Anda di halaman 1dari 8

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Kusuma Husada Surakarta
2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS: OKSIGENASI
DI IGD RST dr. ASMIR SALATIGA

Cindi Dwi Jayanti¹, Gatot Suparmanto, S.Kep., Ns., M.Sc²


¹ Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
² Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email: Cindijayanti12@gmail.com

ABSTRAK
Asma adalah penyakit yang di tandai oleh serangan intermitten bronkus
yang di sebabkan oleh rangsang alergi atau iritatif. Sesak napas menjadi gejala
yang paling sering dialami pasien asma. Penatalaksanaan yang digunkan untuk
mengatasi sesak napas dengan pemberian terapi nebulizer dan posisi semi fowler
karena dapat membantu mengurangi sesak napas. Tujuan studi kasus ini adalah
untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pasien asma dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Tindakan yang diberikan kepada pasien yaitu pemberian
terapi nebulizer dan posisi semi fowler selama 15-20 menit menggunakan alat
ukur yaitu oxymetry. Hasil penelitian pada terapi nebulizer dan posisi semi fowler
saturasi oksigen sebelum sebesar 88% respiratory rate 29x/menit, saturasi
setelahnya sebesar 98% respiratory rate 24x/menit. Kesimpulan dari penelitian ini
ada efek nebulisasi pada frekuensi pernapasan pada pasien asma.

Kata kunci : Nebulizer, Asma, Sesak Napas


Nursing Study Program Diploma Program Three
Faculty of Health Sciences
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2022

NURSING CARE OF ASTHMA PATIENTS IN ACHIEVING


PHYSIOLOGICAL NEEDS: OXYGENATION
IN IGD RST dr. ASMIR SALATIGA

Cindi Dwi Jayanti¹, Gatot Suparmanto, S.Kep., Ns., M.Sc²


¹Student of Nursing Study Program Diploma Three Program
Faculty of Health SciencesUniversitas Kusuma Husada Surakarta
²Lecturer of Nursing Studies Program Undergraduate Program
Faculty of Health Sciences Universitas Kusum Husada Surakarta
Email: Cindijayanti12@gmail.com

ABSTRACT
Asthma is a disease marked by an intermittent attack of bronchus caused by
allergic or irritative stimuli. Shortness of breath is the most common symptom
experienced by asthma patients. Treatment used to overcome shortness of breath
by giving nebulizer therapy and semi fowler position because it helps to reduce
the shortness of breath. The purpose of this case study is to determine the
representation of nursing care to asthma patients in achieving the needs of
oxygenation.
The research method conducted to this case study is descriptive. The act
performed to the patient is the nebulizer therapy and semi-fowler position for 15-
20 minutes using a measuring instrument called oxymetry. The results of research
on nebulizer therapy and positioning fowler oxygen saturation before intervention
is 88% respiratory rate 29x/minute, the saturation after intervention is 98%
respiratory rate 24x/minute. The conclusion of this study is that there is a
nebulization effect on respiratory frequency to asthma patients.

Keywords: Nebulizer, Asthma, Shortness of Breath


PENDAHULUAN

Menduduki peringkat ke 5 resiko asma serta kekambuhan


untuk kematian karena asma antar pada asma (Mumpuni & Wulandari,
negara-negara Asia dan urutan ke 13 2016).
di seluruh dunia menurut World Gejala yang terjadi pada pasien
Health Organitation (WHO) tahun asma yaitu kesulitan bernapas sering
2017. Terdapat 113.028 kasus terliha terengah-engah bila
penderita asma yang ada di Jawa melakukan aktifitas yang sedikit
Tengah. (Kementrian Kesehatan RI, berat, nafas pendek, sering batuk,
2017). Asma merupakan obtruksi produksi sputum, mengi atau
jalan napas yang bersifat reversible. wheezing, dada terasa sesak, merasa
Asma merupakan penyakit yang selalu lesu dan lelah, sulit tidur, tidak
ditandai oleh rangsang alergi atau mampu menjalankan aktivitas fisik
iritatif (Manurung, 2016), Pemicu yang lama. Berbagai gejala tersebut
khas untuk asma intemitten dan sering diabaikan penderita asma dan
pasisten meliputi infeksi pernapasan menganggap hanya gejala penyakit
karena virus, infeksi pernapasan biasa (Mumpuni & Wulandari,
karena bakteri, polusi udara dan iritan 2013).
lingkungan lainnya, paparan alergen, Tindakan keperawatan yang
asap rokok, udara dingin, refluks dapat dilakukan untuk mengatasi
gastroesofagus, dan olahraga. Selama gangguan pada saluran pernapasan
eksaserbasi, kaliber saluran seperti sesak napas disertai produksi
pernapasan berkurang karena sputum dapat dilakukan dengan
bronkokonstriksi, lendir, dan edema. terapi nebulizer. Terapi nebulizer
(Ringel, 2015). merupakan pemberian obat secara
Penyebab pasti asma belum di hirupan kedalam saluran pernapasan.
ketahui dengan jelas, namun ada Terapi nebulizer dilakukan dengan
beberapa hal yang menjadi terapi uap partikel obat yang masuk
pemicunya. Faktor pemicu terjadinya akan dipecah terlebih dahulu menjadi
asma secara umum dapat dibedakan molekul-molekul kecil berbentuk
menjadi dua faktor pada penderita uap, sehingga diharapkan obat yang
(intrinsik) dan faktor lingkungan dihirup akan masuk ke dalam saluran
(ektriksik). Faktor intrinsik meliputi pernapasan secara maksimal
meliputi genetic, udara dingin, (Sudarsini, 2017).
ekspresi emosional yang kuat seperti Saat terapi berlangsung uap
menangis dan tertawa, olahraga adan tidak berbau apa- apa sehingga
stress. Sedangkan faktor ekstriksik terasa seperti bernapas pada
meliputi jamur, tungau debu, kecoa, umumnya, terapi ini berlangsung
bulu binatang, serbuk sari, asap, 15-20 menit dan dilakukan 1 kali
perubahan cuaca, obat-obatan, dan pengulangan dalam sehari sesuai
lingkungan kerja. Penderita asma jadwal pemberian obat (Fernando
harus dapat mengetahui faktor et al., 2016).
pemicu serangan asma dan cara Tujuan dari terapi nebulizer
pencegahannya untuk mengurangi adalah untuk menyalurkan obat
frekuensi gejala, eksaserbasi, faktor langsung ke target organ yaitu paru-
paru, tanpa harus melalui jalur dilakukan dikarenakan adanya gaya
sistemik terlebih dahulu (Saryono, gravitasi yang menarik diafragma ke
2015) bawah sehingga ekspansi paru jauh
Pengobatan nebulizer dinilai lebih baik dari pada posisi semi
lebih efektif dari pada obat yang fowler (Azis, 2014).
diminum, karena langsung dihirup Berdasarkan latar belakang
melalui saluran pernapasan dan tersebut penulis tertarik untuk
menggunakan dosis kecil sehingga melakukan penyusunan kasus
aman. Nebulizer yang digunakan keperawatan dalam bentuk Proposal
ialah kompresor dimana cara Karya Tulis Ilmiah dengan judul
kerjanya ialah memberikan tekanan “Asuhan Keperawatan pada Pasien
udara dari pipa menuju cup yang Asma dalam Pemenuhan
berisi obat berupa cairan. Kekuatan Kebutuhan Fisiologis: Oksigenasi di
dari tekanan tersebut dapat IGD dr. Asmir Salatiga”
memecah cairan obat menjadi
partikel halus atau uap yang dapat METODE PENELITIAN
langsung dihirup melalui saluran
pernapasan menuju paru-paru Metode penelitian kasus ini
(Fernando et al., 2016). Terapi menggunakan metode wawancara,
nebulizer juga memberikan onset observasi, dan dokumentasi pada
lebih cepat jika dibandingkan pasien dengan Asma. Studi kasus ini
dengan terapi lain serta memberikan untuk mengeksplorasi masalah
efek yang cepat untuk asuhan keperawatan pasien asma
mengembalikan kondisi spasme dalam pemenuhan kebutuhan
bronkus (Sudarsini, 2017). oksigenasi.
Standart operasional prosedur Subjek studi kasus yang
(SOP) menyebutkan bahwa saat digunakan pada studi kasus ini
menjalani terapi nebulizer pasien adalah pasien asma. Fokus studi
dapat di posisikan pada posisi fowler kasus ini adalah pemenuhan
atau semi fowler, posisi fowler akan kebutuhan oksigenasi. Gangguan
menghilangkan tekanan pada pemenuhan oksigenasi dapat diatasi
diafragma yang memungkinkan dengan pemberian posisi semi
pertukaran volume lebih besar fowler pemberian terapi nebulizer .
sehingga melancarkan jalan napas Studi kasus ini telah dilakukan di
dan obat yang di hirup akan masuk ruang IGD RST dr. Asmir Salatiga
lebih maksimal. Sedangkan posisi dengan waktu pengambilan kasus
semi fowler akan terjadi penarikan asuhan keperawatan pada tanggal
gaya gravitasi bumi sehingga paru 21 Januari 2022. Etika studi kasus
bebas untuk berekspirasi dan obat yang penulis gunakan yaitu
yang dihirup dapat masuk maksimal informed consent, anonymity, dan
kesaluran pernapasan (Prastika & confidentiality.
Chanif, 2019). Posisi semi fowler
adalah sebuah posisi setengah duduk HASIL DAN PEMBAHASAN
atau duduk dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau Hasil pengkajian pada
dinaikkan 45˚ dan posisi ini tanggal 21 Januari 2022 diperoleh
data subjektif dan objektif. Data Diagnose yang didapatkan dari
subjektif antara lain pasien setelah melakukan pengjkajian dari
mengatakan dada sesak dan aulit data tersebut didapatkan masalah
mengeluarkan dahak. Dari pengkajian keperawatan bersihan jalan napas
objektif dengan focus data Primary tidak efektif berhubungan dengan
survey diperoleh data pengkajian hipersekresi jalan napas dibuktikan
Airway didapatkan terdengar suara dengan pasien terdengar suara
wheezing, adanya retraksi dinding wheezing (D.0001).
dada, tidak ada indikasi lidah jatuh, Setelah menentukan diagnosa
tidak adanya edema pada mulut, tidak keperawatan, kriteria hasil yang
ada edema pada faring. Pengkajian ingin dicapai menurut SDKI adalah
Breathing didapatkan pasien bersihan jalan napas meningkat
mengalami sesak napas, terlihat (L.01001): kemampuan batuk efektif
pengembangan dada kanan dan kiri meningkat, produksi sputum
pasien simetris, RR: 29x/menit, menurun, wheezing menurun,
SPO2: 88%, adanya penggunaan otot frekuensi napas membaik, pola napas
bantu pernapasan, irama napas tidak membaik.
teratur dengan frekuensi 29x/menit.. Intervensi keperawatan yang
Pengkajian Circulation didapatkan tepat diberikana kepada Tn.S
data tekanan darah 140/90 mmHg, berdasarkan SIKI (2018), yaitu
nadi 110 x/menit, nadi teraba kuat, manajemen asma (I.01010) monitor
suhu 36,8˚C, capillary refil <2 detik, monitor saturasi oksigen, berikan
akral teraba hangat, warna kulit posisi semi fowler, ajarkan
pucat, kelembaban kulit baik. mengidentifikasi dan menghindari
Pengkajian Disability didapatkan pemicu, kolaborasi pemberian
data Glasgow coma scale 15 (E;4, nebulizer.
M;6, V;5), kesadaran composmentis, Tindakan keperawatan yang
reaksi pupil kanan/kiri isokor jika tepat untuk mengatasi masalah
didekati cahaya. Pengkajian Exposure keperawatan berdasarkan rencana
didapatkan data tidak terdapat jejas tindakan tersebut maka dilakukan
ataupun luka pada tubuh pasien. pada hari jum’at, 21 Januari 2022
Hasil pemeriksaan head to pukul 08.35 WIB monitor saturasi
toe yang tidak normal didapatkan oksigen dengan respon subjektif
data objektif yaitu pada bagian pasien mengatakan bersedia di cek
hidung adanya napas cuping hidung. saturasi oksigennya, data objektif
Pada pemeriksaan fisik paru-paru SPO2: 88% RR: 29x/menit. Pukul
saat dilakukan inspeksi bentuk dada 08.36 WIB penulis memonitor pola
simetris dan tidak ada jejas, palpasi napas (frekuensi, kedalaman, usaha
vocal fremitus kanan kiri sama, napas) dengan respon subjektif pasien
perkusi hipersonor, auskultasi mengatakan dada terasa sesak, data
vesikuler dan terdengar suara napas objektif pasien tampak menggunakan
tambahan wheezing. otot bantu napas. Pukul 08.41 WIB
penulis memberikan posisi semi
Berdasarkan hasil pengkajian fowler 30°-45° dengan respon
diatas penulis melakukan analisa data subjektif pasien mengatakan pasien
dengan data subejktif dan objektif. bersedia di berikan posisi semi fowler.
Objektif pasien tampak kooperatif napas berupa dahak atau secret dapat
suara napas tambahan ronchi, yang dikeluarkan maka sesak napas akan
menandakan adanya sumbatan jalan berkurang.
napas berupa lender atau sekret. Hasil evaluasi keperawatan
Pada pukul 08.35 WIB yang dilakukan terjadi penurunan
memposisikan semi fowler dengan skala sesak napas dari 3 menjadi
respon subjektif pasien mengatakan skala 2, peningkatan SPO2 dari 88%
posisinya sudah nyaman dan sesak menjadi 98%, RR sebelum
sedikit berkurang, data objektif tindakan 29x/menit dan setelah
pasien tampak kooperatif dan tampak tindakan menjadi 24 x/menit,
masih sesak. Pada posisi kemiringan sebelum tindakan dahak sulit keluar
45˚, otot diafragma akan karena terlalu kental dan setelah
berkontraksi memperbesar volume tindakan dahak dapat keluar tetapi
rongga thorak sehingga mengembang hanya sedikit. Hal ini sejalan dengan
dan paru-paru juga akan hasil penelitian Prastika dan Chanif
mengembang. Proses ventilasi yang (2018). bahwa ada pengaruh
meningkat akan meningkatkan terhadap penurunan sesak napas
pengeluaran karbondioksida dan sebelum dan setelah pasien
meningkatkan oksigen dalam intra diberikan posisi semi fowler
alveolus sehingga memudahkan saat menjalani terapi
ikatan O2 dan haemoglobin (Chanif nebulizer.
dan Prastika, 2019).
Pada pukul 08.38 WIB KESIPULAN DAN SARAN
berkolaborasi memberikan nebulizer-
ventolin 1 repul 2.5 mg dengan a. Kesimpulan
respon subjektif pasien mengatakan Pemberian posisi semi fowler
dadanya sedikit lega, pasien sangat efektif digunakan pada
mengatakan dapat batuk pasien asma dengan gangguan
mengeluarkan dahak tetapi dahak oksigenasi. Posisi semi fowler
keluar sedikit, pasien mengatakan yang dikombinasikan dengan
skala sesak 2, data subjektif pasien pemberian nebulizer yang
tampak batuk mengeluarkan dahak, dilakukan selama 15-20 menit
RR 24x/menit, SPO2 98%, TD dapat menurunkan respiratory
135/90 mmHg. Kenaikan SPO2 dan rate dan meningkatkan saturasi
menurunnya sesak napas pada pasien oksigen dari 88% menjadi 98%.
asma dipengaruhi oleh pemberian b. Saran
posisi semi fowler saat menjalani Hasil studi kasus ini dapat
terapi nebulizer (Chanif & digunakan untuk pengembagan
Prastika,2019). Ketika oksigen masuk ilmu keperawatan mengenai
partikel obat nebulizer-ventolin akan intervensi pada pasien asma yang
ikut masuk dalam saluran mengalami sesak napas.
pernapasan yang akan memberikan
efek bronkodilatasi atau melebarkan
lumen bronkus, sehingga dahak
menjadi encer dan mudah
dikeluarkan, ketika sumbatan jalan
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat & Musrifatul GOLD. (2017). Global Initiative for
Uliyah. (2014). Pengantar Chronic Obstruktive Lung
Kebutuhan Dasar Manusia. A Guide fo Health
Edisi 2. Jakarta: Salemba Care Professionals. GOLD.
Medika. Gustiawan, S. P., dkk. (2019)
Chanif & Prastika, Dewi. (2019). Hubungan Penggunaan
Position of Fowler an Semi- Masker Sungkup Selama
Fowler to Reduce of Shortness Nebulizer Terhadap
of Breath (Dyspnea) Level Saturasi Perifer Oksigen
Undergoing Nebulizer pada Pasien PPOK.
Therapy. Journal of South Jurnal JKRN, 1(2), 51-57.
East Asia Nursing Research, Diakses 22 November
1(1), 14-19 2020.
https://doi.org/10.26714/sea Ikawati, Zullies. (2016).
nr.1.1.2019.14-19. Diakses Penatalaksanaan Terapi
22 November 2020. Penyakit Sistem
Susanti, P. F.E., (2015). Influence Of Pernafasan. Yogyakarta:
Smoking On Cronic Bursa Ilmu.
Obstruktive Pulmonary Tim Pokja SIKI PPNI. (2018).
Disease (COPD). J Majority, Satandar intervensi
Volume 4 Nomer 5, p.68. Keperawatan Indonesia:
Diakses 21 Desember2020. Definisi dan Tindakan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Keperawatan ((cetakan II)
Standard Diagnosis 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
keperawatan indonesia: Tim Pokja SLKI PPNI. (2019).
Definisi dan indikator Standar Luaran
Diagnostik ((cetakan III) 1 Keperawatan Indonesia:
ed.). Jakarta: DPP PPNI Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II)
1 ed.). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai