Makalah Askeb Persalinan Dan BBL Buk Pipit
Makalah Askeb Persalinan Dan BBL Buk Pipit
OLEH
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi
Neonatus adalah bayi dari umur 4 minggu, lahir biasanya dengan cara gestasi 38
-42minggu (Ilyas Jumani,1994).
Bayi Baru Lahir adalah seorang bayi yang dilahirkan setelah 37 minggu (menstrual)kehamilan lengkap
sampai 42 minggu kehamilan lengkap (260-294 hari)dianggap bayi cukup bulan oleh kebanyakan ahli
(Gary Cuningham, 1995).
Neonatus adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalanlahir normal
atau dengan cara pembedahan (Laksman,1998).
Neonatus adalah bayi baru lahir mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diridari
kehidupan intra uteri ke kehidpan ekstra uteri (Marlyn dongoes,1999).
Neonatus adalah bayi baru lahir, bayi dalam 28 hari pertama kehidupannya(Broker,Cristine.2001).
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadimandiri
secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula beradadalam lingkungan
interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi(O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segalakebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannyasendiri yang
baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,mengatur suhu tubuh
dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luarrahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung
hingga 1 bulan atau lebih setelahkelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya adalah umbilical cord yang merupakan suatu tali yang
menghubungkan janin dengan uri atau placenta. Sebab semasa dalam rahim, tali inilah yang
menjalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin
dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat bernapas sendiri
melalui hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera
dipotong dan dijepit ( Baety, 2011).
2.2 Ciri Umum Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat Funiculus umbilicalis yang terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai
daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta. Funiculus umbilicalisberbentuk seperti
tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40
puntiran spiral. Pada saat aterm, funiculus umbilicalis panjangnya 50-55 cm, diameternya 1-2,5 cm
dan berwarna putih kuning. (Baety, 2011, p.40). Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air
ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, disertai dengan mobilitas bayi
yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin),
maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat
terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan asfiksia
karena oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan (Baety, 2011, p.44).
Tali pusat selain sebuah tali yang memanjang, ada dua fungsi yang sangat berperan penting bagi
kehidupan janin selama dalam kandungan yaitu pertama sebagai saluran yang menghubungkan
antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan
antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
Sehingga janin mendapat asupan yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim. Kedua, sebagai
saluran pertukaran bahan sisa seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui
pembuluh darah arteri umbilicalis (Baety, 2011, p. 41).
2.4 Pemotongan Tali Pusat
Management aktif persalinan kala tiga terdiri dari intervensi yang direncanakan untuk mempercepat
pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan untuk mencegah perdarahan pasca
persalinan (PPP) dengan menghindari atonia uteri. Menurut Prendiville (2000) komponen dari
management aktif persalinan kala tiga adalah:
a. Memberi obat uterotonika (untuk mencegha kontraksi rahim) dalam waktu dua menit setelah
kelahiran bayi.
b. Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah lahir.
c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan tekanan
terhadap rahim melalui perut.
Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera bayi lahir akan dilakukan
pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes RI, 2008, bahwa segera bayi lahir harus dikeringkan dan
membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat harus menggunakan klem
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3cm dari umbilicus bayi. Setelah jepitan
pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi kearah ibu dengan memasang klem kedua dengan jarak
2cm dari klem pertama. Dengan menggunakan tangan kiri di antara sela jari tengah tali pusat
dipotong diantara kedua klem (Depkes RI, 2008, p. 126). Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang
harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Pengenalan dan
pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang
terinfeksi umumnya merah dan bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika
pembengkakan terbatas pada daerah <1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali
pusat lokal atau terbatas. Bila disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi
abdomen, obati sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007, p.165).
1 Alat
- klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT) 2 buah
- gunting tali pusat desinfeksi tingkat tinggi 1 buah.
- Handscoen steril 1 buah.
2 Cara pemotongan
a. Cuci tangan terlebih dahulu atau celup tangan dalam larutan klorin.
Kemudian gunakan handscoon steril.
b. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali tali pusat.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.
Kemudian melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari
klem pertama.
d. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, kemudian tangan yang lain memotong tali pusat
diantara 2 klem tersebut dengan gunting tali pusat. (JNPK-KR, 2008 : 130).
2.5 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat
Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu terhenti. Tali pusat yang masih menempel
pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat
sangat dipengaruhi oleh Jelly Wharton atau aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali
pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor
(Sastrawinata, 1983,p 122). Pada sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab utama terjadinya
infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan
bersih. Tali pusat dijadikan tempatkoloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Penyakit
tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan basil clostridium tetani yang dapat
mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan
“Tetanospasmin” yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot
(Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010, P.84-85).
2.6 Lama Pelepasan Tali Pusat
Tali pusat umumnya berwarna kebiru-biruan dan panjangsekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong.
Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika
tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat
jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi
(umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam satu minggu setelah lahir
dan luka akan sembuh dalam 15 hari (Meiliya & Karyuni, 2008, p.165). Tali pusat sebaiknya dibiarkan
lepas dengan sendirinya. Jangan memegang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu bisa menyebabkan tetanus neonatorum. Untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
selain menjaga prinsip pencegahan infeksi, ibu juga harus mendapatkan suntik TT selama hamil
(Wahyono, 1998, p.8).
- Pencegahan Infeksi
a. Tujuan pencegahan infeksi
Tujuan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen komponen lain dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
jalan menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-
upaya untuk menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya, seperti
misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.(JNPK-KR, 2002, p. 1-8)
b. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi
Prinsip pencegahan infeksi yang efektif didasarkan padaprinsip-prinsip berikut ini:
1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit
karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
3) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah
bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa ataudarah, harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya
telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (JNPK-KR,
2002, p. 1-9).
- Tindakan-tindakan pencegahan infeksi
Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantumencegah mikroorganisme berpindah dari
satu individu ke individun lainnya (ibu, bayi baru lahir, dan para penolong persalinan) dan
menyebarkan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut dibawah ini:
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih.
2) Memakai sarung tangan.
3) Memakai perlengkapan pelindung (celemek/baju penutup,
kacamata, sepatu tertutup).
4) Menggunakan asepsis atau tekhnik aseptik.
5) Memproses alat bekas pakai.
6) Menangani peralatan tajam dengan aman.
7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan
sampah secara benar (JNPK-KR, 2002, p. 1-10).
E. Persiapan Alat Untuk Melakukan Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Persediaan alat-alat
Perlengkapan yang diperlukan di kamar bersalin ialah:
1. Alat penghisap lendir (mucus extractor);
2. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi;
3. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan laringoskop kecil, masker muka
kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk pernapasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-
obat seperti larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya dan nalorfin
sebagai antidotum terdapat obat-obat berasal dari morfin atau petidin yang dapat mengakibatkan
penekanan pernapasan pada bayi serta pemberian vitamin K yang untuk mencegah terjadinya
perdarahan sebagai akibat dari ibu yang mendapat fenobarbital atau fenobarbital dan phenytoin, bayi
yang kekurangan vitamin K yang perlu sebagai koenzim untuk membentuk faktor II, VII, IX, X serta
bayi yang mendapat air susu ibu;
4. Alat pemotong dan pengikat tali-pusat serta obat antiseptik dan kain kasa steril untuk merawat
tali pusar;
5. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu;
6. Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril, dan dilengkapi panas
pada waktu dipindah dari kamar bersalin ke tempat perawatan.
7. Lain-lain: kapas, kain kasa, baju steril, serta obat antiseptik yang akan dipakai oleh dokter,
mahasiswa, bidan dan peraawat sebelum menolong yang akan lahir;
8. Stop-watch dan termometer;
9. Bila kamar bersalin dingin oleh karena udara di daerah tersebut dingin atau oleh karena
pemakaian alat pendingin, sebaiknya tempat untuk resusitasi diberi pemanasan khusus, supaya bayi
tidak kedinginan dan menderita trauma dingin atau cold injury. Seperti diketahui bayi baru lahir
terutama kehilangan panas oleh karena evaporasi (oleh sebab bayi basah) dan radiasi. Untuk
mengatasi hal tersebut maka bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan handuk kering dan
diletakkan di ruangan dengan suhu 280C-300C untuk mengurangi kehilangan panas kearena radiasi.
10. Sebelum bayi lahir semua hal tersebut di atas harus diperiksa apakah sudah steril, apakah semua
alat sudah lengkap, dan apakah tidak ada yang macet. Tindakan umum pada semua bayi di kamar
bersalin dan di tempat perawatan lainnya harus aseptik, suhu lingkungan harus diatur dan jalan napas
harus selalu bebas.
3. Isap lendir
Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;
· Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
· Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.
· Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau lebih dari
3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-
tiba berhenti napas.
1. PENGERTIAN
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital
lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang
adekwat (Rilantono, 1999).Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi
kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.kegawatdaruratan
pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6
menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk
menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas
merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten.Perawat harus dapat
membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu
menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997)
ETIOLOGI/PENYEBAB
Penyebabnya karena terjadinya oksigenasi yang tidak efektif dan perfusi yang tidak adekuat pada
neonatus dapat berlangsung sejak saat sebelum persalinan hingga masa persalinan.
2. FISIOLOGI
Waktu bayi lahir ,napas pertama terjadi karena rangsangan udara dingin, cahaya,perubahan biokomia
darah dsb. Cairan yang ada pada paru-paru sebagian besar akan dikeluarkan pada saat bayi dilahirkan
karena tekanan jalan lahir pada dinding thorak ( squeeze) dan sebagian kecil diserap oleh pembuluh
darah kecil. Sirkulasi darah berubah dari sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Pada saat bayi dilahirkan
dan terjadi pernapasan alveoli yang padea saat belum lahir berisi air,akan berkembang dengan berisi
udara. Aliran darah ke paru akan bertambah karena oksigen yang didapat bayi akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah paru.Aliran darah balik paru ( venous return ) akan meningkat. Sehingga
akibatnya akan terjadi aliran darah keluyar dari ventrikel kiri. Pada bayi baru lahir yang normal
penutupan duktus arteriosus dan penurunan tahanan pembuluh darah paru akan berakibat
penurunan tekanan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Penurunan terendah terjadi 2 atau 3 hari
post natal Kadang-kadang sampai lebih dari 7 hari post natal ( Behrman , 1992 ).
3. PATOFISIOLOGI
a. Masalah Pelayanan Perinatal
Sebagian besar kehamilan (65%) tidak mendapat pemeriksaan antenatal sedangkan persalinan
umumnya (90%) masih ditolong oleh dukun.Kualitas pelayanan antenatal sesuai tingkat pelayanan
masih belum memadai sehingga kehamilan risiko tinggi mungkin tidak mendapat pelayanan yang
tepat.
b. Pelayanan Intranatal
Kematian terbesar terjadi pada saat intranatal, dan saat ini memang sangat kritis mengingat faktor
yang berkaitan, yaitu penyakit ibu, plasenta dan janin.Penyakit ibu dapat lebih mudah diketahui,
tetapi keadaan dan fungsi plasenta serta keadaan janin sulit diketahui.Gerakan janin mungkin dapat
dipakai sebagai patokan kesejahteraan janin, walaupun mungkin sangat kasar.Besar janin dapat
disebagai pertanda nutrisi janin masih adekuat tetapi suplai oksigen mungkin amat sukar untuk
diketahui. Untuk itu maka pada pusat rujukan diperlukan alat bantu pemantau elektronik.
Pengenalan dan kesadaran akan adanya faktor risiko merupakan awal dari proses rujukan. Rujukan
yang tepat akan dapat mengurangi kematian perinatal.
c. Pelayanan Postnatal
Kehidupan dan kualitas bayi baru lahir amat ditentukan oleh pelayanan kebidanan. Sejak saat lahir
bayi dapat mengalami cedera seperti trauma lahir, trauma dingin, renjatan, resusitasi yang tidak
adekuat atau infeksi. Bayi dapat menderita renjatan, bradikardia yang tidak segera diatasi dan baru
disadari bahwa bayi tersebut “sakit” dan timbul gangguan pernafasan. Bayi risiko tinggi memerlukan
perawatan intensif, untuk itu pengenalan faktor risiko dan proses rujukan merupakan kunci
keberhasilan usaha menurunkan kematian perinatal. Pemberian ASI telah terbukti dapat mengurangi
angka kesakitan akibat infeksi. Untuk itu perlu ditingkatkan terus usaha promosi ASI dan byi baru
lahir yang memerlukan resusitasi adalah program rawat gabung.
4. MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
Gejala umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi adalah bayi yang
baru lahir namun tidak mampu untuk menghirup oksigen dengan adekuat dengan tanda dan gejala :
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis,
pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
A.Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
1. sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke
posterior.
2. kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat
anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3. kerusakan neurologis.
4. kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau
kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
T Sungkup (Facemask).
Sungkup harus erat dengn mulut dan hidung tanpa menutupi mata.Ukurannya biasanya 0 dan 1 dan
berbentuk bulat atau anatomis. Penting melakukan pengetesan alat sebelum dipakai dengan
menempelkan ke telapak tangan untuk mengetahui tekanan yang adekuat, katup yang bekerja dengn
baik, dan tidak ada kerusakan lain.
Dua kontra indikasi penting untuk ventilasi kantong dan sungkup adalah:
1. Cairan bercampur mekonium yang kental sebelum suction trakeal.
2. Hernia diafragmatika.
Intubasi Endotrakeal
Indikasi intubasi endotrakeal adalah:
- Ventilasi kantong dan sungkup yang tidak efektif
- Dengan kompresi dada
- Saat diperlukan suction trakeal
- Hernia diafragmatika
- Bayi dengan berat lahir sangat rendah
- Untuk pemberian obat endotrakeal.
Kedalaman tuba endotrakeal yang dimasukkan untuk intubasi orotrakheal dapat dihitung dengan
rumus: “berat badan bayi dalam Kg ditambah 6 cm” : ini adalah kedalaman di bibir dalam cm. Intubasi
oral dilakukan menggunakan laringoskop dengan blade lurus (ukuran 0 untuk preterm dan ukuran 1
untuk bayi aterm). Bayi diletakkan di permukaan yang rata dengan kepala di tengah dan leher agak
ekstensi.Operator berdiri di sebelah atas kepala bayi, memegang laringoskop di tangan kiri, dan
menstabilkan kepala bayi dengan tangan kanan.Blade laringoskop dimasukkan melewati lidah dan
ujungnya diarahkan ke epiglotis.Blade lalu diangkat untuk membuat kotak suara terlihat, lalu tuba
endotrakeal dimasukkan.Mungkin diperlukan penekanan pada krikoid.
Konfirmasi terpasangnya tuba endotrakeal dengan mendengarkan bunyi napas yang sama di kedua
aksila, terdapat perbaikan denyut jantung, aktivitas dan warna kulit, tampak dada yang naik turun,
dan terdapat uap yang mengembun pada bagian dalam tuba endotrakeal setiap ekshalasi. Tiga hal
yang harus dilakukan setelah intubasi adalah memperhatikan penanda cm pada tuba setinggi bibir
atas, fiksasi pada wajah, dan pemendekan ujung tuba hingga 4cm dari atas bibir. Komplikasi yang
dapat terjadi: hipoksia, bradikardi, apnea, pneumotroraks, cedera jaringan lunak, dan infeksi.
T Kompresi dada.
Kompresi dada diindikasikan bila, setelah 30 menit ventilasi dengan kantong dan sungkup 100%
oksigen, denyut jantung masih tetap dibawah 60 kali per menit. Kompresi dada harus selalu disertai
ventilasi dengan 100% oksigen.
T Teknik Kompresi.
Teknik yang dapat digunakan adalah teknik dengan dua telapak tangan dan teknik dua jari.Teknik dua
telapak tangan adalah teknik yang lebih disukai. Kedua ibu jari diletakkan di sternum, berdekatan atau
saling tumpang tindih, dan jari yang lain mengelilingi dada dan menopang bagian belakang. Cara
lainnya, dua jari diletakkan di atas sternum, sedangkan tangan yang lainnya menopang bagian
belakang.
Tekanan yang diperlukan adalah penekanan dada sedalam kira-kira sepertiga diameter
anteroposterior dada, dilakukan pada sepertiga sternum bagian bawah.Kompresi dada harus
dilakukan dengan lembut dan menghasilkan pulsasi yang teraba. Selama melakukan kompresi dada,
jangan mengangkat ibu jari atau kedua jari dari sternum. Diperlukan 3 kompesi dada dan 1 ventilasi
(3:1), dengan total 90 kompresi dada dan 30 ventilasi dalam satu menit.Denyut jantung diperiksa
ulang tiap 30 detik dan kompresi dada terus dilanjutkan hingga denyut jantung lebih dari 60
kali/menit.Kompresi dada beresiko menimbulkan patah tulang rusuk dan pneumothoraks.Hindari
penekanan langsung pada tulang rusuk, xiphisternum dan abdomen.
T Obat-obatan
Obat-obatan jarang diperlukan pada resusitasi neonatus.Bradikardi yang dijumpai biasanya akibat
inflasi paru yang tidak adekuat atau hipoksia; bradikardi biasanya membaik dengan ventilasi yang
adekuat.Obat-obatan diperlukan hanya jika denyut jantng tetap dibawah 60 kali/menit meskipun
telah diberikan ventilasi dengan 100% oksigen dan kompresi dada.
T Rute pemberian
Rute pemberian yang lebih disukai adalah vena umbilikalis karena dapat diakses dengan mudah.
Semua obat-obatan dan volume expanders dapat melalui rute ini. Biasanya digunakan selang kateter
ukuran 5 Fr. Rute lain yang bias dipilih adalah vena perifer dan intratrakeal.
Obat yang bisa digunakan pada resusitasi neonatus adalah adrenalin, volume expanders, naloxone
dan sodium bikarbonat.
T Volume expanders
Hipovolemia saat kelahiran bermanifestasi sebagai pucat yang menetap selama oksigenasi, perfusi
yang jelek, nadi yang jelek meskipun denyut jantung baik dan tidak berespon pada resusitasi. NaCl
0,9% adalah cairan pilihan, dengan dosis 10 ml/kg IV selama 5 menit. Jika tanda-tanda hipovolemi
menetap, pemberian volume expanders dapat diulang.
T Naloxone
Naloxone hidroklorida adalah antagonis narkotika yang diindikasikan untuk depresi napas berat pada
neonatus dengan riwayat penggunaan narkotik pada ibu dalam 4 jam sebelum melahirkan. Bayi harus
diventilasi dan mengalami perbaikan denyut jantung dan warna kulit sebelum diberi naloxone.
Nalaxone tersedia dalam sediaan 0,4 mg/ml dan diberikan 0,1ml/kg IM atau IV.
T Adrenalin
Indikasi penggunaan adrenalin adalah denyut jantung dibawah 60/menit setelah 30 detik dilakukan
IPPV dan kompresi dada, atau jika terdapat asistol. Sediaan standar adrenalin adalah 1:1000, ini
diencerkan 10 kali hingga menjadi 1: 10.000 dan 0,1-0,3 ml/kg diberikan secara IV bolus cepat. Obat
ini memiliki efek inotropik dan kronotropik dan denyut jantung dapat meningkat lebih dari 100/menit
dalam 30 detik.Jika bradikardi menetap dapat diberikan ulang setelah 3-5 menit.
T Sodium bikarbonat.
Penggunaan obat ini hanya diindikasikan pada kasus henti jantung yang tidak berespon terhadap
terapi lain. Dosis yang diperlukan adalah 1-2mEq/kg dari sediaan larutan 0,5 mEq/ml yang diberikan
pelan selama 2 menit atau lebih.
Obat lain seperti atropin, dexamethasone, kalsium coramin dan dextrosa tidak berperan pada
resusitasi neonatus.
T Prosedur setelah resusitasi.
Penting untuk mendokumentasikan kondisi bayi saat lahir dan responnya terhadap resusitasi.Apgar
score pada menit pertama dan kelima berguna untuk kepentingan medis dan medikolegal.Setelah
ventilasi dan sirkulasi sudah tertangani, bayi harus dimonitor, diberikan layanan pendukung sesuai
indikasi, dan dijaga agar gula darahnya tetap dalam batas normal.
T Hipotermia terinduksi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipotermia terinduksi (sekitar 34°C) untuk anak-anak
dengan ensefalopati iskemik hipoksik dapat menurunkan mortalitas dan derajat kerusakan otak pada
beberapa diantaranya.Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menilai penggunaan metode
ini.Penghindaran hipertermia sangat penting bagi bayi yang mengalami hipoksia-iskemia. Orang tua
dan keluarga dari penderita harus diterangkan mengenai prosedur yang dijalani dan hal-hal yang akan
dilakukan setelah usaha resusitasi telah berhasil. Pada kondisi tertentu seperti pada prematuritas
berat dan malformasi kongenital yang mematikan, perlu dipertimbangkan penghentian atau malah
tidak perlu dilakukan resusitasi.
Asistol dan apnea selama lebih dari 10 menit meskipun dilakukan resusitasi yang adekuat dan
kontinyu biasanya jarang tidak menimbulkan kecacatan.Oleh karena itu jika telah dilakukan ventilasi
selama 30 menit dan hanya menghasilkan refleks gasping maka perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri usaha resusitasi.Keluarga harus dikonseling dan diberikan dukungan emosi.
A. Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
a. Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
Segera setelah bayi lahir
a. Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas
b. Apakah bayi lemas atau tungkai
B. Keputusan
Putusan perlu dilakukan tindakan resustasi apabila :
a. Air ketuban bercampur mekonium
b. Bayi tidak bernafas atau megap-megap
c. Bayi cemas atau tungkai
C. Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila :
a. Bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemas, lakukan langkah-langkah resustasi BBL
1. Persiapan Resustasi BBL
6. Persiapan keluarga
7. Persiapan tempat resusitasi
8. Persiapan alat
2. Langkah-langkah Resusitasi BBL
a. Langkah awal
Sambil melakukan langkah awal, beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan
untuk memulai bernafas dan minta keluarga mendampingi ibu.Langkah awal perlu dilakukan secara
cepat (dalam waktu 30 detik) secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi
baru lahir.
b. Jaga bayi tetap hangat
c. Atur posisi bayi
d. Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
- Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan penghisapan dari trakea
dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
e. Keringkan dan rangsang bayi
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
- Menepuk atau menyentil telapak kaki
- Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
f. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
g. Lakukan penilaian bayi.
h. Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui
persentuhan kulit ibu-bayi.
i. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan tindakan ventilasi, yaitu :
1. Pasang Sungkup
Pasang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
2. Ventilasi percobaan (2 x)
a. Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa memulai bernafas dan
sekaligus menguji apakah jalan nafas terbuka dan bebas.
b. Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang maka :
- Periksa posisi kepla, pastikan posisinya sudah benar
- Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran
- Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap kembali)
3. Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik)
a. Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik.
b. Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
4. Lakukan penilaian
a. Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi diberikan asuhan pasca
resusitasi
b. Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
c. Lakukan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya
d. Evaluasi hasil ventlasi setiap 30 detik
e. Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megak-megap. Bila bayi sudah mulai
bernapas normal, hentikan ventlasi dan pantau bayi dengna seksama, berikan asuhan pasca
resusitasi.
f. Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x
untuk 30 detik berikutnya dan nilai haslnya setiap 30 detik.
g. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit di ventilasi
h. Minta keluarga membantu persiapan rujukan
i. Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan
Faktor resiko yang berkaitan dengan kebutuhan tindakan resusitasi neonatus:
Faktor antepartum :
· Diabetes maternal
· Hipertensi dalam kehamilan
· Hipertensi kronik
· Anemia atau isoimunisasi
· Riwayat kematian janin dan neonates
· Perdarahan pada trimester dua dan tiga
· Infeksi maternal
· Ibu dengan penyakit jantung, ginjal,para tyroid, atau kelainan neurologi
· Polihydromion
· Oligohydromion
· Ketuban pecah dini
· Kehamila lewat waktu
· Kehamilan ganda
· Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
· Terapi obat-obatan seperti karbonatilium,magnesium, B bloker
· Ibu pengguna obat-obat bius
· Malformasi janin
· Berkurangnya gerakan janin
· Tanpa pemerikswaan antenatal
· Usia < 16 dan > 35
Faktor intrapartum
· Operasi saesar darurat
· Kelahiran dengan ekstraksi vakum
· Letak sungsang atau presentasi abnormal
· Kelahiran kurang bulan
· Persalinan presipitatus
· Chorioamnionitis
· KPD ( >18 jam sebelum persalinan)
· Partus lama (> 24 jam )
· Kala 2 lama ( >2 jam )
· Bradiukardi janin
· Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
· Pengguna anestesi umum
· Tetani uterus
· Penggunaan obat narkotik dalam 4 jam / kurang sebelum persalinan
· Air ketuban hijau kental bercampur mekoneum
· Prolaps tali pusat
· Solutio placenta
· Plasenta previa
Mengapa bayi kurang bulan memiliki resiko lebih tinggi ?
Beberapa faktor resiko tersebut ini dapat menyebabkan bayi lahir kurang bulan ( prematur ). Bayi
kurang bulan mempunyai karakteristik yang berbeda secara anatomi maupun fisologi jika
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Karakteristik tersebut adalah :
· Tredapat kekurangan surfaktan pada paru-paru sehingga menimbulkan kesulitanpada saat
memberikan ventilasi.
· Kulit yang tipis, lebih p[ermiabel, dan rasio yang besar antara luas permukaan kulit dibanding
masa tubuh, dan kurangnya jaringan lemak kulit memudahkan bayi kehilangan panas.
· Bayi seringkali lahir disertai infeksi
· Pembuluh darah otak sangat rapuh sehingga mudah menyebabakan perdarahan pada keadaan
stress.
Tindakan apa yang anda lakukan setelah resusitasi :
a. Perawatan rutin
Hampir 90 % bayi baru lahir merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan bersih dari cairsn
amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan langkah awal resusitasi.
Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan dengan meletakkan bayi di dada ibunya ,dikeringkan dan di
tutupi dengan selimut yang kering .kehangatan tubuh akan dipertahankan melalui kmontak kulit bayi
dengan kulit ibunya ( skin to skin contact) Membersihkan jalan napas atas dapat dilakukan bila
diperlukan dengan membersihan mulut dan hidung bayi . sambil melakukan langkah awal seperti ini ,
pengalaman terus menerus terrhadap usaha napas , aktivitas dan warna kulit tetap dilakukan untuk
menentukan perlunya tindakan tambahan.
b. Perawatan supportif
Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intrapartum , dengan mekoneum pada air ketuban atau pada
kulit ,gangguan usaha napas dan sianosis , memerlukan tindakan resusitasi saat lahir. Bayi-bayi ini
harus dievaluasi dan ditanggani dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awala
dengan benar . Bayi semacam ini tetap memiliki resiko perburukkan yang berhubungan dengan
masalah perinatal dan harus seringan dievaluasi selam masa neonatal ini .
C. Perawatan lanjut
Bayi yang mendapatkan ventilasi tekana positif atau tindakan lebih lanjut yang memerlukan tindakan
terus menerus,memiliki risiko yang berulang dan berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi pada
masa transisi.Bayi semacam ini pada umumnya harus ditanggani dalam ruanggan yang dapat
dilakukan pengawasan dan monitoring terus menerus.Bila perlu, dirujruk ke unit perawatan intensif.
Bagaimana bayi memperoleh oksigen sebelum lahir:
Sebelum lahir,seluruh oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui
plasenta yang berasal dari ibu diberikan pada darah janin.
Setelah lahir, bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera bergantung pada paru-
paru sebagai sumber utama oksigen .karena itu setelah beberapa saat paru-paru harus terisi oksigen
dan pembuluh darah di paru-paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dam
menyerap oksigen untuk di edarkan ke seluruh tubuh.
Perubahan yang terjadi pada saat kelahiran sehingga bayi mendapatkan oksigen dari paru-paru.
Secara normal ada tiga perubahan besar sesaat bayi lahir :
1. Cairan di dalam alveoli diserap ke dalam jaringan paru-paru dan diganti oleh udara.Oksigen yang
terkandung dalam udara akan berdifusi ke dalam pembuluh darah disekeliling alveoli.
2. Arteri umbilikalis terjepit . Keadaan ini akan menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan
meningkatkantekanan darah sistemik
3. Akibat tekanan udara peningkatan kadar oksigen di laveoli,pembuluh darah di paru-paru akan
mengalami relaksasi. Keadaan relaksasi ini bersama dengan peningkatan tekanan darah sistemik,akan
meningkatkan aliran darah pulmonal dan mengurangi aliran melalui duktus arteriosus. Oksigen dari
alveoli akan terserap oleh meningkatnya aliran darah paru dan darah yang kaya oksigen akan kembali
ke jantung kiri untuk kemudian di pompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Dibawah ini adalah beberapa keadaan yang menyulitka pada masa transisi:
1. Bayi tidak bernapas dengan untuk menyingkirkan cairan dari alveoli atau ben da-benda
asing ,seperti mekoneum yang mungkin menghambat udara masuk alveoli.Akibatnya paru-paru tidak
terisi udara dan oksigen tidak dapat diserap olerh aliran darah.
2. Kehilangan darah yang banyak dapat terjadi atau kontraktilitas jantung melemah/terjadi
bradikardi karena hipoksia sehingga peningkatan tekanan darah tidak terjadi ( hipotensi sistemik ).
3. Kekurangan oksigen atau kegagalan dari peningkatan tekanan udara di paru-paru akan
mengakibatakan arteriol di paru-paru tetap kontriksi. Arteriol-arteriol ini dapat terus kontriksi
sehingga menhalangi oksigen untuk mencapai jaringan tubuh.( hipertensi pulmonal persisten ).
Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis berikut:
1. Sianosis karena kekurangan oksigen didalam darah
2. Bradikardi karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
3. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,kehilangan darah,atau
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
4. Depresi pernapasan karena kekurangan oksigen pada otak.
5. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak dan otot.
A. Bounding Attachment
Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment. Bounding adalah
proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah
sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal
ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang
tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan. Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang, mungkin mulai di awal kehamilan dan
berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkan.
Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut permintaan
atau pesanan. Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan,bahkan sebelum konsepsi
dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun
setelah kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi
pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap diri sendiri dan
kondisiemosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada
bayinya. Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat proses
terjalinnya ikatan antara ibu dengan bayinya.
a. Bounding attachment menurut tokoh-tokoh yaitu :
Harfiah, Bounding : ikatan, Attachment : sentuhan
Menurut Klaus, Kenell (1982) : bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
Nelson (1986), Bounding : dimulainya interaksi emosisensorik fisik antara orang tua dan bayi segera
setelah lahir, Attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian,
yaitu hubungan emosi danfisik yang akrab.
Saxton dan Pelikan (1996), Bounding : adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi
(kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir Attachment: adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Parmi (2000) : suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon
antara orang tua dan bayi lahir.
Perry (2002), Bounding : proses pembentukan attachment atau membangun ikatan. Attachment:
suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan
orang tua dan bayi.
Subroto (Cit Lestari, 2002) : sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin
antara orang tua dan bayi.
b. Tahap-Tahap Bounding Attachment :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Adapun interaksi yang menyenangkan, misalnya :
1) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.
2) Sentuhan pada pipi.
Sentuhan ini dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya gerakan muka bayi kearah
muka ibu atau kearah payudara sehingga bayi akan mengusap-usap menggunakan hidung serta
menjilat putingnya, dan terjadilah rangsangan untuk sekresi prolaktin.
3) Tatap mata bayi dan ibu.
Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan saling memiliki antara ibu dan
bayi.
4) Tangis bayi.
c. Manfaat Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
3. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.
Kondisi yang Memengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
1. Kurang kasih sayang.
2. Persaingan tugas orang tua.
3. Pengalaman melahirkan.
4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5. Cemas tentang biaya.
6. Kelainan pada bayi.
7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8. Tangisan bayi.
9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
d. Elemen-Elemen Bounding Attachment
Sentuhan atau indera peraba : dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai
suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung
jarinya.
Kontak mata : Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang
tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu
mengatakan dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus,
Kennell, 1982).
Suara : Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
Aroma : Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983).
Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
Entrainment : Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.
Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.
Bioritme : Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah
ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan
interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
D. Analisis Kasus
Sibling Rivarlry
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan
perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih
atau kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry atau
perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-
11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry.