Laporan Pendahuluan Epilepsi
Laporan Pendahuluan Epilepsi
1. Defenisi
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto,
2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2010).
2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik), sering
terjadi pada:
e) Tumor otak
ialah epilepsi idopatik, Remote Simtomatik Epilepsi (RSE), epilepsi simtomatik akut dan
epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal.
Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan
RSE dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-
neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, apabila defisit neurologik
terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12
bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama kecuali bangkitan pertama yang terjadi
pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan
pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan
resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan
Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni pada
bulan pertama dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya gangguan pada ibu
hamil muda seperti infeksi, demam tinggi, kurang gizi (malnutrisi) yang bisa
menimbulkan bekas berupa kerentanan untuk terjadinya kejang. Proses persalinan yang
sulit, persalinan kurang bulan atau telat bulan (serotinus) mengakibatkan otak janin
sempat mengalami kekurangan zat asam dan ini berpotensi menjadi ''embrio'' epilepsi
bahkan bayi yang tidak segera menangis saat lahir atau adanya gangguan pada otak
seperti infeksi/ radang otak dan selaput otak, cedera karena benturan fisik/ trauma serta
adanya tumor otak atau kelainan pembuluh darah otak juga memberikan kontribusi
terjadinya epilepsi.
Tabel 01. Penyebab- penyebab kejang pada epilepsi
Infeksi akut
Malformasi kongenital
Gangguan genetic
Infeksi akut
Trauma
Kejang demam
Trauma
Malformasi anteriovena
Alkoholisme
Tumor otak
Penyakit serebrovaskular
Alkoholisme
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab
2. Simtomatik: bila ada penyebabnya, letak fokus pada pada semua lobus otak
normal
Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh
saja
Fokal motorik menjalar: epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan
Postural: epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap
tertentu
Disertai gangguan fonasi: epilepsi disertai arus bicara yang terhenti atau
halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang
disertai vertigo).
jarum.
Disertai vertigo
Ilusi: perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau
lebih besar.
permulaan kesadaran.
Dengan automatisme
tonik, klonik).
tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila
diajak bicara. Biasanya epilepsi ini berlangsung selama ¼ – ½ menit dan
dijumpai pada kelopak mata atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya
bilateral.
mengedang.
Dengan automatisme
Dapat disertai:
b. Grand Mal
1. Kejang mioklonik
dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau
2. Kejang klonik
ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan
pada anak.
3. Kejang tonik
menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal
dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-
menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya
berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila
pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi
5. Kejang atonik
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola
4. Patofisiologi
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta
neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik
saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat
terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan
oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini
aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya
dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami
muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang
lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang
mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti
pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang
lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai
penurunan kesadaran.
Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf, sehingga
sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya influx ke
intraseluler. Jika natrium yang seharusnya banyak di luar membrane sel itu masuk ke
dalam membran sel sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ion yang mengubah
inhibitorik.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik.
Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut. Lesi
di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat apileptogenik,
sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat
membran sel, sel fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk
yang berikut :
a) Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-
aminobutirat (GABA).
1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan
cairan atau darah dalam tubuh terutama karena pendarahan; kondisi yang
Kerusakan neuron
G3 presesi
Ketidak sambungan lektrolit sensori
Isolasi
sosial
G3b depolarisasi (ke listrikan saraf) KEJANG
Parsial Umum
sederhana komplex
4. Manifestasi Klinik
a. Kehilangan kesadaran
b. Aktivitas motorik
1) Tonik klonik
5) Sentakan wajah
c. Fungsi pernafasan
1) Takipnea
2) Apnea
3) Kesulitan bernafas
menghilang dan tidak mampu bereaksi terhadap rangsangan. Tidak ada respon
nyeri. Badan tertarik ke segala penjuru. Kedua lengan dan tangannya kejang,
mata berputar-putar. Dari liang mulut keluar busa. Napasnya sesak dan jantung
berdebar. Raut mukanya pucat dan badannya berlumuran keringat. Terkadang diikuti
sekelompok sel-sel otak yang secara spontan, di luar kehendak, tiba-tiba melepaskan
muatan listrik.
5. pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada otak,
simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT
scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas
tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik
yang jelas
menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi).
Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak
6. Pemeriksaan Penunjang
pengobatan
Sel darah merah, anemia aplestin mungkin sebagai akibat dari therapy obat
Kadar obat pada serum : untuk membuktikan batas obat anti epilepsi yang teurapetik
7. Penatalaksanaan
b. Tersedia obat – obat yang dapat mengurangi frekuensi kejang yang didalam seseorang
Anti konvulson
Sedatif
Barbiroratfenitoin (difenilhidantoin)
karbamazepin
Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran pengobatan
normal.
1. Selama kejang
a) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
c) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam
giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien
melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan
biasa disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti
aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan
b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan
d) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang
g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk
menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang
lembut
8. Pencegahan
untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan
obat antikonvulsi (konvulsi: spasma autau kekejangan kontruksi otot keras dan terlalu
banyak disebabkan oleh proses pada sistem saraf pusat, yang menimbulkan pula
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah.
Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang
aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan
epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita
dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi)
harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera
akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan
persalinan.
dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti
konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana
pencegahan ini.
a. Pengkajian
ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan
alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang
Kontak sosial? Apakah pengalaman kerja? Mekanisme koping apa yang digunakan?
1. Identitas
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan,
mulai timbul. Biasanya ditandai dengan anak mulai rewel, kelihatan pucat, demam,
anemia, terjadi pendarahan (pendarah gusi dan memar tanpa sebab), kelemahan.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh
ibu. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm
atau tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak.
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak
penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
a) Selama serangan :
Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu
b) Sesudah serangan
Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama
jantung.
d) Riwayat Penyakit
Frekuensi serangan.
Pemeriksaan fisik
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
3. Penglihatan (mata)
4. Makanan / cairan
5. Ekstremitas:
6. Integritas ego
7. Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing.
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
9. Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal, akumulasi cairan.
otak
DO:
tidak efektif
apnea, cianosis
Adanya obstruksi
oblongata
Mengganggu pusat
respiratori
b. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).
c. Intervensi
keseimbangan).
Tujuan :
Kriteria hasil :
tidak terjadi cedera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada
Intervensi Rasional
Kaji :
selanjutnya.
Observasi:
Letakkan pasien di tempat yang rendahArea yang rendah dan datar dapat
kembali
kejang
tidak biasa yang dialami beberapa saatsebelum terjadinya kejang pada pasien
sebelum kejang
Kolaborasi:
Berikan obat anti konvulsan sesuai advice Mengurangi aktivitas kejang yang
Edukasi:
Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika Sebagai informasi pada perawat untuk
pasien kejang
Tujuan :
Kriteria hasil :
nafas normal (16-20 kali/ menit), tidak terjadi aspirasi, tidak ada dispnea
Intervensi Rasional
Kaji :
selanjutnya
Observasi
dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat masuknya sesuatu benda asing ke faring.
jalan nafas
Kolaborasi
Edukasi
Dx 3. Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
Kaji :
Identifikasi dengan pasien, factor- factor yangfactor yang menyebabkan isolasi sosial
pasien
Mandiri
Kolaborasi:
sama.
Edukasi:
Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan selama … pasien tidak mengalami gangguan pola
Intervensi Rasional
Kaji :
selanjutnya
Observasi :
Mandiri :
Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan Dapat mencegah tergigitnya lidah, dan
jika diperlukan
Lakukan penghisapan sesuai sesuai indikasi Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia
Kolaborasi:
Edukasi :
Tujuan :
kriteria hasil :
yang telah diberikan, mulai merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang
diresepkan.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji :
pasien
Observasi :
Mandiri :
Kolaborasi :
Diskusikan manfaat kesalahan umum Aktivitas yang sedang & teratur dapat
presdiposisi
Edukasi :
tentang interaksi obat yang potensial satu penyakit & cara menanganinya
indikasi
d. Evaluasi
b. Tidak ada obstruksi lidah, pasien tidak mengalami apnea dan aspirasi
c. Pasien dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan sekitar, pasien tidak menarik
diri (minder)
Brunner and Sudarth, 2010 Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Jakarta ; EGC