oleh :
ABSTRAK
Sebagai suatu karya kreativitas, produk ekonomi kreatif (ekraf) merupakan kekayaan
intelektual yang perlu mendapat penghargaan sebagai suatu karya intelektual yang memiliki
nilai ekonomi dan memperoleh pelindungan hukum. kebijakan pelindungan Hak Cipta
terhadap produk ekraf telah dilakukan oleh pemerintah melalui peraturan perundang-
undangan bidang Hak Cipta dan kebijakan daerah terkait pelindungan Hak Cipta untuk
produk ekraf mengacu pada kebijakan tingkat nasional. Pelindungan preventif diberikan
melalui UU berupa manfaat ekonomi bagi pelaku ekraf yang mendaftarkan Hak Cipta nya.
Pembajakan mengakibatkan pencipta mengalami kerugian moril karena merasa hasil
karyanya tidak dihargai dan kerugian materiil karena hasil karyanya telah tersebar namun
tidak memberikan insentif kepada pencipta. Bentuk perlindungan hak cipta terhadap ekonomi
kreatif dalamterlihat dari kebijakan pemerintah memperbaharui UUHC dan pengesahan
Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan No. 6 Tahun 2015
tentang Badan Ekonomi Kreatif yang kemudian disingkat Perpres Bekraf. Bekraf bertugas
untuk menetapkan kebijakan terhadap ekonomi kreatif. Pembaruan UUHC dan mengesahkan
Perpres Bekraf diharapkan dapat memenuhi unsur perlindungan dan pengembangan ekonomi
kreatif.
Kata Kunci : Ekonomi Kreatif, Hak Cipta, Perlindungan
ABSTRACT
As a work of creativity, creative economy products (kraft) are intellectual property that needs
to be awarded as an intellectual work that has economic value and obtains legal protection.
Copyright protection policies for creative products have been carried out by the government
through laws and regulations in the field of Copyright and regional policies related to
copyright protection for creative and creative products referring to national-level policies.
Preventive protection is provided through the law in the form of economic benefits for
creative actors who register their copyright. Piracy causes creators to suffer moral losses
because they feel that their work is not appreciated and material losses. After all, their work
has been spread but does not provide incentives to creators. The form of copyright protection
for the creative economy in the can be seen in the government's policy to renew UUHC and
the ratification of Presidential Regulation no. 72 of 2015 concerning Amendments to
Regulation No. 6 of 2015 concerning the Creative Economy Agency, which was later
abbreviated as Perpres Bekraf. Bekraf is tasked with setting policies on the creative economy.
Renewing the UUHC and ratifying the Presidential Regulation on Bekraf are expected to
fulfill the elements of protection and development of the creative economy.
Keywords: Creative Economy, Copyright, Protection
A. PENDAHULUAN
Ekonomi Kreatif (ekraf) merupakan rangkaian kegiatan perekonomian yang berasal
dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya
kreasi dan daya cipta individu.1 Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, ekraf
termasuk dalam kategori kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang
masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses perwujudan suatu ide atau gagasan
menjadi suatu kekayaan intelektual (intellectual property) yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi bagi kesejahteraan dan lapangan pekerjaan masyarakat serta dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara.2 Dengan demikian ekraf merupakan suatu sistem
produksi, pertukaran dan penggunaan atas produk kreatif.3
Produk ekraf merupakan suatu kekayaan intelektual yang dihasilkan dan dimiliki oleh
seorang pencipta dibidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan atau seorang penemu dibidang
teknologi (inventor). Oleh karenanya sangat wajar jika suatu produk ekraf merupakan suatu
kekayaan yang perlu diberi penghargaan sebagai suatu karya yang memiliki nilai ekonomi
sekaligus perlu mendapatkan pelindungan atas hak kekayaan intelektualnya. Fakta bahwa
potensi pasar karya kreatif di dalam dan luar negeri sangat besar dan memiliki kecenderungan
1
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Jakarta:
Depdag RI, 2008, hal.2.
2
Ibid.
3
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Naskah Akademik RUU Ekonomi Kreatif 2016, hal.21.
terus berkembang, semakin memperkuat alasan pentingnya pelindungan hak kekayaan
intelektual (HKI) atas produk ekraf, dengan tujuan agar pencetus ide kreatif dan inovasi
tersebut mendapatkan manfaat ekonomi atas karya intelektualnya.
Pasar karya kreatif dalam negeri berkembang karena peningkatan daya beli
masyarakat dan jumlah kelas menengah yang semakin bertambah, pola konsumsi karya
kreatif yang berubah karena konsumen menjadi co-creator dari karya kreatif, serta
pertumbuhan jumlah penduduk.4 Ekraf pada dasarnya adalah wujud dari upaya mencari
pembangunan berkelanjutan melalui kreativitas, dimana pembangunan berkelanjutan adalah
suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang
terbarukan. Ekraf juga membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usahanya
dengan memanfaatkan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak
terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas.5 Sedangkan industri kreatif merupakan industri
yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film,
permainan atau desain fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan.6
Regulasi yang relevan dalam konteks ini antara lain pengaturan HKI seperti hak
merek yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (UU
Merek dan IG) dan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta). UU Hak
Cipta pada satu sisi memberikan pemenuhan hak ekonomi bagi para pencipta dan pemilik hak
terkait dan di lain pihak tetap memelihara dan membuka akses publik terhadap semua konten
yang ada dalam multimedia teknologi informasi dan komunikasi. UndangUndang ini juga
memberikan sanksi lebih berat bagi para pembajak, karena pembajakan tidak hanya
merugikan kepentingan ekonomi para pencipta dan kreator, tetapi telah melemahkan dan
bahkan menghilangkan motivasi dan kreativitas pencipta. Beberapa pengaturan penting UU
Hak Cipta antara lain pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup
pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia serta pelindungan
terhadap pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat) dan kembali kepada
pencipta setelah 25 tahun.
Meskipun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun regulasi
tersebut menjadi tanpa makna jika produk-produk ekraf tidak didaftarkan hak kekayaan
intelektualnya. Pada kenyataannya, kesadaran akan HKI di Indonesia masih rendah. Hal ini
4
Ibid
5
Maskarto Lucky Nara Rosmadi, “Industri Kreatif dalam Menghadapi Pasar Bebas ASEAN Tahun 2015”, Jurnal
Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014, hal.97- 106.
6
Togar Simatupang, “Ekonomi Kreatif: Menuju Era Kompetisi dan Persaingan Usaha Ekonomi Gelombang IV”,
Institut Teknologi Bandung, http://www.slideshare. net/togar/cetak-biru-industri-kreatif-jabar, diakses tanggal
18 Maret 2018.
dapat dilihat dari masih rendahnya HKI ekraf yang didaftarkan dan maraknya pembajakan
dan plagiat karya kreatif di Indonesia yang sangat merugikan pelaku ekraf.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (yang
kemudian disebut dengan UUHC) adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembahasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak
eksklusif yang dimaksud dalam pengertian hak cipta adalah kebebasan yang dimiliki pemilik
hak cipta untuk menggunakan dan memanfaatkan hasil ciptaannya dan prinsip deklaratif
yaitu hak yang dimiliki oleh pihak yang pertama kali mencatatkan ciptaan.
Pembaharuan UUHC dikarenakan perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi salah
satu andalan Indonesia, mengingat hak cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif
nasional. UUHC yang memenuhi unsur pelindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini
maka diharapkan kontribusi sektor hak cipta dan hak terkait bagi perekonomian negara dapat
lebih optimal. Ekonomi kreatif merupakan pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya
terbarukan, bahkan tak terbatas yaitu ide, gagasan, bakat, atau talenta dan kreativitas. Nilai
ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau
sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan
penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Ekonomi kreatif
terbukti berpengaruh positif dalam membangun, menggali dan mengembangkan potensi
kreativitas yang dimilikinya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pada uraian pendahuluan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
pengaplikasian perlindungan hak cipta pada produk ekonomi kreatif.
C. TUJUAN
Berdasarkan pada uraian identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan
nya adalah untuk bisa melihat sudah sejauh mana pengaplikasian perlindungan hak cipta
pada produk ekonomi kreatif.
b. Hak Cipta
Berdasarkan Pasal 1 ayat ( 1 ) Undang-undang No.28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta yang berbicara mengenai hak cipta yaitu adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk mendapatkan perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada
keharusan untuk mendaftarkan. Pendaftaran hanya semata-mata untuk
keperluan pembuktian belaka. Dengan demikian, begitu suatu ciptaan
berwujud, maka secara otomatis Hak Cipta melekat pada ciptaan tersebut.
Biasanya publikasi dilakukan dengan mencantumkan tanda Hak Cipta.
Perlindungan hukum terhadap pemegang Hak Cipta dimaksudkan
sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan
berkembangnya semangat mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Hak Cipta, antara
lain:
Pencipta
Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama
yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau
keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan
bersifat pribadi.
Ciptaan
Hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau
sastra.
Hak Cipta
Hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun
memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan ?
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemegang Hak Cipta
Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
tersebut.
Pengumuman
Pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan
menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau
melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat
dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut kecuali dengan
seijin Pemegang Hak Cipta. Jangka waktu perlindungan Hak Cipta pada umumnya
berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun
setelah Pencipta meninggal dunia. Namun demikian, pasal 30 UU Hak Cipta
menyatakan bahwa Hak Cipta atas Ciptaan:
program komputer;
sinematografi;
fotografi;
database; dan
karya hasil pengalihwujudan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan
sengaja atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu, beberapa sanksi
lainnya adalah:
Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana penjara maksimal
5 (lima) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program
komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Togar Simatupang, “Ekonomi Kreatif: Menuju Era Kompetisi dan Persaingan Usaha
Ekonomi Gelombang IV”, Institut Teknologi Bandung, http://www.slideshare.
net/togar/cetak-biru-industri-kreatif-jabar, diakses tanggal 18 Maret 2018
Saidin, OK., 2015, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property
Rights), Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2014, Hukum Hak Cipta (Copyright Law), Bandung: Citra Aditya Bakti