Anda di halaman 1dari 5

LATIHAN 9

STRATEGI BLUM-KULKA

Tugas Mata Kuliah Pragmatik Bahasa Indonesia


yang Dibina oleh Dr. Tressyalina, S.Pd., M.Pd.

Novia Rahma Rindha


19016182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
STRATEGI BLUM-KULKA

Blum-Kulka (Darmawanti, dkk, 2014) menyatakan sistem kesantunan berinteraksi


dengan empat parameter penting, yaitu motivasi sosial, cara pengungkapan, perbedaan
sosial, dan makna sosial. Berdasarkan konteks bahasa Yahudi Israel bahwa Blum-Kulka
mengkaji kesantunan dengan menafsirkan kembali teori kesantunan secara kultur-
relativistik. Istilah norma-norma budaya atau aksara budaya adalah istilah yang paling
penting dalam pendekatan teoretisnya. Strategi bertutur Blum-Kulka terbagi menjadi
tiga tuturan, yaitu strategi bertutur langsung, strategi bertutur tidak langsung, dan
strategi bertutur menggunakan isyarat.

1. Strategi Bertutur Langsung

Menurut Blum-Kulka bahwa strategi langsung dan tidak langsung yang


digunakan untuk menyampaikan tindak tutur berhubungan dengan dimensi
pemilihan formal dan dimensi pemilihan isi. Dimensi bentuk mengacu pada
bagaimana tuturan itu diungkapkan atau bagaimana tuturan itu dibuat dengan
menggunakan ciri-ciri formal tuturan itu (dalam bentuk pilihan bahasa dan variasi
bahasa). Dimensi isi mengacu pada makna yang terkandung dalam tuturan tersebut.
Jika isi tuturan memiliki makna yang sama dengan makna performasinya, tuturan
tersebut akan diucapkan dengan menggunakan strategi langsung. Sebaliknya, jika
makna ujaran berbeda dengan makna performasinya, ujaran tersebut diucapkan
dengan menggunakan strategi tidak langsung.

Blum-Kulka (Karim, 2011) mengartikan tindak tutur langsung merupakan tuturan


yang modus dan makna kata sesuai dengan maksud tuturan tersebut. Penggunaan
strategi langsung dalam bertutur ditujukan untuk mencapai kesepahaman antara
penutur (Pn) dan penutur (Mt). Penutur dan mitra tutur diharapkan dengan strategi
langsung mampu memahami bahasa secara efektif seperti yang dimaksudkan
penutur. Wijana (1996) menyampaikan tindak tutur langsung bisa dibentuk dari
wacana berita yang difungsikan secara konvensional, kalimat bertanya untuk
bertanya, dan kalimat perintah untuk memerintah, ajakan, memohon, dan
sebagainya. Contoh tuturan: “Rambutmu sudah panjang”. Kalimat ini dituturkan
oleh seorang wanita ke teman perempuan.

2. Strategi Bertutur Tidak Langsung

Strategi bertutur tidak langsung atau tuturan tidak langsung ialah strategi atau
tuturan yang memiliki modus dan makna tuturannya tidak sesuai dengan maksud
tuturan. Selain itu, tuturan atau strategi tidak langsung ialah tuturan yang
disampaikan dengan cara yang berbeda untuk mengkomunikasikan suatu tujuan.
Yule (dalam Karim, 2011), jika ada hubungan tidak langsung antara struktur dan
fungsi, maka hubungan tersebut menunjukkan bahwa tindak tutur sebagai tuturan
tidak langsung. Menurut Wijana (1996) tuturan yang diucapkan secara tidak
langsung biasanya tidak dapat ditanggapi secara langsung, namun harus segera
mengenali makna tersirat di dalamnya. Contoh: “Dimana sapunya?” Kalimat
tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya dengan fungsi untuk
menanyakan dimana letak sapu dan juga secara tidak langsung memerintah anak
untk mengambil sapu.

3. Strategi Bertututr dengan Isyarat

Strategi bertutur dengan isyarat (Darmawanti, dkk, 2014) adalah tuturan dengan
isinya tidak ada kaitannya dengan maksud tuturan tersebut. Misalnya, “Aduh,
cantiknya bunga yang satu itu, Bu. Bagaimana jika dipindahkan saja ke rumah
saya?”. Kalimat itu diucapkan oleh seorang pemuda yang menginginkan bunga yang
terdapat di halaman seorang ibu dan saat ini bunga itu bermekaran dengan sempurna
yang bunga tersebut milik orang tua teman perempuan pemuda itu. Dalam arti yang
sebenarnya, ungkapan tersebut menyiratkan suatu pujian yang diiringi dengan
keinginan pembicara untuk memiliki bunga milik pendengar atau mitra tutur. Secara
kontekstual, pembicara seorang pemuda dan pendengar seorang ibu yang memiliki
anak perempuan terlibat dengan tuturan bermaksud permintaan dari penutur.
Permintaan tersebut merupakan pembicara meminta supaya pendengar memberikan
anak gadisnya sebagai calon istri dan menjadikannya menantu.

Strategi Blum-Kukla didasari oleh strategi meminta yang memiliki tindak tutur
ajakan. Tindak tutur ajakan berdasarkan pendapat Blum-Kulka ada dua jenis, yaitu
ajakan langsung (direct invitation) dan ajakan tidak langsung (indirect invitation).
Ajakan tindak langsung ini dikategorikan lagi ialah ajakan tidak langsung konvensional
yang berbasis penutur, tidak langsung konvensional yang berbasis pendengar, dan
ajakan tidak langsung (Widiantari, 2017).

a) Ajakan Langsung

Strategi ajakan langsung ada lima jenis, yaitu frasa ellipsis, imperatif, unhedged
performative, hedged performatife. Frasa ellipsis ialah proses melesapkan kata atau
satuan kebahasaan lainnya dengan memperkirakan wujudnya. Tujuan dari ellipsis
ini untuk memperoleh kepraktisan berbahasa agar bahasa yang digunakan lebih
singkat, padat, dan mudah dimengerti. Contoh: Pesta?

Kalimat imperatif memiliki sifat perintah dengan fungsi meminta atau melarang
seseorang melakukan sesuatu. Contoh: Pinjamkan aku mobilmu. Tuturan
performatif atau unhedged performative ialah ujaran dengan tujuan melakukan
sesuatu atau tuturan yang melukiskan tindak pertuturan yang akan dilaksanakan
sendiri. Contoh: Saya meminta kamu untuk pergi. Tuturan performatif berpagar
(hedged performatife) ialah pembicara akan melakukan ajakan dengan kalimat yang
lebih halus. Contoh: Saya sebenarnya ingin meminta anda untuk memindahkan kursi
ini.

b) Ajakan Tidak Langsung Konvensional Berbasis Penutur

Ajakan tidak langsung ialah tuturan dengan tujuan ajakannya tidak terlihat jelas.
Tuturan ajakan tidak langsung konvensional berbasis penutur terbagi menjadi dua
jenis, yaitu keinginan dan harapan. Pernyataan keinginan adalah bentuk yang tidak
sopan dan pernyataan keinginan umumnya ditambahkan kata permohonan agar
menghaluskan pernyataan. Contoh: Saya sangat ingin menonton film itu.
Ajakan tidak langsung konvensional pernyataan harapan ialah penutur yang
menginginkan sesuatu bisa memilih untuk fokus berdasarkan berbasis penutur
daripada kondisi pendengar. Penutur ingin harapannya sebagai titik penting dari
interaksi, maka sebuah permintaan dari pembicara dapat dikatakan permintaan atau
harapan. Contoh: I would like to borrow your car.

c) Ajakan Tidak Langsung Konvensional Berbasis Pendengar

Ajakan tidak langsung konvensional berbasis pendengar merupakan tindak tutur


ajakan yang mengutamakan keadaan pendengar dan penutur akan menanyai sesuatu
mengenai pemikiran pendengar. Tindak tutur berbasis pendengar ini terbagi menjadi
empat, yaitu saran, izin, kesediaan, dan kemampuan.

Ajakan tidak langsung formula menyarankan bahwa penutur tidak


mempertanyakan kondisi dari pendengar, melainkan penutur akan menanyakan
apakah kondisi pendengar akan menghalangi tindakannya atau tidak. Saran ini untuk
meminta pendapat mengenai sesuatu yang mengkaitkan pendengar. Contoh:
Bagaimana jika kamu meminjamkan mobil pada saya? Selain itu ajakan tidak
langsung konvensional berbasis pendengarr dapat berupa permintaan izin. Penutur
akan menghaluskan sebuah permintaan ajakan dengan menggunakan kata bantu
bolehkah, dapatkah. Contoh: Bolehkah saya meminjam bukumu?.

Pembicara mengajukan pertanyaan yang berfokus pada kesediaan pendengar


untuk melakukan tindakan yang diinginkan. Contoh: Maukah anda membantu saya?.
Terakhir, ajakan tidak langsung konvensional berbasis pendengar dengan formula
kemampuan merupakan kemampuan mengacu pada kapasitas pendengar untuk
memperlihatkan tindakan yang diinginkan. Ada dua kondisi yang berbeda dan
bersangkut paut. Pertama, kapasitas pembicara yang melekat terhadap fisik dan
mental. Kedua, keadaan ekternal yang berkaitan dengan waktu dan tempat. Contoh:
Bisakah anda meminjamkan saya uang?

d) Ajakan Tidak Langsung

Ajakan tidak langsung menggunakan kalimat yang tidak memperlihatkan maksud


dari ajakan secara jelas. Cara menggunakan ajakan tidak langsung ini dengan
mengetahui kondisi dalam kondisi pendengar sebab bisa jadi pendengar tidak
memahami maksud dari isyarat penutur. Ajakan tidak langsung ini memiliki strategi
isyarat yang dibagi menjadi isyarat kuat dan isyarat halus. Contoh:

Isyarat Kuat (Mobil saya mogok. Apakah kamu akan menggunakan mobil malam
ini?)

Isyarat Halus (Aku harus berada di bandara setengah jam lagi)


DAFTAR PUSTAKA

Darmawanti, dkk. 2014. “Strategi Bertutur”. Makalah. Padang: FBS UNP.


Karim, Ali. 2011. “Tindak Perintah dalam Wacana Kelas: Kajian Strategi Bertutur di
Madrasah Tsanawirah Alkhairaat Palu”. Jurnal Ilmiah.
Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Widiantari, Yunita Fatimah. 2017. “Strategi Tindak Tutur Ajakan Mahasiswa Sastra
Jepang Universitas Dian Nuswantoro”. Skripsi. Semarang: Udinus.

Anda mungkin juga menyukai