inspeksi
dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan preventif,
Pemeliharaan korektif, atau kalibrasi, tetapi juga dapat dilakukan tersendiri yang
dijadwalkan pada interval tertentu.
Pemeliharaan preventif (PP) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
secara terjadwal, untuk memperpanjang umur peralatan dan mencegah
kegagalan (yaitu dengan kalibrasi, penggantian bagian, pelumasan,
pembersihan, dll).
14
Pemeliharaan Korektif (CM) meruapakan kegiatan perbaikan terhadap
peralatan dengan tujuan mengembalikan fungsi peralatan sesuai dengan kondisi
awalnya. Ciri dari kegiatan CM adalah biasanya tidak terjadwal, berdasarkan
permintaan dari pengguna peralatan atau dari personel yang melakukan
kegiatan performing maintenance.
15
disebut sebagai perawatan pencegahan (PM).
Jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan yang sistematis menjamin
peralatan tersebut aman digunakan dan memperoleh pemanfaatan maksimal
dengan biaya yang wajar. Keuntungan lain adalah meminimalkan risiko klinis
dan fisik.
Penunjang
Peralatan yang
Kehidupan Defibrillator,
digunakan
Peralatan untuk Terapi ventilator,
10 menunjang kehidupan
penyembuhan dengan pacemaker,
peralatan untuk terapi
radiasi. infant incubator
dengan radiasi.
Peralatan
Peralatan untuk
bedah dan Electrosurgical
penyembuhan tetapi
9 Perawatan unit,
bukan sebagai
Intensif. laser
penunjang kehidupan
Dialysismachin,
Terapi fisikdan Peralatan yang
infusionpump,
8 pengobatan digunakan untuk
tractionunit,
mengobati pasien
diathermy
Monitoring
EEG machine,
kegiatan bedah Memonitor kegiatan
non invasive
Peralatan dan perawatan bedah dan
7 blood pressure
diagnostik intensif system perawatan intensif
monitor, x-ray
radiologi Sistem radiologi.
generator
16
Monitoring adult scale,
kondisi fisik dan Peralatan yang tidak tympanicther
unit rutin digunakan mometer,
6
ultrasonografi diperawatan intensif. ultrasound
untuk unit
diagnostik.
Blood gas
Peralatan yang
analyzer,
digunakan di
Peralatan Analisa di clinical
5 laboratorium klinik
Analitis laboratorium chemistry
untuk mendiagnosa
analyzer,
spesimen.
cellcounter
Peralatan yang
shaker,
digunakan
Aksesori alat centrifuge,
4 untukmempersiapk
Laboratorium incubator,
an analisa
microtome
specimen.
Peralatan yang
digunakan untuk
Komputer menyimpan, computer, ticket
3 and related mencetak, printer,
mengambil atau QCsystem
mendistribusikan
data.
Peralatan yang
Yang
berhubungan dengan X-ray view box,
Lain - lain 2 berhubungan
perawatan, tapi tidak sterilizer, chairlift
Dengan pasien.
secara langsung.
Tidak
Peralatan yang tidak
berhubungan ECG simulator,
berhubungan dengan
1 dengan pasien Office equipment,
pasien, peralatan
keperalatan
dapur, UPS.
pengujian
17
Menyebabkan Kegagalan peralatan Hypo/
pasien atau 4 kesehatan tidak hyperthermia
operator peralatan menyebabkan kematian unit, laser, electro
luka tetapi luka. surgical unit
Menyebabkan
Kegagalan peralatan ECG machine,
Terapi yang tidak
3 kesehatan menyebabkan blood gas
tepat dan
kesalahan diagnosa atau analyzer,
kesalahan
penangan yang tidak tepat. centrifuge
diagnosa
Dialysis
Pemeliharaan perlu Perangkat yang sebagian
5 machine,ventilator,
Perhatian khusus besar berupa mekanis,
anesthesia
pneumatik, atau fluida.
machine, x ray table
18
Tabel 3.4 Kelompok berdasarkan Riwayat Insiden Peralatan Kesehatan
(INSIDEN)
Persyaratan Riwayat Insiden Peralatan Kesehatan mempunyai nilai+2 s.d 2
Anaesthesia
1 10 5 5 0 20 T
machine
19
Anaesthesia
2 vaporizer 9 5 3 2 15 S
(enflurane/ethra
ne)
Arthroscopic surgical
3 9 4 2 2 13 A
unit
4 Breast pump 3 4 3 2 8
5 Aspirator, mobile 8 5 4 1 16 S
6 Blood warmer 9 4 3 1 15 S
7 Bone saw 9 4 2 2 13 A
Blood pressure
8 7 3 2 0 12 A
module
Camera, video,
9 6 3 3 0 12 A
medical
10 Cast cutter 2 4 3 2 7
14 Cryosurgical unit 9 4 3 1 15 S
15 Defibrillator/monitor 9 5 4 0 18 S
Electrocardiograph,
16 6 3 5 2 16 S
3
Endoscopic video
17 6 3 3 0 12 A
system
18 Electrosurgical unit 9 4 3 0 16 A
19 Fetalmonitor 7 3 3 0 13 A
20 Humidifier, heated 8 3 3 1 15 S
Hypo/hyperthermia
21 9 4 5 0 18 S
machine
Light, surgical
22 2 4 3 1 8
portable
Light source, fibre
23 7 3 3 2 11
optic
Microscope,
24 6 3 3 2 10
ophthalmic slit
Dalam keadaan tertentu manajemen rumah sakit dapat membentuk tim inspeksi
interval untuk jenis peralatan kesehatan tertentu, terlepas dari perhitungan
Equipment Management.
b. Pemeliharaan Korektif
20
a. Perbaikan dan troubleshooting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan
masalah tentang peralatan tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, hal
tersebut juga dapat terjadi ketika seorang teknisi dibagian
IPSRS/Elektromedis menemukan bahwa peralatan tidak memberikan kinerja
seperti yang diharapkan.
Untuk mengembalikan peralatan ke layanan secepat mungkin, tindakan yang
efektif diperlukan untuk memverifikasi kegagalan dan menentukan
penyebabnya. Dalam beberapa kasus teknisi akan menemukan bahwa
peralatan itu sendiri telah gagal dan harus diperbaiki. Teknisi itu kemudian
menentukan langkah apa yang diperlukan untuk memperbaiki masalah dan
mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Para teknisi mulai
melakukan pemeliharaan korektif, melakukan beberapa langkah sendiri dan
bila diperlukan memanfaatkan tenaga ahli dari dalam fasilitas /in-house
expertise atau penyedia layanan eksternal. Pemeliharaan korektif ini dapat
dicapai pada berbagai tingkatan
21
dan manusia serta pada tingkat kepentingan permintaan perbaikan tertentu.
Untuk kasus dengan prioritas yang tinggi, misalnya, perbaikan tingkat
peralatan atau sistem mungkin lebih dipilih. Jika lebih banyak waktu
tersedia, perbaikan tingkat modul atau komponen mungkin layak
dilakukan. Jika perbaikan tingkat komponen yang diusulkan, mungkin
diperlukan penggantian blok/bagian. Untuk pendekatan ini, ada beberapa
pilihan yang dapat diambil. Penggantian dapat dilakukan pada bagian
khusus dari produsen, pada bagian dengan spesifikasi yang sama atau lebih
tinggi (sekering misalnya), atau dengan menggunakan suku cadang bekas
dari peralatan yang non fungsional (hanya setelah penilaian risiko
menyeluruh dan ijin dari Kepala Elektromedis/IPSRS) dan perlu dilakukan
pengujian/kalibrasi dari pihak BPFK atau pihak lain yang kompeten.
Dalam beberapa kasus, teknisi akan menemukan bahwa peralatan
memberikan kinerja sesuai desain spesifikasi, seperti yang ditentukan oleh
pabrikan. Dalam hal demikian, perlu untuk berkomunikasi dengan pengguna
peralatan dan memeriksa lingkungan kerja untuk menentukan mengapa
peralatan tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan yang tidak dapat dijelaskan, faktor
lingkungan harus dimasukkan ke dalam pertimbangan. Sebagai contoh,
peralatan medis yang membutuhkan daya listrik dapat terpengaruh oleh
masalah catu daya. Idealnya, daya listrik harus memiliki tegangan yang
stabil (nilai yang sesuai) bebas dari distorsi transien, seperti lonjakan
tegangan, surge atau mati, dan dapat diandalkan dengan hanya kejadian
hilangnya daya yang jarang terjadi. Tenaga teknis harus berkolaborasi
dengan mereka yang bertanggung jawab untuk sistem daya listrik dalam
organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu fungsi sistem seefektif
mungkin. Ini mungkin termasuk pembelian regulator tegangan, menginstalasi
catu daya listrik yang tak terputus (UPS), menggunakan pelindung lonjakan
gelombang listrik, dan menghindari sumber daya tambahan yang mengarah
ke kabel/tusuk kontak secara seri.
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja dengan staf IPSRS lainya
untuk memastikan bahwa generator cadangan fungsional bekerja baik
dan bahwa peralihan ke sumber daya tambahan disetel di bawah 10
detik. Alternatif lain mungkin untuk memilih dan membeli peralatan yang
dioperasikan dengan baterai.
Ketika mempertimbangkan untuk memperoleh peralatan baru, juga
penting untuk staf elektromedik untuk memastikan bahwa sistem daya
listrik akan mampu mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari bagaimana peralatan
22
medis yang berinteraksi dengan sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan
sistem vakum, kontrol temperatur dan sistem ventilasi, penyediaan air,
teknologi informasi dan infrastruktur komunikasi, dll). Dan sekali lagi
mereka harus berkolaborasi dengan orang lain dalam organisasi untuk
mengoptimalkan kemampuan sistemutilitas untuk mendukung peralatan
medis.
Aspek yang unik dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi dan
kelembapan, dapat berpengaruh buruk pada peralatan medis yang
dirancang untuk digunakan di daerah beriklim sedang atau lingkungan
terkendali.
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan juga mungkin
memainkan peran dalam kegagalan peralatan medis. Seiring waktu,
sistem utilitas akan menurunkan dan mungkin menjadi kelebihan beban
dan / atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang lebih tua pasti telah dibangun
berdasarkan standar yang lebih tua. Bahkan fasilitas barupun mungkin tidak
memenuhi semua standar yang berlaku, oleh karena itu, perlu dikaji
kesiapan infrastruktur utilitas untuk memastikan fasilitas tersebut berfungsi
secara memadai.
b. Inspeksi dan penggunaan pada pelayanan
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan kinerja dan
keselamatan adalah penting, dan dalam beberapa kasus kalibrasi
ulang mungkin diperlukan. Kegiatan ini akan mengukur kinerja
peralatan dan memungkinkan untuk setiap pengaturan yang
diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Setelah
hal ini diselesaikan, peralatan dapat dikembalikan untuk digunakan dalam
layanan pasien.
c. Pelaporan
Untuk kegiatan ini, teknisi biasanya memiliki daftar rinci untuk diikuti guna
merekam hasil. Memiliki check list seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat
untuk setiap langkah dalam proses dan dengan demikian membantu
menghindari terlampaui atau dalam menghadap langkah langkah tertentu.
Merekam pengukuran dan mendokumentasikan hasil akhir (baik dengan
pernyataan ‘laik/tidak laik’ atau dengan skoring) membantu dalam pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan di masa depan, termasuk perbaikan. Untuk kegiatan
perbaikan, teknisi mencatat tindakan apa yang telah diambil, termasuk waktu
dan biaya untuk tindakan tersebut.
d. Kalibrasi
Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi alat kesehatan
23
agar tetap sesuai dengan besaran pada spesifikasinya. Dengan adanya
kalibrasi maka akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin
sesuai besaran besaran yang tertera/diabadikan pada alat kesehatan yang
bersangkutan.
Kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria :
1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis.
3. Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjanya atau
keamanannya tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih
berlaku.
4. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
5. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan
tanda masi berlaku.
6. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak,
sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
Kalibrasi bertujuan untuk :
a. Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan
ukur atau instrument.
b. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu
besaran ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu
bahan ukur.
c. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan kalibrasi adalah
kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan
spesifikasinya.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan Sertifikat
Kalibrasi serta tanda Laik Pakai, demikian juga alat kesehatan yang
lulus uji akan mendapatkan Sertifikat Pengujian/Kalibrasi dan tanda Laik
Pakai.
Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan
Tanda Tidak Laik Pakai dan tidak boleh digunakan di pelayanan.
Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda Tidak Laik Pakai dikeluarkan oleh
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan dan institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
e. Pelaksana Pemeliharaan
1. Pemeliharaan in house oleh teknisi yang terlatih
Sebagian besar masalah pada peralatan medis yang relatif
sederhana dan dapat diperbaiki oleh teknisi yang terlatih. Inspeksi dan
24
perbaikan ringan memerlukan biaya rendah. Vendor harus menyediakan
pelatihan untuk teknisi pada saat instalasi dan penerimaan peralatan medis.
Ada tiga tingkat pemeliharaan yang umum dilakukan :
f. Biaya Pemeliharaan
Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara
teratur dilakukan pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan
biaya tahunan untuk pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif
maupun korektif.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu
peralatan medis akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia
pakai dari peralatan bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan
kebutuhan biaya pemeliharaan adalah tersedianya data yang sesuai dengan
kebutuhan.
Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah untuk
memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki
peralatan medis, sehingga dapat memastikan bahwa peralatan medis dapat
berfungsi dengan baik. Sangatlah penting dalam membuat perkiraan yang
seefektif mungkin karena:
Anggaran yang terlalu rendah (under-estimate) akan
menghasilkan pemeliharaan yang tidak berjalan dengan baik
Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan menjadi tidak efisien
25
dan bisa menggangu pelayanan penting lainnya yang memerlukan
anggaran.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai
6% dari nilai investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung
dengan cara yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun
sebelumnya serta standar kebutuhan pemeliharaan dari setiap peralatan.
Besaran biaya pemeliharaan peralatan medis masing -masing rumah sakit bisa
berbeda.
Annualized Investment Cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu
metode untuk menghitung “penggunaan” biaya investasi pada tahun
berjalan. Metode ini seperti menghitung biaya depresiasi atau penyusutan
pada sistem akunting keuangan.
Annulized Investment Cost menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present
Value=PV) akan lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan
(FutureValue=FV), karena adanya infasi nilai uang serta dihitung dengan
memperhatikan usia pakai serta usia teknis suatu peralatan kesehatan.
26
Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor yang disusun oleh
Logistik Tentara Amerika dan di kutip oleh American Hospital
Association. Furniture Rumah Sakit : 80%
Peralatan Listrik Dasar : 80%
Peralatan Mekanik Dasar : 80%
Peralatan Listrikmekanik dasar : 80%
Peralatan Khusus : 90%
Hitung dengan menggunakan rumus :
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga
Pengganti)
Contoh Perhitungan:
Sebuah alat Defibrillator yang mulai digunakan sejak tahun 2003
dengan Usia Teknis adalah 8 tahun atau 16.064 Jam, mengalami
kerusakan pada tahun 2008 dengan usia pakai adalah 5 tahun
atau 9.480 Jam. Hitunglah biaya maksimum perbaikan alat
Defibrilator tersebut, jika harga pengganti dengan spesifikasi yang
sama adalah Rp. 78.000.000,-
Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator : Usia Teknis – Usia Pakai =
16.064 -9.480 = 5.584 Jam.
Persentasi Manfaat = Sisa Usia Manfaat
UsiaTeknis
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga
Pengganti) MMEL = 90 % x 40,99 % x Rp. 78.000.000,- = Rp.
28.772.211.- Berarti jika biaya perbaikan alat defibrilator tersebut lebih
besar dari Rp.28.772.211, maka alat defibrilator tersebut secara
ekonomi tidak layak untuk diperbaiki dan lebih tepat jika diganti
dengan Alat Defibrilator yang baru.
27
Jadwal pemantauan fungsi peralatan medis.
Jadwal pemeliharaan berkala peralatan medis.
Penyiapan bahan pemeliharaan yang diperlukan untuk setiap alat
selama 1 tahun.
Penyiapan suku cadang/aksesori yang diperlukan untuk perbaikan
peralatan medis yang mengalami kerusakan (pemeliharaan korektif
terencana).
Penyiapan usulan rencana anggaran.
28
b. Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan
keselamatan bagi pasien, petugas dan lingkungan terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi, seperti bahaya listrik,
radiasi, mekanik, bahaya akan bahan kimia.
E. KERUSAKAN
Penyebab kerusakan pada alat medik dikarenakan oleh 2 faktor, faktor
pertama adalah kerusakan yang ditimbulkan dan segi internal alat medik itu sendiri
seperti: ketahanan komponen yang kurang baik dan faktor kedua karena adanya
faktor luar yang secara langsung dan tidak Iangsung dapat menyebabkan
kerusakan, contohnya: human error, dan frekuensi pemakaian yang tinggi.
1. Penggolongan Kerusakan Alat Medis
Kerusakan alat medik digolongkan menjadi 3 golongan seperti :
a. Golongan 1
Kondisi kerusakan pada golongan ini adalah jenis kerusakan yang
ditimbulkan masih dalam taraf ringan dan masih dapat diperbaiki tanpa perlu
penggantian komponen alat.
b. Golongan 2
Kondisi kerusakan pada golongan ini adalah jenis kerusakan yang
ditimbulkan masuk dalam kondisi menengah dimana diperlukan adanya
penggantian komponen alat dimana komponen pengganti ada dalam stok
gudang spare part teknik dan atau kerusakannya masih dapat diperbaiki oleh
petugas medical teknik. Setelah perbaikan kondisi alat tidak berubah fungsi,
bentuk dan tidak mempengaruhi operasional alat seperti sedia kala.
c. Golongan 3
Kondisi kerusakan pada golongan ini adalah jenis kerusakan yang
ditimbulkan masuk dalam kondisi berat dimana diperlukan adanya
penggantian komponen alat secara sebagian dan atau menyeluruh tetapi
untuk penggantian komponen memerlukan usaha dan biaya perbaikan yang
besar.
29
perbaikan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin dengan cara
meningkatkan kegiatan pemeliharaan rutin. Kegiatan perbaikan dapat dilakukan
oleh teknisi medik UPTD RSUD Simpang Lima Gumul Kediri dan vendor alat
medik. Untuk dapat memperbaiki alat medik yang mengalami kerusakan dan
memerlukan sejumlah biaya tertentu maka teknisi elektromedik sebagai unit
pengelola alat medik dapat mengajukan permintaan perbaikan dengan alur
seperti berikut:
a. Alat medik yang rusak harus ada FMP dimana FMP tersebut menjelaskan
kapan terjadinya, unit asal pemakainya dan yang paling penting penyebab
kerusakan
b. Respon untuk perbaikan pada alat medik hanya untuk penggantin sparepart
bukan untuk penggantian unit
c. Membuat pengajuan perbaikan dalam form BPPB yang diketahui jajaran
management (GA, COO, CMO dan bila CITO dapat langsung mendapat
persetujuan dan Direktur)
d. Setelah perbaikan selesai dilakukan maka teknisi elektromedik akan
membuat laporan kepada manager maintenance
e. Biaya yang dikeluarkan dicatat dan akan dievaluasi dikemudian hari sebagai
bahan acuan penentuan kebijakan selanjutnya teknisi elektromedik juga
setiap tahunnya membuat anggaran biaya pemeliharaan yang juga
didalamnya termasuk anggaran perbaikan.
3. Pelaku Perbaikan
a. Teknisi Medik UPTD RSUD Simpang Lima Gumul Kediri
Untuk penanganan kerusakan atas alat medik, teknisi elektromedik juga
dapat menanganinya secara internal. Yang dilakukan dan proses perbaikan
adalah:
1) Setiap keluhan alat kesehatan yang rusak akan dibuatkan Surat Perintah
Kerja (SPK).
2) Setelah teknisi elektromedik menerima SPK maka teknisi elektromedik
akan merespon dengan tenggat waktu kurang lebih 15 menit
3) Teknisi elektromedik akan menganalisa permasalahan yang ada, jika
teknisi bisa menangani permasalahan, uraian kerja pada SPK diisi
setelah itu dimintakan tanda tangan pada user.
30
2) Vendor alat medik bersangkutan juga akan mengeluarkan service report
bila perbaikan selesai tetapi jika permasalahan belum juga dapat
ditangani maka vendor akan membuat penawaran penggantian
sparepart
3) Pengajuan perbaikan dan pengantian sparepart akan diajukan melalui
Nota Dinas
4) Jika Nota Dinas turun dan isi disposisi “Untuk Ditindak Lanjuti” maka
akan ditindak lanjuti berkoordinasi dengan vendor .
31
o Memeriksa peralatan medis terhadap masalah
o Perbaikan peralatan medis
o Menyesuaikan pengaturan pada peralatan medis
o Pelabelan ulang peralatan medis
o Menghancurkan peralatan medis
o Memberitahukan kepada pengguna tentang masalah pada
peralatan medis.
o Pemantauan masalah kesehatan pasien akibat penggunaan
peralatan medis.
32
Peralatan medis dihapuskan apabila memenuhi antara lain :
a. Persyaratan teknis:
1) Secara fisik alat kesehatan tidak dapat digunakan karena rusak, dan
tidak ekonomis bila diperbaiki`
2) Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi`
3) Alat kesehatan telah melampaui batas usia teknis / kadaluarsa`
4) Alat kesehatan mengalami perubahan dalam spesifikasi karena
penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya`
b. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila alat
kesehatan dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaan alat
kesehatan lebih besar dari manfaat yang diperoleh.
c. Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan.
Penghapusan peralatan medis dari daftar barang pengguna dan/atau
daftar barang kuasa pengguna barang dilakukan sesuai persyaratan
administrasi dan peraturan yang berlaku.
33
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
34