Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

OLEH

AURA PUTRI SALSABILA


214210367 / 2 A

BAB I
PENDAHULUAN
Definisi
Neonatus adalah bayi dari umur 4 minggu, lahir biasanya dengan cara gestasi 38
-42minggu (Ilyas Jumani,1994).
Bayi Baru Lahir adalah seorang bayi yang dilahirkan setelah 37 minggu (menstrual)kehamilan lengkap
sampai 42 minggu kehamilan lengkap (260-294 hari)dianggap bayi cukup bulan oleh kebanyakan ahli
(Gary Cuningham, 1995).
  Neonatus adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalanlahir normal
atau dengan cara pembedahan (Laksman,1998).
  Neonatus adalah bayi baru lahir mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diridari
kehidupan intra uteri ke kehidpan ekstra uteri (Marlyn dongoes,1999).
  Neonatus adalah bayi baru lahir, bayi dalam 28 hari pertama kehidupannya(Broker,Cristine.2001).
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadimandiri
secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula beradadalam lingkungan
interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi(O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segalakebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannyasendiri yang
baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,mengatur suhu tubuh
dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luarrahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung
hingga 1 bulan atau lebih setelahkelahiran untuk beberapa sistem tubuh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya adalah umbilical cord yang merupakan suatu tali yang
menghubungkan janin dengan uri atau placenta. Sebab semasa dalam rahim, tali inilah yang
menjalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin
dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat bernapas sendiri
melalui hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera
dipotong dan dijepit ( Baety, 2011).
2.2 Ciri Umum Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat Funiculus umbilicalis yang terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai
daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta. Funiculus umbilicalisberbentuk seperti
tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40
puntiran spiral. Pada saat aterm, funiculus umbilicalis panjangnya 50-55 cm, diameternya 1-2,5 cm
dan berwarna putih kuning. (Baety, 2011, p.40). Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air
ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, disertai dengan mobilitas bayi
yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin),
maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat
terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan asfiksia
karena oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan (Baety, 2011, p.44).

2.3 Fungsi Tali Pusat

Tali pusat selain sebuah tali yang memanjang, ada dua fungsi yang sangat berperan penting bagi
kehidupan janin selama dalam kandungan yaitu pertama sebagai saluran yang menghubungkan
antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan
antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
Sehingga janin mendapat asupan yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim. Kedua, sebagai
saluran pertukaran bahan sisa seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui
pembuluh darah arteri umbilicalis (Baety, 2011, p. 41).
2.4 Pemotongan Tali Pusat
Management aktif persalinan kala tiga terdiri dari intervensi yang direncanakan untuk mempercepat
pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan untuk mencegah perdarahan pasca
persalinan (PPP) dengan menghindari atonia uteri. Menurut Prendiville (2000) komponen dari
management aktif persalinan kala tiga adalah:
a.       Memberi obat uterotonika (untuk mencegha kontraksi rahim) dalam waktu dua menit setelah
kelahiran bayi.
b.      Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah lahir.
c.       Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan tekanan
terhadap rahim melalui perut.
Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera bayi lahir akan dilakukan
pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes RI, 2008, bahwa segera bayi lahir harus dikeringkan dan
membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat harus menggunakan klem
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3cm dari umbilicus bayi. Setelah jepitan
pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi kearah ibu dengan memasang klem kedua dengan jarak
2cm dari klem pertama. Dengan menggunakan tangan kiri di antara sela jari tengah tali pusat
dipotong diantara kedua klem (Depkes RI, 2008, p. 126). Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang
harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Pengenalan dan
pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang
terinfeksi umumnya merah dan bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika
pembengkakan terbatas pada daerah <1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali
pusat lokal atau terbatas. Bila disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi
abdomen, obati sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007, p.165).
1 Alat
- klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT) 2 buah
- gunting tali pusat desinfeksi tingkat tinggi 1 buah.
- Handscoen steril 1 buah.

2 Cara pemotongan
a. Cuci tangan terlebih dahulu atau celup tangan dalam larutan klorin.
                  Kemudian gunakan handscoon steril.
b. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
                  kecuali tali pusat.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.
    Kemudian melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem
    kedua 2 cm dari
    klem pertama.
d. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan

    perlindungan jari-jari tangan kiri, kemudian tangan yang lain memotong tali pusat
    diantara 2 klem tersebut dengan gunting tali pusat. (JNPK-KR, 2008 : 130).
2.5 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat
Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu terhenti. Tali pusat yang masih menempel
pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat
sangat dipengaruhi oleh Jelly Wharton atau aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali
pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor
(Sastrawinata, 1983,p 122). Pada sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab utama terjadinya
infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan
bersih. Tali pusat dijadikan tempatkoloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Penyakit
tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan basil clostridium tetani yang dapat
mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan
“Tetanospasmin” yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot
(Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010, P.84-85).
2.6 Lama Pelepasan Tali Pusat

Tali pusat umumnya berwarna kebiru-biruan dan panjangsekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong.
Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika
tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat
jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi
(umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam satu minggu setelah lahir
dan luka akan sembuh dalam 15 hari (Meiliya & Karyuni, 2008, p.165). Tali pusat sebaiknya dibiarkan
lepas dengan sendirinya. Jangan memegang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu bisa menyebabkan tetanus neonatorum. Untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
selain menjaga prinsip pencegahan infeksi, ibu juga harus mendapatkan suntik TT selama hamil
(Wahyono, 1998, p.8).
-   Pencegahan Infeksi
a. Tujuan pencegahan infeksi
Tujuan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen komponen lain dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
jalan menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-
upaya untuk menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya, seperti
misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.(JNPK-KR, 2002, p. 1-8)
b. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi
Prinsip pencegahan infeksi yang efektif didasarkan padaprinsip-prinsip berikut   ini:
1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit
karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
3) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang  akan dan telah
bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa ataudarah, harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya   
    telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat  
    dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
    tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten  (JNPK-KR,
   2002, p. 1-9).
-         Tindakan-tindakan pencegahan infeksi

Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantumencegah mikroorganisme berpindah dari
satu individu ke individun lainnya (ibu, bayi baru lahir,  dan para penolong persalinan) dan
menyebarkan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut dibawah ini:
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih.
2) Memakai sarung tangan.
3) Memakai perlengkapan pelindung (celemek/baju penutup,
     kacamata, sepatu tertutup).
4) Menggunakan asepsis atau tekhnik aseptik.
5) Memproses alat bekas pakai.
6) Menangani peralatan tajam dengan aman.
7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan
    sampah secara benar (JNPK-KR, 2002, p. 1-10).

A.    Pengertian Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-
42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan,
menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Dona L. Wong, 2003).
B.     Definisi Asuhan Segera Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar
uteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang
tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya sebagai berikut (Fraser Diane, 2011):
1.      Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir,
melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan
handuk yang kering.
2.      Membersihkan jalan nafas.
3.      Memotong tali pusat.
4.      Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama maupun kartu
identitas.
5.      Pengkajian  kondisi  bayi  seperti  pada  menit  pertama  dan  kelima
setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan nilai Apgar.

C.    Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir


1.      Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir
Komponen asuhan BBL meliputi :
§  Pencegahan Infeksi
§  Penilaian segera setelah lahir
§  Pencegahan Kehilangan Panas Tubuh Bayi
§  Perawatan Tali Pusat
§  Inisiasi Menyusui Dini
§  Manajemen Laktasi
§  Pencegahan Infeksi Mata
§  Pemberian Vitamin K
§  Pemberian Imunisasi BBL
§  Pemeriksaan BBL
2.      Pencegahan Infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar atau terkontaminasi selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi
maka sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan BBL telah
melakukan upaya pencegahan infeksi sebagai berikut:
§  Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi
§  Pakai handskoon bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
§  Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, pengisapan lender
DeLee, alat resusitasi dan benang tali pusat delah di disinfeksi tingkat tinggi (DTT)  atau sterilisasi.
Gunakan bola karet penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lendir. Jangan
menggunakan bola karet penghisap sama untuk lebih dari satu bayi.
§  Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci bersih semua peralatan, setiap kali setelah digunakan.
3.      Penilaian Bayi Baru Lahir
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu.
Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan berikut:
§  Apakah bayi cukup bulan?
§  Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
§  Apakah bayi menangis atau bernafas?
§  Apakah tonus otot bayi baik?
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidan menangis atau
tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi. Untuk
BBL yang langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur dilakukan asuhan BBL normal.
4.      Pencegahan Umum Kehilangan Panas Tubuh Bayi
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika
tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia, sangan berisiko tinggi untuk menangani sakit berat bahkan kematian.
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi:
§  Evaporasi
Kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi karena
setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
§  Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengsn permukaan yang dingin
§  Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
§  Radiasi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai
suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Upaya mencegah kehilangan panas tubuh bayi:
§  Keringkan tubuh bayi segera setelah lahir tanpa membersihkan verniks
§  Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
§  Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
§  Jangan segera menimbang atau memandikan BBL

5.      Perawatan Tali Pusat


§  Jangan membungkus punting tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan apapun ke punting tali
pusat. Nasehatkan hal ini juga pada ibu dan keluarganya
§  Mengoleskan alkohol/ betadin masi diperkenankan, tetapi tidak untuk dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah/lembab
§  Nasehatkan pada ibu dan keluarganya:
a.       Melipat popok dibawah puntung tali pusat
b.      Bersihkan puntung tali pusat segera jika kotor dan segera keringkan.
c.       Jika tali pusat berdarah, menjadi merah, bernanah, dan atau berbau segera anjurkan ibu untuk
memeriksakan bayinya.
6.      Manajemen Laktasi
Tugas bidan berkaitan dg manajemen laktasi:
§  Memberdayakan ibu melakukan perawatan pd, cara menyusui, merawat, memandikan, dan
merawat tali pusat bayi
§  Besarkan hati ibu & bantu cari posisi nyaman
§  Memantau keadaan ibu & bayi
§  Jangan berikan cairan / makanan apapun pd bbl kecuali atas izin dokter
§  Jangan berikan dot.
7.      Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian ASI
Langkah IMD
§  Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit
1 jam.
§  Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD.
§  Menunda semua prosedur lainnya (seperti: menimbang,pemberian salep mata dan vitamin K) yang
harus dilakukan pada BBL hingga IMD selesai dilakukan.
§  Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif
8.      Pencegahan Infeksi Mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit ibudan bayi
selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotic tetrasiklin 1%. Upaya
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
9.      Pemberian Vitamin K
Semua BBL harus diberikan vitamin K injeksi 1mg IM sete;ah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL.
10.  Pemberian Imunisasi BBL
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur
penularan ibu-bayi. Imunisasi pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K, pada saat bayi
berumur 2  jam.
11.  Pemeriksaan BBL
Pemeriksaan BBL dilakukan pada:
§  Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam)
§  Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari, dan 1
kali pada umur 8-28 hari.
Pemeriksaan BBL yang dilakukan meliputi:
§  Keadaan umum (memeriksa APGAR SCORE meliputi: warna kulit, denyut jantung, respon terhada
rangsangan, aktivitas tonus otot, pernafasan)
§  Melihat kepala: adakah bengkak atau memar?
§  Melihat abdomen: apakah ada pucat atau perdarahan pada tali pusat?
§  Memeriksa adanya pengeluaran mekonium dan air seni
§  Menimbang bayi
§  Menilai cara menyusu

D.    Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir


Secara khusus asuhan bayi baru lahir bertujuan untuk :
1.      Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
2.      Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia.
3.      Memastikan keamanan dan mencegah cidera dan infeksi.
4.      Mengidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan perhatian segera.
5.      Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua dan bayi.
6.      Membantu orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentang praktik membesarkan anak.
7.      Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir. (Stright, 2004 : 208-
209)

E.     Persiapan Alat Untuk Melakukan Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Persediaan alat-alat
Perlengkapan yang diperlukan di kamar bersalin ialah:
1.      Alat penghisap lendir (mucus extractor);
2.      Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi;
3.      Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan laringoskop kecil, masker muka
kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk pernapasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-
obat seperti larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya dan nalorfin
sebagai antidotum terdapat obat-obat berasal dari morfin atau petidin yang dapat mengakibatkan
penekanan pernapasan pada bayi serta pemberian vitamin K yang untuk mencegah terjadinya
perdarahan sebagai akibat dari ibu yang mendapat fenobarbital atau fenobarbital dan phenytoin, bayi
yang kekurangan vitamin K yang perlu sebagai koenzim untuk membentuk faktor II, VII, IX, X serta
bayi yang mendapat air susu ibu;
4.      Alat pemotong dan pengikat tali-pusat serta obat antiseptik dan kain kasa steril untuk merawat
tali pusar;
5.      Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu;
6.      Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril, dan dilengkapi panas
pada waktu dipindah dari kamar bersalin ke tempat perawatan.
7.      Lain-lain: kapas, kain kasa, baju steril, serta obat antiseptik yang akan dipakai oleh dokter,
mahasiswa, bidan dan peraawat sebelum menolong yang akan lahir;
8.      Stop-watch dan termometer;
9.      Bila kamar bersalin dingin oleh karena udara di daerah tersebut dingin atau oleh karena
pemakaian alat pendingin, sebaiknya tempat untuk resusitasi diberi pemanasan khusus, supaya bayi
tidak kedinginan dan menderita trauma dingin atau cold injury. Seperti diketahui bayi baru lahir
terutama kehilangan panas oleh karena evaporasi (oleh sebab bayi basah) dan radiasi. Untuk
mengatasi hal tersebut maka bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan handuk kering dan
diletakkan di ruangan dengan suhu 280C-300C untuk mengurangi kehilangan panas kearena radiasi.
10.  Sebelum bayi lahir semua hal tersebut di atas harus diperiksa apakah sudah steril, apakah semua
alat sudah lengkap, dan apakah tidak ada yang macet. Tindakan umum pada semua bayi di kamar
bersalin dan di tempat perawatan lainnya harus aseptik, suhu lingkungan harus diatur dan jalan napas
harus selalu bebas.

F.     Persiapan Pasien Pada Bayi Segera Setelah Lahir


Persiapan yang harus dilakukan pada saat resusitasi yaitu Persiapan keluarga, Persiapan
tempat resusitasi, Persiapan alat resusitasi, Persiapan diri (Hidayat, 2010).
Menilai  bayi  yang  perlu  diresusitasi  dengan  cara  Bila  bayi belum lahir air ketuban bercampur
mekonium, Setelah bayi lahir, nilai 3
tanda utama yaitu pernafasan, frekuensi jantung, dan warna kulit (Hidayat,2010).
Tindakan resusitasi menurut Hidayat (2010), Penilaian awal dari
lahirnya bayi kemudian bayi bersih dari mekonium, bayi bernafas atau
menagis, tonus otot baik, warna
kulit kemerahan, cukup bulan. Langkah awal yang harus dilakukan yaitu hangatkan bayi, atur
posisi,isap lendir, keringkan dan rangsang taktil, atur kembali posisi, lakukan penilaian.
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan jumlah volume udara
kedalam paru dengan tekanan positif untul membuka alveoli paru agar bayi bisabernafas spontan dan
teratur.
Langkah-langkah:
1.      Pasang sungkup.
2.      Ventilasi 2 kali (tekanan 30 APN, 40 resusitasi)
3.      Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
4.      Setiap 30 detk ventilasi, lakukan penilaian.
5.      Siapkan rujukan bilabayi belum bernafas normal setelah 2 menit.
6.      Ventilasi dihentikan setelah 20 menit (bila tidak berhasil).
7.      Resusitasi berhasil lakukan asuhan paska resusitasi selama 2 jam
8.      Letakan bayi di dada ibu, selimuti keduannya.
9.      Susui bayi sambil dibelai.
10.  Lakukan  asuhan  neonatal  normal  dengan  cara  beri  vitamin  K1 mg/hari selama 3 hari (1 tab 5
mg), beri salep / tetes mata.
Tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi:
1.      Tarikan dinding dada dalam, nafas megapp-megap frekuensi < 30 kali /  > 60 kali/menit.
2.      Pantau bayi berwarna pucat, biru, lemas.
3.      Jaga bayi tetap hangat dan kering.
4.      Tunda memandikan sampai dengan 6 – 24  jam.
5.      Kondisi memburuk rujuk.
Rujuk bayi bila ada tanda (setelah resusitasi):
a.       Frekuensi nafas <30 kali / > 60 kali / menit.
b.      Ada tarikan dinding dada.
c.       Merintih,  nafas  megap-megap,  nafas  bunyi  saat  ekspirasi  dan inspirasi.
d.      Tubuh pucat atau kebiruan
e.       Bayi lemas.
Jika rujuk catat:
a.       Nama ibu, alamat, tanggal dan waktu bayi baru lahir.
b.      Kondisi bayi seperti gawat janin sebelumnya, air ketuban mekonium, tangisan bayi,
waktu memulai resusitasi, langkah resusitasi yang dilakukan, hasil resusitasi.

G.    Prosedur  Tindakan Asuhan Pada BayiSegera Setelah Lahir


Menurut Prawirohardjo (2009) menyebutkanbahwa penanganan bayi baru lahir seperti dibawah ini:
1.      Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya,
bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi
2.      Segera  membungkus  kepala  dan  badan  bayi  dengan  handuk  dan biarkan kontak kulit ibu-
bayi lakukan penyuntikan oksitosin.
3.      Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi dan memasang klem
kedua 2cm dari klem pertama.
4.      Memegang  tali  pusat  dengan  satu  tangan,  melindungi  bayi  dari gunting dan
memotong tali pusat diantara klem.
5.      Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala.
6.      Memberikan   bayi   kepada  ibunya   dan   menganjurkan   ibu   untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI.

H.    Mendemontrasikan Pada Hari Segera Setelah Lahir


Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan atau tonus otot
tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:
·         Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernapasannya
dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
·         Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu
dan melaporkan bila ada perdarahan.
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di
bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:
1.      Jaga bayi tetap hangat
·         Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
·         Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
·         Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat.
·         Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
2.      Atur posisi bayi
·         Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
·         Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala
sedikit ekstensi.

3.      Isap lendir
Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;
·         Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
·         Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.
·         Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau lebih dari
3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-
tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;


·         Tekan bola di luar mulut.
·         Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
·         Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.

4.      Keringkan dan rangsang bayi


·         Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
·         Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
o  Menepuk/menyentil telapak kaki atau
o  Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
5.      Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
·         Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
·         Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias memantau
pernapasan bayi.
·         Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
Lakukan penilaian bayi.
·         Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
o  Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
·         Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

1.    PENGERTIAN
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital
lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang
adekwat (Rilantono, 1999).Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi
kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.kegawatdaruratan
pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6
menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk
menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas
merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten.Perawat harus dapat
membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu
menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997)
ETIOLOGI/PENYEBAB
Penyebabnya karena terjadinya oksigenasi yang tidak efektif dan perfusi yang tidak adekuat pada
neonatus dapat berlangsung sejak saat sebelum persalinan hingga masa persalinan.
2.      FISIOLOGI
Waktu bayi lahir ,napas pertama terjadi karena rangsangan udara dingin, cahaya,perubahan biokomia
darah dsb. Cairan yang ada pada paru-paru sebagian besar akan dikeluarkan pada saat bayi dilahirkan
karena tekanan jalan lahir pada dinding thorak ( squeeze) dan sebagian kecil diserap  oleh pembuluh
darah kecil. Sirkulasi darah berubah dari sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Pada saat bayi dilahirkan
dan terjadi pernapasan alveoli yang padea saat belum lahir berisi air,akan berkembang dengan berisi
udara. Aliran darah ke paru akan bertambah karena oksigen yang didapat bayi akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah paru.Aliran darah balik paru ( venous return ) akan meningkat. Sehingga
akibatnya akan terjadi  aliran darah keluyar dari ventrikel  kiri. Pada bayi baru lahir yang normal
penutupan duktus arteriosus dan penurunan tahanan pembuluh darah paru akan berakibat
penurunan  tekanan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Penurunan terendah terjadi  2 atau 3 hari
post natal Kadang-kadang sampai lebih dari 7 hari post natal  ( Behrman , 1992 ).
3.      PATOFISIOLOGI
a.       Masalah  Pelayanan  Perinatal
Sebagian besar kehamilan (65%) tidak mendapat pemeriksaan antenatal sedangkan persalinan
umumnya (90%) masih ditolong oleh dukun.Kualitas pelayanan antenatal sesuai tingkat pelayanan
masih belum memadai sehingga kehamilan risiko tinggi mungkin tidak mendapat pelayanan yang
tepat.
b.      Pelayanan  Intranatal
Kematian terbesar terjadi pada saat intranatal, dan saat ini memang sangat kritis mengingat faktor
yang berkaitan, yaitu penyakit ibu, plasenta dan janin.Penyakit ibu dapat lebih mudah diketahui,
tetapi keadaan dan fungsi plasenta serta keadaan janin sulit diketahui.Gerakan janin mungkin dapat
dipakai sebagai patokan kesejahteraan janin, walaupun mungkin sangat kasar.Besar janin dapat
disebagai pertanda nutrisi janin masih adekuat tetapi suplai oksigen mungkin amat sukar untuk
diketahui. Untuk itu maka  pada pusat rujukan diperlukan alat bantu pemantau elektronik.
Pengenalan dan kesadaran akan adanya faktor risiko merupakan awal dari proses rujukan. Rujukan
yang tepat akan  dapat mengurangi kematian perinatal.
c.       Pelayanan Postnatal
Kehidupan dan kualitas bayi baru lahir amat ditentukan  oleh pelayanan kebidanan. Sejak saat lahir
bayi dapat mengalami cedera seperti trauma lahir, trauma dingin, renjatan, resusitasi yang tidak
adekuat atau infeksi. Bayi dapat menderita  renjatan, bradikardia yang tidak segera diatasi dan baru
disadari  bahwa bayi tersebut “sakit” dan timbul gangguan pernafasan. Bayi risiko tinggi memerlukan
perawatan intensif, untuk itu pengenalan faktor risiko dan proses rujukan merupakan kunci
keberhasilan usaha menurunkan kematian perinatal. Pemberian ASI telah terbukti dapat mengurangi
angka kesakitan akibat  infeksi. Untuk itu perlu ditingkatkan terus usaha promosi ASI dan byi baru
lahir yang memerlukan resusitasi adalah program rawat gabung.
4.      MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
Gejala umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi adalah bayi yang
baru lahir namun tidak mampu untuk menghirup oksigen dengan adekuat dengan tanda dan gejala :
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis,
pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
5.      PENATALAKSANAAN MEDIS
A.Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
1.      sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke
posterior.
2.      kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat
anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3.      kerusakan neurologis.
4.      kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau
kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5.      syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.

B.       Prinsip-prinsip umum prosedur resusitasi neonatus


Prinsip resusitasi neonatus :
T (temperature), baru kemudian A-B-C-D
Pengaturan suhu
Semua neonatus dalam keadaan apapun mempunyai kesukaran untuk beradaptasi pada suhu
lingkungan yang dingin.Neonatus yang mengalami asfiksia khususnya, mempunyai sistem pengaturan
suhu yang lebih tidak stabil, dan hipotermia ini dapat memperberat / memperlambat pemulihan
keadaan asidosis yang terjadi.Segera sesudah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya
dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakkan telanjang di bawah alat /
lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh ibunya, untuk mencegah kehilangan panas.Bila diletakkan
dekat ibunya, bayi dan ibu hendaknya diselimuti dengan baik.Namun harus diperhatikan pula agar
tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.Tindakan resusitasi pada bayi sebaiknya
dilakukan pada suatu meja yang telah dilengkapi dengan peralatan resusitasi.
Penilaian status klinik
Digunakan penilaian Apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir.
Nilai pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini
berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup Nilai pada menit kelima : untuk menilai
prognosis neurologik.
Ada pembatasan dalam penilaian Apgar ini, yaitu :
1. Resusitasi SEGERA dimulai bila diperlukan, dan tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit
pertama.
2. Keputusan perlu tidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi dapat cukup dengan
menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktifitas respirasi dan tonus neuromuskular, daripada
dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu.
Perencanaan berdasarkan perhitungan nilai Apgar:
1. Nilai Apgar menit pertama 7 – 10 :
Biasanya bayi hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir / cairan dari
orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau suction unit tekanan rendah. Hati-hati, pengisapan
yang terlalu kuat / traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti
jantung.
2. Nilai Apgar menit pertama 4 – 6 :
Hendaknya orofaring cepat diisap dan diberikan O2 100%.Dilakukan stimulasi sensorik dengan
tepokan atau sentilan pada telapak kaki dan gosokan selimut kering pada punggung.Frekuensi jantung
dan respirasi terus dipantau ketat.Bila frekuensi jantung menurun atau ventilasi tidak adekuat, harus
diberikan ventilasi tekanan positif dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat
bantu ventilasi, gunakan teknik pernapasan buatan dari mulut ke hidung-mulut.
3. Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang :
Bayi mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat diisap.Ventilasi dengan
tekanan positif dengan O2 100% sebanyak 40-50 kali per menit harus segera dilakukan.Kecukupan
ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas.Jika
frekuensi jantung tidak meningkat sesudah 5-10 kali napas, kompresi jantung harus
dimulai.Frekuensi : 100 sampai 120 kali per menit, dengan 1 kali ventilasi setiap 5 kali kompresi (5:1).
JIKA frekuensi jantung tetap di bawah 100 kali per menit setelah 2-3 menit, usahakan melakukan
intubasi endotrakea.Gunakan laringoskop dengan daun lurus (Magill).Gunakan stilet untuk menuntun
jalan pipa.Stilet jangan sampai keluar dari ujung pipa.Posisi pipa diperiksa dengan auskultasi.Gunakan
laringoskop dengan daun lurus (Magill).Gunakan stilet untuk menuntun jalan pipa.Stilet jangan
sampai keluar dari ujung pipa.Posisi pipa diperiksa dengan auskultasi.
Kalau frekuensi jantung tetap kurang dari 100 setelah intubasi, berikan 0.5 – 1 ml adrenalin
(1:10.000).Dapat juga secara intrakardial atau intratrakeal, tapi lebih dianjurkan secara intravena.Jika
tidak ada ahli yang berpengalaman untuk memasang infus pada vena perifer bayi, lakukan kateterisasi
vena atau arteri umbilikalis pada tali pusat, dengan kateter umbilikalis.Sebelum penyuntikan obat,
harus dipastikan ada aliran darah yang bebas hambatan. Dengan demikian pembuluh tali pusat dibuat
menjadi drug/fluid transport line.
JANGAN memasukkan larutan hipertonik seperti glukosa 50% atau natrium bikarbonat yang tidak
diencerkan melalui vena umbilikalis, karena dapat merusak parenkim hati.
Bayi dengan asfiksia berat yang tidak responsif terhadap terapi atau mempunyai frekuensi jantung
yang adekuat tetapi perfusinya buruk, hendaknya diberikan cairan ekspansi volume darah (plasma
volume expander) : 10 ml/kgBB Plasmanate atau albumin 5% secara infus selama 10 menit. Kalau
diduga banyak terjadi perdarahan, berikan transfusi 10 ml/kgBB darah lengkap (wholeblood). Bila
bradikardia menetap : ulangi dosis adrenalin. Dapat juga diberikan kalsium glukonat 10% untuk efek
inotropik 50-100 mg/kgBB intravena perlahan-lahan, atau sulfas atropin untuk antikolinergik / terapi
bradikardia 0.01 mg/kgBB.
Asidosis respiratorik : dikoreksi dengan memperbaiki ventilasi
Asidosis metabolik : dikoreksi dengan infus natrium bikarbonat dan cairan ekspansi volume darah.
Ada 3 masalah penting berkaitan dengan pemberian natrium bikarbonat pada bayi :
1.      Zat ini sangat hipertonik. Bila diberikan dengan cepat dan dalam jumlah besar akan
mengekspansi volume intravaskular.
2.      Jika diberikan dalam keadaan ventilasi tidak adekuat, PaCO2 akan meningkat nyata, pH akan
turun, asidosis makin berat dan dapat terjadi kematian. Hendaknya natrium bikarbonat HANYA
diberikan jika ventilasi adekuat, atau telah terpasang ventilasi mekanik yang baik.
3.      Pemberian bikarbonat dapat pula menyebabkan hipotensi.

C.      Penyulit yang mungkin terjadi selama resusitasi


1.      Hipotermia
Dapat memperberat keadaan asidosis metabolik, sianosis, gawat napas, depresi susunan saraf pusat,
hipoglikemia.
2.      Pneumotoraks
Ventilasi tekanan positif dengan inflasi yang terlalu cepat dan tekanan yang terlalu besar dapat
menyebabkan komplikasi ini.
Jika bayi mengalami kelainan membran hialin atau aspirasi mekonium, risiko pneumotoraks lebih
besar karena komplians jaringan paru lebih lemah.
3.      Trombosis vena
Pemasangan infus / kateter intravena dapat menimbulkan lesi trauma pada dinding pembuluh darah,
potensial membentuk trombus.Selain itu, infus larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali pusat
juga dapat mengakibatkan nekrosis hati dan trombosis vena.
Uji kembali  efektifitas :
·         Ventilasi
·         Kompresi dada
·         Intubasi Endotrakeal
·         Pemberian epinefrin
Pertimbangkan kemungkinan :
·         Hipovolemia
·         Asidosis metabolik berat
Evaluasi
·         Apakah bayi lahir dengan usia kehamilan yang memadai?
·         Apakah cairan amnion bebas dari mekonium dan tanda-tanda infeksi?
·         Apakah bayi bernapas atau menangis?
·         Apakah tonus otot bayi baik?
Jika jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah “ya,” maka bayi tidak memerlukan
resusitasi.Bayi dapat dikeringkan, langsung diletakkan di dada ibunya dan dibungkus dengan kain
linen hangat untuk mempertahankan suhu.Harus dilakukan pengawasan terus menerus terhadap
pernapasan, aktivitas, dan pewarnaan.
Jika jawaban dari salah satu atau semua pertanyaan di atas adalah “tidak,” maka bayi masuk ke dalam
salah satu tindakan berikut:
2.        Langkah awal stabilisasi (berikan kehangatan, posisikan bayi, bebaskan jalan napas, keringkan,
stimulasi, reposisi)
3.        Bernapas, yaitu dengan ventilasi
4.        Kompresi dada
5.        Pemberian adrenalin dan/atau ekspansi volume
Diperlukan waktu tiga puluh detik untuk menyelesaikan setiap langkah, dan menentukan apakah
langkah selanjutnya diperlukan.
Langkah Dasar
a.       Mencegah hilangnya panas.
Bayi harus ditempatkan di bawah sumber radiasi panas (radiator pemanas, lampu bohlam, atau
pemanas) dengan matras/kain linen yang sudah dihangatkan sebelumnya.Bayi dikeringkan dengan
benar, kain linen basah diganti dan kemudian dibungkus dengan kain hangat dan selimut. Setelah
dikeringkan, ia diletakkan bersentuhan kulit di dada atau perut ibunya untuk mempertahankan
kehangatan. Bayi prematur memerlukan teknik penghangatan tambahan seperti membungkus bayi
dengan plastik atau kantung (plastik tahan panas yang bisa digunakan untuk makanan) dengan kepala
bayi di luar kantung sementara tubuh terbungkus sepenuhnya.Hal ini efektif mengurangi hilangnya
panas selama resusitasi.
b.      Posisikan bayi.
Bayi paling baik diletakkan terlentang atau menyamping dengan kepala pada posisi netral atau sedikit
ekstensi, menggunakan sandaran bahu satu inchi, dan jika mungkin, dengan kepala menghadap ke
arah sisi.
c.       Suctioning.
Membersihkan jalan napas dari mekonium.
d.      Stimulasi taktil.
Evaluasi Periodik dengan Interval 30 Detik
Setelah pemeriksaan awal dan langkah awal, resusitasi lanjut harus dipandu pemeriksaan simultan
respirasi, denyut jantung, dan warna.Bayi harus bernapas reguler yang memadai untuk memperbaiki
warna dan mempertahankan denyut di atas 100 denyut per menit.
Semua bayi baru lahir harus diperiksa:
1.      Respirasi
2.      Denyut jantung
3.      Warna
Nilai Apgar yang biasa digunakan tidak memiliki manfaat untuk resusitasi neonatal.
T Pemberian oksigen.
Secara konvensional, resusitasi dilakukan dengan pemberian oksigen 100%.Terdapat kekhawatiran
mengenai potensi efek samping pemberian oksigen 100% pada bayi baru lahir.Uji kontrol acak
menunjukkan reduksi signifikan mortalitas dan tidak ada tanda kerusakan pada bayi yang diresusitasi
di udara ruang dibandingkan dengan oksigen 100%, walaupun masih ada masalah metodologis
mengenai penelitian tersebut dan hasilnya harus diinterpretasikan dengan hati-hati.Resusitasi saat ini
bisa dilakukan dengan udara ruangan atau oksigen 100% atau campuran keduanya.Dianjurkan oksigen
tambahan harus tersedia apabila 90 detik setelah persalinan keadaan tidak membaik.Oksigen
tambahan juga dianjurkan apabila ventilasi tekanan positif mengindikasikan resusitasi.Pada keadaan
dimana oksigen tambahan tidak tersedia, ventilasi tekanan positif harus diberikan dengan udara
ruang.
Oksigen aliran bebas 5 liter per menit harus diberikan pada bayi yang bernapas namun mengalami
sianosis sentral.Hal ini dapat dilakukan dengan pemasangan masker wajah atau sungkup tangan di
sekitar selang oksigen di dekat wajah bayi.
T  Ventilasi
Ventilasi efektif saja merupakan kunci resusitasi semua bayi yang apnu atau bradikardi pada waktu
lahir. Ventilasi tekanan  positif harus dilakukan apabila bayi masih tetap apnu atau terengah, jika
denyut jantung < 100 kali per menit setelah 30 detik dilakukannya langkah pertama, atau bayi masing
mengalami sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen tambahan.
Napas awal harus mencapai tekanan 30-40 cm H2O kemudian 15-20 cm H2O.Paru prematur bisa
rusak oleh inflasi volume besar pada waktu lahir yang bisa menyebabkan displasia
bronkopulmoner.Inflasi paru awal pada bayi prematur harus dilakukan dengan tekanan inflasi lebih
rendah 20-25 cmH2O, walaupun beberapa bayi tidak merespon tekanan yang lebih tinggi.Laju optimal
ventilasi 40-60 pernapasan per menit dilakukan pada hitungan tekanan satu-dua-tiga-remas.Kantong
diremas hanya dengan ujung jari dan bukan dengan seluruh tangan.
Ventilasi yang adekuat  ditandai oleh naik turunnya dada, terdengarnya bunyi napas pada auskultasi,
mempertahankan denyut jantung diatas 100 per menit, bernapas spontan dan warna kulit yang
merah.
Respon yang tidak adekuat terhadap ventilasi dapat disebabkan oleh:
-          Kurang rapatnya sungkup dan wajah
-          Obstruksi jalan napas
-          Kurangnya tekanan inflasi
-          Oksigen yang tidak adekuat (periksa pasokan oksigennya dan penyalurannya)
Setelah ventilasi selama 30 detik, nilai ulang pernapasan dan denyut jantung.Jika sudah terdapat
napas spontan yang teratur dan denyut jantung diatas 100/menit, IPPV dapat dilepas.Jika pernapasan
belum adekuat dan denyut jantung masih dibawah 100, IPPV dilanjutkan.Jika denyut jantung dibawah
60 kali per menit, IPPV dilanjutkan dengan kompresi dada dan intubasi endotrakeal.
T  Kantong resusitasi.
Kantong (bag) resusitasi yang bisa mengembang sendiri biasanya digunakan pada neonatus, lebih
cocok yang bervolume 240 ml untuk menghasilkan voleme tidal 5-8 ml/ kg.Ventilasi efektif juga dapat
dicapai dengan kantong yang mengembang akibat aliran udara atau T-piece. Tidak terdapat cukup
bukti yang mendukung penggunaaan “laryngeal mask airway” sebagai alat utama dalam resusitasi
neonatus pada keadan-keadaan: cairan amnion yang bercampur dengan mekonium, saat diperlukan
kompresi dada, pada bayi dengan berat lahir sangat rendah, atau pada bayi yang dilahirkan secara
darurat dengan menggunakan obat-obatan intratrakeal.

T  Sungkup (Facemask).
Sungkup harus erat dengn mulut dan hidung tanpa menutupi mata.Ukurannya biasanya 0 dan 1 dan
berbentuk bulat atau anatomis. Penting melakukan pengetesan alat sebelum dipakai dengan
menempelkan ke telapak tangan untuk mengetahui tekanan yang adekuat, katup yang bekerja dengn
baik, dan tidak ada kerusakan lain.
Dua kontra indikasi penting untuk ventilasi kantong dan sungkup adalah:
1.      Cairan bercampur mekonium yang kental sebelum suction trakeal.
2.      Hernia diafragmatika.
Intubasi Endotrakeal
Indikasi intubasi endotrakeal adalah:
-          Ventilasi kantong dan sungkup yang tidak efektif
-          Dengan kompresi dada
-          Saat diperlukan suction trakeal
-          Hernia diafragmatika
-          Bayi dengan berat lahir sangat rendah
-          Untuk pemberian obat endotrakeal.
Kedalaman tuba endotrakeal yang dimasukkan untuk intubasi orotrakheal dapat dihitung dengan
rumus: “berat badan bayi dalam Kg ditambah 6 cm” : ini adalah kedalaman di bibir dalam cm. Intubasi
oral dilakukan menggunakan laringoskop dengan blade lurus (ukuran 0 untuk preterm dan ukuran 1
untuk bayi aterm). Bayi diletakkan di permukaan yang rata dengan kepala di tengah dan leher agak
ekstensi.Operator berdiri di sebelah atas kepala bayi, memegang laringoskop di tangan kiri, dan
menstabilkan kepala bayi dengan tangan kanan.Blade laringoskop dimasukkan melewati lidah dan
ujungnya diarahkan ke epiglotis.Blade lalu diangkat untuk membuat kotak suara terlihat, lalu tuba
endotrakeal dimasukkan.Mungkin diperlukan penekanan pada krikoid.
Konfirmasi terpasangnya tuba endotrakeal dengan mendengarkan bunyi napas yang sama di kedua
aksila, terdapat perbaikan denyut jantung, aktivitas dan warna kulit, tampak dada yang naik turun,
dan terdapat uap yang mengembun pada bagian dalam tuba endotrakeal setiap ekshalasi. Tiga hal
yang harus dilakukan setelah intubasi adalah memperhatikan penanda cm pada tuba setinggi bibir
atas, fiksasi pada wajah, dan pemendekan ujung tuba hingga 4cm dari atas bibir. Komplikasi yang
dapat terjadi: hipoksia, bradikardi, apnea, pneumotroraks, cedera jaringan lunak, dan infeksi.
T  Kompresi dada.
Kompresi dada diindikasikan bila, setelah 30 menit ventilasi dengan kantong dan sungkup 100%
oksigen, denyut jantung masih tetap dibawah 60 kali per menit. Kompresi dada harus selalu disertai
ventilasi dengan 100% oksigen.
T  Teknik Kompresi.
Teknik yang dapat digunakan adalah teknik dengan dua telapak tangan dan teknik dua jari.Teknik dua
telapak tangan adalah teknik yang lebih disukai. Kedua ibu jari diletakkan di sternum, berdekatan atau
saling tumpang tindih, dan jari yang lain mengelilingi dada dan menopang bagian belakang. Cara
lainnya, dua jari diletakkan di atas sternum, sedangkan tangan yang lainnya menopang bagian
belakang.
Tekanan yang diperlukan adalah penekanan dada sedalam kira-kira sepertiga diameter
anteroposterior dada, dilakukan pada sepertiga sternum bagian bawah.Kompresi dada harus
dilakukan dengan lembut dan menghasilkan pulsasi yang teraba. Selama melakukan  kompresi dada,
jangan mengangkat ibu jari atau kedua jari dari sternum. Diperlukan 3 kompesi dada dan 1 ventilasi
(3:1), dengan total 90 kompresi dada dan 30 ventilasi dalam satu menit.Denyut jantung diperiksa
ulang tiap 30 detik dan kompresi dada terus dilanjutkan hingga denyut jantung lebih dari 60
kali/menit.Kompresi dada beresiko menimbulkan patah tulang rusuk dan pneumothoraks.Hindari
penekanan langsung pada tulang rusuk, xiphisternum dan abdomen.
T  Obat-obatan
Obat-obatan jarang diperlukan pada resusitasi neonatus.Bradikardi yang dijumpai biasanya akibat
inflasi paru yang tidak adekuat atau hipoksia; bradikardi biasanya membaik dengan ventilasi yang
adekuat.Obat-obatan diperlukan hanya jika denyut jantng tetap dibawah 60 kali/menit meskipun
telah diberikan ventilasi dengan 100% oksigen dan kompresi dada.
T  Rute pemberian
Rute pemberian yang lebih disukai adalah vena umbilikalis karena dapat diakses dengan mudah.
Semua obat-obatan dan volume expanders dapat melalui rute ini. Biasanya digunakan selang kateter
ukuran 5 Fr. Rute lain yang bias dipilih adalah vena perifer dan intratrakeal.
Obat yang bisa digunakan pada resusitasi neonatus adalah adrenalin, volume expanders, naloxone
dan sodium bikarbonat.
T  Volume expanders
Hipovolemia saat kelahiran bermanifestasi sebagai pucat yang menetap selama oksigenasi, perfusi
yang jelek, nadi yang jelek meskipun denyut jantung baik dan tidak berespon pada resusitasi. NaCl
0,9% adalah cairan pilihan, dengan dosis 10 ml/kg  IV selama 5 menit. Jika tanda-tanda hipovolemi
menetap, pemberian volume expanders dapat diulang.
T  Naloxone
Naloxone hidroklorida adalah antagonis narkotika yang diindikasikan untuk depresi napas berat pada
neonatus dengan riwayat penggunaan narkotik pada ibu dalam 4 jam sebelum melahirkan. Bayi harus
diventilasi dan mengalami perbaikan denyut jantung dan warna kulit sebelum diberi naloxone.
Nalaxone tersedia dalam sediaan 0,4 mg/ml dan diberikan 0,1ml/kg IM atau IV.
T  Adrenalin
Indikasi penggunaan adrenalin adalah denyut jantung dibawah 60/menit setelah 30 detik dilakukan
IPPV dan kompresi dada, atau jika terdapat asistol. Sediaan standar adrenalin adalah 1:1000, ini
diencerkan 10 kali hingga menjadi 1: 10.000 dan 0,1-0,3 ml/kg diberikan secara IV bolus cepat. Obat
ini memiliki efek inotropik dan kronotropik dan denyut jantung dapat meningkat lebih dari 100/menit
dalam 30 detik.Jika bradikardi menetap dapat diberikan ulang setelah 3-5 menit.
T  Sodium bikarbonat.
Penggunaan obat ini hanya diindikasikan pada kasus henti jantung yang tidak berespon terhadap
terapi lain. Dosis yang diperlukan adalah 1-2mEq/kg dari sediaan larutan 0,5 mEq/ml yang diberikan
pelan selama 2 menit atau lebih.
Obat lain seperti atropin, dexamethasone, kalsium coramin dan dextrosa tidak berperan pada
resusitasi neonatus.
T  Prosedur setelah resusitasi.
Penting untuk mendokumentasikan kondisi bayi saat lahir dan responnya terhadap resusitasi.Apgar
score pada menit pertama dan kelima berguna untuk kepentingan medis dan medikolegal.Setelah
ventilasi dan sirkulasi sudah tertangani, bayi harus dimonitor, diberikan layanan pendukung sesuai
indikasi, dan dijaga agar gula darahnya tetap dalam batas normal.
T  Hipotermia terinduksi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipotermia terinduksi (sekitar 34°C) untuk anak-anak
dengan ensefalopati iskemik hipoksik dapat menurunkan mortalitas dan derajat kerusakan otak pada
beberapa diantaranya.Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menilai penggunaan metode
ini.Penghindaran hipertermia sangat penting bagi bayi yang mengalami hipoksia-iskemia. Orang tua
dan keluarga dari penderita harus diterangkan mengenai prosedur yang dijalani dan hal-hal yang akan
dilakukan setelah usaha resusitasi telah berhasil. Pada kondisi tertentu seperti pada prematuritas
berat dan malformasi kongenital yang mematikan, perlu dipertimbangkan penghentian atau malah
tidak perlu dilakukan resusitasi.
Asistol dan apnea selama lebih dari 10 menit meskipun dilakukan resusitasi yang adekuat dan
kontinyu biasanya jarang tidak menimbulkan kecacatan.Oleh karena itu jika telah dilakukan ventilasi
selama 30 menit dan hanya menghasilkan refleks gasping maka perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri usaha resusitasi.Keluarga harus dikonseling dan diberikan dukungan emosi.
A. Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
a.    Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
Segera setelah bayi lahir
a.    Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas
b.    Apakah bayi lemas atau tungkai
B. Keputusan
Putusan perlu dilakukan tindakan resustasi apabila :
a.    Air ketuban bercampur mekonium
b.    Bayi tidak bernafas atau megap-megap
c.    Bayi cemas atau tungkai
C. Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila :
a. Bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemas, lakukan langkah-langkah resustasi BBL
1. Persiapan Resustasi BBL
6.    Persiapan keluarga
7.    Persiapan tempat resusitasi
8.    Persiapan alat
2.  Langkah-langkah Resusitasi BBL
a. Langkah awal
Sambil melakukan langkah awal, beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan
untuk memulai bernafas dan minta keluarga mendampingi ibu.Langkah awal perlu dilakukan secara
cepat (dalam waktu 30 detik) secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi
baru lahir.
b. Jaga bayi tetap hangat
c. Atur posisi bayi
d. Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
-       Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan penghisapan dari trakea
dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
e. Keringkan dan rangsang bayi
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
-       Menepuk atau menyentil telapak kaki
-       Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
f. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
g. Lakukan penilaian bayi.
h. Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui
persentuhan kulit ibu-bayi.
i. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya

 Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan tindakan ventilasi, yaitu :
1. Pasang Sungkup
Pasang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
2. Ventilasi percobaan (2 x)
a. Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa memulai bernafas dan
sekaligus menguji apakah jalan nafas terbuka dan bebas.
b. Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang maka :
-       Periksa posisi kepla, pastikan posisinya sudah benar
-       Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran
-       Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap kembali)
3. Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik)
a.    Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik.
b.    Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
4. Lakukan penilaian
a.    Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi diberikan asuhan pasca
resusitasi
b.    Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
c.    Lakukan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya
d.   Evaluasi hasil ventlasi setiap 30 detik
e.    Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megak-megap. Bila bayi sudah mulai
bernapas normal, hentikan ventlasi dan pantau bayi dengna seksama, berikan asuhan pasca
resusitasi.
f.     Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x
untuk 30 detik berikutnya dan nilai haslnya setiap 30 detik.
g.    Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit di ventilasi
h.    Minta keluarga membantu persiapan rujukan
i.      Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan
Faktor resiko yang berkaitan dengan  kebutuhan tindakan resusitasi neonatus:
Faktor antepartum :
·      Diabetes maternal
·      Hipertensi dalam kehamilan
·      Hipertensi kronik
·      Anemia atau isoimunisasi
·      Riwayat kematian janin dan neonates
·      Perdarahan pada trimester dua dan tiga
·      Infeksi maternal
·      Ibu dengan penyakit jantung, ginjal,para tyroid, atau kelainan neurologi
·      Polihydromion
·      Oligohydromion
·      Ketuban pecah dini
·      Kehamila  lewat waktu
·      Kehamilan ganda
·      Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
·      Terapi obat-obatan seperti karbonatilium,magnesium, B bloker
·      Ibu pengguna obat-obat bius
·      Malformasi janin
·      Berkurangnya  gerakan janin
·      Tanpa pemerikswaan antenatal
·      Usia < 16 dan > 35
Faktor intrapartum
·      Operasi saesar darurat
·      Kelahiran dengan ekstraksi vakum
·      Letak sungsang atau presentasi abnormal
·      Kelahiran kurang bulan
·      Persalinan presipitatus
·      Chorioamnionitis
·      KPD ( >18 jam sebelum  persalinan)
·      Partus lama (> 24 jam )
·      Kala  2  lama  ( >2 jam )
·      Bradiukardi janin
·      Frekuensi jantung janin  yang tidak beraturan
·      Pengguna anestesi umum
·      Tetani uterus
·      Penggunaan obat narkotik dalam 4 jam / kurang sebelum persalinan
·      Air ketuban hijau kental bercampur mekoneum
·      Prolaps tali pusat
·      Solutio placenta
·      Plasenta previa
Mengapa bayi kurang bulan memiliki resiko lebih tinggi ?
Beberapa faktor resiko tersebut ini dapat menyebabkan bayi lahir kurang bulan ( prematur ). Bayi
kurang  bulan mempunyai  karakteristik yang berbeda secara anatomi  maupun  fisologi jika
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Karakteristik tersebut adalah :
·      Tredapat kekurangan surfaktan pada paru-paru sehingga menimbulkan  kesulitanpada saat
memberikan ventilasi.
·      Kulit yang tipis, lebih p[ermiabel, dan rasio yang besar  antara luas permukaan kulit dibanding
masa tubuh, dan kurangnya jaringan lemak kulit memudahkan bayi kehilangan panas.
·      Bayi seringkali lahir disertai infeksi
·      Pembuluh darah otak sangat rapuh sehingga mudah menyebabakan perdarahan pada keadaan
stress.
Tindakan apa yang anda lakukan setelah resusitasi :
a.    Perawatan rutin
Hampir 90 % bayi baru lahir   merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan  bersih dari cairsn
amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan langkah awal resusitasi.
Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan  dengan meletakkan bayi di dada ibunya ,dikeringkan dan di
tutupi dengan selimut yang kering .kehangatan tubuh akan dipertahankan  melalui kmontak kulit bayi
dengan kulit ibunya ( skin to skin contact) Membersihkan jalan napas atas dapat dilakukan bila
diperlukan dengan membersihan mulut dan hidung bayi . sambil melakukan langkah awal seperti ini ,
pengalaman terus menerus terrhadap usaha napas , aktivitas dan warna kulit tetap dilakukan  untuk
menentukan  perlunya tindakan tambahan.
b.    Perawatan supportif
Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intrapartum , dengan mekoneum pada air ketuban atau pada
kulit ,gangguan usaha napas dan sianosis , memerlukan tindakan resusitasi saat lahir. Bayi-bayi ini 
harus dievaluasi dan ditanggani dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awala
dengan benar . Bayi semacam ini tetap memiliki resiko perburukkan  yang berhubungan dengan
masalah perinatal dan harus seringan dievaluasi  selam masa neonatal ini .
C.        Perawatan lanjut
Bayi yang mendapatkan ventilasi tekana positif atau tindakan lebih lanjut  yang memerlukan tindakan
terus menerus,memiliki risiko yang berulang dan berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi pada
masa transisi.Bayi semacam ini pada umumnya harus ditanggani dalam ruanggan yang dapat
dilakukan pengawasan dan monitoring terus menerus.Bila perlu, dirujruk ke unit perawatan intensif.
Bagaimana bayi memperoleh  oksigen sebelum lahir:
Sebelum lahir,seluruh oksigen  yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui
plasenta yang berasal dari ibu diberikan pada darah janin.
Setelah lahir, bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera bergantung pada paru-
paru sebagai sumber utama oksigen .karena itu setelah beberapa saat paru-paru harus terisi oksigen
dan pembuluh darah di paru-paru harus berelaksasi  untuk memberikan perfusi pada alveoli dam
menyerap oksigen untuk di edarkan ke seluruh tubuh.
Perubahan yang terjadi pada saat kelahiran sehingga bayi mendapatkan oksigen dari paru-paru.
Secara normal ada tiga perubahan besar  sesaat bayi lahir :
1.    Cairan di dalam alveoli diserap ke dalam jaringan paru-paru dan diganti oleh udara.Oksigen yang
terkandung dalam udara akan berdifusi ke dalam pembuluh darah disekeliling alveoli.
2.    Arteri umbilikalis terjepit . Keadaan ini akan menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan
meningkatkantekanan darah sistemik
3.    Akibat tekanan udara peningkatan kadar oksigen di laveoli,pembuluh darah di paru-paru akan
mengalami relaksasi. Keadaan relaksasi  ini bersama dengan peningkatan tekanan darah sistemik,akan
meningkatkan aliran  darah  pulmonal dan mengurangi  aliran melalui duktus arteriosus. Oksigen  dari
alveoli akan terserap oleh meningkatnya aliran darah paru dan darah yang kaya oksigen akan kembali
ke jantung kiri untuk kemudian di pompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Dibawah ini adalah beberapa keadaan  yang menyulitka pada masa transisi:
1.    Bayi tidak bernapas dengan untuk menyingkirkan cairan dari alveoli atau ben da-benda
asing ,seperti mekoneum yang mungkin menghambat udara masuk alveoli.Akibatnya paru-paru tidak
terisi udara dan  oksigen tidak dapat diserap olerh aliran darah.
2.    Kehilangan darah yang banyak  dapat terjadi atau kontraktilitas jantung melemah/terjadi
bradikardi karena hipoksia sehingga peningkatan tekanan darah tidak terjadi ( hipotensi sistemik ).
3.    Kekurangan oksigen atau kegagalan dari peningkatan tekanan udara di paru-paru akan 
mengakibatakan arteriol di paru-paru tetap kontriksi. Arteriol-arteriol ini dapat terus kontriksi
sehingga menhalangi oksigen untuk mencapai jaringan tubuh.( hipertensi pulmonal persisten ).
Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis berikut:
1.    Sianosis karena kekurangan oksigen didalam darah
2.    Bradikardi  karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
3.    Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,kehilangan darah,atau
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
4.    Depresi pernapasan karena kekurangan oksigen pada otak.
5.    Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak dan otot.

A.  Bounding Attachment
    Bounding attachment  berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment. Bounding adalah
proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah
sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal
ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang
tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan. Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang, mungkin mulai di awal kehamilan dan
berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkan.
   Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut  permintaan
atau pesanan. Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan,bahkan sebelum konsepsi
dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun
setelah kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi
pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap  diri sendiri dan
kondisiemosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada
bayinya.  Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat  proses
terjalinnya ikatan antara ibu dengan bayinya.
a.      Bounding attachment menurut tokoh-tokoh yaitu :
        Harfiah, Bounding : ikatan,  Attachment : sentuhan
Menurut Klaus, Kenell (1982) : bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
Nelson (1986), Bounding : dimulainya interaksi emosisensorik fisik antara orang tua dan bayi segera
setelah lahir, Attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian,
yaitu hubungan emosi danfisik yang akrab.
Saxton dan Pelikan (1996), Bounding : adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi
(kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir Attachment: adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Parmi (2000) : suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon
antara orang tua dan bayi lahir.
        Perry (2002), Bounding : proses pembentukan attachment atau membangun ikatan.  Attachment:
suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan
orang tua dan bayi.
Subroto (Cit Lestari, 2002) : sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin
antara orang tua dan bayi.
b.   Tahap-Tahap Bounding Attachment :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Adapun interaksi yang menyenangkan, misalnya :
1) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.
2) Sentuhan pada pipi.
Sentuhan ini dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya gerakan muka bayi kearah
muka ibu atau kearah payudara sehingga bayi akan mengusap-usap menggunakan hidung serta
menjilat putingnya, dan terjadilah rangsangan untuk sekresi prolaktin.
3) Tatap mata bayi dan ibu.
Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan saling memiliki antara ibu dan
bayi.
4) Tangis bayi.
c.    Manfaat  Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
3. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.
Kondisi yang Memengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
1. Kurang kasih sayang.
2. Persaingan tugas orang tua.
3. Pengalaman melahirkan.
4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5. Cemas tentang biaya.
6. Kelainan pada bayi.
7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8. Tangisan bayi.
9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
d. Elemen-Elemen Bounding Attachment
Sentuhan atau indera peraba : dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai
suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung
jarinya.
Kontak mata : Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang
tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu
mengatakan dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus,
Kennell, 1982).
Suara : Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
Aroma : Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983).
Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
Entrainment : Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.
Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.
Bioritme : Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah
ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan
interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.

e.    Hambatan Bounding Attachment


1. Kurangnya support sistem.
2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

f.    Respon Ayah Dan Keluarga


       Respon terhadap bayi baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan yang lain. Hal ini
tergantung, bisa positif bisa negative.
Respon positif dapat ditunjukkan dengan :
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.   
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan :
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapatperhatian.
4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam membina
keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib
bagi keluarga.

g.    Keuntungan Bounding Attachment


Keuntungan Bounding Attachment yaitu bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,
menumbuhkan sikap sosial, bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

h.    Perilaku memfasilitasi dan Perilaku penghambat.           


    Perilaku Memfasilitasi :
1. Menatap, mencari ciri khas anak.
2. Kontak mata.
3. Memberikan perhatian.
4. Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5. Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6. Memberikan senyuman.
7. Berbicara/bernyanyi.
8. Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9. Mengajak anak pada acara keluarga.
10. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11. Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
      Perilaku Penghambat :
1. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh
anak.
2. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
3. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4. Tidak menggenggam jarinya.
5. Terburu-buru dalam menyusui.
6. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya. 

B.  Perhatian Orang Tua


Perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan
oleh ayah dan ibu terhadap anaknya dalam suatu aktivitas. Ada Macam-macam Perhatian Orang Tua
yang dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yang pada prinsipnya meliputi :
1). Macam-macam perhatian orang tua menurut cara kerjanya, dibedakan menjadi :
1.1). Perhatian spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subjek.
1.2). Perhatian refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek.
2). Macam-macam perhatian orang tua menurut intensitasnya, dibedakan menjadi :
2.1). Perhatian intensif, yaitu perhatian yang banyak menyertakan aspek kesadarannya.
2.2). Perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak banyak menyertakan aspek kesadaran.
3). Macam-macam perhatian orang tua menurut luasnya, dibedakan menjadi :
3.1). Perhatian Terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada lingkup objek yang sangat terbatas,
perhatian ini sering disebut dengan perhatian Konsentratif.
3.2). Perhatian Terpencar, yaitu perhatian yang tertuju kepada macam-macam objek.
Sedangkan menurut Patty, dkk  membedakan perhatian menjadi tiga yaitu :
(1). Perhatian spontan dan perhatian paksaan, bila kita senang terhadap suatu perhatian kita tercurah
secara spontan. Sebaliknya apabila kita tidak senang kepada sesuatu, kita harus memaksakan
perhatian kepadanya.
(2). Perhatian Konsentratif dan perhatian distributif, bila kita memusatkan perhatian kepada satu hal
saja, maka kita  menggunakan perhatian konsentratif. Dan manakala kita memperhatikan beberapa
hal maka kita menamakan perhatian tersebut distributif.
(3). Perhatian sembarangan ( random attention ) yaitu perhatian  semacam ini tidak tepat, berpindah-
pindah dari objek yang satu kepada yang lain dan tidak tahan lama.

C. Perkembangan Psikis Bayi


Bila ibu tidak terlalu dekat dengan anaknya maka akan muncul tiga kemungkinan seperti yang
dikemukakan oleh Maria Ainsworth yaitu :
Pada masa kedekatan rasa aman (secure attachment), bayi merasa gembira dan antusias ketika ibu
mereka kembali dan mau memulai kontak. Contohnya mereka akan mendatangi ibu mereka dan ingin
dipegang ibunya. Bayi yang mengembangkan kedekatan dengan rasa aman merasa yakin bahwa
pengasuhnya mudah didatangi dan bertanggung jawab atas dirinya. Perasaan aman dan bergantung
pada pengasuh ini merupakan pondasi untuk keinginan bermain dan eksplorasi.
Pada gaya  kedekatan cemas menolak (anxious-resistant), bayi bersifat ambivalen. Ketika ibu mereka
meninggalkan ruangan, mereka menjadi kesal dengan cara yang tidak biasa. Namun, ketika ibu
mereka kembali, mereka berupaya membina kontak sekaligus juga menolak kedekatan dengan
ibunya. Pada kedekatan cemas-menolak, bayi-bayi memberi pesan yang sangat bertolak-belakang.
Disatu sisi mereka mencari kontak dengan ibu mereka, namun disisi lain mereka menggeliat untuk
diturunkan  dan bisa melempar mainan yang disodorkan oleh ibunya.
Gaya kedekatan cemas menghindar (anxious-avoidant), pada kedekatan ini bayi tetap tenang ketika
sang ibu meninggalkan mereka dan mereka juga menerima kehadiran orang asing. Ketika ibu mereka
kembali, mereka cenderung mengabaikan dan menghindarinya. Bayi yang tergolong dalam kedua
jenis gaya kedekatan yang diikuti perasaan tidak aman (cemas menghindar dan cemas menolak)
cenderung kurang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam permainan dan eksplorasi efektif.

D.    Analisis Kasus
Sibling Rivarlry
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan
perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih
atau kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry atau
perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-
11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry.

Penyebab Sibling Rivalry


Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan
pada saudara mereka.
2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua
mereka.
3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota
keluarga baru/ bayi.
4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan
dan perhatian terhadap satu sama lain.
5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan
dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah
normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.

Segi Positif Sibling Rivally


Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan
penting.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.
Mengatasi Sibling Rivally
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat
bergaul dengan baik, antara lain:
1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak
satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari adalah
cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
1. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai
enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health
Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif
selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2. BAGAIMANA MENCAPAI ASI EKSKLUSIF
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk
memulai dan mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam satu jam
setelah kelahiran Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak
ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui
kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan
malam. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat
tidak bersama anak serta mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
3. KESALAHPAHAMAN MENGENAI ASI EKSKLUSIF
Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI
dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI
tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dua tahun menurut rekomendasi WHO
4. KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang
bermanfaat
untuk:
* Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
* Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam
organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
* Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
* Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
   magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6            bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4,     Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada
    bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan”
kepada bayinya.
b.  Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
d.  Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa
bulan (menjarangkan kehamilan)
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya
i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan
zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi
j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat
bulan.
5. MANFAAT ASI
Untuk Bayi
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi
ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur
6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih
memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti
halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.
6. PROSES TERBENTUKNYA ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :
1. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun
berat dari payudara mengalami peningkatan.
2. Laktogenesis :
Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel sekretoris
Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi susu,
payudara menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi
autokrin.
3. Galaktopoiesis
4. Involution
Komposisi ASI ideal untuk bayi
Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit,
dan alergi.Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit.
Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti
gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut
diteruskan kepada bayi melalui ASI.  Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek
kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring
dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi
tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan
steril dan suhu susu yang pas.
Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan
kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi,
dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan. Apabila bayi
sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah
dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh. Bayi prematur lebih cepat tumbuh
apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai
dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan
dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik,
SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative
Colitis. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI.
Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada
usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang
minum susu formula. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga
mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan
hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi,
sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini
menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia
yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
Untuk Ibu
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan
pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan
botol susu, dot, dsb
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas,
dsb
6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu
steril
Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya
mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional
8. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan
ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
Untuk Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau
minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam
perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
3.Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
4.Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5.Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga
sebab ASI selalu siap tersedia.
6.Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air
panas, dll.
Untuk Masyarakat dan Negara
1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lain untuk persiapannya.
2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih
sedikit.
4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu
bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya.
6. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.
PRODUKSI ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama
yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga
tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang
kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang
dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis
merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam
putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di
gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang
mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut
terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-
cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan
membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen)
adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap
(masuk kedalam) mulut bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat
dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak.
Tentang colostrum
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus
bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi
berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI
Mature.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml
colostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat
lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan
ASI Mature.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
1. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
2. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
3. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
4. Volume semakin meningkat.
C. Air Susu Mature
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang
diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang
sesuai untuk bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat,
riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 – 850 ml/24 jam
- Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
• Antibodi terhadap bakteri dan virus.
• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
• Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
• Faktor resisten terhadap staphylococcus.
• Complecement ( C3 dan C4)
Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi
lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai
usia minggu kedua.(9) Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui
bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut
ASI mampu memenuhi lkebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume
pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak
lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat
diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi
biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.Akan tetapi penelitian yang dilakukan
pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi
dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam,
meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh
sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume
air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran
sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan
hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6
bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi.
Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah
pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan
cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah
satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi
kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan
ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari
ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya
berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di
daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan
“merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi
ASI.
Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak
mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih,
terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi,
terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan
laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung
mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada
ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa
protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi,
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun
bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan
yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak,
yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak
susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak
(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya,
dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung
sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan
membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat
kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang
dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak
memperoleh air susu ini.
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam
air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih
banyak dibandingkan dengan susu sapi.
Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian
laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut
membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga
membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah
diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama
kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan
chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang
diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya
dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu,
tetapi penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya
sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah
ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan
tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak.
Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol.
- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu,
apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat
badan ibu hamil.
- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester
kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara
menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan
bayi pada payudara ibu.
- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari
agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
- Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih
banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.
- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
- Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta
pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan
MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Makanan Bayi Berusia 0-4 bulan
Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat memproduksi
air susu yang berlimpah, karena anugrah tuhan ini tidak dimiliki oleh semua
ibu. Meskipun demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan
ternyata mampu menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk
keperluan bayinya, secara penuh tanpa makanan tamabahan selama enam
bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan pertama
(Warno FG, 1990 hal.175).
Dalam usia 0-4 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI dan
tidak perlu di beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI
tidak mencukupi.
Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi
semasa hamil. Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan
melahirkan anak yang gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan
anak dengan berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak
akan lahir mati. Sejak terjadinya pembuahan terhadap sel telur dalam rahim
ibu.
Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang
dapat membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak
yang sesuai merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu.
Menyusui adalah cara makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang
biasanya sanggup memenuhi kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup
empat sampai enam bulan pertama. Bahkan setelah diperkenankan bahan
makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap merupakan sumber utama
yang bisa mencukupi gizi.
Dalam tahap usia sejak lahir sampai 4 bulan, ASI merupakan makanan yang
paling utama. Pemberian ASI masa ini memberikan beberpa keuntungan.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi,
manfaatnyabagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan
oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang
dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya
bayi akan menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 4bulan.
Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2
tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping
ASI, paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi
pada 4 bulan pertama.
Adapun makanan bayi umur 0-4 bulan adalah sebagai berikut:
- Susui bayi segera 30 menit setelah lahir.
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode
ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu.
Dengan menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
- Berikan Kolostrum
- Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap
kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai
kosong merangsang produksi ASI yang cukup.
- Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.
- Berikan ASI 0-10 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.
Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2
piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan
jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar
Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping
untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir
telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih
jikapada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam
jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein
seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga
diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai
bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
1. Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan
aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus,
terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin,
masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI.
Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
2. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.
Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex
(reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan
bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu
yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran.
Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi
tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.
Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu
let down reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau
klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat
berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan
sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan
pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini
memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan
bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila
disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang
memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI
secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung
dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat
merangsang produksi ASI.
e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus
laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan
lancar.
BAB III
PEMBAHASAN
ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru
lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6
bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang
yang optimal. Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga
merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayinya.
Hubungan ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu
kepada bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga
terjalin hubungan yang harmonis dan erat. Namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui bayinya atau menghentikan menyusui lebih dini. Untuk itu
dalam Bab pembahasan ini akan dibahas “Mengapa ASI Ekslusif tidak
diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi tidak
diberikannya ASI Ekslusif.”
Penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah menunjukkan
dengan jelas adanya kecenderungan meningkatkannya jumlah ibu yang tidak
menyusui bayi ini dimulai di kota terutama pada kelomopk ibu dan keluarga
yang berpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran
kota dan menyebar sampai ke desa-desa. Banyak hal yang menyebabkan ASI
Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini
kemungkinan dipengaruhi oleh. Antara lain:
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah
keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua
dan orang terpandang dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi
berkurang, karena mereka itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga
pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan.
b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan
Teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan
bayi, susu buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan
olahan lain.
c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-
tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah
satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik dan
mengikuti perkembangan zaman.
f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan
hilang.
g. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua
petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar
menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang
keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor
intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu
merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang
sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu dan adanya
penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk
tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga ibu yang gizinya
tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit
dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.
Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum
waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah
yang mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya,
serta bayi yang dalam keadaan sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai
cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota
telah membawa pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui
bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan
mereka. Kurangnya pengertian dan pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI
dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih
kepada susu botol (susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak serta
kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan
rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih
tinggi.
Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu
yang lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu –
ibu yang buta huruf. Demikian juga di Indonesiabahwa pemberian makanan
padat yang terlalu dini.Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang
berpendidikan rendah , agaknya faktor ketidaktauanlah yang
menyebabkannya.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu
terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila
pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka
“let down reflex” (reflex keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu
kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas
dan “du demand” (permintaan) akan menolong pengeluaran ASI.
Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah
produksi ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain
ibu – ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak
sadar berpendapat bahwa menyusui hanya ibu merupakan beban bagi
kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran
tubuhnya.
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah
sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru
tentang pemberian ASI dan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu
hamil, ibu bersaliin, ibu menyusui dan bayi baaru lahir. Disamping itu juga
sikap sementara penaggung jawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah
sakit,rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi
baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar iibu mampu memberikan
ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebagian
besar rumah
sakit /klinik bersalin.
Semua faktor– faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab semakin
melorotnya kegiatan meminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu – ibu
saat ini.
Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan antara lain :
- Motivasi untuk menyusui.
Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal,
dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui
bayinya. Kebiasaan itu adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para
gadis yang melihatnya, sehingga ada kemauan naluriah melakukan hal yang
sama. Bila tumbuh menjadi besar dan punya anak meeka ingin melakukan hal
yang serupa. Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang malu-nalu serta
sembunyi-sembunyi menyusui bayinya, tentu akan banyak mempengaruhi
tabiat gadis-gadis disekitarnya untuk berbuat sama, dan menyusui anak
merupakan sesuatu hal yang harus dihindarkan.
Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui
anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bila menyusui, hendaknya
ditingkatkan pada masyarakat, pengertian tersebut harus ditanamkan pada
anak-anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan
bagian dari tugas biologis seorang ibu.
Didaerah perkotaan, sasaran yang harus diberi pendidikan adalah para gadis
remaja. Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan
mencegah marasmus. Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan
“humanized milk” menyebabkan nilai ASI dan kebiasaan menyusui yang pada
hakekatnya memberikan fasilitas kemudahan pengadaan susu, murah serta
praktis semakin kurang diminati dan dihindari. Kemajuan dibidang kesehatan
lingkungan dan industri makanan sapihan membuat segalanya menjadi
sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu botol.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus dihimbau dan
diberi motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak sendiri. Karena hal
itu mendatangkan keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan terutama
karena hal itu memenuhi ciri dan kodrat manusia.
KETERAMPILAN MENYUSUI
Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu, susu
yang jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa
dipecahkan dengan meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya
dalam memposisikan ibu dan bayi dengan benar.
Posisi Ibu :
•           Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman
ketika duduk diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau bahkan
duduk diatas kasur dengan bersandar pada dinding atau sandaran kasur.
•           Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan
memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi.
•           Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila
menggunakan kursi yang cukup tinggi.
•           Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi
menghadap bayi dengan menggunakan bantal sebagai penyangga kepala,
leher, punggung dan kaki bagian atas.
Posisi bayi :
•           Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan
mengenakan pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak
mengenakan pakaian, untuk meningkatkan kontak dengan ibu.
•           Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap
payudara. Posisi leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang
lengan dan pantat dipegang oleh tangan.
•           Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi
berhadapan dengan badan ibu.
•           Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh
ibu, jangan memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.
•           Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga
lengan.
•           Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah
payudara dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan
menggunakan ibu jari lengan yang menggendong.
Posisi payudara :
•           Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara
menjelang menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan
beberapa tetes ASI pada puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara ibu.
•           Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan
dan jari-jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.
•           Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi
menghisap susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi.
Memulai menyusui :
•           Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah
bibir bayi dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada bayi.
•           Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah
payudara dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.
•           Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu
ibu, dengan ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.
•           Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.
•           Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita
mengatur posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan tangan
sehingga berat payudara tidak seluruhnya membebani mulut dan bibir bayi.
•           Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan
menghentikan pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara
ketika bayi masih menghisap. Maka hentikan dahulu hisapan bayi lalu
jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-lahan, hal ini bertujuan agar
penghentian menyusui ini tidak melukai payudara, yang bisa berakibat nyeri
hingga infeksi payudara.
TANDA CUKUP ASI
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup
mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa
banyak atau berapa sering pemberian ASI yang baik itu.
Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk
mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
•           Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara
teratur untuk menyusui.
•           Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan
terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap dan
menelan ASI yang diberikan.
•           Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing
payudara setiap menyusui.
•           Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.
Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk
memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari dua bulan
bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka pemberian ASI
dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi menyusui menjadi
lebih singkat.
•           Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang
cukup.
•           Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami
peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
•           Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang
sehat pula
TIPS SUKSES ASI EKSKLUSIF
Ini tips dari aku yang sukses ASI eksklusif sampai 6 bulan walaupun ASI-ku
tidak termasuk yang berlimpah dan sukses KB alamiah sampai si  kecil 7
bulan.
1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan.
Produksi ASI mengikuti hukum permintaan, semakin  sering dihisap, maka
semakin banyak berproduksi.
2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan  semakin
mempercepat produksi ASI.
3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke
kanan, dan sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit  pertama   justru
banyak mengandung lemak yang dapat mengenyangkan bayi.  Jangan 
lakukan posisi menyusui tiduran sampe ketiduran kalau ibus  punya 
kebiasaan tidur “pingsan”. Bisa2 bayinya ketindihan dan gak bisa bernafas.
4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak. Bisa
air putih, jus buah, susu rendah lemak, kuah makanan.  Makanannya
usahakan banyak sayur hijau dan makanan laut. Daun katuk segar  lebih cepat
menghasilkan daripada suplemen seperti Pro ASI atawa  Lancar  ASI. Jangan
pikirkan diet dulu. Melangsingkan tubuh bisa  dilakukan  kapan saja
sementara menyusui waktunya cuma sebentar  sementara  manfaat baiknya
untuk bayi adalah untuk kecerdasan dan  daya  tahan tubuhnya.
5. Minum madu juga sangat bermanfaat
6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI  mendadak
kering.
7. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan ke
botol untuk diberikan ke bayi. Tapi sebenarnya penggunaan dot tidak
dianjurkan paling tidak sampai usia bayi 6 bulan sebab dapat  mengganggu
perkembangan sistem syaraf dan struktur tulang kepala.
8. Ini yang paling penting, yaitu RASA PERCAYA DIRI bahwa kita MAMPU
untuk memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI.
Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang
dilahirkan dengan cara caesar. Bayi “caesar” mengalami intensitas kesakitan
yang sangat tinggi dibandingkan dengan bayi lahir normal  yang sudah
mengalami exercise dalam proses kelahiran sebelum  khirnya  muncul ke
dunia dan beradaptasi dengan dunia luar. Dengan memberikan ASI,  maka
dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa  akit yang  diderita
bayi.

Anda mungkin juga menyukai