Bab V
Bab V
V.A. Pendahuluan
Besaran debit (Quantum) pada saat mengalir melalui ruang(tempat)
tertentu,akan mengalami deformasi dan Reformasi terhdap faktor
,bentuk,kecepatan(v) dan tekanan (p)dengan asumsi massa jenis
dianggap konstant.
Massa debit fluida ini dapat diketahui dan mengestimasi besaran debit
(Quantum) massa fluida yang melewati penampang saluran yang
dikaitkan dengan dimensi dan kondisi saluran air tersebut.
Karakteristik aliran massa fluida dapat dipahami dengan mengambil
data yang ada terutama dimensi saluran, kondisi kedalaman dan dasar
saluran dan sudut elevasi saluran air tersebut.
Memahami wujud aliran massa fluida pada saluran terbuka dan
pengaruh bentuk, karakter, kelakuan (behavior) massa zat cair
terhadap dimensi dan kondisi saluran (dimension and condition of
wasercand).
1. Persamaan dasar aliran pada saluran terbuka biasanya
diselesaikan secara matematik dengan menggunakan
persamaan persamaan aliran 2(dua) dimensi dengan
Memahami wujud dan karakter aliran ,massa fluida (zat cair)
akibat adanya gaya luar( external force) dan kondisi saluran
(kondisi dasar, kedalaman, beban dan sebagainya).
2. Menemukenali bentuk saluran, baik alamiah(sungai) maupun
buatan (drainase)
3. Bendungan (dam) yang berfungsi untuk menampung air dari
sungai maupun yang debitnya digunakan untuk pengairan dan
Pemutar rotor-rotor turbin air sebagai pembangkit tenaga listrik
yang ramah lingkungan .
V.B. PENYAJIAN
5.1 Konsep Dasar Aliran Terbuka
Perwujudan alam dengan berbagai jenis, bentuk, situasi, kondisi dan
prosesnya merupakan sumber (resources) dari semua pengembangan
ilmu pengetahuan. Demikian halnya, bila fluida khusus air terjadi pada
suatu waktu dan ruang tertentu, ilmu mekanika fluida dan lebih spesifik
untuk air, ilmu hidrolika serta hidromekanika berupaya menangkap dan
menjabarkannya dalam bentuk persamaan matematika. Dalam dimensi
“waktu” artinya perwujudan alam ini dibatasi dalam suatu periode tertentu
dan pengertian dimensi “ruang” adalah bahwa hal itu terjadi pada suatu
tempat tertentu dan bisa dalam bentuk satu (garis), dua (bidang) ataupun
dalam tiga dimensi (ruang/volume).
Bahasan ilmu mekanika fluida dikenal dengan aliran Newtonian yaitu
aliran yang tegangan gesernya proporsional dengan gradient kecepatan
dan viskositas dinamik zat fluidanya. Dengan bentuk tiga dimensi aliran
ini mempunyai 6 variabel (tertentu) meliputi kerapatan jenis 1 variabel,
suhu 1 variabel dan kecepatan 3 variabel (vx,vy dan vz). untuk
penyelesaian (solusi) 6 tak tentu tersebut dibutuhkan 6 persamaan
meliputi persamaan kontinuitas (1 persamaan), persamaan momentum (3
persamaan), persamaan energi (1 persamaan), equation of state (1
persamaan), sehingga solusinya secara matematis dapat diselesaikan
(Kodoatie, 1996). Namun secara ideal akan sangant sulit menyelesaikan
(bahkan tidak mungkin) menyelesaikan aliran fluida dalam bentuk tiga
dimensi. Sebab itu butuh penyederhanaan (misalnya dengan membuat
menjadi 2 atau 1 dimensi dengan asumsi-asumsi tertentu) mutlak
diperlukan.
Mengacu pada angka Reynold, aliran fluida dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu aliran turbulen, transisional dan aliran laminar. Wilcox (1997)
menyatakan bahwa hampir semua aliran di lapangan adalah aliran
turbulen, sehingga gejala yang kontinyu. Proses terjadinya hujan dapat
dinyatakan sebagai wujud aliran turbulen tiga dimensi karena
ruangnya terletak di udara. Dan bilamana diterjemahkan dalam bentuk
persamaan matematis maka, harus dibuat dalam bentuk persamaan
tiga dimensi.
Hingga saat sekarang, ilmu pengetahuan relatif belum dapat
menyelesaikan persamaan sistematis tiga dimensi untuk aliran
turbulen. Kemungkinan yang dapat dilakukan adalah secara
pendekatan ke ilmu statistik. Akibat proses turunnya massa hujan di
suatu daerah dan dalam waktu tertentu hanya bisa diterjemahkan
dalam bentuk prediksi (ramalan). Contoh lainnya adalah, kejadian
banjir. Banjir dapat dikatakan merupakan wujud nyata aliran fluida
yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan substansi hujan,
karena fluidanya didominasi hanya satu jenis saja yaitu air (liquid). Bila
di suatu daerah pengaliran terjadi maka bentuk aliran dapat
diasumsikan berdimensi 2 dan bila banjir di sungai, aliran dapat lebih
disederhanakan lagi dalam bentuk persamaan satu dimensi.
Dua conventional pada contoh ini menunjukkan proses penyederhanaan
persamaan yang mutlak harus dilakukan bila diinginkan solusi dan
penyelesaiannya. Banjir sungai yang terjadi secara matematis dapat
mudah dianalisis bila dibandingkan hujan yang menjadi salah satu
penyebab banjir, karena ruangnya adalah 1 dimensi (diasumsikan yang
dominan alirannya searah dengan profil memanjang sungai). Sedangkan
hujan adalah suatu fenomena alam yang terjadi gabungan dari 2 fluida
(yang dominan) yaitu udara dan air, pada dimensi waktu dan secara
matematis merupakan kejadian dalam bentuk tiga dimensi.
Bilamana kita mengamati banjir yang terjadi di sungai secara lebih teliti
dan detail maka, sebenarnya ada proses turbulensi dua dan tiga
dimensi yang tidak dapat kita selesaikan (secara matematis). Asumsi
untuk kecepatan rata-rata air banjir dengan arah memanjang sungai
(satu dimensi) sebenarnya hanya berlaku di tengah sungai (lihat
gambar 5.3a). tetapi pada tebing, sungai alirannya adalah dua dimensi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan cara mengamati suatu benda terapung
di punggir sungai. Arah benda terapung ini tidak beraturan, kadang
berhenti, kadang ke hilir bahkan bisa terjadi benda ini mengalir ke hulu
walaupun kecepatan air di tengah sungai yang ke hilir sangat besar.
Pada sungai yang menuju tebing yang menyebabkan yang disebut
aliran sekunder. Sehingga pada belokan sungai sesungguhnya ada
aliran tiga dimensi.
Di dalam sub-bahasan ini dicoba dijelaskan aliran turbulen. Hukum
dasar dan persamaan dasar dijelaskan secara umum mulai dari yang
paling kompleks sampai pada yang sederhana. Sehingga
penyederhanaan dapat diaplikasikan di lapangan untuk suatu kondisi.
Penjabaran dari formula matematis tidak dijelaskan di sini namun
hanya proses pengembangan dari suatu persamaan umum ke yang
lebih spesifik diuraikan secara umum.
Di mana:
Di mana:
u.= kecepatan geser (shear velocity)
R= jari-jari hidrolik = A/p
A= luas penampang melintang
saluran p= penampang basah saluran
Sf= kemiringan geser
Kecepatan aliran
diasumsikan merata
Quantity nilai dan yang umum pada saluran terbuka mendekati satu
namun tidak pernah lebih kecil dari satu (Henderson,
1996;Hicks,1990). Lebih lanjut Henderson mengatakan bahwa
keduanya mempunyai nilai sama dengan satu bilamana aliran yang
melalui potongan melintang saliran adalah seragam. Semakin aliran
tidak seragam maka nilai koefisien-koefisien tersebut menjadi lebih
besar. Di dalam percobaan laboratorium untuk saluran lurus prismatik
besarnya koefisien-koefisien tersebut adalah
EL = garis energi
HGL = hydraulic grade line (garis tingkat batas hidraulik)
Y = kedalaman air
G = gravitasi
V = kecepatan rata-rata aliran
P = tekanan air pada suatu titik
Piezometer = alat ukur ketinggian air tanah
Z = ketinggian dasar saluran (saluran terbuka), titik berat
pipa
(pipa), dasar piezometer (aliran air tanah) suatu
datum.
saluran terbuka aliran pipa air tanah
=0,002 m+2,5 m
H = 2,502 m
BAB V
PERSAMAAN DASAR ALIRAN
PADA SALURAN TERBUKA
V.A. Pendahuluan
Besaran debit (Quantum) pada saat mengalir melalui ruang(tempat)
tertentu,akan mengalami deformasi dan Reformasi terhdap faktor
,bentuk,kecepatan(v) dan tekanan (p)dengan asumsi massa jenis
dianggap konstant.
Massa debit fluida ini dapat diketahui dan mengestimasi besaran debit
(Quantum) massa fluida yang melewati penampang saluran yang
dikaitkan dengan dimensi dan kondisi saluran air tersebut.
Karakteristik aliran massa fluida dapat dipahami dengan mengambil
data yang ada terutama dimensi saluran, kondisi kedalaman dan dasar
saluran dan sudut elevasi saluran air tersebut.
Memahami wujud aliran massa fluida pada saluran terbuka dan
pengaruh bentuk, karakter, kelakuan (behavior) massa zat cair
terhadap dimensi dan kondisi saluran (dimension and condition of
wasercand).
4. Persamaan dasar aliran pada saluran terbuka biasanya
diselesaikan secara matematik dengan menggunakan
persamaan persamaan aliran 2(dua) dimensi dengan
Memahami wujud dan karakter aliran ,massa fluida (zat cair)
akibat adanya gaya luar( external force) dan kondisi saluran
(kondisi dasar, kedalaman, beban dan sebagainya).
5. Menemukenali bentuk saluran, baik alamiah(sungai) maupun
buatan (drainase)
6. Bendungan (dam) yang berfungsi untuk menampung air dari
sungai maupun yang debitnya digunakan untuk pengairan dan
Pemutar rotor-rotor turbin air sebagai pembangkit tenaga listrik
yang ramah lingkungan .
V.B. PENYAJIAN
5.1 Konsep Dasar Aliran Terbuka
Perwujudan alam dengan berbagai jenis, bentuk, situasi, kondisi dan
prosesnya merupakan sumber (resources) dari semua pengembangan
ilmu pengetahuan. Demikian halnya, bila fluida khusus air terjadi pada
suatu waktu dan ruang tertentu, ilmu mekanika fluida dan lebih spesifik
untuk air, ilmu hidrolika serta hidromekanika berupaya menangkap dan
menjabarkannya dalam bentuk persamaan matematika. Dalam dimensi
“waktu” artinya perwujudan alam ini dibatasi dalam suatu periode tertentu
dan pengertian dimensi “ruang” adalah bahwa hal itu terjadi pada suatu
tempat tertentu dan bisa dalam bentuk satu (garis), dua (bidang) ataupun
dalam tiga dimensi (ruang/volume).
Bahasan ilmu mekanika fluida dikenal dengan aliran Newtonian yaitu
aliran yang tegangan gesernya proporsional dengan gradient kecepatan
dan viskositas dinamik zat fluidanya. Dengan bentuk tiga dimensi aliran
ini mempunyai 6 variabel (tertentu) meliputi kerapatan jenis 1 variabel,
suhu 1 variabel dan kecepatan 3 variabel (vx,vy dan vz). untuk
penyelesaian (solusi) 6 tak tentu tersebut dibutuhkan 6 persamaan
meliputi persamaan kontinuitas (1 persamaan), persamaan momentum (3
persamaan), persamaan energi (1 persamaan), equation of state (1
persamaan), sehingga solusinya secara matematis dapat diselesaikan
(Kodoatie, 1996). Namun secara ideal akan sangant sulit menyelesaikan
(bahkan tidak mungkin) menyelesaikan aliran fluida dalam bentuk tiga
dimensi. Sebab itu butuh penyederhanaan (misalnya dengan membuat
menjadi 2 atau 1 dimensi dengan asumsi-asumsi tertentu) mutlak
diperlukan.
Mengacu pada angka Reynold, aliran fluida dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu aliran turbulen, transisional dan aliran laminar. Wilcox (1997)
menyatakan bahwa hampir semua aliran di lapangan adalah aliran
turbulen, sehingga gejala yang kontinyu. Proses terjadinya hujan dapat
dinyatakan sebagai wujud aliran turbulen tiga dimensi karena
ruangnya terletak di udara. Dan bilamana diterjemahkan dalam bentuk
persamaan matematis maka, harus dibuat dalam bentuk persamaan
tiga dimensi.
Hingga saat sekarang, ilmu pengetahuan relatif belum dapat
menyelesaikan persamaan sistematis tiga dimensi untuk aliran
turbulen. Kemungkinan yang dapat dilakukan adalah secara
pendekatan ke ilmu statistik. Akibat proses turunnya massa hujan di
suatu daerah dan dalam waktu tertentu hanya bisa diterjemahkan
dalam bentuk prediksi (ramalan). Contoh lainnya adalah, kejadian
banjir. Banjir dapat dikatakan merupakan wujud nyata aliran fluida
yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan substansi hujan,
karena fluidanya didominasi hanya satu jenis saja yaitu air (liquid). Bila
di suatu daerah pengaliran terjadi maka bentuk aliran dapat
diasumsikan berdimensi 2 dan bila banjir di sungai, aliran dapat lebih
disederhanakan lagi dalam bentuk persamaan satu dimensi.
Dua conventional pada contoh ini menunjukkan proses penyederhanaan
persamaan yang mutlak harus dilakukan bila diinginkan solusi dan
penyelesaiannya. Banjir sungai yang terjadi secara matematis dapat
mudah dianalisis bila dibandingkan hujan yang menjadi salah satu
penyebab banjir, karena ruangnya adalah 1 dimensi (diasumsikan yang
dominan alirannya searah dengan profil memanjang sungai). Sedangkan
hujan adalah suatu fenomena alam yang terjadi gabungan dari 2 fluida
(yang dominan) yaitu udara dan air, pada dimensi waktu dan secara
matematis merupakan kejadian dalam bentuk tiga dimensi.
Bilamana kita mengamati banjir yang terjadi di sungai secara lebih teliti
dan detail maka, sebenarnya ada proses turbulensi dua dan tiga
dimensi yang tidak dapat kita selesaikan (secara matematis). Asumsi
untuk kecepatan rata-rata air banjir dengan arah memanjang sungai
(satu dimensi) sebenarnya hanya berlaku di tengah sungai (lihat
gambar 5.3a). tetapi pada tebing, sungai alirannya adalah dua dimensi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan cara mengamati suatu benda terapung
di punggir sungai. Arah benda terapung ini tidak beraturan, kadang
berhenti, kadang ke hilir bahkan bisa terjadi benda ini mengalir ke hulu
walaupun kecepatan air di tengah sungai yang ke hilir sangat besar.
Pada sungai yang menuju tebing yang menyebabkan yang disebut
aliran sekunder. Sehingga pada belokan sungai sesungguhnya ada
aliran tiga dimensi.
Di dalam sub-bahasan ini dicoba dijelaskan aliran turbulen. Hukum
dasar dan persamaan dasar dijelaskan secara umum mulai dari yang
paling kompleks sampai pada yang sederhana. Sehingga
penyederhanaan dapat diaplikasikan di lapangan untuk suatu kondisi.
Penjabaran dari formula matematis tidak dijelaskan di sini namun
hanya proses pengembangan dari suatu persamaan umum ke yang
lebih spesifik diuraikan secara umum.
Di mana:
Di mana:
u.= kecepatan geser (shear velocity)
R= jari-jari hidrolik = A/p
A= luas penampang melintang
saluran p= penampang basah saluran
Sf= kemiringan geser
Kecepatan aliran
diasumsikan merata
Quantity nilai dan yang umum pada saluran terbuka mendekati satu
namun tidak pernah lebih kecil dari satu (Henderson,
1996;Hicks,1990). Lebih lanjut Henderson mengatakan bahwa
keduanya mempunyai nilai sama dengan satu bilamana aliran yang
melalui potongan melintang saliran adalah seragam. Semakin aliran
tidak seragam maka nilai koefisien-koefisien tersebut menjadi lebih
besar. Di dalam percobaan laboratorium untuk saluran lurus prismatik
besarnya koefisien-koefisien tersebut adalah
EL = garis energi
HGL = hydraulic grade line (garis tingkat batas hidraulik)
Y = kedalaman air
G = gravitasi
V = kecepatan rata-rata aliran
P = tekanan air pada suatu titik
Piezometer = alat ukur ketinggian air tanah
Z = ketinggian dasar saluran (saluran terbuka), titik berat
pipa
(pipa), dasar piezometer (aliran air tanah) suatu datum.
saluran terbuka aliran pipa air tanah
Gambar 5.6. Potongan melintang aliran pada saluran terbuka, pipa dan air tanah (Kodoatie,
1996)
5.C.Penutup
Suatu massa aliran fluida dengan kec.V= 4m/sec ,tekanan P disuatu titik ,2kg/m2 Kedalaman
air ,Y= 4 m,gravitasi ( g )= 9,8m/sec. kedalaman dasar air, Z=2,5 m
Ditanya ;
a.Berapa besar head energi ,pada saluran terbuka
b.Berapa besar head eneregi ,melal;ui pipa
c. Berapa head aliran dalam tanah
Jawab ;
a, Besar energi saluran
H = V2 /2 x 9,81 m/sec2 + Y + Z
Atau
H = 16m2/2.98,1m/sec2 + 4 M + 2,5 m
= 0,81m + 4m + 2,5m
= 7,31 m
=0,002 m+2,5 m
H = 2,502 m