Anda di halaman 1dari 25

PRESIPITASI Klimatologi

Hutan

- HUJAN - Pertemuan 5
PRESIPITASI
Presipitasi (endapan)
Semua deposit air dengan bentuk cair (hujan) atau
bentuk air padat (salju) yang jatuh dari atmosfer ke
permukaan tanah

Hujan Ø < 7 mm Gerimis Ø < 0,5 mm Salju; suhu <0oC Es

Hujan adalah bentuk presipitasi yang sering dijumpai di bumi dan di Indonesia yang
dimaksud dengan presipitasi adalah curah hujan (Rainfall).
PRESIPITASI
Faktor utama yg mendukung adanya presipitasi

Massa udara lembab

Inti kondensasi

Proses naiknya massa udara


lembab hingga terjadi kondensasi
PROSES PEMBENTUKAN
HUJAN
1. TEORI TUMBUKAN DAN
PENGGABUNGAN
Collision – coalescence process

 Berlaku pada awan hangat suhu > 0 o C


 Butir air yang besar memiliki
kecepatan jatuh yang lebih cepat
dibanding butir air yang lebih kecil
 Butir air besar yang jatuh kemudian
terjadi tumbukan dan penggabungan
dengan butir air yang ada di
sepanjang lintasan
 Butir air semakin besar dan dapat
melawan daya angkat udara, maka
terjadilah hujan
2. TEORI BERGERON-FINDEISEN

 Pertumbuhan butir hujan


pada awan dingin bersuhu
<0 o C, supercooled water dan
kristal es
 Butir menguap dan terjadi
desposisi dari butir air ke
kristal es. Kristal es menarik
butir-butir air yang kecil
(menjadi inti kondensasi)
 Kristal es tumbuh lebih
besar, jatuh melawan daya
angkat udara, mencair
menjadi butir air
TIPE HUJAN

Hujan terjadi ketika udara berada di wilayah tidak stabil


sehingga terjadi pengangkatan massa udara.

1. Hujan Orografis (Gerak Orografik)


2. Hujan Konvektif (Gerak Konveksi)
3. Hujan Frontal (Gerak Front)
4. Hujan Siklon (Gerak konvergen)
HUJAN OROGRAFIS

 Gerakan udara yang dipaksa naik karena halangan topografi


HUJAN KONVEKTIF

 Gerakan massa udara yang naik karena mekanisme


pengangkatan udara hangat dan lembab yang disebabkan
pemanasan permukaan bumi
HUJAN FRONTAL

 Gerakan massa udara yang naik karena konvergensi dari


massa udara hangat lembab bertemu dengan massa udara
dingin kering, bidang frontal
HUJAN SIKLON

 Gerakan massa udara yang naik karena mekanisme gerakan


massa udara secara horizontal yang berasosiasi dengan
sistem pusat tekanan rendah
PENGERTIAN HUJAN
 Curah hujan (CH) : tinggi air hujan (mm, inch) yang
diterima permukaan sebelum mengalami aliran
permukaan, evaporasi dan infiltrasi.
 Hari hujan (HH) : periode sehari semalam dengan curah
hujan minimal 0,5 mm
 Hari Hujan Tanaman : suatu hari dg CH ≥ 2,5 mm, ini
dapat membasahi tanah & dapat tersedia bagi tanaman
 Intensitas hujan (IH) : jumlah curah hujan dibagi selang
waktu terjadinya hujan
 Alat pengukur curah hujan: ombrometer
 Isohyet: garis yang menghubungkan tempat-tempat
dengan curah hujan sama
INTENSITAS HUJAN

Curah hujan rendah


0-25 mm/hari

Curah hujan sedang


26-50 mm/hari

Curah hujan tinggi


51-100 mm/hari

Curah hujan ekstrim 100 mm/hari


AWAL MUSIM

Awal musim Awal musim


hujan kemarau

2 dasarian berturut- 2 dasarian berturut-


turut CH > 50 mm turut CH < 50 mm

Musim hujan mulai Musim kemarau


pada dasarian mulai pada dasarian
pertama CH terukur pertama CH terukur
> 50 mm < 50 mm

Dasarian : rentang waktu 10 hari


DATA HUJAN

•Tinggi hujan per satuan waktu (hari, bulan.


Tahun)
Curah hujan •124 mm/hari; 462 mm/bulan; 2158
mm/tahun

• Lama terjadinya hujan


Durasi hujan • 12 menit; 2 jam  pada satu kejadian
hujan

•Banyaknya hujan yang jatuh dalam periode


Intensitas hujan tertentu
•44 mm/jam

• Peluang terjadinya hujan atau


Frekuensi hujan dilampauinya suatu CH tertentu
• CH 100 mm/hari terjadi dalam 20 tahun
SIFAT DATA HUJAN

Variasi
yang
besar

Satu alat mewakili Periode


luasan tertentu pengama Sifat data
(tipe topgrafi dan tan yang diskontinyu
sifat hujan) panjang

menjadi data
Data harian
mingguan, bulanan,
diakumulasi
tahunan, dekade
KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN

Semakin homogen suatu wilayah, alat bisa mewakili wilayah semakin luas
TIPE ALAT UKUR

1. Manual 2. Otomatis 3. Remote sensing

Satelit
Ombrometer manual
Satelit Tropical Rainfall
Measuring Mission
(TRMM)
ANALISIS DATA CURAH HUJAN

1. Rataan aritmatik
CH bulanan diperoleh dengan menjumlahkan nilai curah hujan tiap
stasiun pada suatu wilayah kemudian dibagi jumlah stasiun
ANALISIS DATA CURAH HUJAN

2. Metode Isohayet
ANALISIS DATA CURAH HUJAN

3. Metode Poligon Thiessen


POLA HUJAN DI INDONESIA
POLA CURAH HUJAN

 Lintang 30 o LU – 30 o LS
 Zona 1 : dekat equator, zona pertemuan
angin pasat timur laut dan tenggara.
Hampir sepanjang tahun menerima
hujan
 Zona 2 : Lintang 5 o – 20 o LU dan LS, CH
bersifat musiman, jumlah CH <
zona 1
 Zona 3 : CH rendah
 Zona 4 : CH sedikit
 Lintang 30 o – 40 o LU/LS
 Zona 5 dan 6: di antara zona
konvergensi lintang menengah dan
zona angin baratan antisiklon
subtropis. Hujan sangat sedikit di
musim panas, cukup banyak di musim
dingin
 Lintang di atas 40 o LU/LS
 Zona 7: CH pada semua musim tetapi
lebih banyak pada musim panas
 Zona 8: CH jarang sepanjang musim. CH
maksimum terjadi pada bulan terpanas
karena uap air lebih banyak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai