STRATEGI BLUM-KULKA
Strategi bertutur tidak langsung atau tuturan tidak langsung ialah strategi atau
tuturan yang memiliki modus dan makna tuturannya tidak sesuai dengan maksud
tuturan. Selain itu, tuturan atau strategi tidak langsung ialah tuturan yang
disampaikan dengan cara yang berbeda untuk mengkomunikasikan suatu tujuan.
Yule (dalam Karim, 2011), jika ada hubungan tidak langsung antara struktur dan
fungsi, maka hubungan tersebut menunjukkan bahwa tindak tutur sebagai tuturan
tidak langsung. Menurut Wijana (1996) tuturan yang diucapkan secara tidak
langsung biasanya tidak dapat ditanggapi secara langsung, namun harus segera
mengenali makna tersirat di dalamnya. Contoh: “Dimana sapunya?” Kalimat
tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya dengan fungsi untuk
menanyakan dimana letak sapu dan juga secara tidak langsung memerintah anak
untk mengambil sapu.
Strategi bertutur dengan isyarat (Darmawanti, dkk, 2014) adalah tuturan dengan
isinya tidak ada kaitannya dengan maksud tuturan tersebut. Misalnya, “Aduh,
cantiknya bunga yang satu itu, Bu. Bagaimana jika dipindahkan saja ke rumah
saya?”. Kalimat itu diucapkan oleh seorang pemuda yang menginginkan bunga yang
terdapat di halaman seorang ibu dan saat ini bunga itu bermekaran dengan sempurna
yang bunga tersebut milik orang tua teman perempuan pemuda itu. Dalam arti yang
sebenarnya, ungkapan tersebut menyiratkan suatu pujian yang diiringi dengan
keinginan pembicara untuk memiliki bunga milik pendengar atau mitra tutur. Secara
kontekstual, pembicara seorang pemuda dan pendengar seorang ibu yang memiliki
anak perempuan terlibat dengan tuturan bermaksud permintaan dari penutur.
Permintaan tersebut merupakan pembicara meminta supaya pendengar memberikan
anak gadisnya sebagai calon istri dan menjadikannya menantu.
Strategi Blum-Kukla didasari oleh strategi meminta yang memiliki tindak tutur
ajakan. Tindak tutur ajakan berdasarkan pendapat Blum-Kulka ada dua jenis, yaitu
ajakan langsung (direct invitation) dan ajakan tidak langsung (indirect invitation).
Ajakan tindak langsung ini dikategorikan lagi ialah ajakan tidak langsung konvensional
yang berbasis penutur, tidak langsung konvensional yang berbasis pendengar, dan
ajakan tidak langsung (Widiantari, 2017).
a) Ajakan Langsung
Strategi ajakan langsung ada lima jenis, yaitu frasa ellipsis, imperatif, unhedged
performative, hedged performatife. Frasa ellipsis ialah proses melesapkan kata atau
satuan kebahasaan lainnya dengan memperkirakan wujudnya. Tujuan dari ellipsis
ini untuk memperoleh kepraktisan berbahasa agar bahasa yang digunakan lebih
singkat, padat, dan mudah dimengerti. Contoh: Pesta?
Kalimat imperatif memiliki sifat perintah dengan fungsi meminta atau melarang
seseorang melakukan sesuatu. Contoh: Pinjamkan aku mobilmu. Tuturan
performatif atau unhedged performative ialah ujaran dengan tujuan melakukan
sesuatu atau tuturan yang melukiskan tindak pertuturan yang akan dilaksanakan
sendiri. Contoh: Saya meminta kamu untuk pergi. Tuturan performatif berpagar
(hedged performatife) ialah pembicara akan melakukan ajakan dengan kalimat yang
lebih halus. Contoh: Saya sebenarnya ingin meminta anda untuk memindahkan kursi
ini.
Ajakan tidak langsung ialah tuturan dengan tujuan ajakannya tidak terlihat jelas.
Tuturan ajakan tidak langsung konvensional berbasis penutur terbagi menjadi dua
jenis, yaitu keinginan dan harapan. Pernyataan keinginan adalah bentuk yang tidak
sopan dan pernyataan keinginan umumnya ditambahkan kata permohonan agar
menghaluskan pernyataan. Contoh: Saya sangat ingin menonton film itu.
Ajakan tidak langsung konvensional pernyataan harapan ialah penutur yang
menginginkan sesuatu bisa memilih untuk fokus berdasarkan berbasis penutur
daripada kondisi pendengar. Penutur ingin harapannya sebagai titik penting dari
interaksi, maka sebuah permintaan dari pembicara dapat dikatakan permintaan atau
harapan. Contoh: I would like to borrow your car.
Isyarat Kuat (Mobil saya mogok. Apakah kamu akan menggunakan mobil malam
ini?)