Anda di halaman 1dari 88

1

BAB I
SISTEM BILANGAN REAL
Sub Pokok Bahasan
1.1. Sifat Field Bilangan Real R
1.2. Sifat Urutan pada R
1.3. Nilai Mutlak
1.4. Sifat Kelengkapan pada R
Jumlah Pertemuan : 2x pertemuan
Tujuan Umum Sajian :
Agar mahasiswa dapat memahami konsep-konsep bilangan real terutama sifat
field, sifat urutan, nilai mutlak dan sifat kelengkapan.
Tujuan Khusus Sajian
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menggunakan sifat-sifat Field untuk membuktikan persoalan yang
menyangkut bilangan rasional atau irrasional.
2. Membuktikan suatu ketidaksamaan yang diberikan dengan menggunakan
sifat-sifat urutan bilangan real.
3. Membuktikan suatu ketidaksamaan yang diberikan dengan asumsi dengan
eksistensi akar terpenuhi.
4. Membuktikan ketaksamaan harga mutlak dengan sifat-sifat harga mutlak.
5. Membuktikan bahwa a , b ∈ R maka ada Nε (a) dan Nε (b) sehingga
Nε (a)∩ Nε (b)≠ ∅ .
6. Membuktikan persoalan yang menyangkut supremum atau infrimum dengan
urutan bilangan real.

A. MATERI
Sebelum membahas sifat bilangan real, terlebih dahulu yang harus dipahami
adalah sistem bilangan real dan sistem bilangan real yang diperluas.
Bilangan real yang dinotasikan dengan R didefinisikan,
R={x∨−∞< x <+∞ }=(−∞ ,+ ∞)
Sedangkan untuk sistem bilangan real yang diperluas, bilangan real dinotasikan
¿ ¿
sebagai R , dengan È R =R {−∞ ,+∞ }.
2

Dalam sistem bilangan real R berlaku sifat Field/medan (sifat aljabar bilangan
real), sifat urutan, dan sifat kelengkapan. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan R*
yang memiliki sifat khusus, tidak masuk bahasan ini.
1.1. Sifat Field Bilangan Real
Karena bilangan real merupakan suatu Field maka akan di penuhi aksioma-
aksioma Field, untuk operasi penjumlahan “+” dan perkalian “x” sebagai berikut :
Aksioma penjumlahan (adisi)
A1) Πx R dan ήΠy R x + y R (tertutup)
A2) x dan ή y R x + y = y+ x (komutatif)
A3) ή x , y , z , R(x + y )+ z=x+( y + z ) (assosiatif)
A4) $Î0 R , sehingga "Î0+ x=x , x R
A5) "Î x R berkorespondensi dengan Î – x R sehingga x (−x)=0

Aksioma perkalian (multiplikasi)


M1ήο x , y R xy R (tertutup)
M2) ήΠx , y , R xy = yx R (komutatif)
M3) "Î x , y , z R berlaku (xy )z=x ( yz ) sifat assosiatif
M4) $Î1 R sehingga "Î1 x=x , x R
1 1
M5) ι®$Î x R , x 0 R sehingga x ( )=1
x x
D) "Î x ( y + z)=xy+ xz , x , y , z , R

Proposisi 1.1.1
Aksioma-aksioma penjumlahan mengakibatkan berlakunya pernyataan-
pernyataan berikut:
a) ® x + y=x + z y =z (konselasi /penghapusan)
b) ® x + y=x y=0 (tunggalnya eksistensi elemen 0)
c) ® x + y=0 y =−x (tunggalnya eksistensi elemen – x dalam aksioma A5)
d) – (−x)=x
Bukti :
a) Berdasarkan aksioma penjumlahan, kita peroleh
3

y=0+ y=(−x + x ) y =−x+ ( x+ y )=−x+ x=0=(−x+ x ) + z=0+ z x + y=x , sehingga


y=0+ y=(−x+ x)+ y=−x +( x+ y)=−x+ x=0

b) jika x + y=0 , maka y=(x + y)+ y =0+ y=(−x + x)+ y


¿−x+( x + y)=−x+ 0=−x
c) jika – x + x=0 , maka untuk Î – x , x R berlaku – (−x)+(−x)=0; sehingga
x=0+ x =(−x + x)+ x=(−(−x)+(−x))+ x
¿−(−x )((−x )+ x)=−(−x )+ 0=−(−x)

Proposisi 1.1.2
Misalkan Î x , y , z , R
1
a) Jika ¹ x 0 dan xy=1 maka y=
x
1 1
b) Jika ¹ x 0 maka ¹ 0 dan 1/( )=x
x x
c) Jika xy=xz dan ¹ x 0 maka y=z
d) Jika xy=0 maka x=0 atau y=0
Bukti :
1
a) Karena ¹ x 0 maka terdapat di R sehingga apabila xy=1 maka
x

®
1 1 1 1 1 1 1 1
( )xy=( .1)( . x ) y = 1. y= y= Karena ¹ x 0 maka ada ¹ 0, andaikan
x x x x x x x x
1 1
=0, maka diperoleh x . =0=1 (suatu kontradiksi)
x x
1
Jadi haruslah ¹ 0, sehingga
x

1 1 1 1 1 1 1 1
.1/( ) ¿=x .1 x ( . 1/( ))=x .1(x . )1/( )=x 1. 1/( )=x 1 /( )=x
x x x x x x x x
4

1 1
b) karena ¹ x 0 maka terdefinisi dan ¹ 0
x x
x . y= x . z sehingga 1/ x ( xy)=1/ x (xz )
(1/ x . x)=(1/ x . x ) z
®1. y=1 z y=z
1
c) karena ¹¹ x 0 0
x
xy=0 dan x .0=0

xy=x . 01 /x ( xy )=1/ x ( x .0)(1/ x . x) y=(1/ x . x) 0 1. y =1.0 y=0


a
Elemen dari R yang dapat dinyatakan dengan dengan a bilangan bulat ¹b 0 disebut
b
bilangan rasional yang dinotasikan dengan Q , jadi
a
ιQ={x= ∨a , b Z , b 0 }
b

Teorema 1.1.3
Tidak terdapat bilangan rasional t sehinggat 2=2
Bukti :
Andaikan t ∈ Q sehingga t 2=2, ambil p , q ∈ Z , genap, maka diperoleh
( p/q) 2=2 dan ( p , q)=1. karena p2=2 q 2, dan p2 is genap, sehingga p is genap. Akan
diperoleh p=2 m, untuk m∈ N . Jadi 4 m 2=2 p 2atau q 2=2 m2 , ini berarti q 2 genap,
sehingga didapat q genap. karena pdanq genap dan ( p , q)>1(terjadi kontradiksi untuk
( p , q)=1 ¿. Jadi, Tidak terdapat bilangan rasional t sehinggat 2=2.

1.2. Sifat Terurut Pada R


Dalam himpunan bilangan real R , terdapat himpunan tak kosong P dari R , yaitu
bilangan positif yang memenuhi sifat :
(i) Jika Îa , b P maka Îa+ b P
(ii) Jika Îa , b P maka Îab P
(iii) Jika Îa R , maka tepat satu pernyataan berikut dipenuhi :
ÎÎa P , a=0 ,−a P (sifat teikotomi)
5

Definisi 1.2.1
Jika Îa P dikatakan bahwa a bilangan real positif dan ditulis a> 0, jika Îa P atau
nol dikatakan a bilangan real non negatif dituli a ≥ 0. jika Î−a P dikatakan bahwa a
bilangan real negatif dan ditulis a< 0; jika Îa P atau nol dikatakan bahwa a bilangan
non positif dan ditulis a ≤ 0.

Definisi 1.2.2
Misalkan Îa , b R
(1) Jika Îa – b P, maka dapat ditulis a> b atau b< a
(2) Jika ÎÈa – b P(0) , maka dapat ditulis a ≥ b atau b ≤ a
(3) Selanjutnya a< b<c artinya a< b dan b< c
Dengan cara yang sama jika a ≤ b dan b ≤ c , a≤ b ≤ c

Teorema 1.2.1
Misalkan Îa , b , c R
(a) jika a> b dan b> c maka a> c
(b) terdapat tepat satu hubungan a< b , a=b , a>b
(c) jika a ≥ b dan b ≥ a maka a=b

Teorema 1.2.2
Jika Îa R dan a ≠ 0 maka a 2> 0
Bukti :
Sifat trikotomi a Î P atau Î – a P . apabila Îa P maka Îa 2=aa P. Apabila Î
−a P maka Îa 2=(−a)(−a) P . Jadi Îa 2 P, ini berarti a 2> 0.
Teorema 1.2.3
1
Jika Îa , b R dan a> b, maka a>( )(a+ b)> b
2
Bukti :
Karena a> b, maka 2 a=a+a> a+b> b+b=2 b. Selanjutnya karena 2>0 ,
1 1 1 1
(2 a)> (a+b)> (2 b)=b. Jadi a> (a+ b)> b.
2 2 2 2
6

Teorema 1.2.4
1
Jika Îa R , a> 0 maka a>( ) a>0
2
Bukti :
1
Dengan mengambil b=0, maka kita peroleh a>( ) a>0 .
2

Teorema 1.2.5
Jika Îa R sehingga "0 ≤ a ≤ є , є positif terkecil, maka a=0
Bukti :
Andaikan a ≠ 0, maka a > 0, akibatnya a>(1/2)a> 0.
1 1
Ambil є 0=( )a>0, maka diperoleh a>( )a=є 0> 0, ini bertentangan dengan hipotesis
2 2
yaitu"0 ≤ a ≤ є , є >0 . Jadi haruslah a=0.

Teorema 1.2.6
Jika ab> 0, maka a> 0 dan b< 0 atau a< 0 dan b< 0
Bukti :
Karena ab> 0, a ≠ 0 dan b ≠ 0 maka menurut sifat trikotomi a> 0 atau a< 0.Untuk kasus
1 1 1
a> 0, diperoleh >0, maka dari itu b=1. b=( . a)b=( )ab> 0. Untuk kasus a< 0,
a a a
1 1
dengan cara yang sama diperoleh <0 sehingga b=( )(ab)<0.
a a

1.3. Harga Mutlak


Untuk Îa R , harga mutlak a adalah nilai positif dari a atau −a .
Definisi 1.3.1
Jika Îa R harga mutlak a dinotasikan dengan

¿ a∨¿ a ; a ≥ 0∨a∨¿−a ; a< 0

Teorema 1.3.1
7

(a) "Î
(b)
(c) "Î
(d) ¿−a∨¿∨a∨, a R∨ab∨¿∨a∨¿ b∨−¿ a∨≤ a ≤∨a∨, a R Bukti :
(a) ®a=0∨0∨¿∨−0∨¿
®a> 0−a<0 sehingga |a∨¿ a=−(−a)=¿−a∨¿
®a< 0−a>0 sehingga ¿ a∨¿−a=¿−a∨¿
Maka diperoleh ¿ a∨¿∨−a∨¿
(b) Misalkan a atau b atau duanya sama dengan 0, ; jika a> 0 , b>0 , maka ab> 0 dan
¿ ab∨¿ ab=¿ a∨¿ b∨¿;
Jika a> 0 , b<0 maka ab< 0 sehingga ¿ ab∨¿−(ab)=a(−b)=¿ a∨¿ b∨¿; jika
a< 0 , b>0, maka ab> 0 sehingga ¿ ab∨¿ ab=(−a)(−b)=¿ a∨¿ b∨¿
(c) Þ(),
misalkan c >0 dan ¿ a∨≤ c , maka diperoleh – a ≤ c dan a ≤ c , atau – c ≤ a dan
a ≤ c . Jadi diperoleh – c ≤ a ≤ c
Ü(),
misalkan c >0 dan – c ≤ a ≤ c . sehingg a ≤ c dan – a ≤ c, artinya ¿ a∨≤ c .
(d) Dengan menggunakan hasil pada (c) , ambil c=¿ a∨¿ , sehingga diperoleh
−¿ a∨≤ a ≤∨a∨¿

Teorema 1.3.2 (Ketaksamaan segitiga)


Untuk setiap Îa , b R maka ¿ a+ b∨≤∨a∨+ ¿ b∨¿
Bukti:
Gunakan hasil di (d) diperoleh −¿ a∨≤ a ≤∨a∨¿.
−¿ b∨≤ b ≤∨b∨¿, sama hasilnya −¿ a∨+¿

−¿Itu artinya ¿ a+ b∨≤∨a∨+ ¿ b∨¿

Lemma 1.3.3
Untuk setiap a , b di R
(a)
(b)
(c) ||a|−|b||≤∨¿ a−b∨¿∨a−b∨≤∨a∨+¿ b∨¿Bukti :
(a) |a|=|a−b+b|≤|a−b|+|b|
8

jadi, |a|−|b+b|≤|a−b| …………………….………..…(i)


maka |b|=|b−a+a|≤|b−a|+|a|
jadi |b|−|a|<|b−a|, sebaliknya konsekuensinya
−(|a|−|b|)=|b|−|a|≤|b−a|=|a−b| …………….. (ii)
dari (i) dan (ii) diperoleh
||a|−|b||≤∨¿ a−b∨¿ Dengan menggunakan pertidaksamaan segitiga,kita peroleh
|a−b|=|a+(−b)|≤∨a∨+¿ b∨¿ jadi ¿ a−b∨≤∨a∨+¿ b∨¿

1.4. Sifat Kelengkapan Pada R


Sebagai pengantar berikut ini akan diperkenalkan pengertian yang akan selalu
dipergunakan baik pada sub bahasan sifat kelengkapan dari R maupun pada pokok bab-
bab berikutnya.
Definisi 1.4.1
Andaikan Î
a R Untuk є >0 , neighborhood dengan sebuah jarak є adalah subset Î
Nє( a)={x R∨a−є < x <a+ є }
Neighborhood adalah set yang mana berisi – є dari a untuk є >0 , ini berarti
N є (a)⊆ Nr ( a)

Teorema 1.4.1
Andaikan Îa R , jika x termasuk di neigborhood Nє(a) untuk setiap є >0 , maka
x=a .
Bukti :
x adalah element di neigbourhood a, sehingga Î x Nє (a), ∀ є >0.
Menurut teorema sebelumnya maka diperoleh x−a∨¿ 0 . Ini berarti bahwa x−a=0 atau
x=a .

Definisi 1.4.2 (infimun dan suprimum)


Ambil S subset di R
(i) uÎR, mengatakan diatas batas di S jika s ≤ u, "s Î S
(ii) wÎR mengatakan dibawah batas di di S jika w ≤ s, "s ÎS
Contoh : 1.4.1
9

S1 = { x∈ R|x≺10|} ,S2= { x ∈ R|x>1|}


Untuk S1. 15 adalah batas atas dari tak terhingga banyaknya batas atas. Himpunan batas
atas dari S1 misalnya U = {uÎR |u ≥10}. S1 tidak memiliki batas bawah. Demikian pula
S2 tidak mempunyai batas atas, tetapi mempunyai batas bawah, misalnya 0, atau 1/2
dan sebaliknya. Himpunan turunan terbatas seperti contoh S2 adalah w= { w∈ R∨w ≤1 }.

Dari contoh di atas maka diperoleh catatan sebagai berikut:


- Sub-sets dari R yang mempunyai batas atas disebut adalah terbatas di atas
- Sedangkan yang mempunyai batas bawah disebut terbatas di bawah, demikian pula
yang terbatas di atas dan dibawah dinamakan terbatas.

Definisi 1.4.3
Ambil Î S R
(a) Îu R suprimun di S, jika memenuhi 2 syarat:
1. s ≤ u, "s Î S
2. if s ≤ v, "s Î S ®u ≤ v
(b) t ∈ R infimun di S, jika memenuhi 2 syarat :
1. s ≥ t, "s Î S
2. s ≥ r, "s Î S ® t ≥ r
Suprimum adalah istilah lain untuk batas atas terkecil, dan infimum untuk batas
bawah terbesar.

Teorema 1.4.2
Sebuah batas atas u di set s ≠ 0 di R adalah suprimum di S jika dan hanya jika
untuk semua є > 0 di S Î S maka u - є <s.
Bukti :
(Þ)
Misal u = sup S, akibat nya sesuatu ϵ > 0. Karena u - ϵ < u, maka u-є tidak
memiliki batas bawah di S. hasilnya s Î S maka s > u-ϵ , ϵ artinya u-ϵ < s,untuk
beberapa s Î S.
(Ü)
10

Misal u merupakan batas atas untuk setiap є> 0 menghasilkan s Î S sehingga


u-є <s. akan ditunjukan u = sup S. misal v batas atas maka v ≠ u. andaikan v < u.
akibatnya є = u-v > 0. Maka dari hipotesis, a sÎS jadi u-є < s, mengakibatkan u-(u-v) =
u < s. ini kontradiksi dengan pendapat bahwa v adalah batas atas. Jadi haruslah v > u,
artinya u adalah suprimum di S. jadi u = sup S.

Contoh 1.4.2
a. S2 = {xÎR | 0 ≤ x ≤ 1). Batas bawah adalah 1 dan infimum adalah 0. Keduanya
terletak di S2.
b. S3 = {xÎR | 0 <x <1). suprimum adalah 1 dan suprimum adalah 0. Keduanya
terletak di S3.
c. Setiap elemen di R adalah batas atas dan juga batas bawah di set Æ . jadi set Æ
tidak memiliki supremum atau infimum.
Catatan : Supremun termasuk di set dan sering disebut "maksimum", dan infimum
termasuk di set dan sering disebut "minimum".

Definisi 1.4.4 ( Sifat batas atas terkecil )


Himpunan terurut S dikatakan mempunyai sifat batas atas terkecil, jika setiap
himpunan bagian yang tidak kosong dari yang terbatas keatas dari S supremumnya ada
didalam S.
Sedangkan definisi untuk himpunan terurut yang mempunyai sifat batas bawah
terbesar diperoleh dengan cara yang serupa yaitu dengan mengganti kata terbatas keatas
dengan terbatas kebawah, dan kata supremum dengan kata infimum.

Teorema 1.4.3
S himpunan terurut dengan batas atas terkecil dan A himpunan tidak kosong
tidak menurun. Misal B adalah himpunan semua batas bawah di A, maka b = sup B di
S, dan b = inf A. jadi ada inf A di S.
Bukti:
Karena A himpunan tidak kosong dan monoton ke bawah maka elemen di S
11

yang mana menjadi batas bawah di A. Jadi B himpunan tidak kosong. Sejak himpunan
B batas bawah di A maka jika yÎB, berlaku hubungan y ≤ x, "xÎA ini berarti beberapa
anggota T xÎA maka y ≤ x, "yÎB atau dengan kata lain x adalah batas atas di B.
demikian B adalah batas atas dan setiang anggota di A adalah batas bawah di B, karena
S memiliki sifat alami, dan B himpunan tidak kososng terbatas, maka b = sup B di S.
Selanjutnya akan ditunjukkan b = inf A. jika y < b, karena b = sub B, maka y
bukan batas bawah di B karena setiap anggota di A adalah batas atas B, jadi yÎA.
sehingga pernyataan tersebut benar:
y < b ®yÎA, ekuivalen yÎA ®b ≤ y.
Ini berarti batas bawah A sehingga bÎB. Jika bÎB karena b = sup B, maka untuk
setiap xÎB harus berlaku x ≤ b. Jadi zÎB. demikian akan ditunjukkan bÎB, dan jika z
> b maka zÎB, dengan kata lain b terbatas di A, dan jika z > b maka tidak merupakan
batas bawah di A. dengan definisi maka b batas bawah terbesar di A jika b = inf A.

Teorema 1.4.4 (Archimedes)


Jika xÎR, maka nÎN, x < n.
Bukti: :
Andaikan tidak, maka ada xÎR, dengan x batas atas di N. menurut sifat batas
atas terkecil N memiliki di R. karena u - 1 < u, maka terdapat a m ÎN jadi u - 1 < m,
yang mana artinya terdapat u < m +1, karena mÎN dan m + 1ÎN, maka terdapat
kontradiksi dengan u batas atas di N. jadi N harus tidak memiliki batas atas hasilnya :
Jika xÎR maka terdapat nÎN jadi x < n

Dalil 1.4.5
Misal y dan z bilangan real positif, maka berlaku :
(a) Terdapat nÎN sehingga z < ny
(b) Terdapat nÎN maka 0 < 1 / n < y
(c) Terdapat nÎN sehingga n - 1 < z < n
Bukti :
(a) Ambil x = z / y > 0, maka terdapat nÎN sehingga z/y = z < n, jadi z/y < n,hasilnya z
< ny
(b) Dari bukti a. ie z < ny, ambil z = 1. Maka diperoleh a <ny, untuk a nin. akibatnya 1 /
n < y karena n > 0 maka1 / n > 0. jadi 0 < 1 / n < y
12

(c) Ambil nÎN. sebut K + {m € N}, K ≠ Æ ternyata dipilih a minimum n = K, maka


kita dapatkan n -1 ≤ z < n.

Teorema 1.4.6 (eksistensi √ 2)


Terdapat bilangan real positif x sehingga x 2=2
Bukti :
Misal S Æ. S Æ. S dibatasi sama dengan 2, karena jika t > 2 maka t 2>4, dengan tÏS.
Berdasarkan Teorema sebelumnya S adalah supremum misal x = sup S. akan
ditunjukkan bahwa x2 = 2. Andaikan x 2< 2 atau x 2>2 .
Untuk kasus x2 < 2 ; maka (2 – x2) /2x +1) > 0, berdasarkan akibat 2.4.5, mÎN jadi
terdapat o < ½ < (2-x 2)/(2x+1) atau 1/n (2x+1) < 2-x2, padahal x + 1/n ÎS, dimana x +
1/n ÎS.
(x+1/n)2 = x2 + 2x/n + 1/n2 ≤ x2+1/n(2x+1) < x2 + (2-x2) = 2
Jadi x < x +1/nÎS, kontradiksi dengan x = sup S. jadi tidak mungkin x 2 < 2
kasus x2 < 2; diperoleh (x2-2) /2x > 0. Berdasarkan akibat 2.4.5 , maka terdapat mÎN
sehingga :
1/m < (x2-2)/2x, atau (x-1/m)2 = x2-2x/m + 1/m2 > x2-2x/m > x2 - (x2-2) = 2.
Jadi x-1 / m > s, untuk setiap s ÎS dimana artinya x-1/m batas atas di S, ini kontradiksi
dengan x = sup S. jadi tidak mungkin x2 > 2. Dengan kata lain haruslah x2 = 2

Teorema 1.4.7 ( Kerapatan bilangan rasional )


Jika x dan y bilangan real dengan x < y,maka terdapat sebuang bilangan r
sehinga x < r < y.
Bukti :
Misal x > 0, menurut sifat Archimedes , terdapt nÎN demikian n > 1/(y-x),,
hasil nx > 0, maka menurut akibat 2.4.5 hasilnya terdapat mÎN terdapat m-1 ≤ nx ≤ m
dengan m < ny. .terdapat diperoleh nx < m < ny .pilih r = m / n : jadi x < r < y dengan
r = m/n bilangan rasional.

Akibat 1.4.8
Jika bilangan real positif x dan y s sehingga x < y , maka terdapat bilangan
irasional z sehingga x < z < y dengan z bilangan irasional.
13

B. LATIHAN SOAL
1. Jika a ∈ R memenuhi sifat aa=a , buktikan bahwa a=0atau a=1!
2. Jika x dan y bilangan irrasional , tunjukkan bahwa x + y dan xy tidak selalu
irrasional!
3. Tunjukkan bahwa ada suatu bilangan real positif s sehingga sn=a , a>0
4. Tunjukkan bahwa ¿ dan tumjukkan pertidaksamaan dipenuhi apabila a ≥ b!
1 1
5. Asumsikan eksistensi akar, tunjukkan bahwa jika c >1 maka c m <c n jika dan hanya

jika m>n!
6. Jika a , b ∈ R , tunjukkan bahwa |a+b|=|a|+|b| jika dan hanya jika ab ≥ 0 !
7. Tunjukkan bahwa jika a , b ∈ R dan a ≠ b maka ada Nε (a) dan Nε (b) sehingga
Nε ( a ) ∩ Nε ( b )=∅ !
8. Tunjukkan bahwa , jika A dan B terbatas subser dari R , maka A ∪B terbatas dan
B}
A,
sup ( A ∪B ) ={ ¿!
9. Misalkan S ≠ ∅ subset dari R terbatas di bawah . buktikan bahwa
inf S=−{−s|s ∈S } ¿!
10. Misalkan S ⊆ R , S ≠ ∅ , tunjukkan bahwa jika u=S ¿, maka untuk setiap n ∈ N maka
1 1
untuk u− bukan batas atas dari S, tetapi u+ bukan batas atas dari S!
n n
14

BAB II
RUANG METRIK
Sub Pokok Bahasan
2.1. Pengertian ruang metrik umum
2.2. Ruang Psudeometrik
2.3. Bola di Ruang Metrik
2.4. Ruang Metrik kompak
Jumlah Pertemuan : 2x pertemuan
Tujuan Umum Sajian :
Agar mahasiswa dapat memahami konsep-konsep tentang ruang metrik
Tujuan Khusus Sajian :
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menunjukkan bahwa suatu ruang yang dilengkapi dengan jarak (R , d )
merupakan suatu ruang metrik
2. Menunjukkan suatu bola terbuka di suatu ruang metrik
3. Membuktikan bahwa ruang metric yang diberikan adalah kompak

A. MATERI
2.1. Pengertian Ruang Metriks Secara Umum
Sebagai ilustrasi sebelum sampai kepada pengertian ruang metric secara umum,
dapat ditunjau ruang euclides R2 dan R3 . Misalkan A( x 1 , x 2 ) dan B( y 1 , y 2 ), maka jarak
antara titik A dan B adalah:
1


d= ( x 1− y 1 ) + ( x 2− y 2 ) =(( x 1− y 1 ) + ( x 2− y 2 )
2 2 2
)
2 2

Demikian pula dalam R3 , misalkan C ( x1 , x 2 , x 3) dan D( y 1 , y 2 , y 3) , maka jarak antara C


1
dan D adalah: ( ( x 1− y 1 )2+ ( x 2− y 2 )2+ ( x 3− y 3 )2 )2 , Selanjutnya untuk ruang Rn konsep jarak
15

dapat diperluas, misalkan X =( x 1 , x 2 , x 3 , … , x n ) dan Y =( y 1 , y 2 , y 3 , … , y n ), maka:


1
d=‖x− y‖=(∑ ( x i− y i ) ) dan jika x, y, z titik di Rn dengan mengunkan sifat-sifat
2 2

norma, maka diperoleh:


(1) ‖x− y‖≥ 0
(2) ‖x− y‖=0 ↔ x= y
(3) ‖x− y‖=‖ y−x‖
(4) ‖x− y‖≤‖ x−z‖+‖z− y‖
Norma ‖x− y‖ dinamakan jarak atau metric titik x ke y dalam Rn . Dengan demikian
ruang Euclidies Rn merupakan ruang metric yang ditimbulkan oleh norma dalam Rn dan
dapat dituliskan dengan simbul ( Rn , d )
Definisi 2.1.1
Diberikan himpunan tak kosong
(a) Fungsi d : X x X → R yang memenuhi syarat :
(M1) d(x,y) ¿ 0, untuk setiap x, y ∈ X,
d(x, y) = 0 jika dan hanya jika x = y,
(M2) d(x,y) = d(y,x) untuk setiap x, y ∈ X, dan
(M3) d(x,y) ¿ d(x,z) + d(z,y) untuk setiap x, y, z ∈ X,
Yang disebut sebagai metrik atau jarak pada X.
(b) Himpunan X dilengkapi oleh suatu metrik d, ditulis dengan cara (X, d) disebut
ruang metrik (metric space). Selanjutnya, apabila metrik tersebut tertentu (telah
diketahui), maka ruang metrik tersebut hanya ditulis sebagai X saja.
(c) Anggota dari ruang metrik (X, d) disebut sebagai titik dan untuk setiap x, y ∈ X,
angka non- negatif d(x,y) disebut sebagai jarak dari titik x ke titik y.

Contoh 2.1.1

Himpunan bilangan real R yang dilengkapi dengan metrik d(x,y) = |x−y| adalah
sebuah ruang metrik. Ruang metrik ini disebut ruang metrik biasa (usual metric
spaces).

Contoh 2.1.2
Diberikan himpunan tak kosong X dan didefinisikan sebagai d : X x X → R, dengan

{
1, x≠ y
d(x,y) = 0, x= y
16

bisa ditunjukkan bahwa (X, d) ruang metrik. Ruang metrik ini disebut sebagai ruang
metrik diskret.
Bukti:
(M1) untuk x = y atau x ¿ y menggunakan d(x,y) ¿ 0, untuk setiap x, y ∈ X,
sehingga dengan menggunakan metrik kita mendapatkan d(x, y) = 0 jika dan
hanya jika x = y,

(M2) d(x,y) =
{1,0 , x≠ y
x= y =
{1,0 , y≠x
y=x = d(y,x),
(M3) Jika x = y maka d(x,y) = d (x,x) = 0 ¿ d(x,z) + d(z,x) untuk setiap x, y, z
∈ X,
Jika x ¿ y maka berlaku x ¿ y ¿ z atau x ¿ y = z sehingga berlaku
d(x,y) = d(x,z) = d(z,y) = 1, atau d(x,y) = d(x,z) = 1 dan d(z,y) = 0.
d(x,y) = 1 ¿ d(x,z) = 1 + d(z,y) = 1, untuk setiap x, y, z ∈ X, atau
d(x,y) = 1 ¿ d(x,z) = 1 + d(z,y) = 0, untuk setiap x, y, z ∈ X.

Contoh 2.1.3
Koleksi semua fungsi komtinu bernilai real atau bernilai kompleks pada [ a , b ]
dinyatakan dengan C [ a , b ], Untuk setiap f , g ∈C [ a ,b ], didefinisikan
{|f ( x ) −g ( x )|: x∈ [ a ,b ] }
d ( f , g) = ¿, dan
b
δ ( f , g )=∫|f ( x ) −g (x)|dx
a

Dapat ditunjukkan bahwa C [ a , b ] merupakan ruang metrik terhadap d, demikian oula


terhadap δ .
Bukti:
Diberikan f , g , h ∈C [ a , b ],
(i )C [ a , b ] merupakan ruang metrik terhadap d
(M1) d ( f , g ) ={|f ( x )−g ( x )|: x∈ [ a ,b ] } ≥ 0, sebab |f ( x ) −g ( x )|≥ 0, untuk setiap x ∈ [ a , b ] ,
d ( f , g)=0↔|f ( x ) −g ( x)|=0 untuk setiap x ∈ [ a , b ] ↔ f =g
(M2) Karena |f ( x ) −g ( x)|=|g ( x )−f ( x)| untuk setiap x ∈ [ a , b ] ,
maka d ( f , g)=d ( g , f ).
(M3) Karena |f ( x ) −g ( x)|≤|f ( x )−h (x)|+|h ( x )−g (x)| untuk setiap x ∈ [ a , b ] ,
maka
d ( f , g ) ={|
f ( x ) −g ( x )|: x∈ [ a ,b ] }
¿
17

{|f ( x ) −h (x)|: x∈ [ a ,b ] }

{|h ( x )−g (x)|: x∈ [ a ,b ] }
+ ¿
¿ d ( f , h ) +d (h , g)
(ii)C [ a , b ] merupakan ruang metrik terhadap δ
b

(M1) δ ( f , g )=∫|f ( x ) −g (x)|dx ≥0 , sebab |f ( x ) −g ( x )|≥ 0, untuk setiap x ∈ [ a , b ] ,


a

δ ( f , g )=0 ↔|f ( x )−g( x )|=0 untuk setiap x ∈ [ a , b ] ↔ kecuali di beberapa


titik f =g,
(M2) Karena |f ( x ) −g ( x)|=|g ( x )−f ( x)| untuk setiap x ∈ [ a , b ] ,
maka δ ( f , g)=δ (g , f ).
(M3) Karena |f ( x ) −g ( x)|≤|f ( x )−h (x)|+|h ( x )−g (x)| untuk setiap x ∈ [ a , b ] ,
maka
b
δ ( f , g )=∫|f ( x ) −g (x)|dx
a

b
≤∫ {|f ( x ) −g ( x)|+|h ( x ) −g ( x)|} dx
a

b b
≤∫ {|f ( x ) −g ( x)|} dx+∫ {|h ( x )−g(x )|} dx
a a

¿ δ ( f , h ) +δ (h , g)

Teorema 2.1.1
Jika d 1 , d 2 masing-masing metrik pada himpunan X, maka (X, d) dengan d=d 1+ d 2
suatu ruang metrik.
Bukti
Untuk setiap x , y , z ∈ X , maka dipenuhi
(M1) d ( x , y )=d1 ( x , y)+d 2 (x , y) ≥ 0, sebab d 1 (x , y )≥0 , d 2 ( x , y )≥0
sebagai konsekuensi dari d 1 , d 2 masing-masing metrik pada himpunan X,
(M2) Jika d ( x , y )=d1 ( x , y ) +d 2 ( x , y )=0 maka d 1 ( x , y )=0 , dan d 2 ( x , y )=0
berakibat x= y . Sebaliknya, jika x= y maka
d ( x , y )=d ( x , x )=d1 ( x , x ) +d 2 ( x , x ) =0+0=0
(M3) d ( x , y )=d1 ( x , y ) +d 2 ( x , y )
≤ {d 1 ( x , z )+ d 1 ( z , y ) }+ {d 2 ( x , z ) + d2 ( z , y ) }
≤ d 1 ( x , z ) +d 2 ( x , z )+ d 1 ( z , y )+ d 2 ( z , y )
18

¿ d ( x , z )+ d ( z , y )

2.2. Ruang Pseudometrik


Definisi 2.2.1
Diberikan sebarang himpunan tak kosong X. Fungsi d : X × X → R yang memenuhi
sifat-sifat metrik kecuali sifat d (x , y)=0 jika dan hanya jika x= y , maka (X , d )disebut
ruang psudeometrik.

Contoh 2.2.1
Misalkan x , y ∈ R , didefinisikan d ( x , y)=| x2 + y 2| dapat ditunjukkan bahwa (R , d )
adalah ruang psudeometrik.
Contoh 2.2.2
Jika S adalah himpunan semua barisan yang konvergen dan lim x =lim { x n } =u,
lim y=lim { y n }=v , dengan d ( x , y )=|u−v| maka ( S , d) adalah ruang pseudometrik.

2.3. Bola di Ruang Metrik


Definisi 2.3.1
Diberikan ruang metrik (X , d ). Untuk sebarang a ∈ X dan konstanta r >0 , himpunan
(a) N r ( a )={ x ∈ X :d ( x , a)<r }, disebut persekitaran (Neighborhood) titik a dengan
jari-jari r. N r ( a ) sering pula disebut bola terbuka (open ball) dengan titik pusat a
dan jari-jari r, sedangkan
(b) Sr ( a )={ x ∈ X :d ( x , a)< r }, disebut luasan bola (Sphere) dengan titik pusat a dan
jari-jari r, dan himpunan
(c) N r ( a )=N r ( a ) ∪ S r ( a ) disebut bola tertutup dengan titik pusat a dan jari-jari r.

Contoh 2.3.1
Diberikan ruang metrik ( R , d ) dengan d ( x , y)=| x− y|. Untuk sebarang a ∈ R dan
konstanta real r >0 , bola terbuka, luasan bola dan bola tertutup berturut-turut:
(a) N r ( a )={ x ∈ R :d ( x , a )=| x−a|< r }=(a−r , a+r )
(b) Sr ( a )={ x ∈ R :d ( x , a )=| x−a|< r }=( a−r , a+r )
(c) N r ( a )=N r ( a ) ∪ S r ( a )={ x ∈ R: d ( x , a )=|x −a|≤ r }= [ a−r , a+r ]

Contoh 2.3.2
19

Diberikan C [ a , b ] merupakan ruang metrik terhadap


{|f ( x ) −g (x)|: x ∈ [ a ,b ] }
d ( f , g) = ¿
Diambil sebarang f ∈ C [ a , b ] tetap ,dan konstanta r >0 . Dengan f ± r dimaksudkan
sebagai fungsi dengan (f ± r )(x)=f (x )± r , x ∈[a , b].
(a) N r ( f )={ g ∈C [ a ,b ] :d ( g , f ) <r }
¿ { g ∈C [ a , b ] : ¿ x ∈ [ a ,b ]|f ( x ) −g (x)|< r }
adalah himpunan semua fungsi kontinu pada [ a , b ] yang terletak diantara fungsi
f −r dan f +r serta tak pernah menyinggung keduanya.
(b) Sr ( f )={ g ∈C [ a ,b ] :d ( g , f )=r }
¿ { g ∈C [ a , b ] : x ∈ [ a ,b ]|f ( x ) −g (x)|=r }
¿

adalah himpunan semua fungsi kontinu pada [ a , b ] yang terletak diantara fungsi
f −r dan f +r serta menyinggung sedikitnya salah satu fungsi tersebut.
(c) N r ( f )=N r ( f ) ∪ Sr ( f )= { g ∈ C [ a , b ] : d ( g , f ) ≤ r }

¿ { g ∈C [ a , b ] : x ∈ [ a ,b ]|f ( x ) −g ( x)|≤ r }
¿

2.4. Ruang Metrik Kompak


Definisi 2.4.1
Ruang metrik X dikatakan lengkap apabila setiap baris Cauchy di X konvergen di X.
Bukti:
Ambil { X n } sebarang barisan Cauchy di A. Karena A ⊆ X , maka { X n } berada di X.
Karena X lengkap, maka barisan { X n } konvergen ke x ∈ X . Selanjutnya karena { X n }
barisan di A. maka x titik limit dari A. Karena A himpunan tertutup maka x ∈ A . Jadi
barisan Cauchy { X n } konvergen di A. Ini mengakibatkan ( A , d ) ruang metrik lengkap.

Contoh 2.4.1
(a) R dengan metric baku adalah ruang metrik lengkap.
(b) M =[ 0,1 ] dengan metrik harga mutlak adalah ruang metrik lengkap.

Definisi 2.4.2
Diberikan ( X , d ) suatu ruang metrik, didefinisikan bahwa A subhimpunan dari X
terbatas jika dan hanya jika terdapat bilangan positif M sehingga d ( x , y)≤ M , untuk
20

setiap x , y ∈ A. Jika A terbatas didefinisikan diameter dari A sebagai


diam A=¿ x , y ∈d d (x , y ). Jika A tidak terbatas ditulis A=∞

Contoh 2.4.2
(a) Jika X =R , dengan metrik baku dan A=(5,10) , maka A terbatas sebab untuk setiap
x , y ∈ A , d ( x , y ) ≤5 .
(b) B=(0 , ∞) tidak terbatas di R dengan metrik baku, akan tetapi terbatas di R dengan
metrik diskrit, sebab d ( x , y)≤1, untuk setiap x , y ∈ B .

Definisi 2.4.3
( X , d ) suatu ruang metrik, himpunan A subset dari X disebut terbatas total jika
diberikan ε > 0, terdapatlah sejumlah berhingga himpunan A1 , A 2 ,… , An di X, dengan
diam Ak < ε , k=1,2,3 , … , n sehingga A ⊆¿ k =1¿ n A k.

Contoh 2.4.3
Rd ruang metrik diskret, dan A=(0,1)⊆ R d. Jelas A terbatas d ( x , y)≤1 , untuk setiap
1
x , y ∈ A , tetapi A tidak terbatas total sebab jika diambil ε = maka tidak terdapat n 0 ∈ N
2
, sehingga A ⊆¿ k =1¿ n A k, sebab Ak hanya memuat paling banyak satu titik.

Definisi 2.4.4
Ruang metrik (X , d ) disebut kompak apabila (X , d ) ruang metrik lengkap dan
terbatas total.

Contoh 2.4.4
(a) K= [ 0,1 ] dengan metrik harga mutlak, K himpunan tertutup maka K lengkap, K
terbatas di R, Jadi K terbatas total. Jadi K kompak.
(b) Akan tetapi apabila K dilengkapi dengan metrik diskret maka K tidak terbatas total,
akibatnya K tidak kompak.
21

B. LATIHAN SOAL

1. Jika X¿ ∅ dan ρ ( x , y )= {01,, xx=≠ yy buktikan bahwa ( X , ρ) ruang metrik!


d ( x , y)
2. Jika (X , d ) ruang metrik dan didefinisikan δ ( x , y )= , untuk setiap
1+ d (x , y )
x , y ∈ X . Buktikan bahwa(X , δ) ruang metrik, dan δ ( x , y ) ≤ d (x , y ) untuk setiap
x , y ∈ X!
3. Dalam ruang metrik ( X , δ ) buktikan bahwa |d ( x , y )−d ( x , z)|≤ d ( y , z)!
4. Tentukan persekitaran N r (a) dan luasan bola N r (a) di dalam ruang metrik
( R2 , d 2) dengan d 2 ( x , a ) =(x 1−a1)2 +( x 2−a2)2 !

( R2 , d ∞) dengan d ∞ ( x , a )=maks {| x1 −a1|,|x 2−a2|} !


5. Untuk setiap k, k=1,2,3,…,n diketahui (X, d k ) ruang metrik. Dibentuk
(i) d ∞ ( x , y )=maks {d 2 ( x , y ) :k =1,2,3 , … , n } untuk setiap x , y ∈ X .

{∑ }
n 1
p p
(ii) Jika 1 ≤ p ≤ ∞, D p ( x , y )= dk ( x , y ) untuk setiap x , y ∈ X .
k=1

Buktikan bahwa (X , d ∞ ) dan ( X , d p ) masing-masing ruang metrik.


6. Untuk setiap k, k=1,2,3,…,n diketahui ( X k, d k ) ruang metrik.
Jika X =X k , X k , X k , … , X k = { x=x 1 , x 2 , x 3 , … , x n } : x k ∈ X k ,k =1,2,3 , .., n dan

(i) d ∞ ( x , y )=maks {d 2 ( x k , �㄰k ) :k =1,2,3 , … ,n } untuk setiap x , y ∈ X .


22

{∑ }
n 1
p p
(ii) Jika 1 ≤ p ≤ ∞, D p ( x , y )= dk ( x , y ) untuk setiap x , y ∈ X .
k=1

Buktikan bahwa (X , d ∞ ) dan ( X , d p ) masing-masing ruang metrik!


7. Selidiki apakah (X , d ) ruang metrik, jika d ( x , y)= √|x − y| !
8. Misalkan x , y ∈ R didefinisikan d(x,y)=|x 2− y 2| buktikan bahwa (R,d) adalah ruang
pseudometrik!
9. Buktikan Bahwa ruang metric diskrit Rd adalah lengkap!
10. Buktikan bahwa himpunan berhingga S dengan metrik baku maupun metrik diskret
adalah kompak!

BAB III
TOPOLOGI RUANG KARTESIS

Sub Pokok Bahasan


3.1. Kedudukan Titik Terhadap Himpunan di Ruang Metrik
3.2. Himpunan Terbuka dan Tertutup
3.3. Himpunan Kompak

A. MATERI
3.1. Kedudukan Titik Pada Himpunan Dalam Ruang Metrik
Definisi 3.1.1
a) Neighborhood/persekitaran p ∈ X dengan jari-jari r dapat didefinisikan sebagai
himpunan semua titik q ∈ X dengan d ( p ,q ) <r , ditulis N r ( p )= { q∨d ( p , q )< r }.

Contoh 3.1.1
23

Diberikan X suatu ruang metric, dengan X ≠ ∅ dan

{
d ( p ,q )= 1, jika p ≠ q
0 , jika p=q

Maka N 1 ( p )={ p }, dan N 2 ( p )=X


2

b) Titik p ∈ E , E ⊆ X disebut titik limit E jika setiap N r ( p ) memuat q ∈ E dan q ≠ p.


∀ N r ( p ) , N r ( p )− { p } ∩ E ≠ ∅ . Himpunan semua titik limit E ditulis E ' atau Ed (dibaca
E derived), dinotasikan dengan Ed = { p∨p titik limit E }.

Contoh 3.1.2
Diberikan R ruang metrik biasa, dengan metrik d=¿ jarak, E=( 0,1 ¿ ∪ { 2,3 } , maka
himpunan titik limit E=[ 0,1 ].

Contoh 3.1.3
Diberikan R3 ruang metrik biasa E ⊆ R2, dengan E={ ( x , y )∨x=1,−1≤ y <1 }, maka
himpunan semua titik limit E adalah Ed = {( x , y )∨x=1 ,−1 ≤ y<1 }

c) Jika p ∈ E , tapi p bukan titik limit E maka p disebut titik terasing (isolated poin).

Contoh 3.1.4
Pada contoh 7.1.2 diberikan E=( 0,1 ¿ ∪ { 2,3 } , maka { 2,3 } adalah himpunan titik-titik
terasing dari E .

d) Titik p disebut titik interior E jika terdapat N r ( p ) dengan N r ( p ) ⊆ E. Himpunan


semua titik interior E ditulis E0 .
Contoh 3.1.5
Diberikan R ruang metric biasa. E=[0,1], maka E0 =(0,1), R0 =R , dan ∅ 0=∅ .

e) Titik p disebut titik eksterior E jika p titik interior dari Ec .

Contoh 3.1.6
24

Diberikan R ruang metrik biasa, E=[0,1], maka himpunan semua titik eksterior E
adalah (−∞ , 0 ) ∪(1 , ∞).

f) Titik p disebut titik batas (boundary) E jika p bukan titik interior maupun titik
eksterior E .

Contoh 3.1.7
Misalkan E={ 1 ,2 , 3 , 4 }, maka titik-titik 1, 2, 3, 4 adalah titik-titik batas, sebab
bukan interior maupun eksterior. Di samping itu pula juga merupakan titik-titik
terasing sebab 1, 2, 3, 4 adalah anggota E , tapi 1, 2, 3, 4 bukan titik-titik limit E .

3.2. Himpunan Terbuka dan Tertutup


Definisi 3.2.1
Himpunan E ⊆ X dikatakan terbuka jika untuk setiap p ∈ E , terdapat N r ( p ) ,
sehingga N r ( p ) ⊆ E. Dengan kata lain, E terbuka jika setiap titik anggota E adalah titik
interior.

Contoh 3.2.1
( 2,4 ) , ( 3,5 ) ∪ ( 7,8 ) , ∅, dan R adalah himpunan-himpunan terbuka di R .

Definisi 3.2.2
Himpunan F ⊆ X dikatakan tertutup jika setiap titik limit F berada dalam F .
∀ N r ( p ), dengan p ∈ F , berlaku N r ( p )−{ p }∩ F ≠ ∅ .

Contoh 3.2.2
E = {( x , y )∨x=1 ,−1 ≤ y ≤ 1 } pada contoh 7.1.3 adalah tertutup. ∅ , dan R adalah
d

tertutup.

Definisi 3.2.3
Himpunan F ⊆ X dikatakan perfect (sempurna) jika F tertutup dan setia
anggotanya merupakan titik limit.

Contoh 3.2.3
25

[ 0,1 ] ,[2,5 ], dan R adalah himpunan-himpunan yang perfect.


Definisi 3.2.4
Himpunan F dikatakan dense (rapat) di A ⊆ X jika setiap a ∈ A merupakan titik
limit F atau anggota F .

Contoh 3.2.4
(0,1) dense di [0,1]. Demikian pula, Q dense di R .

Definisi 3.2.5
Himpunan F ⊆ X dikatakan tebatas jika terdapat bilangan real M >0, dan q ∈ X
sehingga d ( p ,q ) < M , untuk setiap p ∈ F .

Contoh 3.2.5
(−3,1), ( 0,1 ] , dan [2,5] adalah himpunan-himpunan yang terbatas di R .

Teorema 4.2.1
Setiap neighborhood adalah terbuka
Bukti
Ambil sebarang q ∈ N r ( p), maka dapt dibuat N r ( q), 1

dengan r 1=min { d ( p , q ) . r−d ( p ,q) } maka N r (q)⊂ N r ( p), sebab untuk setiap
1

s ∈ N r (q) berlaku d ( s , p ) ≤ d ( s . q )+ d ( q . p ) <r 1 +d ( p , q ) <r .


1

Teorema 3.2.2
Jika p titik limit E maka setiap N r ( p) memuat tak berhingga banyak angota-
1

angota E .
Bukti
Ambil �〷 titik limit E . Andaikan ada N r ( p) yang memuat tak berhingga
banyak anggota E , misalnya q 1 , q 2 , … , q r pilih r 0 =min {d ( p , q1 ) , d ( p , q 2) , … , d ( p , qr ) }

maka N r ( p) tidak memuat satupun anggota E , kecuali p sendiri. Kontradiksi dengan p


0

titik limit E . Jadi N r ( q) memuat tak berhingga banyak anggota E .


Teorema di atas tidak mengatakan himpunan yang banyak anggotanya tak berhingga
punya titik limit. Contohnya himpunan bilangan bulat tidak punya titik limit.
26

Teorema 3.2.3
Himpunan E terbuka jika dan hanya jika komplemennya tertutup.
Bukti
(⟹) Ambil sebarang x titik limit EC , maka setiap N r ( x) memuat y ∈ EC . Berarti setiap
N r ( x) mempunyai sifat-sifat N r ( x)⊆ E C. Akibatnya x bukan titik interior E . Oleh
karena E terbuka maka x ∉ E . Jadi x ∈ EC , berarti EC tertutup.
(⟸) Ambil sebarang z ∈ E , maka jelas z ∉ EC . Karena EC tertutup maka z bukan titik
limit EC . Berarti terdapat N r ( z) sehingga N r ( z )−{z }∩ E C ≠ ∅ . Karena z ∉ EC maka
berlaku N r ( z ) ∩ E C ≠ ∅, yang berarti N r ( z)⊆ E . Jadi z titik interior dari E , berarti E
terbuka.

Teorema 3.2.4
(i) Untuk setiap koleksi (keluarga) himpunan terbuka {G a }, ¿ a Ga terbuka.
(ii) Untuk setiap keluarga berhingga himpunan terbuka { G1 ,G2 , … , Gn }, ¿ i=1 ¿ n Gi
terbuka.
(iii) Untuk setiap keluarga himpunan tertutup {F a }, ¿ a F a tertutup.
(iv) Untuk setiap keluarga berhingga himpunan tertutup {F 1 , F 2 , … , F n }, ¿ i=1 ¿ n F i
tertutup.

Bukti
(i) Ambil x ∈ ¿ α Ga sebarang, maka x ∈ Ga untuk suatu α 0. Karena Ga himpunan 0

terbuka , maka x merupakan titik interior Ga . Berarti terdapat N r ( x) sehingga


0

N r ( x)⊆G a . Selanjutnya N r ( x)⊆G a ⊆ ¿ α G a . Jadi x merupakan titik interior


0 0

¿ α G a. Hal ini berarti ¿ α G aterbuka.


(ii) Jika x ∈ ¿ i=1 ¿ nG i maka x ∈ Gi untuk setiap i=1,2 , … , n. Karena Gi untuk setiap
i=1,2 , … , n terbuka maka setiap anggota Gi adalah interior. Akibatnya terdapat
N r ( x )⊆Gi untuk setiap i=1,2 , … , n. Ambil r =¿ min { r i } untuk setiap i=1,2 , … , n
1

maka N r ( x)⊆ N r ( x)⊆ G i. Jadi N r ( x)⊆¿ i=1 ¿ n Gi. Karena x sebatang anggota
1

¿ i=1 ¿ n G i dan ada N r ( x)⊆¿ i=1 ¿ n Gi maka x interior. Jadi ¿ i=1 ¿ n Gi terbuka.
27

(iii) Karena F α tertutup, maka menurut teorema 4.2.3, F αC terbuka. Karena F αC


terbuka maka menurut (i) ¿ α F α C terbuka. Dengan menggunakan hokum De
C
Morgan dan teorema 4.2.3, diperoleh ( ¿ α Fα C ) =¿ α F α tertutup.

(iv) Karena F i untuk i=1,2 , … , n tertutup, maka menurut teorema 4.2.3 F iC untuk
i=1,2 , … , n terbuka. Menurut (ii)¿ i=1 ¿ n F iC terbuka. Dengan menggunakan
C
hukum De Morgan dan Teorema 4.2.3, maka ( ¿i=1¿ n F iC ) =¿i=1¿ n F i tertutup.

Teorema 3.2.5 (Bolzano – Weirstrass)


Jika A ⊆ R adalah himpunan tak berhingga dan terbatas maka A memiliki titik
limit.
Bukti
Karena A terbatas, maka perdefinisi terdapa M >0 sehingga untuk setiap
a ∈ A ,|a ≤ M |. Selanjutnya untuk setiap n ∈ N didefinisikan koleksi interval tertutup.

i
[
I 0=[ −M , M ] ; I n= −M + 2 M
( i−1 )
2
n
i
]
,−M +2 M n ,untuk 1 ≤i ≤2n .
2
Koleksi I n untuk 1 ≤i ≤2n mempunyai gabungan [ −M , M ] dan membagi interval
i

menjadi 2n sub interval yang sama panjang. Dari setiap koleksi diambil sub interval J n
dengan sifat J n A tak berhingga. Didefinisikan J 0=I 0 , dan J 1 , J 2 , … , J n sedemikian
sehingga J m ⊆J m−1 ⊆ …⊆ J 0 ; J k A tak berhingga untuk 0 ≤ k <m , dan setiap J k dipilih
dari koleksi I ik dengan 1 ≤i ≤2 k. Berdasarkan asumsi ini, ada bilangan

[
J m = −M +2 M
( s−1 )
2
m
s
,−M + 2 M m
2 ]
Jika I 2m+1
s−1 2 s−1
A tak berhingga, bentuk himpunan J m +1=I m+1 . Jika tidak demikian bentuk
2s
himpunan J m +1=I m+1. Jelas bahwa J m +1 ⊆ J m dan J m +1 A tak berhingga. Terakhir pilih
J m +1 dari I 2m+1
s
. Misalkan a n adalah titik ujung dari kiri J n dan b n titik ujung kanannya,
maka { a n } monoton naik dan { b n } monoton turun. Selanjutnya a n+k ≤ bn untuk setiap k ∈ N
. Jelas { a n } memiliki limit, namakan b . Misalkan diberikan ε > 0 dan pilih n sedemikian
2M
sehingga J n ⊆ [ b−ε ,b +ε ] , sebabb n−a n= n untuk sebarang nilai n . Karena J n A tak
2
berhingga, maka setiap interval yang memuat b memuat titik-titik anggota A . Jadi b
merupakan titik limit A .
28

3.3. Himpunan Kompak


Definisi 3.3.1
Liput terbuka (open cover) himpunan E di ruang metrik X adalah koleksi
himpunan-himpunan terbuka { Gα }α ∈ 1 di X setiap E ⊆ ¿ α Gα .
(Definisi ini menyatakan bahwa untuk setiap x ∈ X terdapat suatu α setiap x ∈ Gα )

Contoh 3.3.1
Diberikan E=(−1,1) di ruang metrik biasa R , koleksi himpunan-himpunan

{G1=(−1,0 ) , G2= ( −12 , 12 ) ,G =( 0,1) }


3 merupakan liput terbuka untuk E , sebab

E ⊆¿ i=1 ¿3 Gi . Demikian pula koleksi himpunan


{( −1 1
,
n n )}
,n ∈ N merupakan liput

terbuka untuk E , sebab E ⊆¿ i=1 ¿ nGi .

Definisi 3.3.2
Himpunan K dikatakan kompak di ruang metrik X jika setiap liput terbuka
untuk K memuat liput terbuka berhingga untuk K .
Ini berarti bahwa K kompak jika dan hanya jika untuk setiap { Gα } liput terbuka
untuk K , terdapat α 1 , α 2 ,… , α n sehingga K ⊆¿ i=1¿ n Gα i .

Contoh 3.3.2
[ 0,1 ] kompak di R , akan tetapi (0,1) tidak kompak di R .

Teorema 3.3.1 (Heine – Borel)


S ⊆ R kompak jika dan hanya jika S tertutup dan terbatas.
Bukti
( ⇐ ) misalkan setiap S tertutup dan terbatas, maka terdapat M >0, sehingga S ⊆ [ −M , M ]
. Berdasarkan hal ini, dapat didefinisikan koleksi I in untuk 1 ≤i ≤2n mempunyai
gabungan [ −M , M ] sebagaimana bukti dalam teorema Bolzano Weirstrass. Misalkan U
adalah liput terbuka untuk S. andaikan tidak ada subkoleksi berhingga dari U yang
menyelimuti S, maka dapat dipilih barisan interval J n , n ∈ N { 0 } sehingga
29

(i) J n dipilih antara I in untuk 1 ≤i ≤2n ,

(ii) J n +1 ⊆J n untuk setiap n ∈ N ,


(iii) Tidak ada sub koleksi berhingga dari U yang menyelimuti J n S , untuk setiap
n∈N
Misalkan a adalah anggota tunggal dari ¿ n ∈ N J n, maka a titik limit S. Karena S
tertutup dan a ∈ S , maka himpunan terbuka A ∈U , sedemikian sehingga a ∈ A . Karena
A terbuka maka terdapat interval (a−c , a+c ), sehingga interval memuat A . Selanjutnya
dapat dipilih n yang cukup besar J n ⊆(a−c , a+c ). Untuk nilai n ini J n sehingga
pengandaian tidak ada sub koleksi berhingga dari U yang menyelimuti S salah. Jadi S
kompak.

( ⇒ ) Pernyataan ini akan dibuktikan dengan kontra positifnya.


Andaikan Stidak tertutup dan terbatas, artinya S tidak tertutup atau tidak terbatas, jika S
tertutup, maka S mempunyai titik limit a yang tidak berada dalam S. Misalkan
himpunan U n yang didefinisikan sebagai
1
U n ={x :¿ atau a+ < x ¿ ,n ∈ N }
n
Misalkan U terdiri dari himpunan-himpunan U n maka U merupakan liput terbuka untuk
S, tetapi tidak ada subkoleksi berhingga yang meliput S. artinya S tidak kompak.
Demikian pula, jika S tidak terbatas maka koleksi interval terbuka (−n , n), n ∈ N . Jelas
bahwa koleksi interval ini menyelimuti S, akan tetapi tidak ada subkoleksi
berhingganya yang menyelimuti S. Jadi S tidak kompak. Berdasarkan hal ini ,
kontrapositifnya telah terbukti.

Teorema 3.3.2
Himpunan F ⊆ C tertutup jika dan hanya jika memuat semua titik batasnya.
Bukti
( ⇒ ) karena F tertutup, maka F C terbuka. Ambil sebarang x titik batas dari F, dan x ∉ F .
Berarti x ∈ FC . Terdapat N r ( x)⊆ F C , berarti x interior F C. Pernyataan ini bertentangan
dengan x titik batas F . Jadi x harus berada di F .
30

( ⇐ ) ambil sebarang x ∈ FC , berarti x bukan titik batas maupun titik interior F .


kesimpulannya x adalah titik eksterior F . dengan kata lain x interior F C. Jadi terdapat
C
N r ( x ) ⊆ F C , berarti F Cterbuka. Karena F Cmaka ( F C ) =F tertutup.

B. LATIHAN SOAL
1. Temukan titik interior, titik eksterior, ikatan, dan titik limit dari persamaan H, jika
kita mengetahui
H = [-1, 0) È (0,2] È {3, 4, 5}.
2. Diberikan Nr(x) Í A, dan A adalah terbuka pada ruang metrik X. Buktikan bahwa
Nr(x) adalah terbuka.
31

3. Buktikan {1, 2, 3, 4, 5} adalah persamaan tertutup.


1
4. Buktikan { n }, n Î N adalah bukan persamaan tertutup.
5. Buktikan bahwa Æ dan R adalah persamaan terbuka dan tertutup.
6. Tunjukkan bahwa terdapat persamaan tidak terbuka dan tidak tertutup.
7. Jika Ao adalah kumpulan dari semua persamaan terbuka yang mengandung A,
buktikan bahwa :
(i) Ao adalah persamaan untuk semua titik interior dari A.
(ii) (A Ç B)o = Ao Ç Bo.
(iii) (A È B)o = Ao È Bo, tidak selalu benar.

8. Biarkan Ē adalah persimpangan dari semua persamaan tertutup yang mengandung

E, Ē disebut sebagai penutupan dari E, buktikan bahwa

(i) E tertutup jika dan hanya jika E = Ē .

E tertutup jika dan hanya jika E = Ē .

(ii) ( E∪F ) = Ē È F̄ .

(iii) ( E∩F ) = Ē Ç F̄ , tidak selalu benar.


9. Buktikan bahwa K kompak maka K adalah tertutup, tapi tidak untuk kebalikannya.
10. Buktikan bahwa jika E adalah sub persamaan dari persamaan kompak dari K,
kemudian E memiliki titik limit pada K.

11. Jika ruang metrik X dan E Í X, buktikan bahwa Ē = EÈEd adalah tertutup.
12. Jika ruang metrik X dan E Í X, buktikan bahwa Eo adalah terbuka.
13. Tunjukkan dengan bukti [– 1, 1 ] kompak pada R.
14. Dengan menggunakan konsep persamaan kompak dan tertutup, buktikan bahwa jika
K kompak, B Í K dan B tertutup, maka B kompak.

BAB IV
BARISAN DAN DERET BILANGAN REAL
Sub Pokok Bahasan
4.1. Barisan dan limit
4.2. Kekonvergnan, Keterbatasan dan Operasi pada barisan konvergen
32

4.3. Kemonotenan
4.4. Barisan Cauchy
4.5. Limit Superior dan Inferior
4.6. Kekonvergenan deret dan deret non negatife
4.7. Deret berganti tanda, Kekonvergenan mutlak dan bersyarat
Jumlah Pertemuan : 4x pertemuan
Tujuan Umum Sajian :
Agar mahasiswa dapat memahami konsep-konsep konsep-konsep tentang
barisan dan deret.
Tujuan Khusus Sajian
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menunjukkan dengan bukti bahwa suatu barisan konvergen.
2. Menunjukkan dengan bukti bahwa suatu barisan monoton dan terbatas pada
suatu interval.
3. Menunjukkan dengan bukti bahwa suatu barisan adalah Cauchy atau bukan.
4. Mencari limit Superior atau Inferior suatu barisan bilangan Real.
5. Membuktikan bahwa suatu deret denga elemen non negatif.
6. Membuktikan deret dengan Kekonvergenan mutlak apabila suku-sukunya
ditukar tempat kedudukannya tidak akan mengubah kekonvergenannya
maupun jumlahnya.

A. MATERI
4.1. Barisan dan Batas-batasnya
Defisi 4.1.1
Barisan bilangan real merupakan fungsi pada himpunan bilangan asli N yang
mempnyai ring pada bilangan rill R.
Catatan : Harus dibedakan antara barisan dan himpunan. Meskipun mempunyai notasi
yang sama, tetapi pada himpunan, angotanya tidak selalu terurut dan apabila
terdapat dua elemen yang sama atau lebih, hanya ditulis satu saja, sedangkan
pada barisan, harus terurut.

Contoh 4.1.1
(1) −1 ,1 ,−1, 1 ,−1 , … barisan {(−1 )n }
(2) {−1 , 1} himpunan.
33

Definisi 4.1.2
Jika { X n } dan {Y n } merupakan barisan bilangan real, maka
(a) Penjumlahan pada barisan : { X n } +{Y n }={ X n+ Y n }
(b) Pengurangan pada barisan : { X n }−{Y n }={ X n – Y n }
(c) Perkalian pada barisan : { X n }{Y n }={ X n . Y n }
(d) Jika c ∈ R , maka c {X n }={c X n }

(e) Pembagian pada barisan :


{X n } X n
=
{Y n } Y n{ } ;
Yn≠0,∀n∈N

Contoh :
Misalkan { X n }=3 , 6 , 9 , … , 3 n ,…

1 1 1
{Y n }=1 , 2 , 3 , … , n , …Maka :
13 26 (3 n 2+1)
{ X n }+ {Y n }=4 , 2 , 3 , … , n , …

11 26 3 n2−1
{ X n }− {Y n }=4 , 2 , 3 ,… , n , … { Xn } { Yn }=3 , 3 ,3 , 3 , … , 3 , …2 { X n }=6 , 1
{ Xn}
=3 , 12 ,27 , … ,3 n2 , …
{Y n }

Definisi 4.1.3
Misalkan { X n } merupakan barisan bilangan real. Bilangan
real p merupakan limit dari { X n } jika e ∀>0 , ∃ bilangan asli N 0
yang bergantung pada e, sehingga ∀ n ≥ N 0 maka X n ∈ Nε ( p).
Jika barisan mempunyai limit, kita atakan bahwa barisan
konvergen dan jika tidak mempunyai limit, kita katakan bahwa
barisan divergen. Jika { X n } mempunyai limit p ∈ R , maka ditulis
lim {X n }= p atau X n= p.
Teorema 4.1.1 ( Ketunggalan Limit )
Barisan bilangan real memiliki paling banyak saru limit.
Bukti :
34

Andaikan tidak demikian, maka terdapat p dan q limit dari


{ X n } dengan p ≠ q. Untuk e ∀>0 , dapat dipilih sekitar Nε (p) dan
Nε (q) sehingga Nε (p) ∩ Nε (q)=∅ . Berdasarkan definisi limit,
terdapat bilangan asli N 1, sehingga untuk setiap ³n N 1 maka
X n ∈ Nε ( p). Demikian juga terdapat bilangan asli N 2 , sehingga
untuk setiap ³n N 2 maka X n ∈ Nε (q) .
Pilih N 0= Maks{N 1 , N 2 }
Akibatnya untuk ∀ n ≥ N 0, maka X n ∈ Nε ( p)∩ Nε (q )
artinya Nε ( p)∩ Nε (q) ≠ ∅ (kontradiksi)
Jadi haruslah p=q.

Teorema 4.1.2
Misalkan { X n } barisan bilangan real dan p ∈ R , maka

pernyataan berikut ekuivalen (PBE)


(1) { X n } konvergen ke p
(2) Untuk setiap Nε ( p) terdapat bilangan asli N 0 sehingga apabila n ≥ N 0 maka
X n ∈ Nε ( p)
(3) e ∀>0 , ∃ bilangan asli N 0 sehingga untuk n ≥ N 0 maka p−ε < X n< p+ ε
(4) Untuk setiap e¿ 0 , terdapat bilangan asli N 0 sehingga jika n ≥ N 0 maka | X n− p|< ε

Bukti :
Untuk membuktikannya, akan ditunjukkan bahwa :
(1) → (2) → (3) → (4)
(1) → (2)
{ X n } konvergen ke p berarti limit barisan X n adalah p. Dengan menggunakan definisi
dan teorema ketunggalan limit, maka e ∀>0 dapat dibuat Nε (p) , terdapat bilangan asli
N 0 sehingga apabila n ≥ N 0 maka X n ∈ Nε ( p).
(2) → (3)
Jika n ≥ N 0 maka X n ∈ Nε ( p) artinya p−ε < X n< p+ ε
(3) → (4)
Jika p−ε < X n< p+ ε maka | X n− p|< ε
(4) → (1)
35

Ambil e¿ 0sebarang maka dapat dibuat Nε (p) sehingga | X n− p|< ε . Untuk setiap n ≥ N 0
artinya p−ε < X n< p+ ε , ∀ n ≥ N 0. Akibatnya X n ε ( p−ε , p+ ε )=Nε ( p). Ini menunjukkan
bahwa { X n } konvergen ke p.

4.2 Kekonvergenan, Keterbatasan, dan Operasi pada Barisan konvergen


Definisi 4.2.1
Barisan bilangan real { X n } dikatakan terbatas jika terdapat bilangan real M >0
sehingga | X n|< M , ∀ n ∈ N .
Teorema 4.2.1
Barisan bilangan real konergen adalah terbatas.
Bukti :
Misalkan lim ⁡{ X n } = p dan ambil ε =1, karena { X n } konvergen, maka terdapt
N 0 ∈ N sehingga untuk setiap n ≥ N 0 maka | X n− p|<1. Berakibat | X n|<| p|+1. Pilih
{|X 1|, |X 1|,… ,|X N −1|,|p|+1 }
M = 0
¿, maka untuk setiap n ∈ N berlaku | X n|≤ M . Ini berarti { X n }
terbatas.

Teorema 4.2.2
Misalkan { X n } dan {Y n } barisan bilangan real berturut-turut konvergen ke x dan
y . Dan c ∈ R , maka { X n }+{Y n }, { X n }−{Y n }, { X n }{Y n }, dan c {X n } berturut-turut
konvergen ke x + y , x – y , xy , dan cx . Selanjutnya, jika {Z n } barisan bilangan real tak
{X n } x
z≠0
nol yang konvergen ke maka barisan {Z n } konvergen ke z .
Bukti:
(i) Untuk n ≥ N 1 pilih N 1 ∈ N sehingga | X n−x|<ε /2
Untuk n ≥ N 2 pilih N 2 ∈ N sehingga |Y n −x|< ε /2
N 0=maks {N 1 , N 2 } maka untuk n ≥ N 0 berlaku | X n−x|<ε /2 dan |Y n −x|< ε /2.

Akibatnya untuk n ≥ N 0 maka berlaku:

|( X n +Y n )−(x+ y)|=|( X n−x ) +(Y n− y )|


≤|X n −x|+|Y n− y|
ε ε
¿ + =ε
2 2
Karena ε > 0 sebarang maka barisan { X n +Y n }={X n }+ {Y n } konvergen ke x + y .
36

(ii) Berdasarkan bukti (i) untuk membuktikan { X n }−{Y n } konvergen ke x− y bukti


analog; perbedaannya:
|( X n +Y n )−(x+ y)|=|( X n−x ) +(Y n− y )|
≤|X n −x|+|Y n− y|
ε ε
¿ + =ε
2 2
Karena ε > 0 sebarang maka barisan { X n−Y n }={ X n }−{Y n } konvergen ke x− y .
(iii) Selanjutnya akan dibuktikan bahwa:
Limit XY = limit (XnYn) = xy
Analisis :
| X n Y n −xy|=¿
≤|X n (Y n− y )|+| y ( X n−x)|
¿|X n||Y n− y|+| y|| X n−x|

Karena X n konvergen ke x maka menurut teorema sebelumnya terdapat M ∈ R

sehingga
|X n≤M| untuk semua n ∈ N .
Pilih k =maks { M ,| y|} maka diperoleh
| X n Y n −xy|≤ k |Y n− y|+k | X n−x|
¿ k (|Y n− y|+| X n−x|)

Ambil sebarang ε > 0


Pilih M 1 ∈ N sehingga | X n−x|<ε /2 k , untuk n ≥ M 1
Pilih M 2 ∈ N sehingga|Y n −x|< ε /2 k , untuk n ≥ M 2
Pilih M 0=maks { M 1 , M 2 } maka untuk n ≥ M 0 berlaku |X n−x|<ε /2 k dan
|Y n −x|< ε /2 k .
Pilih S=maks { M 0 , M } maka n ≥ S berlaku
| X n Y n −xy|≤ k |Y n− y|+k | X n−x|
¿k ( 2ε + 2ε )=ε
Karena ε > 0 sebarang, maka berisan { X n Y n }={ X n }{Y n } konvergen ke xy .
(iv)Untuk menunjukkan c {X n } konvergen ke cx , definisikan barisan
{C n }=c , c , c , … , c ,… maka {C n } konvergen ke c .
Berdasarkan bukti sebelumnya, {C n X n }={c X n } konvergen ke cx .
(v) Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa limit { X n /Y n }=x / y .
37

Kita ketahui bahwa barisan {Z n } konvergen ke z ≠ 0 .


1
Sebut α = |z|>0
2
Pilih H 1 ∈ N sehingga apabila n ≥ H 1 maka |Z n−z|<α
Kita peroleh untuk n ≥ H 1 maka
−α <−|Z n−z|≤|Z n|−|z|
1
|z|=| z|−α ≤|Z n|
2
Akibatnya,
1 2

|Z n| z
Selanjutnya,

| || || |
1 1
− =
Zn z
z−Zn
Zn z
=
1
Zn z
|z−Zn|
2
≤ |z−Z n|
z2
ambil ε > 0 sebarang
2
εz
Pilih H 2 ∈ N sehingga apabila n ≥ H 2 maka |Z n−z|<
2
Pilih H 0=maks { H 1 , H 2 } maka untuk n ≥ H 0 diperoleh

| |
1 1 2
− ≤ |z −Z n|< ε
Z n z z2

Karena ε>0 sebarang, maka


{ }
1
Zn
konvergen ke
1
z, akibatnya

{X n }{
1
Zn
X
}= n
Zn{ } 1 x
x. =
konvergen ke z z

Teorema 4.2.3
Misalkan { X n } barisan bilangan real konvergen ke x , jika X n ≥ 0 untuk setiap
n ∈ N maka x ≥ 0 .
Bukti :
Andaikan x <0, maka ε =−x >0. Karena { X n } konvergen ke x maka terdapat
N 0 ∈ N , artinya ee x−¿ xn< x +¿. Ini bertentangan dengan X n ≥ 0, untuk setiap n ∈ N .Jadi
haruslah x ≥ 0 .
38

Teorema 4.2.4
Misalkan { X n } dan {Y n } berturut-turut konvergen ke X dan Y . Jika X n ≤ Y n
untuk setiap n ∈ N maka X ≤ Y .

Bukti :
Misalkan {Z n }={Y n− X n } , karena X n ≤ Y n, maka Y n− X n ≥0 , untuk n ∈ N .
Selanjutnya, karena { X n } dan {Y n } konvergen, maka menurut teorema sebelumnya
{Z n }={Y n− X n } juga konvergen ke Y – X . Karena Y n− X n ≥0 untuk setiap n ∈ N maka

menurut teorema Y – X ≥ 0. Jadi £ X Y .

Teorema 4.2.5
Misalkan { X n } barisan konvergen ke x dan jika a ≤ X n ≤ b, untuk setiap n ∈ N ,
maka a ≤ X ≤ b.
Bukti :
Definisikan { a n }=a , a , … a , … dan { b n }=b ,b ,b , … , b , … maka a n ≤ X n ≤ bn untuk
setiap n ∈ N .
lim {a n }=a , lim {bn }=b , menurut teorema a ≤ X dan x ≤ b , jadi a ≤ X ≤ b.
Teorema 4.2.6 (Teorema Apit)
Misalkan { X n } , {Y n } dan {Z n } barisan bilangan real sehingga X n ≤ Y n ≤ Z n, untuk
setiap n∈N, dan lim {X n }=lim {Z n }, jadi {Y n } konvergen dan
lim {X n }=lim {Y n }=lim {Z n }.
Bukti :
Ambil ε > 0 sebarang. Misalkan t=lim { X n } =lim { Z n }. Karena { X n } dan { Z n }
konvergen ke t maka terdapat N 0 ∈ N sehingga untuk n ≥ N 0 berlaku | X n−t|<|Z n−t|<ε .
Akibatnya,
X n<Y n< Z n atau
X n−t<Y n−t< Z n−t , sehingga

|Y n −t|≤{|
X n−t|, |Z n−t |}
<ε untuk n ≥ N 0.

Karena ε > 0 sebarang, maka { Y n } konvergen ke t . Jadi lim { X n } =lim {Y n }=lim { Z n } =t .


39

4.3 Kemonotonan
Definisi 4.3.1
Misalkan {Xn} barisan bilangan real, kita katakan bahwa {X n} tak turun
(monoton naik), jika memenuhi ketaksamaan
X 1 ≤ X 2 ≤ . . .≤ X n ≤ X n +1 ≤. . .Kita katakan bahwa {Xn} tak naik (monoton turun),
jika memenuhi ketaksamaan X 1 ≥ X 2 ≥ . . .≥ X n ≥ X n +1 ≥. . .
Jika barisan { Xn} tak naik dan tak turun disebut monoton.

Teorema 4.3.1
Barisan bilangan real monoton konvergen jika dan hanya jika terbatas,
selanjutnya
(a) Jika { Xn} barisan tak turun terbatas,
maka lim { Xn} = Sup { Xn}
(b) If {Yn } is a decrease bounded squence,
Then lim { Yn} = Inf { Yn}
Bukti :
( ⇒ ) cukup jelas, telah dibuktikan pada teorema sebelumnya.
( ⇐ ) misalkan { Xn} terbatas
(a) { Xn} tak turun, jadi terdapat M ∈ R sehingga | Xn |≤M untuk setiap n ∈ N, menurut
teoreman suprimum maka { Xn} mempunyai suprimum
Misalkan x = sup{ X1, X2, . . . ,Xn}.
Akan ditunjukkan bahwa lim { Xn } = x
Ambil ε<0 sebarang. Maka x- ε bukan batas atas dari { X 1, X2, . . . ,Xn}, artinya
terdapat KЄN sehingga x- ε < Xk tetapi { Xn} tak turun, maka diperoleh
x- ε < xk< xn< x untuk setiap n ≥ K, sehingga
| xn-x | < ε, untuk setiap n ≥ K
Karena ε<0 sebarang x = lim { Xn}
(b) Misalkan {Yn} tak naik dan terbatas
Definisikan { Xn} = { -Yn}. Telah ditunjukkan bahwa lim { Xn} = Sup
{ Y1,Y2, . .Yn }. Menurut teorema sebelumnya maka diperoleh lim { X n} = -lim
{ Yn},
40

tetapi sup { -Yn} = Inf { Yn}, akibatnya :


lim { Yn} = -lim { Xn}= Inf { Yn}

Contoh 4.3.1
1 1 1 1
x n=1+ + +. .. .+ x n+1 =x n +
Misalkan 2 3 n untuk setiap n ∈ N. Karena n > xn
maka { Xn} barisan tak turun. Akan ditunjukkan bahwa { Xn} divergen.
Konstruksi :

( ) (
1 1 1 1 1 1 1
5 6 7 8 ) 1
2 +1
1
x 2n =1+ + + +. + + + +.. .+ n−1 +.. .+ n
2 3 4 2

1++ + ( + ) +( + + + )+. ..
1 1 1 1 1 1 1
> 2 4 4 8 8 8 8
1 1 1 1 1
1+ + + + +. . .=1+ n
= 2 2 2 2 2
Karena ruas kanan tak terbatas, maka {Xn} tak terbatas, akibatnya {Xn} divergen.

Definisi 4.3.2
Misalkan {xn} barisan bilangan real dan r 1 <r 2 <…< r n <… barisan naik bilangan
asli, maka barisan di R yang diberikan oleh x r1, xr2, xr3, …, xrn, … disebut sub barisan
dari {xn}.

Teorema 4.3.2
Jika {xn} konvergen ke x, maka sebarang sub barisan dari {xn} konvergen ke x.
Bukti :
Ambil ε >0 sebarang, pilih N0 ∈ N sehingga apabila n ¿ N0 berlaku |xn – x|< ε .
Karena r 1 <r 2 <…< r n barisan naik maka rn ¿ n, oleh karena itu jika n ¿ N0 maka rn ¿ n ¿
N0 dan berlaku |xrn – x| < ε . Ini menunjukkan bahwa {xn} konvergen ke x.

Teorema 4.3.3 (Bolzano-Weierstrass)


Jika {xn} suatu barisan di R maka {xn} mempunyai sub barisan yang konvergen.
Bukti:
41

Menurut teorema sub barisan monoton, jika {xn} terbatas, maka mempunyai sub
barisan (xrn} yang monoton, akibatnya sub barisan {xrn} juga monoton. Menurut
teorema sebelumnya maka sub barisan {xrn} konvergen juga.

Teorema 4.3.4 (Kriteria Divergen)


Misalkan {xn} barisan bilangan real, maka pernyataan berikut ekiuvalen:
(i) Barisan {xn} tidak konvergen ke x ∈ R.
(ii) Terdapat ε 0>0 sehingga untuk sebarang k ∈ N, terdapat rk ∈ N dengan rk ¿ k
sehingga |xrk – x| ¿ ε 0.
(iii) Terdapat ε 0>0 dan sub barisan {xrk} dari {xn} sehingga |xrn – x| ¿ ε 0; sehingga n
∈ N.

Bukti:
(i) → (ii)
Jika {xn} tidak konvergen ke x, maka terdapat ε 0>0 sehingga tak dapat ditemukan
bilangan asli N0 sehingga |xn – x|< ε 0, apabila n ¿ N0.
Ini berarti bahwa untuk setiap N ∈ N terdapat bilangan asli rk ¿ N, sehingga |xrk – x| ¿ ε 0.
(ii) → (iii)
Misalkan ε 0 dipenuhi kondisi (ii) dan r1 ∈ N sehingga r1 ¿ 1 dan |xr1 – x| ¿ ε 0, r2 ∈ N
dipilih sehingga r2 ¿ r1+1 dan |xr2 – x| ¿ ε 0. Selanjutnya r3 dipilih sehingga r3 ¿ r2+1 dan |
xr3 – x| ¿ ε 0.
Proses ini diteruskan sehingga diperoleh sub barisan {xrn} dari {xn} sehingga |xr2 – x| ¿
ε 0 .
(iii) → (i)
Misalkan {xn} mempunyai sub barisan {xrn} yang memenuhi (iii), maka {xn} tidak
mungkin konvergen ke x, sebab jika x konvergen ke x, maka menurut teorema
sebelumnya {xnr} juga harus konvergen ke x. Tetapi ini tidak mungkin sebab tidak
satupun dari {xnr} yang merupakan anggota dari N ε 0(x).

4.4 Barisan Cauchy


Definisi:
42

Barisan bilangan real {xn} dinamakan barisa Cauchy jika untuk setiap e> 0,
terdapat bilangan asli NO sehingga untuk semua bilangan asli m.n Î N dengan m.n ³ NO
dipenuhi êxn- xmï<e.

Teorema 4.4.1.
Jika {xn}barisan bilangan real yang konvergen, maka {xn} adalah barisan Cauchy.

Bukti :
Ambil e> 0 sebarang. Misalkan {xn} konvergen ke x, maka dapat dipilih NOÎN
ε
sehingga apabila n ³ NO maka êxn- x ê< 2 . Apabila dipilih m, n > NO maka berlaku:
êxn - xm ê ¿ êx m - x + x – xnê
¿ êx m - x + x – xnê

ε ε
+ =ε
<2 2
Karena ε > 0 sebarang, maka {xn} barisan Cauchy.

Teorema 4.4.2.
Barisan Cauchy dari bilangan real adalah terbatas.
Bukti :
Misalkan {xn} barisan Cauchy ; ambil e = 1, dan pilih NO ÎN sehingga n > NO
sehingga êXNo – Xn ê< 1, untuk n ³ No. Akibatnya êXn ê<êXnoê + 1 apabila n > N o. Pilih
M = maks {ïX1ê, êX2ê,…., ê XNo – 1 ê, êXNO - 1ê+ 1 maka untuk setiap nÎN berlaku êXnê£
M. Jadi {Xn} terbatas.

Teorema 4.4.3. (Kriterian Cauchy)


Barisan bilangan real konvergen jika dan hanya jika barisan Cauchy.
Bukti:
(®) Telah dibuktikan pada teorema sebelumnya.
(®) Misalkan {Xn} barisan Cauchy
Akan ditunjukkan {Xn} konvergen.
Ambil ε > 0. Karena {Xn} barisan Caucy maka terdapat m, n ³ NO sehingga berlaku
43

ε
½Xm-Xnê< 2
Menurut teorema Bolzang-walerstrass maka {Xn} memuat sub barisan {Xnr}
konvergen,
ε
artinya terdapat N1³ NO sehingga untuk nk ³N1 berlaku çXN1 - xç< 2 , sehingga
untuk semua n³ N1 berlaku :
çXn - ç = ç Xn – XN1 + XN1 – x ç
£ç Xn – XN1ç + ç XN1 - xç
karena e> 0 sebarang, maka lim {Xn} = x
Jadi {Xn} konvergen ke x

Contoh 4.4.1
1
(i) Barisan{ n } adalah barisan Cauchy.
1
(ii) Misalkan {Xn} suatu barisan dengan X1 = 1, X2 = 2 dan Xn = 2 (Xn-2 + Xn-1) dengan
n > 2, adalah barisan cauchy
Bukti:
(i) Ambil e> 0 sebarang,
2
Pilih N0 ÎN sehingga untuk setiap m, n ³ NO > ε berlaku
1 1 1 1
− +
ç m n ç£ m n
1 1 ε ε
+ + =ε
N
£ O
N O < 2 2

1
Krena e > 0 sebarang, maka barisan { n } barisan Cauchy.
(ii) Akan ditunjukkan bahwa :
1
n−1
Untuk semua NeN maka ½Xn – Xn+1ç = 2
Ambil n = 1
1
0
çX1 – X2 ç = ç1-2ç = 1 = 2 .... benar
44

1
k
untuk n = k maka çXk – Xk-1 ç = 2 −1 dianggap benar.
1
k
Akan ditunjukkan bahwa çXk1 – Xk-2 ç= 2
Padahal :
1
çXk1 – Xk-2 ç= çXk=1 2 (Xk + Xk+1)ç
1
= çXk=1 2 Xk + Xk+1ç
1
= ç 2 Xk+1 + Xkç
1
= 2 çXk - Xk+1ç
1 1 1
k−1 k
= 2 (2 )= 2
Misalkan m > n
çXn – Xm ç£ çXn - X n+1ç + çX n+1 – Xnç + .... + çX m-1 – Xmç
1 1 1
n−1
+ n
+ .. .+ m−2
= 2 2 2
1 1 1 1
+ +. ..+ m−2
(1+ 2 4
n−1
= 2 2 )
1
n−2
<2
Ambil sebarang e > 0,
1 ε
Pilih N0ÎN sehingga ( 2 )N0 < 8 , maka untuk m,n > N0 berlaku :
1 1 ε ε
N 0 −2
çX N0 – Xm ç< 2 = 4 ( 2 ) N0< 4 . 8 = 2
ε
dan çXN0– Xn ç< 2 , sehingga
çXn – Xm ç<çXN0– Xm ç+çXN0– Xn ç
ε ε
<2 + 2 =e
Jadi { Xn} barisan Cauchy.
45

4.5 Limit Superior dan Limit Inferior


Definisi :
Misalkan barisan { Sn } . Bilangan a dalam sistem bilangan real diperluas (R*)

, dinamakan limit superior barisan { Sn } yang dinyatakan dengan lim sup { Sn } adalah:

a=lim S n=inf ¿ S n
k ≥1 k ≥1

{ Sn } bϵR
Dan limit superior barisan real adalah
dengan :
b=lim S n=¿ k ≥ 1inf S n
k≥ 1

Untuk memudahkan dalam penyelidikan digunakan notasi :


¿ { Sn }
X k= n ≥ k S n = ¿
Y k =Inf S n
n≥ k

Contoh 4.5.1
(1) Misalkan { Sn } suatu barisan bilangan real dengan
n
Sn= (−1 )
{ Sk , Sk+ 1 ,… }
Xn = ¿1
Y n=Inf { S k , Sk +1 ,… }=−1
lim ¿ S n=inf X k =1 ¿
k ≥1
¿
lim ¿ S n= k ≥ 1Y k =−1 ¿

(2) Misalkan Sn= (−n ) dari suatu barisan { Sn } , maka :


3

X k =¿ n ≥ k (−n )3=+ ∞
3
Y k =Inf (−n ) =−∞
n≥ k

lim ¿ S n=lim nS ¿ inf X k =+∞ ¿


k ≥1
46
¿
lim ¿ S n=lim inf S n= k ≥ 1Y k =−∞ ¿

Teorema 4.5.1

Jika { Sn } suatu barisan real, maka :


lim inf S n ≤ lim ¿ S n
Bukti :
Untuk sebarang k jelas bahwa;
¿
Inf S n=Y k ≤ X k = n ≥ k S n
n ≥k

Untuk sebarang bilangan bulat positif p dan q berlaku, mengingat { X k } , {Y k } monoton

naik
Y p ≤Y p +1 ≤ X p +q ≤ X p
2

Jadi untuk setiap p ∈ N dan setiap q ∈ N berlaku Y p ≤ X p. Untuk setiap n ∈ N , Y n

merupakan batas bawah dari himpunan { X k ∨k ∈ N } . Jadi


( ∀ n ∈ N ) (Y n <inf X k =lim ¿ S n)
k≥ 1

¿ S
Dengan demikian : lim inf S n=¿ k ≥1 Y k ≤inf
k≥ 1
X k =lim n ¿ ¿

Teorema 4.5.2
Jika { Sn } suatu barisan bilangan real maka:
(a) lim Sup Sn <−∞ jika dan hanya jika { Sn } terbatas ke atas
(b) lim inf Sn <−∞ jika dan hanya jika { Sn } terbatas ke bawah
Bukti :
(a) Jika terbatas ke atas berarti Sup { Sn ∨n>1 } adalah berhingga. Karena { X n } monoton

turun, maka limit Sup Sn = Inf x 1 ,x 2 , . . ., ¿ x 1 <+ ¿ , sebaliknya. Jika lim Sup Sn<
+ ¿ , maka dapat dipilih k sehingga X n=¿ n ≥ k n S n berhingga,
Pilih M ¿ maks { S1 , S 2 , S 3 , … , S k−1 , X k } , maka Sn ≤ M untuk smua n ∈ N. Jadi barisan
{ Sn } terbaras ke atas.
(b) Untu membuktikannya digunakan cara yang sama dengan (1) di atas. Bukti cukup
jelas, sebagai latihan bagi pembaca.

Teorema 4.5.3 (Limit Superior)


Diberikan barisan { Sn } dan a ∈ R
47

1. Jika a < lim Sup Sn , maka a< S n untuk tak berhingga banyak indeks n .
2. Jika a< S n untuk tak berhingga banyak indeks n , maka a < lim Sup Sn.
3. Jika a > lim Sup Sn , maka a> S n untuk semua kecuali berhingga banyak indeks n .
4. Jika a> S n untuk semua kecuali berhingga banyak indeks n , maka a > lim Sup Sn .
Bukti :

(1) Ambil a< lim n ¿inf S n. Jadi a< X k =inf S n untuk semua k ∈ N . Karena k ∈ N
S
k ≥1 k ≥1

sebarang, dapat dipilih n ≥ K sehingga a ≤ S n. Karena N himpunan tak berhingga


maka a ≤ S n berlaku untuk tak berhingga banyak indeks n .
(2) Diberikan a< S n, untuk tak berhingga banyak indeks n . Jelas bahwa untuk setiap
bilangan asli k berlaku X k ≥ a. Sebab himpunan { Sk , S k+ 1 , … } pasti memuat suatu
anggota yang lebih dari atau sama dengan a . Jadi X k ={ Sk , S k+1 , … } ≥ a. Karena
X k ≥ a, untuk semua k , maka lim nS ¿ inf { X 1 , X 2 , … } > a

(3) Diberikan a > lim Sup Sn.

Jadi a> inf


k ≥1
X n. Maka dapat dicari p sehingga X p < a.

{ S p , Sp +1 , … }
Xp = ¿ a, jadi Sn <a . Terbukti bahwa kecuali mungkin S1 , S 2 , … , S p−1 suku-
suku Sn <a , yakni a> S n untuk semua n kecuali berhingga banyak indeks n .
(4) Diketahui a> S n untuk semua kecuali berhingga banyak indeks n . Artinya terdapat
suatu bilangan asli p sehingga n ≥ S untuk semua n ≥ p . Dengan demikian maka
X k ≤ a untuk semua k ≥ p . Jadi lim ¿ S n=inf
k ≥1
X k ≤ a.

Teorema 4.5.4 (Teorema Limit Inferior)


Misalkan { Sn } dan a ∈ R ¿
(1) Jika a > lim inf Sn , maka a> S n untuk tak berhingga banyak indeks n .
(2) Jika a ≥ S n , untuk tak berhingga banyak indeks n , maka a ≥ lim inf Sn .
(3) Jika a ≤ S n , maka a ≤ S n untuk semua kecuali berhingga banyak indeks n .
(4) Jika a ≤ S n , untuk semua kecuali berhingga banyak indeks n , maka a ≤ lim inf Sn.
Bukti : analog dengan bukti untuk teorema limit Superior.

Teorema 4.5.5
Syarat perlu dan cukup agar barisan real { Sn } konvergen adalah
lim inf S n=lim S ¿ dan berhingga. Jika demikian maka lim S n=lim inf S n=lim S ¿.
n n
48

Bukti :
Misalkan lim inf S n=lim S ¿ a . Akan ditunjukkan bahwa lim S n=a . Ambil ε > 0
n

sebarang. Karena a−ε < a=lim inf Sn , maka menurut teorema limit interior diperoleh
a−ε < S n , untuk semua n kecuali berhingga banyak indeks n .

Jadi ( ∃ p1 ∈ N ) ( ∀ n ≥ p 1 ) (a−ε < S n). Demikian juga karena a+ ε >a=lim S ¿ maka


n

( ∃ p2 ∈ N ) ( ∀ n ≥ p 2 ) (S n <a+ ε )
Ambil p=( p1 , p2 ), maka untuk setiap n ≥ p sedemikian sehingga berlaku :
a−ε < S n< a+ ε , yang artinya |Sn −a|< ε

4.6 Kekonvergenan Deret dan Deret Non Negatif


Pada materi pengantar barisan dan deret, telah banyak diuraikan tentang
teorema-teorema barisan dan deret, termasuk kekonvergenan. Secara umum teorema-
teorema itu berlaku untuk deret bilangan real. Berikut ini akan dibahas beberapa
teorema yang terkait dengan kekonvergenan dan deret non negatif. Untuk beberapa
teorema yang telah dibuktikan dalam materi pengantar, di sini tidak akan dibuktikan
lagi, cukup dibicarakan teoremanya saja.

Teorema 4.6.1

∑ an konvergen jika dan hanya jika, untuk setiap ε > 0 terdapat suatu bilangan
n=0

|∑ |

N 0 sedemikian sehingga ak ≤ ε , apabilam ≥n ≥ N 0
k=n

Bukti :

Misalkan ∑ an konvergen ke S. Menurut teorema criteria Cauchy maka ∀ ε >0
n=0

terdapat suatu n ∈ N sehingga apabila n ≥ N 0 berlaku :

|∑ |
n
ε
ak −S ≤
k=1 2

Demikian pula untuk m ≥ N 0 berlaku

|∑ |
m
ε
ak −S ≤
k=1 2

Apabila m ≥n ≥ N 0 maka berlaku :


¿
Catatan : untuk m=n akan diperleh |an|≤ ε , apabila n ≥ N 0.
49

Teorema 4.6.2
∞ ∞
a) Jika |an|≤c n untuk n ≥ N 0, dan jika ∑ c n konvergen, maka ∑ an konvergen.
n=0 n=0

∞ ∞
b) Jika a n ≥ d n ≥0 , untuk n ≥ N 0 dan jika ∑ d n konvergen, maka ∑ an konvergen.
n=0 n=0

Bukti :

(a) Ambil sebarang ε ≥ 0, terdapat n ≥ N 0 sehingga untuk m ≥n ≥ N 1 berakibat ∑ ck ≤ ε,
k =1

dengan kriteria Cauchy diperoleh :

(b) Bukti : analog (bandingkan dengan bukti pada materi pengantar barisan dan deret)

Teorema 4.6.3

1
Jika 0 ≤ x ≤ 1 maka ∑ x n =
n=0 1−x
Jika x ≥ 1 deret ini divergen.
Bukti :
Jika x ≠ 1, diperoleh

1−x n+1
Sn=∑ x k =
k=0 1−x
Untuk n → ∞ dan ambil x=1, diperoleh :
1+1+1+… jadi divergen
(Deret ini termasuk deret dengan elemen non negatif)

Teorema 4.6.4

Misalkan a 1 ≥ a1 ≥ a1 ≥ … ≥ 0, maka deret ∑ an konvergen jika dan hanya jika
n=0

deret

∑ 2k a2 =a1 +2 a2 + 4 a 4 +8 a8 + …
k

k=0

Konvergen

Bukti :
Sn=a1 +a2 +…+ an
50
k
t k =a 1+2 a 2+ …+2 a2 k

Untuk n<2 k ; maka


Sn ≤ a1 + ( a2 + a3 ) +…+(a2 +…+ a2 k k+ 1
−1
)
k
≤ a1 +2 a2 +…+2 a 2 =t k k

Sehingga Sn ≤t k
Untuk n ≥ 2k ; maka
Sn ≤ a1 + ( a2 + a3 ) +…+(a2 k−1
+1
+…+ a2 ) k

1 k 1
≤ a1 +a2 +2 a 4+ …+2 a2 = t k k
2 2
Sehingga 2 S n ≤ t k
Dengan teorema barisan keonvergenan maka { Sn } , { t n }keduanya terbatas atau
keduanya tidak terbatas. Ini menunjukkan bahwa teorema di atas terbukti.

Teorema 4.6.5 ( Uji Akar)


Diberikan deret positif (elemen non negatif)

∑ cn

n=1 dan a = lim sup √c


n
n maka :

∑ cn

(a) Jika a<1, deret n=1 konvergen

∑ cn

(b) Jika a>1, deret n=1 divergen


(c) Jika a=1, uji akar tidak memberikan keputusan.
Bukti :

∑ an ∑ cn
∞ ∞

Tulis n=1 dengan n=1

(a) Jika a< 1, maka terdapat b sehingga a< b<1. Menurut teorema superior, karena b >

lim sup √ c √c
n n
n maka terdapat N 0 . Sehingga untuk setiap n ≥ N 0 ; n <b . Karena


∑b
n
0<b<1 0< c n< b
n
n ≥ N0
maka n=0 konvergeb. Karena untuk semua , dengan uji

∑ cn

banding (lihat pengantar barisan dan deret) maka n=0 konvergen.


51

(b) Jika a> 1, maka terdapat c sehingga a> c> 1

Karena √c
n
n
¿
c <a=lim ¿, menurut teorema inferior maka c <¿ √c
n
n utuk tak
berhingga banyak indeks n . Dengan kata lain, c n >c n >1. Dengan demikian syarat
perlu untuk konvergen yaitu lim c n=0, tidak terpenuhi.

∑ cn

Jadi n=0 divergen.


1
∞ ∞
1 ∞
1
∑n
2
∑n a=1
∑n
(c) Perhatikan deret n=1 dan n=1 , berlaku untuk , tetapi n=1 divergen,

1
∑n
sedangkan n=1 konvergen.

4.7 Deret Berganti Tanda, Konvergen Mutlak danBersyarat


Teorema 4.7.1 (Uji Deret Berganti Tanda)
Misalkan a 1−a2 +a 3−a 4 +… suatu deret berganti tanda dengan a n> an +1> 0.

Apabila nlim
→∞
an =0, maka deret konvergen. Apabila jumlah S diaproksimasi dengan
n

jumlah n suku pertama Sn , maka kesalahan (galat) akan melebihi a n+1.


Bukti :
Misalkan barisan a n menurun. Jadi a n> an +1 untuk semua n . Misalkan Sn jumlah
parsial deret yang ke-n maka :
S1=a1
S2=a1+ a2
S3=a1 +a2 +a 3
S4 =a1 + a2+ a3 +a 4

dan seterusnya
Dapat dilihat bahwa jumlah parsial dengan indeks genap naik dan terbatas di
atas. Jadi harus konvergen. Misalkan dengan limit S ’. Sedangkan jumlah parsial dengan
indeks ganjil ke bawah di S misalnya. Jadi juga konvergen. S ' dan terletak di antara Sn

dan Sn +1, sehingga ¿.


52

Jadi syarat a n+1 → 0 apabila n → ∞ akan menjamin bahwa S '=S . Artinya deret

konvergen menuju harga yang sama, misalnya S. Karena S terletak di antara Sn dan Sn +1,

maka |S−S n|≤|S n−Sn +1|=a n+1.


Ini berarti apabila S diaproksimasi dengan Sn maka galat (kesalahan) yang
dibuat tidak lebih dari nilai mutlak suku pertama bagian deret yang diabaikan.

Teorema: 4.7.2 ( Uji Kekonvergenan Mutlak)


Jika ∑ |un| konvergen maka ∑ u n konvergen.
Bukti :
Misalkan v n=un +|u n|, sehingga un =v n−|un|. Karena 0 ≤ v n ≤2|u n|, maka ∑ vn
konvergen menurut uji banding biasa. Akibatnya menurut teorema kelinearan maka
∑ v n=∑ (v n −|un|) konvergen.
Catatan : suatu deret ∑ u n disebut konvergen mutlak apabila ∑ |un| konvergen.

Teorema 4.7.2 di atas tidak menyatakan bahwa ∑ u n konvergen mengakibatkan ∑ |un|


konvergen. Sebagai contoh kontra dapat dilihat deret berikut :
Contoh 4.7.1
1 1 1
1− + − +. . .. .
2 3 4 adalah konvergen
Tetapi deret :
1 1 1
1+ + + +. . .. .
2 3 4 adalah divergen

Definisi 4.7.1
Deret ∑ un dinamakan konvergen bersyarat apabila ∑ un konvergen, tetapi

∑|un| divergen.
Contoh 4.7.2

( )

1
∑ (−1 )n+1 √ n
Buktikan bahwa n=1 konvergen bersyarat!
Bukti :
53

(1)

∑ (−1 )n+1 √ n
Dengan uji deret ganti tanda didapat n=1 konvergen, akan tetapi deret

1
∑ √n
n=1 divergen, karena bentuk ini meupakan bentuk deret-p dengan p = ½.

Akibat Teorema 4.7.3


Suku-suku deret konvergen mutlak dapat ditukar kedudukannya tanpa
mempengaruhi kekonvergenannya atau jumlahnya.
Bukti :
Gunakan teorema-teorema yang berkaitan dengan kekonvergenan mutlak.

B. LATIHAN SOAL
1. Jika { Sn } barisan bilangan real, dan Sn >0 ; limit Sn / Sn +1<1 , buktikan bahwa { Sn }
konvergen.
54

2. Buktikan bahwa setiap bilangan rasional mempunyai limit suatu barisan bilangan
irrasional.
3. Jika { Sn } barisan bilangan real, dengan Sn >0 dan Sn +1=2−1/ Sn ; untuk semua n ∈ N .
Buktikan bahwa { Sn } monoton dan terbatas. Apakah { Sn } konvergen?
1 1 1
4. Buktikan bahwa { X n } dengan X n=1+ + +…+ barisan Cauchy.
1 ! 2! n!

∑ √n n
a
5. Buktikan jika deret suku-suku positif ∑ an konvergen, maka deret

konvergen.
6. Tunjukkan limit inferior dan superior dari :
1
n
a). {(−1) + n )

b). { sin n }
7. Tunjukkan teorema dini menjadi salah apabila syarat kompak dihapuskan.
1
8. Diberikan barisan bilangan real { Sn } dengan Sn=1 dan Sn +1=( 2+ Sn ) 2 untuk semua

n ∈ N . Buktikan baha { Sn } naik monoton dan terbatas di atas. Hitunglah limit Sn


9. { X n } barisan bilangan real yang konvergen ke x . Buktikan bahwa, terdapat suatu
bilangan positif M sehingga | X n−X|≤ M , untuk semua n ∈ N
10. Jika { Sn } dan { t n } barisan real yang terbatas, buktikan :

a) Limit sup(s n + t n ) ¿ limit sup s n + limit sup t n

b) Limit sup(s n - t n ) ¿ limit sup s n - limit sup t

BAB V
BARISAN DAN DERET FUNGSI
55

Sub Materi :
5.1 Deret dan Barisan Fungsi konvergen
5.2 Konvergen Seragam
5.3 Konvergen Seragam dan Hubungannya dengan Fungsi Kontinu
Jumlah pertemuan : 2x Pertemuan
Tujuan Umum Materi Pelajaran:
Dengan teratur mahasiswa dapat mengerti tentang konsep barisan dan deret
fungsi
Tujuan Khusus Mata Pelajaran:
1. Menemukan barisan dan deret kovergen
2. Menemukan dengan bukti, Apakah barisan yang diberikan konvergen
seragam atau tidak
3. Menemukan dengan bukti, Apakah deret yang diberikan konvergen seragam
atau tidak
4. Menentukan dengan bukti, suatu deret konvergen mutlak tidak perlu seragam
5. Memberikan contoh yang berlawanan, ketika syarat teori pertama
dihapuskan maka teori pertama tidak dipenuhi

A. MATERI
5.1 Deret dan Barisan Fungsi Konvergen
Definisi 5.1.1

Diberikan barisan fungsi { f n }n≥1 ysng ditemukan dalam himpunan E, dan

diberikan barisan angka { f n }n≥1 yang konvergen untuk semua x ∈ Ε . Dan dapat

didefinisikan fungsi f di E, dengan


f ( x )=lim f n ( x ) ; ∀ x ∈ E
n→ ∞

Dapat ditunjukkan { f n }n≥1 konvergen di E dan f adalah limit atau barisan

limit fungsi dari {f n} . Kadang2 menggunakan peristilahan lebih bagus dibendingkan


dengan menjelaskan kondisi yang dipenuhi, dengan menerangkan bahwa barisan fungsi
{f n} konvergen ke fungsi f fungsi di E.

Contoh 5.1.1
56

( sin x )
f n ( x )= ;x ∈R
Diberikan √n dan n=1,2,3,... terdapat limit fungsi
f ( x )=lim f n ( x )=0
n→ ∞

, ,
Dan untuk semua x ∈ R dapat ditentukan f ( x )=0 . Tapi f ( x ) =√ n cos nx , jadi
n

barisan {f n} ,
tidak konvergen ke f . Misalkan ketika x=0
,
f ( x ) =lim f n ( 0 )= lim √ n=∞
n→ ∞ n→∞ ,
,
Tapi dalam kasus khusus f ( 0 ) =0

Definisi 5.1.2

∑ fn
Definisi dari fungsi dikatakan konvergen ke fungsi f di E, jika deret

∑ f n( x) f (x) x∈E .
konvergen ke bilangan untuk setiap titik Maka

f ( x )=∑ f n , ∀ x ∈ E . Fungsi f ini dikatakan jumlah dari deret fungsi ∑ fn


. Tentu

S n =f 1 + f 2 + f 3 …+f n , Jumlah fungsi f untuk deret ∑ fn


saja, kita akan tau jika
ditentukan dengan,
f ( x )=lim S n ( x )
n→ ∞

Fungsi
S n dikatakan jumlah bagian fungsi deret

Contoh 5.1.2
2
x
f n ( x )= ; x ∈ R , n=1,2,3 ,…
Jika ( 1+ x 2 )n dan anggap jumlah dari
2
x
f n ( x )=
( 1+ x 2 )n di setiap
f n adalah fungsi kontinu di R, ketika pembilang dan
penyebut dari fungsi kontinu di R, dan penyebut dari fungsi tidak pernah sama dengan
1
0< <1
0. Untuk x≠0 , deret fungsi akan menjadi deret geometri dengan rasio ( 1+ x 2 ) ,

maka deret akan konvergen ke 1+x . Jadi


2 f ( x ) {¿ 1+x 2;x≠00;x=0 f ( x ) tidak kontinu saat , jadi
57

f ( x ) tidak kontinu di R. Maka kita dapat menyimpulkan deret konvergen dan fungsi
kontinu mmemiliki jumlah fungsi yang kontinu.

Contoh 5.1.3

Diberikan barisan fungsi kontinu {f n} pada interval [ 0,1 ] saat


n
f n ( x )=n2 ×( 1−x 2 ) ; untuk 0≤x≤1 dan n=1,2,3 ,... untuk x=0 , jelas
lim n→ ∞ f n {0 }=0 , untuk 0≤x≤1 maka lim n→ ∞ f n { x }=0 . Oleh karena itu kita peroleh
1 n 1
f ( x )=lim n→∞ f n { x }=0 , 0≤x≤1 .
∫0 x ( 1−x2 ) dx = ( 2 n+2 )
untuk Jadi dan
1 n2 1 n2
∫0 f ( x ) dx= lim ∫0 f ( x ) dx= lim
( 2 n+2 ) . Oleh karena itu, n→∞ n→∞ ( 2 n+2 )
=∞
, sedangkan
1
∫0 f ( x ) dx=lim
n→∞
f n dx=0 .

Tampak limit integral ini tidak nyata, sedangkan integral limit tersebut ada, yaitu 0.
Dengan menganggap tiga contoh di atas maka kita dapat membuat kesimpulan yaitu jika

setiap fungsi
f n kontinu, terdifferensialkan,terintegralkan di E= [ a,b ] jadi tidak
semestinya kontinu, terdifferensialkan dan juga terintegralkan di E.

Ini akan akan benar untuk setiap


f n memenuhi kondisi khusus, pernyataan
diatas dapat dipenuhi.

5.2 Konvergen Seragam


Definisi 5.2.1

Suatu barisan fungsi {f n} dikatakan konvergen seragam di E. Ke fungsi f, untuk


N
setiap ε > 0 dapat ditemukan bilangan bulat positif 0 untuk setiap
n≥N 0 dan untuk

setiap x ∈ E yang bersesuaian: |f n ( x )−f ( x )|<ε . Dari definisi di atas dapat

menunjukkan ddalam logika matematika, jika


f n konvergen seragam di E maka f
konvergen ke E, tapi tidak mengaplikasikan definisi dan sebaliknya.

Contoh 5.2.1
58

Kekonvergenan dari baris {f n} dapat dituliskan dengan definisi lainnya yang

berbeda dengan definisi sebelumnya: “ Barisan {f n} konvergen dari titik ke titik ke f di


E, jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 dan setiap titik x yang diberikan di E, dapat

ditemukan bilangan positif


N 0 ∈ N jadi untuk semua n≥N 0 mengaplikasikan
|f n ( x )−f ( x )|<ε ”.

Contoh 5.2.2

Tunjukkan bahwa barisan {f n} konvergen dari titik ke titik, tapi tidak konvergen
1
f n ( x )=
seragam ke fungsi f. Pada interval ( 0,1 ) , jika nx untuk n=1,2,3 ,... dan
0< x <1.
Bukti:
lim n→ ∞ f n ( x )=0 , untuk x≠0 berdasarkan definisi pada contoh 5.2.1 jadi untuk

0< x <1 , barisan { f n } konvergen dari titik ke titik dan memiliki


f ( x )=lim n→∞ f n ( x ) =0 seperti limit fungsinya.

1
ε=
Dan untuk interval ( 0,1 ) , barisan { n } tidak konvergen seragam ke f. Ambil
f 2 .

fn ( 12 )=1, untuk semua n ∈ N . Jadi N 0 ∈ N harus didapat n ∈ N 0 dan x ∈ E . Jadi

( )
x=
1
,
2 Oleh karena itu
1
2 ()
1
|f n ( x )−f ( x )|=|f n −0|=1> ≠ε ,
2 tidak sesuai dengan
definisi konvergen seragam.

Definisi 5.2.2

S n =f 1 + f 2 + f 3 +⋯+ f n , maka deret f ( x )=∑n=1 f n ( x )
Jika konvergen

seragam pada E jika dan hanya jika barisan { Sn } konvergen seragam ke f pada E.

Teorema 5.2.1 (Kriteria Chauchy)


59

Barisan {f n} dari fungsi yang didefinisikan di E, konvergen seragam di


N
E jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan positif 0 oleh karena itu

untuk
n≥N 0 dan m≥N 0 dan semua x ∈ E mengakibatkan |f n ( x )−f m ( x )|<ε.
Bukti:

Andaikan {f n} konvergen seragam pada E, dan andaikan f adalah suatu limit.


N ∈ N jadi untuk semua n≥N 0 dan
Ambil sembarang ε > 0 , maka akan ditemukan 0
ε
|f m ( x )−f ( x )|< .
semua x ∈ E mengakibatkan 2 Jadi untuk m, n≥N 0 dan untuk x ∈ E
mengakibatkan
|f n ( x )−f m ( x )|≤|f n ( x ) −f ( x )|+|f m ( x )−f ( x )|

=
|f n ( x )−f ( x )|+|f n ( x )−f m ( x )|
ε ε
¿ + =ε
2 2
|f ( x )−f m ( x )|<ε. Dan sebaliknya.
Artinya untuk m ,n≥0 dan x ∈ E mengakibatkan n
{f n ( x )} adalah barisan bilangan konvergen untuk setiap x ∈ E , ke limit f ( x ) . Ini

artinya barisan {f n} konvergen dari titik ke titik ke fungsi f pada E, ke limit f ( x ) .

Akan ditunjukkan
f n→ f adalah seragam pada E (
f n→ f adalah notasi dari

kekonvergenan dari
f n ke f ).

N
Pilih ε > 0 dan pilih yang mengakibatkan 0 dan suatu x ∈ E mengakibatkan
|f n ( x )−f ( x )|<ε yang artinya seragam di E.

Teorema 5.2.2

Misalkan lim n→ ∞ f n =f ( x ) , untuk x ∈ E dan


M n =Sup|f n ( x )−f ( x )| , maka
f n → f Seragam di E jika dan hanya jika M n →0 untuk n→ ∞ .

Bukti :

Jika
f n → f seragam ke E , dan diberikan ε > 0 , ∃N 0 oleh karena itu untuk

ε
∀ n≥N 0 dan ∀ x ∈ E mengakibatkan |f n ( x )−f ( x )|< 2 . Jadi ∀ n≥N 0 mengakibatkan
60

ε
0≤|M n|= |f n ( x )−f ( x )|≤ <ε lim n→ ∞ M n =0 , maka terdapat N 0
sup 2 , akibatnya

akibatnya n→ ∞ .
∀ n≥N 0 mengakibatkan |M n|<ε . Ini artinya |f n ( x )−f ( x )|< ε

untuk
∀ n≥N 0 dan ∀ x ∈ E . Jadi f n → f seragam juga.

Theorem 5.2.3 (Uji M Weierstrass)

Diberikan barisan fungsi {f n} yang didefinisikan pada E, dan kita tau kalau

barisan {Mn } akibatnya


|f n ( x )|<M n , x ∈ E ,n=1,2,3 ,… jika barisan bilangan ∑ Mn
konvergen maka barisan fungsi ∑ f n konvergen seragam pada E.
Bukti :

Misalkan S n ( x )=f 1 ( x )+ f 2 ( x ) + f 3 ( x )+⋯+ f n ( x ) , dengan x ∈ E ,n=1,2,3 ,…

dan andaikan T n ( x ) M 1 +M 2 +⋯+ M n ,n=1,2,3… jika ∑ Mn konvergen, maka untuk

ε > 0 , terdapat suatu bilangan positif N 0 akibatnya n≥N 0 , m≥N 0 dan m≥n dan
akibatnya
n
|T n −T m|=∑i=m+1 M i < ε

Jadi untuk semua x ∈ E diman m mengakibatkan:


n n
|Sn ( x )−S m ( x )|=|∑ i=m+1 f i ( x )|≤∑i=m +1 M i <ε

Akibatnya barisan ∑n n adalh seragam kontinu pada E.


f

Contoh 5.2.3

Jika {f n} fungsi seragam yang terbatas di Edan konvergen seragam di E, maka terdapat
|f ( x )|≤M
bilangan positif M, akibatnya untuk semua n ∈ N memenuhi n
Bukti:
N
Berdasarkan kriteria Cauchy untuk ε=1 terdapat 0 akibatnya
m ,n≥N 0 dan

x ∈ E memenuhi |f n ( x )−f m ( x )|<1 , terutama


m=N 0 memenuhi
|f n ( x )|<|f N 0 ( x )|+ 1≤M N +1 , n≥N 0 dan semua x ∈ E , dengan M N 0 adalah
0 Untuk
|f N 0 ( x )|≤M N fN
suatu bilangan, akibatnya 0 . Ketika 0 terbatas pada E, terdapat
61

M 1 , M 2 , M 3 , .. . , M N
0 =1 akibatnya
|f N 0 ( x )|≤M , untuk semua x ∈ E dan n=1,2,3,…,

N 0 =1 . Ambil M =max { M 1 , M 2 , M 3 , .. . , M N 0−1 , M N 0 , M N0 +1 } maka dapat ditentukan

|f n ( x )|≤M , untuk semua n ∈ N dan x ∈ E .

Contoh 5.2.4
( sin nx ) ( sin nx ) 1
∑ n 2
|f n ( x )|=|
n 2
|≤M n = 2
n
adalah konvergen seragam pada R, karena
1 ( sin nx )
∑ n2 ∑ n2 konvergen
untuk semua x ∈ E Ketika konvergen pada R akibatnya
ke R.

Teorema 5.2.4

Misalkan
f n→ f suatu bentuk seragam di E yang merupakan himpunan
bagian dari s matrix spasi. Misalkan p adalah suatu titik limit dari E dan
lim x → p f n ( x )= A n , n=1,2,3 , .. . oleh karena itu { A n} konvergen, dan
lim x → p f ( x ) =lim x → p An
lim x → p lim n→∞ f n ( x ) =lim n→∞ lim x → p f n ( x )
Bukti :

Ambil suatu ε < 0 , karena { n } konvergen seragam, oleh karena itu terdapat 0
f N

ε
m ,n≥N 0 dan untuk |f n ( x )−f m ( x )|<
jadi untuk semua ∈ E , berlaku 2 (Kriteria
ε
m ,n≥N 0 |An ( x )− A m ( x )|< <ε
Cauchy), jadi untuk dan untuk x → p berlaku 2 .

Dengan ini deret bilangan ini ( A n) adalah selalu baris bilangan Cauchy, jadi konvergen,

dapat dikatakan mendekati A. Akan ditunjukkan di sekitar N ε ( p ) akibatnya, untuk

semua x ∈ N δ ( p )∩E dan x≠ p akan berlaku |f ( x )− A|<ε . Artinya


lim x → p f ( x ) =lim n→∞ A n
Perhatikan perbedaan berikut ini:
|f ( x )− A|<|f ( x )−f n ( x )|+|f n ( x )− A n|+|A n − A|⋯⋯⋯ ( i )
62

Pilih n yang lebih besar dapat cukup berlaku lagi:


ε
|f ( x )−f n ( x )|<
3 …………………………………………(i)
ε
f → f |An − A|< .. .. (iii)
Untuk semua x ∈ E , ketika x ∈ E , saat n seragam di E, dan 3

Saat
lim n→ ∞ A n =A

ε
N ( p ) |f n ( x )− An|<
Untuk nilai dari n dipilih neighborhood δ akibatnya 3 untuk
x ∈ N δ ( x )∩E dan x≠ p ……………………………………………(iv)

Jadi dari (i),(ii),(iii) dan (iv) dapat ditentukan :


ε ε ε
|f ( x )− A|≤|f ( x )−f n ( x )|+|f n ( x )−A n|+|An − A|< + + =ε
3 3 3

Artinya untuk semua x∩N δ ( p ) dan x≠ p


lim x → p lim n→∞ f n ( x ) =lim n→∞ lim x → p f n ( x )
5.3 Kekonvergenan dan Hubungannya dengan Kekontinuan
Lemma 5.3.1

Jika { f n } adalah suatu baris fungsi yang kontinu pada p, maka limit
f n ( x )=f ( p ) , untuk n = 1,2,3,… Jadi lim x → p f ( x ) =lim x → p f n ( x )=f ( p ) oleh karena

itu f kontinu di p.

Teorema 5.3.2

Jika { f n } adalah barisan fungsi yang kontinu di E, dan jika


f n → f seragam
pada E maka kontinu pada E.
Teorema ini menunjukkan hubungan antara konvergen seragam dengan
kekontinuan. Tapi teorema ini tidak akan berlaku sebaliknya.

Contoh 5.3.12
n
Buktikan jika barisan funsi kontinu {f n} ( ) 2 (
dengan f n x =n x 1−x
2
) untuk
0≤x≤1 , n = 1,2,3,… tidak konvergen seragam ke f ( x )=0 , tapi limit fungsinya

kontinu di [ 0,1 ] .
Bukti :
63

Terdapat f n ( x )=f ( p ) , , jadi


∀ N 0 ∈ N ,∃n≥N 0 sehingga untuk x=1 maka

|f n ( x )−f ( x )|>1=ε dengan


2
f n ( x )=n 1+( 1
n2 )
>1
dan f ( x )=0 untuk setiap n

fungsi
fn mempunyai maksimun
M n ( x )=
( n2
√ ( 2 n= ))(
1−
1
( 2n+1 )n ) untuk
1
x=
√( 2 n+1 ) menggunakan diferensial f n ( x )=0 . Jadi { f n } konvergen tapi tidak
seragam ke f ( x )=0 . Di [ 0,1 ] . karena limit
M n ≠0 , tapi fungsi ini tentu saja kontinu.
Jadi point yang akan kita cari terbukti.

Akibat 5.3.2

Jika barisan fungsi kontinu ∑ fn konvergen pada jumla fungsi f, jadi f kontinu
di E.

Contoh 5.3.2

{|10n x|}
f n ( x )= ,x ∈R
Buktikan jumlah fungsi f kontinu di R. Jika 102 dan n =

1,2,3,… dengan {|x|} adalah jarak x ke bilangan bulat terdekat.


Bukti :
1
|f n ( x )|≤
Karena h ( x )={|x|} kontinu di R, maka
f n kontinu di R. dan 2 ( 10 )n

untuk x ∈ R
1
M n = (10 )n
Dan n = 1,2,3,… deret bilangan ∑ Mn dengan 2 adalah deret

konvergen, jadi ∑ f n konvergen seragam di R sesuai dengan uji M Weiertrass. Sesuai


dengan akibat teori 5.3.7, jadi kita memeperoleh jumlah dari f kontinu di R.

Teorema 5.3.4 (Teorema Dini)

Jika {f n} adalah suatu barisan fungsi kontinu yang ditentukan pada himpunan K
dan jika :
64

(a) K adalah tetap

(b)
f n kontinu saat K= 1,2,3,…

(c) {f n} titik konvergen ke fungsi kontinu f di K.

(d) Untuk semua x ∈ K , mengakibatkan f n ( x )≥f n+1 ( x ) , n=1,2,3 , .. . maka


f n→ f
seragam ke K.
Bukti:

Ambil barisan fungsi { gn } dengan


gn =f n −f di K. Maka semua fungsi gn

kontinu di K,
gn → titik di K, dan untuk x ∈ K mengakibatkan gn ( x )≥gn+1 ( x )

dengan n=1,2,3,…. Diberikan suatu ε > 0 . Misalkan K n ={ x ∈ K }|g n ( x )≥ε ,

mengingat (c) dan (d) jadi


gn > 0 untuk n =1,2,3,…, karena gn kontinu di K dan K n

adalah fungsi inverse


gn dari interval tertutup { y≥ε }≤R , jadi K n tertutup. Karena

K n adalah himpunan bagian yang tetap, maka K n juga tetap. Mengingat gn ≥gn+1 jadi

K n ( x )≥K n+1 . Ambil titik tetap p∈ K , maka karena barisan bilangan { gn ( p ) } monotone

tertutup ke nol, Jadi terdapat m akibatnya gm ( p )< ε . Jadi


p∈ K m artinya p∈ K , tapi

p∉ ¿ K n , ¿ K n =φ . N0
i=1 dengan kata lain i=1 Ini Mengakibatkan, terdapat bilangan asli

akibatnya
n≥N 0 akibatnya K N 0=φ . Jadi 0≤g n ( x )≤ε , untuk semua x ∈ K dan

semua
n≥N 0 . Menunjukkan kalau gn →0 seragam dan f n → f seragam di K.
65

B. LATIHAN SOAL
1. Tuliskan definisi dari titik-titik konvergen
a. Barisan dari bilangan real
b. Deret dari bilangan real
1 1
f n ( x )= gn ( x ) =
2. Apakah barisan {f n} dan { gn } , dimana n dan x untuk n = 1,2,3,
… Konvergen seragam pada (0,1)?
n n
f n ( x )=1+∑ n=1 ( x )
3. Apakah deret 2 , untuk |x|≤a,0≤a≤1 konvergen seragam pada
[−a,a ] .
4. Temukan limit fungsi f untuk barisan {f n} dimana
1
f n ( x )={ ¿ 01 −nx : 0≤
x ≤1
n
n≤ x ≤1
66

5. Buktikan jika {f n} dan { gn } barisan fungsi terbatas dan konvergen seragam di E,

maka { f n , gn } konvergen seragam ke E.

{
n
2 nx ; 0< x ≤
2
6.
n 1
Jika f n ( x )= 2−2 nx ; < x ≤ dari barisan { f n } .Buktikan deret ∑ f n konvergen
2 n
1
0; < x≤1
n

mutlak tapi tidak seragam di [ 0,1 ]


7. Buktikan kalau”teorema Dini” tidak akan berlaku, jika syarat keompakan untuk k
akan terhapuskan (dengan contoh berlawanan)

8. Kita tau, {f n} fungsi dari


E ⊆ ( x ,d 1 )
ke ( x , d 2 ) , untuk n = 1,2,3,…. Tentukan
f n → f seragam pada E

9. c ∈ ℜ dan { n } , { n } konvergen seragam berturut-turut ke f dan g di G. Buktikan


f g

barisan ini { sf n } dan { f n ±gn } dengan


{ }
fn
gn
dengan
gn ≠0 , n=1,2,3, …
f
konvergen ke cf, f ±g dan g , dengan gn ≠0

10. Selidiki kapan barisan berikut konvergen seragam atau tidak di [ 0,1 ] di limit.
2x
f n ( n )=
a) {f n} dengan ( 1+nx ) dan limit fungsi f ( x )=0
nx
gn ( n ) =
b) { gn } dengan (1+ nx ) dan limit fungsi g ( x ) =0
BAB VI
TURUNAN DAN INTEGRAL
Sub Pokok Bahasan
6.1 Turunan Fungsi Real
6.2 Teorema Rolle, Nilai Rata-rata dan Aturan L’ Hopital
6.3 Kekontinuan Suatu Turunan dan Turunan Tingkat Tinggi
6.4 Integral Riemann
6.5 Integral Riemann-Stieltjes dan Sifat-Sifatnya
Jumlah Pertemuan : 4x pertemuan
Tujuan Umum Sajian :
67

Agar mahasiswa dapat memahami konsep-konsep konsep-konsep tentang


barisan dan deret.
Tujuan Khusus Sajian
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami turunan fungsi yang bernilai real.
2. Memahami teorema Rolle
3. Menentukan nilai rata-rata Cauchy
4. Menentukan turunan dengan Aturan L’Hospital
5. Menentukan kekontinuan suatu turunan dan turunan tingkat tinggi.
6. Memahami integral Riemann dan sifat-sifatnya.
7. Menentukan nilai integral Riemann.

A. MATERI
6.1 Turunan Fungsi Bernilai Real
Definisi 6.1.1 (dalam Ilmu Kalkulus)
Misalkan f : E → R, dan c ∈ R . Bilangan L disebut turunan fungsi f di c , apabila
∀ ε >0 , ∃ δ ( ε ) >0 , sehingga ∀ x ∈ , dan |x−c|< δ ( ε ) berlaku

| f ( x )−f (c )
x−c
− L <ε|
atau ditulis
f ( x )−f (c)
f ' ( c )=lim =L
x→c x−c

f ' + ( c )= lim f ( xx−c


)−f ( c )
=L
Dengan x →c + , disebut turunan kanan dari f di c, dan

f ' − (c )= lim f ( xx−c


)−f ( c )
=L
x → c− disebut turunan kanan dari f di.
Jika turunan kanan fungsi f sama dengan turunan kirinya maka fungsi f dikatakan dapat

f ' ( c )= lim f ( c+ h)−f


h
( c)
diturunkan. Atau kadang-kadang dikatakan dengan h→c 0 .
Berdasarkan hal ini maka turunan dari f ( x), adalah
f ( x +h )−f (h)
f ' ( x )= �牜 ℑ ,∀ x ∈E.
x →c h

Definisi 6.1.1(b) (Walter Rudin, 1967:103)


68

Misalkan f fungsi yang bernilai real yang terdefinisi pada ( a , b ). Untuk sebarang
f ( t ) −f (x )
x ∈ (a , b) didefinisikan ϕ ( t )= , a<t <b , t ≠ x maka berlaku
t−x
lim f ( t ) −f ( x)
'
f ( x )=lim ϕ ( t )=
t→x .
t →x t− x

Teorema 6.1.1
Misalkan f terdefinisi pada [ a , b ]. Jika f dapat diturunkan (deferensiable) pada
suatu x ∈ [ a , b ] maka f kontinu di x .
Bukti
f ( t )−f (x)
Karena f terdeferensialkan di x maka f ’ ( x ) =lim ada
t→x t−x

[ ]
f ( x ) . lim ( t−x ) =lim [ t ( x )−f ( x) ]=lim f (t )−lim f ( x)
'

t→x t→ x t →x t →x

'
f ( x ) .0=lim f (t )−lim f (x )
t→x t→x

0=lim f (t)−lim f (x)


t→x t→x

⟺ lim f (t )=f ( x ) ,
x→ t

Yang merupakan syarat f kontinu di x . ∀ ε >0 , sehingga ∀ x ∈ [ a ,b ] , dan 0<|t−x|< δ(ε )


maka belaku |f ( t )−f (x )|<ε .

Teorema 6.1.2
Misalkan f terdefinisi pada [ a , b ]. Jika f dapat diturunkan (deferensiabel) pada suatu
f
x ∈ [ a , b ] maka f +g , fg, , dengan g ≠ 0 terdefinisikan di x dan
g
(i)
(ii) ( f + g)’( x)=f ’ ( x)+ g ’( x )(fg )’ ( x )=f ’( x) g( x)+ f ( x ) g ’( x)
'
f f ’ ( x ) g ( x )−f ( x) g ’( x )
(iii) ( ¿ ' ( x )=
g 2
g ( x)
Bukti
(i) Misalkan h=f + g
' ' ( f + g )( t )−( f + g ) (x )
h ( x ) =( f + g ) ( x )=lim
t→x t−x
( f )( t )−( f ) ( x) ( g ) ( t ) −( g ) (x)
¿ lim +lim
t→x t−x t→x t−x
69
' '
¿ f ( x )−g ( x)
(ii) Misalkan h=fg
( fg ) (t )− ( fg )( x )
h' ( x ) =( fg )' ( x )=lim
t→x t−x
f ( t ) g ( t )−f ( x ) ( g ) ( x )
¿ lim
t→x t−x
f ( t ) g ( t )−f ( x ) ( g ) ( x ) + f (t ) g ( x )−f ( t ) g( x )
¿ lim
t→x t−x
f ( t ) g ( x )−f ( x ) g ( x ) + f ( t ) g ( t )−f ( t )( g ) ( x )
¿ lim
t→x t−x
lim [ f ( t )−f ( x ) ] g ( x )+ f (t) [ g ( t ) −g (x) ]
t→x
¿⁡
t−x
f ( t )−f ( x ) g (t )−g ( x)
¿ lim g ( x ) +lim f ( x )
t→x t−x t→x t−x
lim g ( t )−g ( x )
f ( t )−f ( x ) t →x
¿ lim lim g ( x )+ lim f ( x )
t→x t −x t → x t→x t −x
¿ f ' ( x ) g ( x ) + f ( x ) g' ( x )
(iii) Misalkan h=f /g
Petunjuk :
h ( t ) −h( x)
t−x
=
1
g ( t ) g(x ) [
g ( x)
f ( t )−( fx )
t−x
−f (x )
g ( t ) −g (x)
t−x ]
Teorema 6.1.3 (Dalil Rantai)
Misalkan f kontinu pada [ a , b ]. Jika f ’ ada pada beberapa titik x ∈ [ a , b ] , g
terdefinisi pada interval I yang mengandung range f dan g terdeferensialkan pada titik
f (x). jika h ( t )=g ( f ( t ) ) , a≤ t ≤ b , maka h terdeferensialkan pada x, dan
h ’ (x)=g ’ ( f (x)) f ’( x ).

Bukti
f ( t )−f ( x)
Misalkan y=f ( x ). Dengan menggunakan definisi turunan f ’( x)=lim , yang
t→x t−x
berakibat
f ( t )−f (x) '
=f ( x )+ μ ( x ) , μ ( t ) → 0 , t → x
t−x
70

Jika f ( t )−f ( x ) =(t−x ) [ f ' ( x ) + μ' (t) ], demikian pula

g ( s )−g ( y )=( s− y ) [ g ( y ) +v ( s ) ] , t ∈ [ a , b ] , s ∈ I , v ( s ) → 0 , s → y .
'

Ambil s=f (t ) maka dengan menggunakan bentuk persamaan di atas maka diperoleh
h ( t )−h ( x )=g ( f ( t ) )−g ( f ( x ) ) =[ f ( t )−f ( x) ] [ g ( y ) + v (s ) ]

¿( t−x ) [ f ( x ) + μ(t ) ][ g ( y )+ v ( s) ]
' '

Jadi
h ( t ) −h( x)
=[ f ( x ) + μ(t ) ][ g ( y )+ v (s) ]
' '
t−x
h ( t )−h( x)
=lim [ f ( x ) + μ(t ) ][ g ( y )+ v (s) ]
' '
lim
t→ x t−x t→x

¿ [ f (x )+0 ] [ g ( y ) +0 ]
' '

' '
¿ f (x)g ( y)
' '
¿ g ( y) f (x)
¿ g' ( f ( x ) ) f ' ( x)

Contoh 6.1.1

{
1
x 2 sin , x≠0
Misalkan f didefinisikan sebagai f ( x )= x
0 , x=0
Maka
' 1
f ( x )=2 x sin +cos
x
1 −1 2
x x2
x
( )
1 1
¿ 2 x sin −cos , x ≠ 0
x x
Pada titik x=0 , dengan menggunakan definisi maka diperoleh

| f ( t )−f (0)
t−0 || | 1
= t sin ≤|t |, t ≠ 0
t
Untuk t → 0, maka f ' ( 0 ) =0. Jadi f terdeferensialkan untuk setiap x ∈ R, akan tetapi f '
tidak kontinu, sebab f ' (x ) tidak punya harga limit, untuk x → 0.

Contoh 6.1.2
Misalkan f terdeferensialkan sebagai
71

{
1
x sin , x ≠ 0
f ( x )= x
0 , x=0
' 1 1 1
Maka f ( x )=sin − cos , x ≠ 0
x x x
1
Pada titik x=0 , maka f ' ( x ) tidak ada, sebab tidak terdefinisi di x=0 .
x
Dengan menggunakan definisi turunan, dengan t ≠ 0 maka diperoleh
f ( t )−f ( 0 ) 1
=sin
t−0 t
1
Untuk t → 0, maka sin tidak mempunyai limit, sehingga f ' ( 0) tidak ada.
t

6.2 Teorema Rolle, Nilai Rata-rata dan Aturan L’ Hospital


Definisi 6.2.1
Misalkan f fungsi bernilai real yang terdifinisi pada ruang metrik X. Fungsi f
dikatakan mempunyai maksimum lokal pada titik pϵX apabila ∃ δ>0 , sedemikian
sehingga ( p ) ≤ f ( q ) , ∀ qϵX , dengan d ( p ,q ) <δ .

Teorema 6.2.1 (Rolle)


Misalkan f terdefinisi pada [ a , b ]. Jika f mempunyai lokal maksimum pada suatu
titik xϵ (a , b), dan jika f ' ( x ) ada , maka f ' ( x )=0 .
Bukti
Ambil δ >0 , sedemikian sehingga a< x−δ< x < x +δ <b
f ( t )−f ( x)
Jika x−δ <t< x, maka ≥0
t−x
f ( t )−f (x )
Dengan mengambil t → x maka f ' ( x )=lim ≥ 0……………….(i)
t →x t−x
f ( t )−f ( x)
Jika x <t< x + δ , maka ≤0
t−x
f ( t )−f (x )
Dengan mengambil t → x maka f ' ( x )=lim ≤ 0……………….(iI)
t →x t−x
Dari (i) dan (ii) maka f ' ( x )=0 . (Terbukti)
72

Teorema 6.2.2 (Nilai Rata-rata Cauchy)


Misalkan f dan g fungsi real kontinu pada [a , b], dan terdeferensialkan pada
(a , b), maka terdapat x ∈(a ,b) sehingga [ f ( b )−f ( a ) ] g ( x )=[ g ( b ) −g ( a ) ] f ' ( x), atau sering
'
f ( x) f ( b )−f (a)
dinyatakan dengan =
g ( x) g ( b )−g( a)
'

Bukti
f ( b ) −f (a)
Misalkan h ( t )=f ( t )−f ( a )− [g ( t )−g( a)], dengan a ≤ t ≤ b.
g ( b ) −g (a)
Ternyata bahwa h ( a )=h ( b ) =0.
Dengan teorema Rolle, maka terdapat x ∈(a ,b) sehingga h ( x )=0 .
' f ( b )−f ( a ) f ' ( x) f ( b )−f (a)
Jadi f ( x )= g ( x). Jika g( x )≠ 0 maka ' =
g ( b )−g ( a ) g ( x) g ( b )−g( a)

Teorema 6.2.3
Misalkan f fungsi real kontinu pada [a , b], dan terdeferensialkan pada (a, b),
f ( b )−f (a)
maka terdapat xϵ (a , b) sehingga f ' (x )= .
b−a
Bukti
Dengan menggunakan teorema 3.2.2, dan memisalkan g ( x )=x , maka g ( x )=1≠ 0 ,
g ( a ) =a, dan g ( b ) =b.

' f ( b )−f ( a ) ' f ( b )−f ( a ) f ( b ) −f (a)


Akibatnya f ( x )= g ( x )= ( 1 )= (terbukti).
g ( b )−g ( a ) b−a b−a

Teorema 6.2.4
Misalkan f terdeferensialkan pada ( a , b ), pernyataan berikut benar.
(i) Jika f ' ( x ) ≥ 0 , ∀ x ∈(a , b), maka f monoton naik
(ii) Jika f ' ( x )=0 , ∀ x ∈(a , b), maka f konstan
(iii) Jika f ' ( x ) ≤ 0 , ∀ x ∈(a , b), maka f monoton turun
Bukti
Misalkan x 1 , x 2 dalam (a , b), untuk suatu x yang terletak antara x 1 dan x 2, maka
'
menurut teorema 3.2.3 diperoleh f ( x 2 ) −f ( x 1 )=( x 2−x 1 ) f ( x ).
73
'
(i) Jika f ' ( x ) ≥ 0, maka f ( x 2 ) −f ( x 1 )=( x 2−x 1 ) f ( x ) ≥ 0, sebab ( x 2−x 1 ) ≥0 , dan f ' ( x ) ≥ 0.

Berakibat f ( x 2 ) ≥ f ( x 1 ). Berarti x 1 ≤ x 2 maka f ( x 1 ) ≤ f ( x 2 ). Ini berarti monoton naik.


'
(ii) Jika f ' ( x )=0 , maka f ( x 2 ) −f ( x 1 )=( x 2−x 1 ) f ( x ) .0=0. Berakibat f ( x 1 ) =f ( x 2 )=c.
Jadi f konstan.
'
(iii) Jika f ' ( x ) ≤ 0, maka f ( x 2 ) −f ( x 1 )=( x 2−x 1 ) f ( x ) ≤ 0, yang berakibat f ( x 2 ) ≤ f ( x 1 ).
Jadi f monoton turun.

Teorema 6.2.5 (Aturan L’ Hospital)


Misalkan f dan g fungsi real dan terdeferensialkan pada (a , b), dan g( x )≠ 0,
untuk setiap xϵ (a , b), dengan −∞ ≤ a<b ≤ ∞
f ' ( x)
Misalkan '
→ A , untuk x → a
g ( x)
Jika f (x) →0 dan g( x )→ 0, untuk x → a atau g(x )→ ∞ , untuk x → a
f (x)
Maka → A , untuk x → a
g (x)
Bukti
f ' (x )
Diketahui → A , untuk x → a .
g ' (x)
Kasus I
Misalkan −∞ ≤ A <+∞ . Pilih bilangan real q , sehingga A< q, dan pilih r sedemikian
sehingga A<r < q. Maka terdapat c ∈(a , b) sedemikian sehingga a< x< c, yang berakibat
f ' ( x)
< r.
g ' ( x)
Jika a< x< y < c, maka menurut teorema 3.2.2 terdapat t ∈(x , y ) sedemikian sehingga
'
f ( x )−f ( y ) f (t)
= < r ............................................................................................. (i)
g ( x )−g ( y) g' (t)
Jika f (x) →0 dan g( x )→ 0, untuk x → a maka diperoleh
f ( y)
≤r < q, untuk a< y< c ………….……………………………………. (ii)
g( y)
Selanjutnya, jika g(x )→ ∞ , untuk x → a . Ambil y tetap, maka dapat dipilih titik
c 1 ∈(a , y ) sedemikian sehingga g ( x )> g ( y), dan g ( x )> 0 jika a< x< c1.
g ( x )−g ( y)
Dengan mengalikan bentuk (i) dengan , maka diperoleh
g ( x)
74

g ( x )−g ( y ) f ( x )−f ( x ) g ( x )−g ( y ) g( y)


. <r =( r−1 )
g(x) g ( x )−g ( y ) g(x) g(x)
f (x) g( y)
⇔ <r −r
g(x) g ( x)
untuk a< x< c1 ………………………………………………………..……. (iii)
Jika x → a , pada bentuk (iii), maka menurut (ii) terdapat c 2 ∈( a , c1 ) sedemikian
f ( y)
sehingga < r <q , untuk a< x< c2……...……………………………...(iv)
g(x)
f ( x)
Jadi untuk kasus A< q, terdapat c 2 sedemikian sehingga < q,
g( x)
jika a< x< c2 .
Kasus II
Dengan cara yang sama, jika −∞< a≤+ ∞, dan p dipilih sedemikiansehingga p< A ,
f ( x)
maka dapat ditemukan c 3 sehingga p< , untuk a< x< c2
g(x)
f ( x)
Dari kedau kasus di atas maka → A , untuk x → a (terbukti).
g(x)

6.3 Kekontinuan Suatu Turunan dan Turunan Tingkat Tinggi


Teorema 6.3.1
Misalkan f fungsi real yang terdeferensialkan pada [a , b], dan f ' ( a )< λ< f ' (b).
Maka terdapat x ∈(a ,b) sehingga f ' ( x )=λ .
Bukti
Ambil g ( t ) =f ( t )−λt
Maka g' ( a ) <0 , sehingga g ( t 1) <g (a), untuk suatu t 1 ∈(a , b), dan

g' ( b ) >0, sehingga g ( t 2) < g (b), untuk suatu t 2 ∈(a , b),


Jadi g mempunyai minimum pada [a , b], di suatu titik x ∈( a ,b). Menurut teorema
Rolle, maka g' ( x )=0. Akibatnya f ' ( x )=λ .

Definisi 6.3.1
Jika f mempunyai turunan f ' pada suatu interval, f ' terdeferensialkan pada interval itu,
maka turunannya ditulis f , disebut turunan kedua dari f , dan seterusnya f (3) , … , f (n).
Bentuk f (n) disebut turunan ke n dari f atau turunan tingkat (order) n dari f .
75

Teorem 6.3.2 (Taylor dengan Suka Sisa)


Misalkan f fungsi real pada [a , b], n adalah bilangan asli, f (n−1) kontinu pada
[a , b], f (n) ada untuk setiap titik dalam (a , b). Jika Rn dideferensialkan oleh persamaan
n−1
( b−a )k (k )
f ( b )=f ( a ) + ∑ f ( a )+ R n
k−1 k!
maka terdapat c ∈(a , b), sedemikian sehingga
( b−a )k ( n)
Rn = f (c )
n!
Jika n=1, maka teorema di atas menjadi teorema nilai rata-rata. Selanjutnya, bila b
dipandang sebagai variabel, maka dibangun bentuk persamaan
n−1
( b−a )k ( k )
f ( x )=f ( a ) + ∑ f ( a ) + Rn
k−1 k!
dengan
( b−a )k ( n)
Rn = f ( c ) , c ∈(a , b)
n!
Untuk a=0, maka teorema ini disebut teorema Maclaurin dengan suku sisa.
Bukti
Misalkan M adalah bilangan yang didefinisikan dalam bentuk persamaan
n−1
( b−a )k (k ) ( b−a )n
f ( b )=f ( a ) + ∑ f ( a )+ M ………………….…………… (1)
k=1 k! n!
Maka harus ditunjukkan c ∈(a , b), sedemikian sehingga
f (n ) ( c )=M
Bentuk fungsi F dengan
n−1
( b−a )k ( k ) ( b−a )n
F ( x )=−f ( b ) + f ( x ) + ∑ f ( a) + M …………………….(2)
k=1 k! n!
dengan a< x<b .
Jika F diturunkan maka diperoleh

[ ]
n−1
( b−x )k ( k+1) ( b−x )k−1 (k ) ( b−x )n−1
F ( x )=f ( x )+ ∑
' '
f ( x) − f ( x ) −M
k=1 k! (k −1)! (n−1)!
yang dapat disederhanakan menjadi
( b−x )n−1 n
'
F ( x )=
(n−1)!
[ f ( x )−M ], dengan a< x<b ………………….………....(3)
Karena (1) dan (2) dipenuhi maka diperoleh F ( a )=F ( b )=0 . Jadi terdapat c ∈(a , b),
sedemikian sehingga F ' ( c )=0 .
Dengan memberikan harga c untuk x dalam (3) terbuktilah bahwa f (n ) ( c )=M .
76

6.4 Integral Riemann


Definisi 6.4.1
Pandang selang/interval [a,b]. Himpunan P = {a = x 0, x1, …, xn = b}, dengan a =
x0 < x1 < … ¸xn = b, disebut partisi pada [a, b].
Namakan ∆ xi = xi – xi-1, dengan I = 1, 2, …, n
Perhatikan fungsi f : [a, b] → R, dan f terbatas.
Ambil P sebarang partisi pada [a, b].
Namakan Mi = sup { f(x) | x ∈ [xi-1, xi]}
mi = inf { f(x) | x ∈ [xi-1, xi]}
M = sup { f(x) | x ∈ [a, b]}
m = inf { f(x) | x ∈ [a, b]}
jelas m ≤ mi ≤ Mi ≤ M
Didefinisikan
n
∑ M i Δxi
U(P, f) = i=1

n
∑ mi Δxi
L(P, f) = i =1

Maka untuk sebarang partisi P berlaku


M (b – a) ¿ L(P, f) ¿ U(P, f) ¿ M(b – a)
Jadi {L(P, f) | P partisi pada [a, b]} dan { U(P, f) | P partisi pada [a, b]}, terbatas ke
bawah oleh m(b – a) dan terbatas atas oleh M(b – a)
b

∫ f ( x ) dx=inf {U ( P , f )|P partisi pada[a , b]}=infp U(P, f) disebut integral Riemann atas.
a

∫ f ( x ) dx =
{ L ( P , f )|P partisi pada[ a ,b ]}=¿ p
¿ ¿ L(P, f) disebut integral Riemann bawah.
a

b b

Jika ∫ f ( x ) dx=¿ ¿ ∫ f ( x ) dx , maka f dikatakan terintegral Riemenn pada [a, b], yang
a a

b b b

ditulis ∫ f ( x ) dx=¿ ¿ ∫ f ( x ) dx = ∫ f ( x ) dx
a a a

Himpunan semua fungsi yang terintegral Riemann ditulis diberi simbol ℜ .


Jadi jika f terintegral Riemann pada [a, b], maka ditulis f ∈ ℜ [a, b].
77

Catatan: Integral Riemann pada [a, b], beserta sifat-sifatnya telah banyak dibahas
b n
dalam kalkulus dengan menggunakan konsep ∫ f ( x ) dx = |lim
P|→0
∑ f ( x i) ∆ x i, dengan x i
a i=1

adalah titik tengah selang ke- i.


Jadi Integral Riemann pada [a, b] dapat didekati dengan dua konsep yang pada intinya
sama, namun caranya ada sedikit perbedaan. Selanjutnya dibahas dalam contoh berikut.
Contoh 6.4.1 (dalam Ilmu Kalkulus)
3

Dengan menggunakan konsep jumlah Riemann, hitunglah ∫ ( x +3 ) dx


−2

Penyelesaian
Partisikan selang [-2, 3] menjadi n selang bagian yang sama, masing-masing dengan
5
panjang ∆ x = . Dalam tiap selang bagian [xi-1, xi], gunakan x i = xi sebagai titik sampel,
n
maka
x0 = -2
x1 = -2 + ∆ x
x2 = -2 + 2∆ x
5
xi = -2 + i∆ x = -2 + i( )
n
.
.
.
xn = -2 +n ∆ x
5 5
Jadi f(xi) = xi + 3 = -2 + i( ) + 3 = 1 + i( )
n n
n n
Sehingga ∑ f (x i )∆ x i = ∑ f ( x i)∆ x
i=1 i=1

[ ( )]
n
5 5 5 n 25
n
=∑
n n∑
1+ i = 1+ 2 ∑ i
i=1 n i=1 n i=1

=
5
n
25 1
[
( n )+ 2 n(n+1) = 5 +
n 2 ]
25
2
1+
1
n ( )
3 n
Jadi ∫ ( x +3 ) dx = lim ∑ f ( x i) ∆ x i
−2 |P|→0 i=1

= lim s+
n→∞ [ 25
2
1
(1+ )
n ]
78

35
=
2
Contoh 6.4.2
Misalkan f = [0, 2] → R, dan

f didefinisikan oleh f(x) = {10 ,, x=1


x≠1

Buktikan bahwa f terintegral Riemann, dan hitung integralnya.


Bukti
Ambil P = {x0 = 0, x1 = 1-h, x2 = 1, x3 = 1+h, x4 = 2}
Mi = sup { f(x) | x ∈ [xi-1, xi]}
mi = inf { f(x) | x ∈ [xi-1, xi]}
Dalam hal ini, h bilangan positif kecil, dengan h → 0.
Selanjutnya, dapat dibuat selang-selang bagian
tertutup [xi-1, xi] sebagai berikut,
[0, 1-h] → M1 = 1, m1 = 1, Δ x1 = 1-h
[1-h, 1] → M2 = 1, m2 = 0, Δ x2 = h
[1, 1+h] → M3 = 1, m3 = 0, Δ x3 = h
[1+h, 2] → M4 = 1, m4 = 1, Δ x4 = 1-h
Sehingga,
4
U(P, f) = ∑ M i ∆ xi = 1(1-h) + 1(h) + 1(h) + 1(1-h)
i=1

=1–h+h+h+1–h=2
2

Sehingga ∫ f = inf U(P, f) = inf {2} = 2.


0

4
L(P, f) = ∑ mi ∆ xi = 1(1-h) + 0(h) + 0(h) + 1(1-h)
i=1

= 1 – h + 1 – h = 2 – 2h
2

Sehingga ∫ f = sup L(P, f) = sup {2-2h} = 2.


0

2 2

Jadi ∫ f = ∫ f = 2.
0 0

Dengan kata lain, f ∈ ℜ [0, 2]. Terbukti

6.5 Integral Riemann-Stieltjes dan Sifat-Sifatnya


Definisi 6.5.1
79

Pandang selang/interval [a,b]. Himpunan P = {a = x0, x1, …, xn = b},


dengan a = x0 < x1 < … ¸xn = b, disebut partisi pada [a, b]. Diberikan α adalah fungsi
monoton naik pada [a, b].

Namakan
Δα i = α i−α i−1 , dengan i = 1, 2, …, n

α pasti terbatas, sebab α (a) dan α (b) finite, dan α naik monoton.

yang berarti α (x ) ¿ α (b) , ∀ x ∈ [a, b].


Perhatikan fungsi f : [a, b] → R, dan f terbatas.
Ambil P sebarang partisi pada [a, b].
Namakan Mi = sup { f(x) | x ∈ [xi-1, xi]}
mi = inf { f(x) | x ∈ [xi-1, xi]}
Didefinisikan
n
U(P, f, α ) = ∑ M i ∆ α i
i=1

n
L(P, f, α ) = ∑ mi ∆ α i
i=1

Maka untuk sebarang partisi P berlaku


b

∫ f ( x ) dα ( x)=inf {U ( P , f ,α )| P partisi pada [a ,b ]}=infp U(P, f, α )


a

disebut integral Riemann-Stieltjes atas


b

∫ f ( x ) dα ( x) { L ( P , f , α )|P partisi pada[ a ,b ]}=¿ p


= ¿¿ L(P, f, α )
a

disebut integral Riemann-Stieltjes bawah.


b b

Jika ∫ f ( x ) dα (x)=¿ ¿ ∫ f ( x ) dα ( x), maka f dikatakan terintegral Riemenn pada [a, b],
a a

b b b

yang ditulis ∫ f dα =¿ ¿ ∫ f dα = ∫ f dα .
a a a

Himpunan semua fungsi yang terintegral Riemann ditulis diberi simbol ℜ ( α ¿.


Jadi jika f terintegral Riemann-Stieltjes pada [a, b], maka ditulis f ∈ ℜ ( α ) [a, b].

Dengan mengambil α (x ) = x, tampak bahwa integral Riemann merupakan kejadian


khusus dari Integral Riemann-Stieltjes.

Contoh 6.5.1
Fungsi f dan α terdefinisi pada [-1, 6], dan f : [-1, 6] → R, α : [-1, 6] → R.
80

Didefinisikan f(x) dan α (x ) sebagai berikut:

{
1

{
2 ,−1 ≤ x <2 2 ,−1≤ x <2
2
f(x) = 1 ,2 ≤ x ≤ 3 α (x) =
1
4 ,3< x ≤ 6 x+1 , 2 ≤ x ≤ 6
2

Apakah f ∈ ℜ ( α ), bila ya buktikan dan tentukan hasil integralnya.


Bukti

1 1
Ambil suatu partisi P = {-1, 2-h, 2+h, 2 - h, 2 + h, 3 – h, 3 + h, 6}
2 2
Kemudian tentukan suprimun dan infimum dari ∆ α i pada interval [xi-1, xi] sehingga
diperoleh
[-1, 2-h] → M1 = 2, m1 = 2, ∆ α 1 = α (2 – h) – α (-1) = 2 – 2 = 0
[2-h, 2+h] → M2 = 2, m2 = 1, ∆ α 2 = α (2 + h) – α (2 – h) = 0
1 1
[2+h, 2 −¿h] → M3 = 1, m3 = 1, ∆ α 3 = α (2 – h) – α (2 + h) = 0
2 2
1 1 1 1 3
[2 - h, 2 + h] → M4 = 1, m4 = 1, ∆ α 4 = α (2 + h) – α (2 - h) = + h
2 2 2 2 2
81

1 1 1
[2 + h, 3 - h] → M5 = 1, m1 = 1, ∆ α 5 = α (3– h) – α (2 + h) = - 2h
2 2 2
[3 - h, 3+h] → M6 = 4, m2 = 1, ∆ α 6 = α (3 + h) – α (3 – h) = 2h
[3+h, 6] → M7 = 4, m3 = 4, ∆ α 7 = α (6) – α (3 + h) = 3 - h
7
Jadi U(P, f) = ∑ M i ∆ α i
i=1

3 1
= 2(0) + 2(0) + 1(0) + 1( +¿ h) + 1( - 2h) + 1(2h) + 4(3 – h)
2 2
= 14 + 3h
7
L(P, f) = ∑ mi ∆ α i
i=1

3 1
= 2(0) + 1(0) + 1(0) + 1( +¿ h) + 1( - 2h) + 1(2h) + 4(3 – h)
2 2
= 14 – 3h
Sehingga diperoleh

inf U(P, f, α ) = lim U ( P , f , α )= 14


h→ 0

sup L(P, f, α ) = lim L ( P , f , α )= 14


h→ 0

dan |U ( P , f , α ) - L ( P , f ,α )| = |14 + 3h – 14 – 3h| = 6h ¿ ε .


ε
Ambil h ¿ maka f terintegral Riemann-Stieltjes terhadap α , atau f ∈ ℜ (α ).
6
6

Jadi ∫ f ( x ) dα ( x ) = 14.
−1

Definis 6.5.2
P partisi pada [a, b], P* adalah penghalus P jika P* ⊃ P. misalkan ada dua partisi
P1, dan P2 maka P* = P1 ∪ P2.

Teorema 6.5.1
Jika P* ⊃ P maka L(P, f, α ) ≤ L(P*, f, α ) dan U(P*, f, α ) ≤ U(P, f, α )
Bukti
Sebagai latihan.
Teorema 6.5.2
b b

∫ f dα ≤∫ f dα
a a
82

Bukti
Ambil P1, dan P2 pada [a, b]. bentuk P* = P1 ∪ P2.
Menurut teorema 4.2.1 maka L(P1, f, α )≤ L(P*, f, α ) ≤ U(P*, f, α ) ≤ U(P2, f, α )
yang berakibat L(P1, f, α ) ≤ U(P2, f, α )
b

∫ f dα =¿¿ P1 ¿ L(P1, f, α ) ≤ U(P2, f, α )


a

b b

∫ f dα =¿ inf ¿ U(P2, f, α ) =∫ f dα
P2
a a

b b

Jadi ∫ f dα ≤∫ f dα terbukti.
a a

Teorema 6.5.3
Jika f ∈ R (α ) pada [a, b] jhj untuk setiap ε > 0 terdapatlah partisi P sedemikian
sehingga
U(P, f, α ) – L(P, f, α ) < ε .
Bukti
( ⇐ ) Ambil ε > 0 sebarang, terdapat partisi P pada [a, b] berlaku
b b

L(P, f, α ) ≤∫ f dα ≤ ∫ f dα ≤ U(P, f, α )
a a

b b

Berakibat 0 ≤∫ f dα ≤ ∫ f dα ≤ U(P, f, α ) - L(P, f, α ) < ε


a a

b b

Berarti 0 ≤∫ f dα ≤ ∫ f dα < ε . Karena ε sebarang, maka diperoleh


a a

b b

∫ f dα =∫ f dα . Jadi f ∈ ℜ ( α) .
a a

( ⇒ )Misalkan f ∈ ℜ ( α ) pada [a, b]. Ambil ε > 0, maka terdapat partisi P1 dan P2
b
ε
sedemikian sehingga U(P2, f, α ) - ∫ f dα <
a
2
b
ε
∫ f dα - L(P1, f, α ) < 2
a

Bentuk partisi P = P1 ∪ P2, maka berlaku


b
ε
U(P, f, α ) ¿ U(P2, f, α ) < ∫ f dα + < L(P1, f, α ) + ε ¿ L(P, f, α ) + ε
a
2
Berakibat U(P, f, α ) – L(P, f, α ) < ε . Terbukti.
83

Teorema 6.5.4
(a) Jika U(P, f, α ) – L(P, f, α ) < ε , untuk setiap partisi P dan suatu ε > 0 maka U(P*,
f, α ) – L(P*, f, α ) < ε untuk suatu P* ⊃ P
(b) Jika U(P, f, α ) – L(P, f, α ) < ε , untuk setiap partisi P dan si, ti ∈ [xi-1, xi], i = 1, 2, 3,
n
…, n maka ∑ |f ( si ) −f (t i )| ∆ α i < ε
i−1

n b
|∑ f (t i ) Δαi −∫ fd α|< ε
(c) Jika f ∈ ℜ(α ) dan hipotesis (b) berlaku maka i=1 a .
Bukti
(a) Cukup jelas, gunakan bentuk pertidak samaan terakhir dari teorema 6.5.3.

(b) Gunakan |f ( s i )−f (t i )| ¿ Mi - mi.


n
∑ f (ti ) Δα i≤
(c) L(P, f, α ) ¿ i =1 U(P, f, α ) dan
b

∫ fd α
L(P, f, α ) ¿ a ¿ U(P, f, α ), maka

n b

∑ f (ti ) Δα i ∫ fd α
i =1 - a ¿ U(P, f, α ) - L(P, f, α ) ¿ ε dan
b n
∫ fd α ∑ f (ti ) Δα i
a - i =1 ¿ U(P, f, α ) - L(P, f, α ) ¿ ε
n b
|∑ f (t i ) Δαi −∫ fd α|< ε
Berarti i=1 a .

Teorema 6.5.5

Jika f kontonu pada [a, b] maka f ∈ ℜ(α ) pada [a, b].


Bukti

Ambil ε > 0 , pilih η>0 sehingga [ α (b)−α (a)]η<ε .


Karena f kontinu pada [a, b] maka terdapat δ> 0 , sehingga jika x, t ∈ [a, b], dan |x – t|
< δ , maka |f(x) – f(t)| < η .

Jika P sebarang partisi pada [a, b] sedemikian sehingga


Δx i < δ , untuk setiap i.

Berakibat Mi – mi ¿ η .
84
n
∑ (M i −mi ) Δα i
Jadi U(P, f, α ) - L(P, f, α ) = i =1

n
∑ Δα i
¿ i=1 = [α (b )−α (a )]η<ε
Karena ε > 0 sebarang dan U(P, f, α ) - L(P, f, α ) ¿ ε ,

maka f ∈ ℜ(α ) pada [a, b].

Teorema 6.5.6

Jika f monoton pada [a, b] dan α kontinu pada [a, b] maka f ∈ ℜ(α ) .
Bukti
Karena α kontinu pada [a, b] maka untu n ∈ N, dapat dibuat partisi P pada [a, b]
sehingga
α (b )−α (a )
Δα i=
n , untuk setiap i.
Karena f monoton, misalkan monoton naik, maka diperoleh
Mi = f(xi) mi = f(xi-1)
n
∑ (M i −mi ) Δα i
Berakibat U(P, f, α ) - L(P, f, α ) = i =1

n
α(b )−α(a )
n
∑ [ f ( x i )−f ( x i−1 )]
= i=1

α(b )−α (a )
[ f (b )−f (a)]< ε
= n

Jadi ε > 0 sebarang, terdapat P partisi pada [a, b], untuk n cukup besar, sehingga

U(P, f, α ) - L(P, f, α ) ¿ ε , berarti f ∈ ℜ(α ) pada [a, b].

Teorema 6.5.7
Jika f terbatas pada [a, b], f mempunyai berhingga banyak titik diskontinu pada

[a, b] dan α kontinu di setiap titik diskontinu dari f maka f ∈ ℜ(α ) pada [a, b].
Bukti
Sebagai latihan.
85

Teorema 5.2.8 (Sifat-Sifat Integral Riemann-Stieltjes)

(a) Jika f1 ∈ ℜ(α ) , f2 ∈ ℜ(α ) pada [a, b] maka f1 + f2 ∈ ℜ(α ) .

Jika f ∈ ℜ(α ) , dan c adalah konstanta, maka jika cf ∈ ℜ(α ) dan


b b

∫ cf d( α) c ∫ f dα
a = a

b b

∫ f 1 dα ∫ f 2 dα
(b) Jika f1(x) ¿ f2(x) pada [a, b] maka a ¿ a

(c) Jika f ∈ ℜ(α ) pada [a, b], dan a < c < b, maka f ∈ ℜ(α ) pada [a, c] dan pada [c, b],
dan
c b b

∫ f dα ∫ f dα ∫ f dα
a + c = a

(d) Jika f ∈ ℜ(α ) pada [a, b], dan |f(x)| ¿ M atau f terbatas pada [a. b] maka
b

∫ f dα
| a | ¿ M [ α (b)−α (a) ]

(e) Jika f ∈ ℜ(α 1 ) , dan f ∈ ℜ(α2 ) maka f ∈ ℜ(α 1 + α2 )

Jika f ∈ ℜ(α ) , dan c adalah konstanta positif, maka jika f ∈ ℜ(cα ) dan
b b

∫ f d (cα ) c ∫ f dα
a = a

Teorema 6.5.9

Jika f ∈ ℜ(α ) , dan g ∈ ℜ(α ) pada [a, b] maka

(a) fg ∈ ℜ(α ) ;
b b

∫ f dα ∫|f|dα
(b) |f| ∈ ℜ(α ) , dan | a | ¿ a .
Bukti

(a) Ambil φ (t) = t2. Jelas φ kontinu pada R.

Karena f ∈ ℜ(α ) pada [a, b] maka φ (f) = f2 ∈ ℜ(α )

Karena g ∈ ℜ(α ) pada [a, b] maka –g ∈ ℜ(α )

Karena f, g, -g ∈ ℜ(α ) maka (f+g) ∈ ℜ(α ) , dan (f – g) ∈ ℜ(α )

Berakibat (f + g)2 = (f2 + 2 fg + g2) ∈ ℜ(α ) , dan


86

(f – g)2 = (f2 – 2 fg + g2) ∈ ℜ(α )

(f + g)2 – (f – g)2 = 4 fg ∈ ℜ(α )

Karena 4 fg ∈ ℜ(α ) , maka fg ∈ ℜ(α )

(b) Ambil φ (t) = |t|

Jelas φ kontinu pada R.

Karena f ∈ ℜ(α ) , maka φ (f) = |f| ∈ ℜ(α ) .


b
c ∫ f d (α )
Pilih c = +1, atau c = -1, sedemikian sehingga a ¿0
b b

∫ f dα c ∫ f dα
Maka | a |= a

b b

∫ cf dα ∫|f |dα
= a ¿ a

Sebab untuk c = +1, atau c = -1, amka cf |f|.


b b

∫ f dα ∫|f |dα
Jadi | a |¿ a . Terbukti.
87

B. LATIHAN SOAL

1. Diberikan untuk x ∈ R dimana a≠0 . Tentukanlah f \( x \) } {¿ untuk n∈ N , x∈ R .


f (x )=cos ax
2. Diberikan I⊆R merupakan interval terbuka, diberikan f : I →R

terdiferensialkan pada I, dan misalkan f \( a \) } {¿ terletak pada a ∈ I , tunjukkan bahwa


f ( a )= lim from {h→ 0} {{f left (a + h right ) - 2 f left (a right ) + f ( a - h )} over {{h} ^ {2}}

3. Anggaplah bahwa I ⊆ R adalah interval terbuka dan f \( x \) >= 0} {¿ untuk semua


x ∈ I , tunjukkan bahwa bagian dari grafik f pada I tidak pernah di bawah garis

singgung grafik di (c ,f (c)).

4. Diberikan f :[0,2 ]→ R didefinisikan oleh f (x ):=1 jika x≠1 , dan f (1 ):=0 .


Tunjukkan bahwa f apakah diintegrasikan pada [0,2] dan hitung integralnya.
π
5. Buktikan bahwa f ( x ) :=cos( ) untuk 0<x≤1, f (0)=0 , diintegrasi pada [0,1]
x
6. Tunjukkan bahwa jika ε > 0 , kemudian terdapat δ> 0 sehingga jika Q adalah

beberapa partisi dari I=[ a, b] dengan ‖Q‖<δ, maka L(Q; f )≥L(f )−ε dan
U (Q ;f )≤U ( f )+ε. (Petunjuk : diberikan P1 merupakan partisi sedemikian rupa
ε
L(f )− <L( P1 ; f ). P1 selain a,b, diberikan
sehingga 2 jika ada titik k di
88

ε
δ := .
( 4 k‖f‖) sekarang diberikan Q beberapa partisi dengan ‖Q‖<δ dan

mempertimbangkan (Q1 :=Q∪P1 ) .

7. Diberikan f sebuah batas fungsi yang terdefinisi pada [a ,b] dan diberikan
P:=( x 0 , x 1 , .. . , x n ) [a ,b] . Diberikan ε > 0 , tunjukkan
merupakan partisi dari

bahwa terdapat titik-titik tengah ( ς 1 , ς2 ,. .. , ς n) . Sehingga


n
U ( P ; f )− ∑ f ( ς k )( x k −x k −1 )< ε
k =1 . Demikian pula, terdapat titik-titik tengah
n

( η1 ,η 2 ,. . ., ηn ) ∑ f (ηk )( x k− x k−1 )−L( P; f )< ε


sehingga k =1

8. Buktikan bahwa jika f monoton turun pada [a , b] dan α kontinu pada [a , b] maka
f ∈ R(α) pada [a , b].

9. Jika f kontinu pada [ a , b ] maka f ∈ R(α) pada [a , b]. Buktikan!

{
1

{
x , 0 ≤ x<1 1.0 ≤ x<1
2
10. Diketahui f ( x )= 1,1 ≤ x ≤ 2 dan g ( x )=
1
x +1,2< x ≤ 3 x ,1 ≤ x≤3
2

a. Apakah f ∈ R(g), jika ya hitunglah hasil interalnya!


b. Apakah g ∈ R( f ), jika ya hitunglah hasil interalnya!

Anda mungkin juga menyukai