Anda di halaman 1dari 13

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


NAMA : DEDI AHMADI, S.Pd
KELAS : 004 IPS UNY
PPG DALJAB KATEGORI 2

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Hari ke-6 Dari kajian literatur,
Kajian Literatur wawancara dengan teman
 Rendahnya  Rohman, dkk (2018) Faktor-Faktor Yang kelas, guru, kepala sekolah,
moivasi belajar Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar pengawas, dan pakar, maka
peserta didik Siswa Kelas XI pada dapat disimpulkan bahwa
dalam belajar di http://download.garuda.kemdikbud.go.id/articl analisis ekploarasi penyebab
kelas e.php? masalah dari identifikasi
article=1722694&val=8655&title=FAKTOR- masalah yang ada disekolah
FAKTOR%20YANG yakni rendahnya motivasi
%20MEMPENGARUHI%20RENDAHNYA belajar peserta didik, kesulitan
%20MOTIVASI%20BELAJAR%20SISWA peserta didik memahami
%20KELAS%20XI mengaakan bahwa faktor materi dipengaruhi oleh
yang mempengaruhi rendahnya motivasi banyak faktor diantaranya:
belajar siswa diantaranya tempat belajar, 1. Tempat/lingkungan
fungsi fisik, kecerdasan, sarana dan prasarana, belajar;
waktu, kebiasaan belajar, guru, orang tua, 2. Sarana dan prasarana
 Peserta didik emosional dan kesehatan, serta faktor teman pendukung;
kesulitan dalam  Ainna Damayanti (2016) Kesulitan-Kesulitan 3. Kebiasaan belajar
memahami isi Belajar Pada Peserta Didik Kelas Non- 4. Peserta didik malas dalam
materi yang telah Reguler Pada Mata Pelajaran Ips Smp Negeri belajar;
dibacanya 15 Yogyakarta pada 5. Komunikasi dan
https://scholar.google.com/scholar? pendampingan guru dalam
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kesulitan+peserta+ belajar;
didik+memahami+materi+pelajaran+ips&btn 6. Minat belajar peserta didik
G= mengaakan bahwa terdapat kesulitan yang rendah; dan
belajar pada faktor intern dan ekstern. Faktor 7. Guru belum menggunakan
intern yang menimbulkan kesulitan belajar metode pembelajaran yang
pada peserta didik kelas nonreguler SMP sesuai dengan karakteristik
Negeri 15 Yogyakarta, yaitu: faktor minat materi.
mengalami kesulitan sebesar (71,63%)
disebabkan oleh enggannya peserta didik
dalam mengerjakan soal, dan kurang dalam
membaca referensi materi; faktor emosi
(82,73%) disebabkan oleh peserta didik cepat
bosan apabila pelajaran IPS dimulai dan
timbulnya rasa malas karena tidak bisa
mengontrol diri; cara belajar (69,12%)
disebabkan oleh peserta didik belum mampu
secara runtut menjawab pertanyaan dari guru,
peserta didik merasa kesulitan dalam
mengungkapkan hal yang belum
dimengertinya dan belum melaksanakan
belajar kelompok. Faktor eksternal yaitu:
faktor metode mengajar (67,71%), disebabkan
oleh guru kurang memaksimalkan kegunaan
laboratorium IPS dan guru membanding-
bandingkan antar peserta didik; perhatian
(66,77%) disebabkan oleh kurangnya
pendampingan belajar oleh orang tua dirumah
dan kesulitan dalam memahami kata-kata guru
dalam menyampaikan materi; sedangkan
faktor guru dan interaksinya terhadap peserta
didik (78,5%) disebabkan oleh faktor guru
yang belum bersikap penuh perhatian dalam
penyampaian materi.
Hari ke-7
(Hasil Wawancara Teman Kelas, Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas)
1. Wawancara dengan Teman Kelas
 Peserta didik kurang berminat dalam
belajar IPS karena manganggap materinya
mengandung hafalan
 Peserta didik kurang mendapat dukungan
dari orang-orang terdekatnya
 Guru kurang memanfaarkan model-model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan
minat dan motivasi belajar peserta didik
 Cakupan materi terkait sangat padat
 Cara mengajar guru yang monoton
berfokus pada menjelaskan dan
pemberian tugas mandiri.
2. Wawancara dengan guru
Melci Kristian Lemba, S.Pd
Guru SMPN 2 Wita Ponda
 Kurangnya minat belajar peserta didik
disertai pengaruh lingkungan
 Peserta didik tidak menyukai
pembelajaran yang disampaikan oleh guru
serta faktor psikis peserta didik itu sendiri
sehingga sulit untuk memahami materi
yang dipelajarinya.
3. Wawancara dengaen Kepala Sekolah
Drs. Suprayitno, M.Si
Kepala SMPN 2 Wita Ponda
 Motivasi belajar peserta didik dipengaruhi
oleh sumber daya yang dimiliki oleh guru
dalam mentransfer informasi berupa ilmu
pengetahuan sesuai kebutuhan peserta
didik
 Motivasi belajar peserta didik juga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya
yang tidak mendukung.
 Dari sudut pandang intrinsik, motivasi
belajar peserta didik dipengaruhi oleh
kesiapan dan semangat belajar peserta
didik yang kurang.
 Kesulian peserta didik memahami materi
pelajaran disebabkan oleh kemampuan
guru dalam mengelola dan menerapkan
berbagai metode serta model
pembelajaran yang sesuai dengan konteks
materi dan gaya belajar peserta didik
Hari ke-8
Wawancara dengan Pakar
Hamzah Ramdhani, M.Si
Guru SMPN 2 Bumi Raya
Duta Rumah Belajar Dari Kabupaen
Morowali
 Guru belum menerapkan model pembelajaran
berdiferensiasi yaitu model pembelajaran
yang mengakomodir kebutuhan peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik.
 Guru tidak menerapkan model pembelajaran
berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan
tutor sebaya
 Daya baca yang rendah mengakibatkan
peserta didik sulit memahami materi yang
sedang atau telah dibacanya.
 Peserta tidik tidak terbiasa membaca buku
teks, terutama pada saat pancemi peserta didik
tidak mendapat bimbingan belajar yang
dibutuhkan peserta didik.
2  Peserta didik tidak Hari ke-6 Kajian Literatur Dari kajian literatur,
tidak bisa fokus  Angga Sri Kusuma (2017) Analisis Kesulitan wawancara dengan teman
dalam menerima Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS kelas, guru, kepala sekolah,
materi yang SMAN 1 Sukodono Kabupaten Sragen Tahun pengawas, dan pakar, maka
disampaikan oleh Ajaran 2017/2018 pada dapat disimpulkan bahwa
guru http://eprints.ums.ac.id/57376/15/NASKAH analisis ekploarasi penyebab
%20PUBLIKASI.pdf mengatakan bahwa jika masalah dari identifikasi
ditinjau dari proses pembelajaran kesulitan masalah yang ada disekolah
belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni peserta didik yang tidak
yaitu. Peserta didik tidak sepenuhnya patuh bisa fokus dalam belajar dan
terhadap guru dengan memilih bertanya peserta didik bolos saat jam
kepada teman mereka jika mengalami pelajaran dipengaruhi oleh
kesulitan padahal guru sudah menyuruh beberapa faktor:
peserta didik yang mengalami kesulitan untuk 1. Peserta didik sering
bertanya kepadanya, kebiasaan peserta didik bermain bersama teman;
yang lebih menyukai sesuatu yang instan 2. Peserta didik bermain
seperti mencontek, peserta didik kurang aktif gadget secara berlebihan;
dan kreatif dalam proses pembelajaran, 3. Peserta didik terpengaruh
peserta didik merasa susah dan malas untuk oleh lingkungan;
memahami rumus-rumus, jurnal maupun 4. Gaya belajar guru yang
angka-angka dalam akuntansi. Sedangkan jika membosankan
ditinjau dari lingkungan peserta didik, 5. Guru belum
gangguan saat belajar di lingkungan keluarga mengoptimalkan
membuat peserta didik menjadi tidak fokus. pemanfaatan media
Sering bermain bersama teman, menjalani teknologi dalam
hobi secara berlebihan, bermain gadget secara pembelajaran
berlebihan membuat fokus dalam belajar dan 6. Guru kurang melibatkan
waktu belajar menjadi berkurang, dan peserta didik dalam
ketelatenan yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran;
memahami akuntansi menjadi tidak dan
 Peserta didik terlaksana. Sehingga peserta didik menjadi 7. Kurangnya dorongan,
bolos saat jam sulit untuk memahami akuntansi. motivasi, dan perhatian
pelajaran  Rahayu, dkk (2020) Perilaku Membolos orang tua terhadap proses
Peserta Didik Ditinjau Dari Faktorfaktor Yang pembelajaran anak.
Melatarbelakanginya pada
https://www.journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.
php/fokus/article/view/5253/1774 mengatakan
bahwa bentuk perilaku membolos yang
dilakukan oleh peserta didik yaitu datang ke
sekolah terlambat, tidak masuk kelas pada saat
jam pelajaran tertentu, memberikan surat izin
palsu dengan alasan yang dibuat-buat dan
pergi meninggalkan kelas dengan tidak
meminta izin terlebih dahulu. Sedangkan
untuk faktor yang melatarbelakangi perilaku
membolos diantaranya karena terpengaruh
oleh ajakan teman, kurang berminat terhadap
beberapa mata pelajaran dan proses
pembelajaran yang membosankan.
Hari ke-7
(Hasil Wawancara Teman Kelas, Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas)
1. Wawancara dengan Teman Kelas
 Gaya pembelajaran yang diterapkan oleh
guru monoton menggunakan metode
ceramah
 Peserta didik tidak menyukai
pembelajaran yang hanya
2. Wawancara dengan guru
Melci Kristian Lemba, S.Pd
Guru SMPN 2 Wita Ponda
 Peserta didik tidak fokus dalam belajar
karena cara mengajar guru yang tidak
menarik
 Peserta didik merasa bosan belajar dan
tidak memiliki motivasi belajar sehingga
tidak betah berada di sekolah.
3. Wawancara dengaen Kepala Sekolah
Drs. Suprayitno, M.Si
Kepala SMPN 2 Wita Ponda
 Faktor ekstern dan intern dapat
mempengaruhi fokus peserta didik dalam
pembelajaran seperti guru cenderung
menggunakan metode ceramah saat
mengajar sehingga peserta didik
terkadang tidak bisa fokus dan
mengantuk. Sedangkan jika dilihat dari
faktok intern, peserta didik sering tidur
laru malam karena bermain game
sehingga di dalam kelan cenderung
mengantuk dan tidak fokus.
 Bolos saat jam pelajaran biasanya
dipengaruhi oleh kurangnya pengawasan
oleh guru maupun petugas piket.
 Kurangnya perhatian oleh guru bagi
peserta didik yang memiliki motivasi
belajar rendah,
 peserta didik terkadang tidak suka
terhadap guru dan mata pelajaran tertentu.
Hari ke-8
Wawancara dengan Pakar
Hamzah Ramdhani, M.Si
Guru SMPN 2 Bumi Raya
Duta Rumah Belajar Dari Kabupaen
Morowali
 Peserta didik tidak bisa fokus dalam
pembelajaran diakibatkan oleh guru yang
tidak melibatkan peserta didik secara langsung
dalam mengamati, mencoba, menalar, dan
menganalisis materi pembelajaran.
 Prilaku peserta didik bolos saat jam sekolah
disebabkan oleh peserta didik yang tidak
mendapatkan kenikmatan dan kebermanfaatan
di dalam belajar.
 Peserta didik bosan berada di kelas dan di
lingkungan sekolah karena tidak ada hal yang
menarik yang dapat mengalihkan perhatian
mereka sehingga menumbuhkan rasa
kenyamanan dan kesenangan belajar.
3 Hari ke-6 Kajian Literatur Dari kajian literatur,
 Peserta didik  Ginanjar, dkk (2019) Faktor-faktor yang wawancara dengan teman
enggan untuk mempengaruhi rendahnya partisipasi belajar kelas, guru, kepala sekolah,
bertanya dan peserta didik SMK, pada pengawas, dan pakar, maka
memberi https://ejournal.upi.edu/index.php/jmee/article dapat disimpulkan bahwa
tanggapan saat /view/21797 mengatakan bahwa dari 6 aspek analisis ekploarasi penyebab
dibeikan dengan 20 variabel pembentuknya, didapatkan masalah dari identifikasi
kesempatan oleh 6 faktor baru yang terbentuk. Faktor yang masalah yang ada disekolah
guru paling dominan, yaitu: keberanian yakni peserta didik yang
memberikan tanggapan, pemahaman peserta enggan untuk bertanya,
didik, keberanian menjawab pertanyaan, kurangnya hubungan
kemampuan menjelaskan, kemampuan komunikasi guru dengan orang
menyimpulkan, dan kepercayaan diri tua peserta didik, dan guru
bertanya. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada yang salah dalam
enam faktor yang mempunyai pengaruh palih menangani/mengatasi peserta
besar terhadap rendahnya partisipasi belajar didik yang melakukan
 Guru kurang peserta didik SMKN 6 Bandung. pelangaran adalah dipengaruhi
membangun  Nisa,dkk (2020) Kerjasama Orang Tua Dan oleh beberapa faktor,
hubungan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar diantaranya:
komunikasi Peserta didik pada 1. keberanian peserta didik
dengan orang tua https://stitaf.ac.id/journal.stitaf.ac.id/index.ph dalam menanggapi;
peserta didik p/ibtida/article/view/147/313 mengatakan 2. kemampuan peserta didik
bahwa berdasarkan hasil analisis data yang mneyimpulkan;
diperoleh bentuk kerja sama orang tua dan 3. kepercayaan diri peserta
guru dalam meningkatkan motivasi belajar didik;
peserta didik yaitu antara lain: saling 4. pelayanan guru terhadap
bertukar informasi baik secara langsung orang tua peserta didik;
bertemu di sekolah atau di rumah 5. keterlibatan orang tua
maupun dengan memberikan kabar peserta didik dalam
menggunakan handphone; adanya buku melakukan pengawasan
penghubung guru memberikan informasi terhadap pendidikan
tentang perkembangan peserta didik; peserta didik.
komunikasi antara orang tua dan guru 6. Keterlibatan guru, wali
yang lain adalah dengan pengajian kelas, kepala sekolah
dilakukan secara rutin sebulan sekali.Upaya dalam menangani peserta
yang dilakukan guru dan orang tua dalam didik yang bermasalah
melakukan kerja sama untuk meningkatkan terhadap tata tertib
motivasi belajar peserta didik yaitu sekolahh;
memberikan pelayanan yang terbaik
kepada orang tua peserta didik,
menyamakan persepsi dan nilai-nilai yang
ditanamkan madrasah dengan nilai-nilai
yang diajarkan orang tua dengan melakukan
 Guru salah dalam komunikasi diawal pertemuan dan
menangani peserta memberikan kesempatan kepada orang tua
didik yang peserta didik untuk terlibat.
bermasalah  Muhammad Sukran (2020) Peran Wali Kelas
cenderung marah- dalam Mengatasi Kenakalan Peserta Didik
marah dan Kelas VII/C MTs. Darul Qur’an Tahun
memberikan Pelajaran 2019/2020 pada
hukuman http://etheses.uinmataram.ac.id/967/
mengatakan bahwa bentuk-bentuk kenakalan
peserta didik antara lain : berkelahi, berkata
kotor, membolos dan merokok. Adapun peran
wali kelas dalam mengatasi kenakalan peserta
didik kelas VIIC yaitu melaksanakan
fungsinya serbagai administrasi kelas,
motivator serta memberikan sanksi dengan
menggunakan tindakan preventif ialah upaya
untuk mencegah, represif upaya
menindaklanjuti dan kuratif ialah penanganan
khusus dengan melibatkan kepala madrasah,
guru-guru dan orang tua wali.
Hari ke-7
(Hasil Wawancara Teman Kelas, Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas)
1. Wawancara dengan Teman Kelas
 Peserta didik takut salah menggunakan /
menyusun kata dan kalimat yang benar dala
bertanya maupun mnyampaikan pendapat
 Orang tua menyerahkan sepenuhkan
kepercayaan mendidik anaknya kepada
guru.
 Tidak ada jadwal/rencana kunjungan rutin
orang tua peserta didik yang disediakan
sekolah.
 Guru belum memahami karakter peserta
didik
 Guru belum memahami cara melakukan
bimbingan dan pendekatan persuasif
terhadap peserta didik
2. Wawancara dengan guru
Melci Kristian Lemba, S.Pd
Guru SMPN 2 Wita Ponda
 Peserta didik bingung dan tidak tau mau
bertanya atau menanggapi bagaimana
karena peserta didik tidak memahami
materi yang telah disampaikan oleh guru
 Orang tua berfikir bahwa tanggung jawab
anak diserahkan sepenuhkan kepada guru,
sehingga kurang relasi hubungan antara
orang tua peserta didik dengan guru
 Peserta didik tidak melakukan perbuatan
dan perkataan yang terpuji sehingga guru
suka marah dan menghukum peserta didik
tersebut.
3. Wawancara dengaen Kepala Sekolah
Drs. Suprayitno, M.Si
Kepala SMPN 2 Wita Ponda
 Peserta didik tidak percaya diri dalam
bertanya dan menyampaikan pendapat serta
rasa takut salah dalam menyampaikan
pertanyaan maupun tanggapan.
 Komunikasi antara orang tua peserta didik
dengan guru biasa dibatasi oleh kesibukan
orang tua bekerja di rumah, di sawah, di
kebun, dll.
 Peserta didik yang bermasalah biasanya
disebabkan oleh peserta didik yang sering
melakukan pelanggaran-pelanggaran tata
tertib sekolah, sehingga guru terkadang
terpaksa memberikan hukuman fisik.
Hari ke-8
Wawancara dengan Pakar
Hamzah Ramdhani, M.Si
Guru SMPN 2 Bumi Raya
Duta Rumah Belajar Dari Kabupaen
Morowali
 Guru kurang memberikan tantangan dan
penghargaan terhadap perilaku positif peserta
didik.
 Hubungan komunikasi antar guru dengan
orang tua peserta didik hanya dimediasi oleh
seorang wali kelas sehingga tidak semua guru
terlibat komunikasi dengan orang tua peserta
didik, serta kesibukan orang tua peserta didik
mencari nafkah.
 guru kurang mampu mengontrol emosi dan
menunjukkan kewibaannya sebagai guru
sehingga cenderung salah dalam menangani
peserta didik, terutama bagi peserta didik yang
sering melanggar aturan sekolah
 perilaku melanggar tata tertib sekolah yang
dilakukan peserta didik secara berulang
4 Hari ke-6 Kajian Literatur Dari kajian literatur,
 Guru belum  Khauro,dkk (2020) Pengaruh Metode wawancara dengan teman
menggunakan Ceramah Terhadap Hasil Belajar Dalam kelas, guru, kepala sekolah,
model dan metode Pelajaran Matematika Kelas I SDN Telang 1 pengawas, dan pakar, maka
pembelajaran pada dapat disimpulkan bahwa
kreatif dan masih https://prosiding.ikippgribojonegoro.ac.id/inde analisis ekploarasi penyebab
menggunakan x.php/Prosiding/article/view/1110 masalah dari identifikasi
metode ceramah mengatakan bahwa  Hasil yang di dapat masalah yang ada disekolah
peneliti pada angket dan wawancara membuat yakni, guru belum
siswa tidak memahami materi yang di menggunakan model dan
sampaikan guru. Sedangkan hasil dari metode pembelajaran kreatif
pengamatan siswa siswa kurang dalam inovatif, guru belum
memahami penjelasan dari guru sehingga memaksimalkan pemanfaatan
menunjukkan bahwa hasil belajar tergolong model pembelajaran inovatif,
masih sangat kurang (65%). dan guru belum menggunakan
 Guru belum alat dan media pembelajaran
 Nyayu Khodijah (2012) Profesionalisme Guru
maksimal dalam yang menarik disebabkan oleh:
Dalam Penerapan Model-Modelpembelajaran
pemanfaatan 1. Rendahnya kualitas
Inovatif Pada Rintisan Sekolahbertaraf
model-model pelatihan/workshop yang
Internasional pada
pembelajaran diikuti dan rendahnya
https://118.98.227.127/index.php/jurnalteknod
inovatif komitmen dan motivasi
ik/article/view/27/27 menerangkan bahwa: 1)
profesionalisme guru dalam penerapan model- guru untuk menerapkan
model pembelajaran inovatif masih belum model-modelpembelajaran
sesuai harapan. Hal ini terlihat baik dari aspek inovatif;
pengetahuan maupun keterampilan sebagian 2. Guru belum memahami
guruyang masih rendah dalam menerapkan teknik dan cara
model-model pembelajaran inovatif, dan 2) menerapkan model-model
ada dua faktor yangmempengaruhi penerapan pembelajaran inovatif
model-model pembelajaran inovatif, yaitu 3. Kurangnya fasilitas di
rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang sekolah serta guru kurang
diikuti dan rendahnya komitmen dan motivasi kreatif dalam
guru untuk menerapkan model- menggunakan alat dan
modelpembelajaran inovatif. Karenanya, media pembelajaran
direkomendasikan pada pemerintah agar 4. Guru tidak menggunakan
pemerintah meningkatkankualitas alat dan media
penyelenggaraan pelatihan/workshop bagi pembelajaran yang
guru dan melakukan upaya-upaya nyata menarik karena
dalammeningkatkan komitmen dan motivasi keterbatasan kemampuan
 Guru belum
guru untuk menerapkannya. guru dalam
menggunakan alat
 Said Alwi (2017) Problematika Guru Dalam mengembangkan pola
dan media
Pengembangan Media Pembelajaran pada pembelajaran yang
pembelajaran yang
https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.p menarik menggunakan alat
menarik saat
hp/itqan/article/view/107/65 mengatakan dan media. Serta
mengajar
bahwa untuk mengatasi problematika tersebut keterbatasan sarana dan
guru harus meningkatkan pengetahuannya prasarana yang dimiliki
tentang media pembelajaran, dan kepala oleh sekolah sangat
sekolah mengusulkan pengadaan kelengkapan terbatas.
media pembelajaran disekolah, dilain sisi 5. Metode ceramah menjadi
pihak dinas pendidikan membuat pelatihan- pilihan guru dalam
pelatihan kepada guru-guru. mengajar karena mudah
Hari ke-7 dalam pelaksanaannya,
(Hasil Wawancara Teman Kelas, Guru, serta guru kurang
Kepala Sekolah, dan Pengawas) memahami cara penerapan
1. Wawancara dengan Teman Kelas pembelajaran kooperatif
 Kemampuan guru dalam menerapkan misalnya, pembelajaran
model dan metode pembelajaran inovatif berbasis masalah, dll.
masih rendah
 Guru belum memahami teknik dan cara
menerapkan model-model pembelajaran
inovatif
 Keterbatasan alat dan media pembelajaran
yang tersedia di sekolah.
2. Wawancara dengan guru
Melci Kristian Lemba, S.Pd
Guru SMPN 2 Wita Ponda
 metode dan model pembelajaran yang
dikuasai oleh guru masih kurang sehingga
motode pembelajaran yang digunakan guru
hanya ceramah.
 Kurangnya model pembelajaran yang
diketahui oleh guru
 Kurangnya fasilitas di sekolah serta guru
kurang kreatif dalam menggunakan alat dan
media pembelajaran
3. Wawancara dengaen Kepala Sekolah
Drs. Suprayitno, M.Si
Kepala SMPN 2 Wita Ponda
 Metode ceramah menjadi pilihan guru
dalam mengajar karena mudah dalam
pelaksanaannya, serta guru kurang
memahami cara penerapan pembelajaran
kooperatif misalnya, pembelajaran berbasis
masalah, dll.
 Penerapan model-model pembelajaran
tidak dikuasai oleh seorang guru karena
guru tersebut tidak mengetahui dan
memahami model-model pembelajaran
yang inovatif kreatif. Hal itu disebabkan
karena kurangnya program-program
pelatihan dan bimtek oleh MGMP maupun
pemangku kebijakan terkait.
 Guru tidak menggunakan alat dan media
pembelajaran yang menarik karena
keterbatasan kemampuan guru dalam
mengembangkan pola pembelajaran yang
menarik menggunakan alat dan media.
Serta keterbatasan sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh sekolah sangat terbatas.
Hari ke-8
Wawancara dengan Pakar
Hamzah Ramdhani, M.Si
Guru SMPN 2 Bumi Raya
Duta Rumah Belajar Dari Kabupaen
Morowali
 Guru kurang memahami cara menerapkan
model pembelajaran inovatif, kreatif, dan
menyenangkan
 Masih terdapat banyak guru yang belum
mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk
meningkakan pemahaman guru dalam
menerapkan mertode dan model pembelajaran
yang menarik, kooperatif.
5 Hari ke-6 Kajian Literatur Dari kajian literatur,
 Kemampuan  Suparya, dkk (2022) Rendahnya Literasi wawancara dengan teman
literasi dan Sains: Faktor Penyebab Dan Alternatif kelas, guru, kepala sekolah,
numerasi peserta Solusinya, pada pengawas, dan pakar, maka
didik masih https://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id/jil/index.ph dapat disimpulkan bahwa
rendah p/jil/article/view/580/264 mengatakan bahwa analisis ekploarasi penyebab
faktor penyebab rendahnya literasi sains masalah dari identifikasi
siswa adalah: a) penggunaan buku ajar masalah yang ada disekolah
yang belum tepat, b) miskonsepsi yakni, kemampuan literasi dan
siswa, c) pembelajaran yang tidak numerasi peserta didik masih
kontekstual, d) rendahnya kemampuan rendah, keterbatasan sumber
membaca, e) lingkungan dan iklim belajar, f) belajar di sekolah dan
infrastruktur sekolah, g) sumber daya penerapan pembelajaran
manusia, h) manajemen sekolah. Berbagai berbasis Hots yang belum
upaya telah dilakukan oleh pemangku dilaksanakan oleh guru
kebijakan dalam proses perbaikan literasi disebabkan oleh:
sains siswa untuk menjawab tantangan dari 1. Penggunaan buku ajar
survey PISA dan TIMSS, begitu pun pada yang belum tepat,
peningkatan hasil belajar IPA siswa. Upaya miskonsepsi siswa,
yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pembelajaran yang tidak
solusi dalam meningkatkan hasil belajar kontekstual, lingkungan
IPA antara lain sebagai berikut: a) gerakan dan iklim belajar yang
literasi sekolah, b)memberikan dana tidak mendukung,
bantuan operasional sekolah, c) transformasi sumberdaya manusia yang
kepemimpinan sekolah, d) meningkatkan rendah serta menejemen
kompetensi guru, e) memperbaiki sekolah yang belum tepat
kurikulum, f) memperbaiki buku ajar, g) 2. Peserta didik tidak terbiasa
 Keterbatasan mengadakan asesmen kompetensi minimum, dan terlatih dalam literasi
sumber belajar di h) penggunaan platform digital. dan numerasi baik di
sekolah  Lailatul Badriah (2010) Pengaruh sumber rumah maupun di sekolah,
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada terutama pada masa
mata pelajaran ekonomi di SMP bakti Mulya pandemic covid 19, yang
400 Pondok Pinang Jakarta Selatan pada mana peserta didik hanya
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/1 mendapatkan soal-soal
23456789/904 mengatakan bahwa hipotesis tugas tanpa mendapat
alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol bimbingan dan
(Ho), yaitu terdapat hubungan yang positif pemahaman langsung dari
dan sangat signifikan, memberikan kontribusi guru.
yang tinggi, dan linier antara sumber belajar 3. Perpustakaan yang tidak
(variabel X) dan prestasi belajar ekonomi terkelola dengan baik dan
 Guru belum siswa (variabel Y) SMP Bakti Mulya 400 buku-buku refrensi belajar
menerapkan Pondok Pinang, Jakarat Selatan Tahun yang terbatas sehingga
pembelajaran Pelajaran 2009-2010 peserta didik mengalami
berbasis HOTS  Suci Ramadhani (2020) Analisis Kemampuan kesulitan menemukan
Guru Membuat Soal Hots Muatan Pelajaran literatur yang sesuai
IPS Kelas Tinggi di SD Muhammadiyah Plus dengan kebutuhan
Malangjiwan pada belajarnya.
http://eprints.ums.ac.id/87976/12/Halaman 4. Peserta didik jarang
%20Depan%20Skripsi.pdf mengatakan bahwa mengunjungi perpustakaan
1) implementasi pembuatan soal HOTS untuk belajar dan
melalui tiga tahap; tahap perencanaan, tahap membaca
pelaksanaan dan tahap evaluasi namun 5. Pengetahuan guru masih
implementasinya belum maksimal karena sedikit terkait soal HOTS
guru masih menggunakan KKO level LOTS. karena membutuhkan
2) Persentase soal IPS berbasis HOTS rendah. kemampuan berfikir
3) Kendala yang dihadapi guru meliputi tingkat tinggi
minimnya waktu bagi guru untuk menyusun 6. Guru kurang mendapat
soal HOTS, belum paham dalam mencari dan pendampingan pengawas
mencocokan KKO untuk soal HOTS, atau ahli serta
pemilihan KD yang terkadang kurang tepat; berkolaborasi dengan guru
minimnya sosialisasi mengenai pembuatan lain dalam penerapan
soal HOTS, masih membuat soal yang pembelajaran berbasis
modelnya sama, penulisan soal yang salah HOTS
berulang-ulang.
Hari ke-7
(Hasil Wawancara Teman Kelas, Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas)
1. Wawancara dengan Teman Kelas
 Peserta didik tidak melakukan pembiasaan
untuk membaca dan berhitung secara
mandiri
 Terbatasnya buku-buku yang pembelajaran
yang sesuai di perpustakaan sekolah
 Guru belum mengikuti pelatihan-pelatihan
pembelajaran bermuatan HOTS
2. Wawancara dengan guru
Melci Kristian Lemba, S.Pd
Guru SMPN 2 Wita Ponda
 Guru tidak memberikan kesempata pada
peserta didik untuk melakukan kegiatan
literasi numerasi di awal pembelajaran
 Perpustakaan yang tidak terkelola dengan
baik dan buku-buku refrensi belajar yang
terbatas sehingga peserta didik mengalami
kesulitan menemukan literatur yang sesuai
dengan kebutuhan belajarnya.
 Pengetahuan guru masih sedikit terkait
soal HOTS karena membutuhkan
kemampuan berfikir tingkat tinggi
3. Wawancara dengaen Kepala Sekolah
Drs. Suprayitno, M.Si
Kepala SMPN 2 Wita Ponda
Kemampuan literasi numerasi peserta didik
rendah disebabkan oleh:
 Peserta didik jarang mengunjungi
perpustakaan untuk belajar dan membaca
 Terbatasnya literatur yang tersedia di
perpustakaan
 Minat membaca peserta didik yang sangat
kurang
 Sumber belajar terbatas disebabkan oleh
kemampuan sekolah untuk mengadakan
buku-buku pelajaran dan buku literasi
yang kurang.
 Guru kurang memahami dan menerapkan
pembelajaran bermuatan HOTS karena
guru belum menguasai kata kerja
operasional pembelajaran HOTS serta
guru belum pernah mengikuti pelatihan
pembelajaran bermuatan HOTS.
Hari ke-8
Wawancara dengan Pakar
Hamzah Ramdhani, M.Si
Guru SMPN 2 Bumi Raya
Duta Rumah Belajar Dari Kabupaen
Morowali
 Peserta didik tidak terbiasa dan terlatih dalam
literasi dan numerasi baik di rumah maupun di
sekolah, terutama pada masa pandemic covid
19, yang mana peserta didik hanya
mendapatkan soal-soal tugas tanpa mendapat
bimbingan dan pemahaman langsung dari
guru.
 Keterbatasan sumber literasi di sekolah
dipengaruhi oleh kemampuan/daya beli
sekolah untuk mengadakan dan mempasilitasi
peserta didik dari segi literatur/buku pelajaran
yang mendukung.
 Guru kurang mendapat pendampingan
pengawas atau ahli serta berkolaborasi dengan
guru lain dalam penerapan pembelajaran
berbasis HOTS
6  Guru belum Hari ke-6 Kajian Literatur Dari kajian literatur,
menerapkan  Azhari Zabir (2018) Pengaruh Pemanfaatan wawancara dengan teman
pembelajaran Teknologi Pembelajaran Terhadap Motivasi kelas, guru, kepala sekolah,
berbasik Belajar Siswa SMPN 1 Lanrisang Kabupaten pengawas, dan pakar, maka
Teknologi Pinrang pada dapat disimpulkan bahwa
http://eprints.unm.ac.id/9823/1/Jurnal analisis ekploarasi penyebab
%20azhari.pdf mengatakan pemanfaatan masalah dari identifikasi
teknologi pembelajaran berada pada kategori masalah yang ada disekolah
baik ditinjau dari segi indikator yaitu media yakni, guru belum menerapkan
hasil teknologi cetak, media hasil teknologi pembelajaran berbasis
audio visual, media teknologi berbasis teknologi disebabkan oleh:
computer, media hasil teknologi gabungan. 1. Guru kesulitan
Motivasi belajar siswa berada pada kategori menerapkan pembelajaran
sangat tinggi ditinjau dari adanya keiinginn berbasis teknologi
yang menarik dalam belajar, adanya dorongan disebabkan oleh: 1)
dan kebutuhan dalam belajar, dan adanya Terbaasnya sarana dan
lingkungan belajar yang kondusif. prasarana yang tersedia di
Berdasarkan analisis regresi linear sederhana sekolah, 2) guru tidak bisa
pengaruh pemanfaatan teknologi mengoperasikan komputer
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa atau laptop, 3) guru pasif
SMPN 1 Lanrisang Kabupaten Pinrang Hasil dalam menggali dan
analisa korelasi product moment diperoleh memperkaya diri dengan
sebesar 0,411 dengan tingkat hubungan hal-hal baru.
sedang dan dapat dinyatakan ada hubungan 2. Kemampuan IT guru
pemanfaatan teknologi pembelajaran terhadap rendah disebabkan oleh
motivasi belajar siswa SMPN 1 Lanrisang kurangnya pelatihan /
Kabupaten Pinrang. Kata kunci: Teknologi, bimtek tentang
Pembelajaran, Motivasi penggunaan IT sebagai
 Fatah (2018) Pengaruh Media Pembelajaran sumber dan media belajar.
Berbasis It Terhadap Aktivitas Dan Prestasi
Belajar Siswa Smk Bidang Otomotif Di
Sleman Dan Yogyakarta pada
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpvo/article
/view/21783 mengatakan bahwa rerata
aktivitas belajar siswa selama mengikuti
pembelajaran pada kelas kontrol (dengan
media berbasis non IT) antara cukup-baik
(skore 67.00; 74.25, dan 63.13), sedangkan
pada kelas eksperimen(dengan media berbasis
IT) termasuk baik (skore 74.50; 73.25; dan
75.00). Penggunaan media berbasis IT dalam
pembelajaran tidak semua dapat membuat
aktivitas dan prestasi belajar siswa lebih tinggi
dari pada kelas yang menggunakan media
berbasis non IT.

Hari ke-7
(Hasil Wawancara Teman Kelas, Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas)
1. Wawancara dengan Teman Kelas
 Terbatasnya sarana dan prasarana yang
tersedian di sekolah
 Guru belum melek terhadap penggunaan
platform pembelajaran berbasis internet.
 Tidak tersedia jaringan internet di sekolah
2. Wawancara dengan guru
Melci Kristian Lemba, S.Pd
Guru SMPN 2 Wita Ponda
 Keterbatasan sarana prasarana di sekolah
mengakibatkan guru kesulitan menerapkan
pembelajaran berbasis teknologi
 Guru kurang mengikuti pelatihan-pelatihan
tentang peningkatan pembelajaran
menggunakan IT
3. Wawancara dengaen Kepala Sekolah
Drs. Suprayitno, M.Si
Kepala SMPN 2 Wita Ponda
 Guru kesulitan menerapkan pembelajaran
berbasis teknologi disebabkan oleh: 1)
Terbaasnya sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah, 2) guru tidak bisa
mengoperasikan komputer atau laptop, 3)
guru pasif dalam menggali dan
memperkaya diri dengan hal-hal baru.
 Kemampuan IT guru rendah disebabkan
oleh kurangnya pelatihan / bimtek tentang
penggunaan IT sebagai sumber dan media
belajar.
Hari ke-8
Wawancara dengan Pakar
Hamzah Ramdhani, M.Si
Guru SMPN 2 Bumi Raya
Duta Rumah Belajar Dari Kabupaen
Morowali
 Keterbatasan sarana dan prasarana
menyebabkan guru tidak mendapatkan
kesempatan untuk mamanfaatkan
pembelajaran menggunakan media teknologi.

Anda mungkin juga menyukai