Anda di halaman 1dari 2

Barang kebutuhan pokok adalah barang yang menyangkut hajat

hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang


tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Perpres 71 Tahun 2015 tentang
Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan
Barang Penting.
Penetapan barang kebutuhan pokok tersebut dilakukan
berdasarkan alokasi pengeluaran rumah tangga secara nasional
tinggi dan memperhatikan barang kebutuhan pokok dimaksud
sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan/atau memiliki
kandungan gizi tinggi. (Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) Perpres 71
Tahun 2015).
Ketersedian dan Keterjangkauan, pangan pokok (termasuk beras)
adalah pangan yang diperuntukkan sebagai makanan utama
sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifkan
lokal. (Pasal 1 angka 15 UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan).
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi
pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan yang
terjangkau dan berkelanjutan. (Pasal 12 ayat (1) dan ayat (4) UU
18 Tahun 2012 tentang Pangan).
Untuk pengendalian ketersediaan dan kestabilan harga dilakukan
melalui pengawasan terhadap jumlah yang memadai, mutu yang
baik, dan harga yang terjangkau dengan membina pelaku usaha
dan melakukan pemantauan dan pengawasan harga. (Pasal 3 ayat
(1) dan ayat (2) Perpres 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan
Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting).
Oleh karena itu, distribusi, pemasaran, perdagangan, stabilisasi
pasokan dan harga pangan pokok, dan bantuan pangan perlu
dilakukan pengaturan. (Pasal 46 ayat (2) UU 18 Tahun 2012
tentang Pangan).
Distribusi pangan dilakukan melalui pengembangan sistem
distribusi, pengelolaan sistem dan perwujudan kelancaran dan
keamanan distribusi pangan. (Pasal 47 dan Pasal 48 UU 18 Tahun
2012 tentang Pangan).
Pemasaran dilakukan melalui pembinaan untuk peningkatan
kemampuan penerapan tata cara pemasaran yang baik. (Pasal 50
UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan).
Perdagangan pangan bertujuan untuk stabilisasi pasokan dan
harga pangan, terutama pangan pokok, manajemen cadangan
pangan, dan penciptaan iklim usaha pangan yang sehat. Oleh
karena itu juga diatur mengenai mekanisme, tata cara, dan jumlah
maksimal penyimpanan pangan pokok oleh pelaku usaha pangan.
(Pasal 51 dan Pasal 52 UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan
Pasal 5, Pasal 11 Perpres 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan
Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting).
Untuk itu pelaku usaha pangan yang sengaja melakukan
penimbunan atau penyimpanan pangan pokok melebihi jumlah
maksimal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang
mengakibatkan harga pangan pokok menjadi mahal atau
melambung tinggi dikenai sanksi pidana paling lama 7 (tujuh)
tahun atau denda paling banyak 100 milyar. (Pasal 53 Juncto
Pasal 133 UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Pasal 11
Perpres 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting).
Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Pokok. Pemerintah
berkewajiban melakukan stabilisasi pasokan dan harga pangan
pokok di tingkat produsen dan konsumen untuk melindungi
pendapatan dan daya beli petani, pelaku usaha pangan mikro dan
kecil, serta menjaga keterjangkauan konsumen terhadap pangan
pokok. (Pasal 55 UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan).
Untuk melakukan stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok,
Pemerintah mempunyai kewenangan menetapkan harga pada
tingkat produsen dan konsumen sebagai pedoman pembelian dan
penjualan pangan pokok Pemerintah. (Pasal 56 UU 18 Tahun 2012
tentang Pangan dan Pasal 4 Perpres 71 Tahun 2015 tentang
Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan
Barang Penting).

Anda mungkin juga menyukai