Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS YURIDIS PELAYANAN PUBLIK YANG BAIK

SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE


DALAM KONSEP WELFARE STATE

JURIDICAL ANALYSIS OF GOOD PUBLIC SERVICE IN ORDER TO CREATE


GOOD GOVERNANCE IN THE CONCEPT OF WELFARE STATE

Dyah Adriantini Sintha Dewi


Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang, Email: dyahadriantini@yahoo.com

Naskah diterima: 22 Juli 2014


Naskah direvisi: 26 September 2014
Naskah diterbitkan: 24 November 2014

Abstract
Good public service is a right and a dream of every citizen, especially in the concept of the welfare state
that promotes public welfare. However, maladministration is largely being found which cause ill treatment
to society. Therefore, there is a need to have on analysis on providing good public service in order to create
good governance. There are at least three elements to consider in the creation of good public service,
namely 1) ​​openness, 2) supervision, 3) justice. Opennes is necessary so that people know the government
is work plan, and able to participatite in supervision process to avoid irregularities in the mean time, to
bring about justica, regulation or policy making process should follow a number simulaneous phases of:
problem formulation, policy agenda, alternative politicies selection, and policy decision as one solid system.
There is a need for cooperation between the government and the community for good governance to come
about.
Key words: public service, good governance, welfare state

Abstrak
Pelayanan pubik yang baik merupakan hak dan dambaan bagi setiap warga negara, terutama dalam
konsep welfare state yang mengutamakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat, namun saat ini
masih banyak terjadi maladministrasi yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Untuk itu
perlu dianalisa bagaimana mewujudkan pelayanan publik yang baik sebagai sarana mewujudkan
good governance. Paling tidak ada 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi untuk terwujudnya pelayanan
publik yang baik, yaitu 1) keterbukaan, 2) pengawasan, 3) keadilan. Keterbukaan diperlukan agar
masyarakat mengetahui rencana kerja pemerintah dan melakukan pengawasan agar tidak terjadi
penyimpangan. Sementara itu, untuk mewujudkan keadilan, maka proses pembuatan peraturan
atau kebijakan harus dilakukan melalui tahapan: perumusan masalah, agenda kebijakan, pemilihan
alternatif kebijakan, dan penetapan kebijakan sebagai sebuah sistem yang harus dipenuhi secara
bersama. Perlu kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Kata kunci: pelayanan publik, good governance, welfare state

I. PENDAHULUAN banyak unsur, namun penulis akan membatasi


A. Latar Belakang hanya pada keterkaitannya dengan pelayanan
Pembicaraan mengenai good governance publik. Hal ini dikarenakan pelayanan publik
memang bukan merupakan hal yang baru, namun yang baik merupakan hak dan dambaan bagi
hal ini selalu menarik untuk dibahas. Jika kita setiap warga negara. Namun dalam kenyataannya
dalami, dalam konsep good governance terdapat hingga saat ini, pihak pemerintah masih belum

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 169


dapat memberikan pelayanan publik yang baik, pemerintah untuk memberikan kesejahteraan
sehingga mengakibatkan masyarakat menderita bagi warganya. Harapannya dengan adanya
kerugian. pelayanan publik yang baik tersebut, masyarakat
Sebagai wujud konkrit, dapat diajukan merasa senang, puas serta merasa memperoleh
data laporan pengaduan yang disampaikan apa yang menjadi haknya dan ini merupakan
masyarakat kepada Ombudsman berkait dengan kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya.
pelayanan publik yang buruk (maladaministrasi) Dengan demikian, bahwa pelayanan publik
yang mereka terima dan menimbulkan kerugian. yang baik merupakan hak asasi manusia berkait
Selama tahun 2013 Ombudsman Republik masalah untuk memperoleh keadilan. Artinya
Indonesia sebagai lembaga yang berwenang bahwa, keadilan dalam memperoleh pelayanan
untuk menerima laporan pengaduan berkait publik tidak boleh membedakan antara warga
dengan pelayanan publik, telah menerima negara yang satu dengan warga negara yang
sebanyak 3.621 laporan.1 Data tersebut lain apapun alasannya baik agama, warna kulit,
menunjukkan bahwa masyarakat merasa perlu bahasa dan sebagainya sepanjang penerima
untuk memperoleh haknya atas pelayanan layanan publik tersebut telah memenuhi
publik yang baik, maka mereka menggunakan ketentuan umum yang berlaku.
sarana Ombudsman sebagai lembaga tempat Atas dasar rasa tanggung jawab negara yang
mereka mengadu. besar, maka pada tanggal 18 Juli 2009, telah
Ombudsman Republik Indonesia yang disahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
selanjutnya disebut Ombudsman2 adalah 2009 tentang Pelayanan Publik dengan maksud
lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak untuk memberikan kepastian hukum dalam
memiliki hubungan organik dengan lembaga hubungan antara masyarakat dan penyelenggara
dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam dalam pelayanan publik.
menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari
campur tangan kekuasaan lainnya. Keberadan B. Perumusan Masalah
Ombudsman sebagai lembaga yang menerima Meskipun telah diundangkan Undang-
pengaduan dari masyarakat seolah sebagai Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
cahaya terang bagi masyarakat yang mendapat Pelayanan Publik, namun dengan melihat
pelayanan publik yang buruk. Ombudsman masih banyaknya laporan pengaduan kepada
yang awalnya bernama Komisi Ombudsman Ombudsman Republik Inonesia (ORI),
Nasional yang lahir berdasar Keppres Nomor menunjukkan bahwa pelayanan publik yang
44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman dilakukan pemerintah masih buruk, yang
Nasional hingga terbentuknya Ombudsman mengakibatkan good governance belum terwujud.
Republik Indonesia yang berdasar pada Undang- Untuk itu perlu dianalisis bagaimanakah
Undang Nomor 37 Tahun 2008 tersebut, telah pelayanan publik yang baik sebagai sarana
mendapat tempat di hati masyarakat. Bahkan mewujudkan good governance dan konsep
sekarang, setiap provinsi sudah memiliki Kantor welfare state?
Perwakilan.
Pelayanan publik yang baik oleh pemerintah C. Tujuan
sebenarnya juga merupakan wujud niat baik dari Tujuan dari tulisan ini adalah untuk
mengetahui bentuk pelayanan publik yang baik
1 Laporan Tahunan Ombudsman Republik Indonesia,
http://www.ombudsman.go.id/index.php/publikasi/ sebagai sarana mewujudkan good governance.
laporntahuan.html#, diakses tanggal 10 Desember Di samping itu, tulisan ini diharapkan mampu
2013. Bandingkan dengan Pranowo Dahlan, Pengawasan memberikan kontribusi baik secara teoritis
Ombudsman dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik,
maupun secara praktis.
materi paparan Reformasi Birokrasi POLRI (RBP),
Jakarta, 12 Februari 2014. 1) Kontribusi secara teoritis, adalah
2
Lihat Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman memperkaya ilmu pengetahuan hukum,
Republik Indonesia.

170 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


khususnya Hukum Administrasi Negara dari pengaruh apapun; (2) sistem terdiri dari
berkaitan dengan perwujudan good dua atau lebih subsistem yang terdiri lagi dari
governance dalam konsep welfare state. subsistem lebih kecil dan begitu seterusnya;
2) Kontribusi secara praktis, adalah: (3) subsistem saling bergantung satu sama lain
a) Bagi Pemerintah, dapat digunakan dan saling memerlukan; (4) Sistem mempunyai
sebagai rujukan untuk mengevaluasi kemampuan untuk mengatur diri sendiri (self
kinerja aparat dalam memberikan regulation); (5) Sistem memiliki tujuan dan
pelayanan publik. sasaran.5 Selanjutnya, dikemukakan pula oleh
b) Bagi Masyarakat, dapat digunakan Tatang M. Amirin, bahwa setiap sistem: (1)
sebagai pedoman untuk ikut mempunyai tujuan; (2) mempunyai batas yang
berpartisipasi mewujudkan good memisahkannya dari lingkungannya; (3) bersifat
governance. terbuka; (4) terdiri dari beberapa subsistem; (5)
c) Bagi Akademisi, dapat digunakan mempunyai sifat holistik (utuh menyeluruh);
untuk memperkuat tulisan yang sudah (6) saling berhubungan dan bergantung baik
ada dan dapat sebagai dasar bagi intern maupun ekstern; (7) melakukan proses
penulisan mendatang. transformasi; (8) memiliki mekanisme kontrol
dengan pemanfaatan umpan balik; (9) memiliki
II. KERANGKA PEMIKIRAN kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan
Dalam rangka mengungkap permasalahan menyesuaikan diri.6
dan untuk mencari jalan keluarnya, maka di Sementara itu, dalam melihat hukum
sini akan diajukan beberapa teori yang dapat sebagai sebuah sistem, kita dapat mengaitkan
dipakai sebagai pisau analisis dalam memecahkan dengan pendapat dari Lawrence M. Friedman
permasalahan yang diangkat. Teori sistem menjadi yang mengemukakan bahwa, jika melihat hukum
pilihan pertama untuk mengupas permasalahan. sebagai sistem maka sistem hukum itu terdiri
Menurut Visser T. Hooft, sistem adalah dari 3 (tiga) komponen, yaitu (1) substansi; (2)
sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur dan struktural; dan (3) kultural.7 Ketiga hal tersebut
komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi saling berkait satu sama lain dan tidak dapat
dan terkait satu sama lain oleh satu atau berdiri sendiri. Hal tersebut dikarenakan tujuan
beberapa asas.3 Ludwig von Bertalanffy hukum itu sendiri menurut Radbruch tidak saja
mendefinisikan sistem sebagai “a complex of keadilan, namun juga finalitas dan kepastian.
elements in mutual interaction”.4 Sementara itu, Aspek keadilan menunjuk pada kesamaan hak
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem di depan hukum. Aspek finalitas menunjuk
diartikan sebagai perangkat unsur yang secara kepada tujuan hukum, yaitu memajukan
teratur saling berkaitan sehingga membentuk kebaikan hidup manusia, sedangkan aspek
secara totalitas. Dengan demikian, terlihat kepastian menunjuk kepada jaminan bahwa
bahwa sistem itu memiliki ciri yang sangat luas hukum adalah peraturan yang ditaati.8
dan bervariasi. Hal ini dapat terlihat pada uraian Sekalipun ketiga hal tersebut dalam praktiknya
dari Elias M. Awad tentang sistem bahwa: (1) cukup sulit untuk bisa diwujudkan dalam waktu
Sistem itu bersifat terbuka, manakala dapat 5
H.R. Otje Salman S dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum,
berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali,
itu, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri Bandung: Refika Aditama, 2010, hal. 85.
6
Ibid. hal. 86.
3
C.F.G Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju satu 7
Lawrence M. Friedman, The Legal System: Social Science
Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991, hal. Perspective, New York: Russel sage Foundation, 1975
56, sebagaimana dikutip oleh Sirajuddin, dkk, Hukum sebagaimana dikutip oleh Sirajuddin, dkk, Hukum
Pelayanan Publik Berbasis Partisipasi & Keterbukaan Pelayanan Publik, hal. 14-15.
Informasi, Malang: Setara Press, 2012, hal. 13-14. 8
Bernard L. Tanya, dkk, Teori Hukum, Strategi Tertib
4
Lili Rasjidi dan I.B. Wiyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta
Sistem, Bandung: Mandar Maju, 2003, hal. 63. Publishing, 2010, hal. 130.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 171


yang bersamaan, namun bukan masalah besar dikehendaki sesuai dengan tujuan. Hal tersebut
jika tujuan dibuatnya aturan hukum itu demi dapat dikaji dari sudut ekonomi, yaitu berkait
kesejahteraan masyarakat. Artinya sangat dengan pelayanan barang dan jasa. Sedangkan
dimungkinkan salah satu unsur tujuan hukum dari sudut hukum adalah berkait dengan
itu mendapat porsi yang lebih rendah dibanding pelayanan yang harus diberikan tersebut adalah
unsur yang lainnya. Sehingga tidak tertutup berdasarkan peraturan perundang-undangan
kemungkinan pada penerapan hukum itu unsur yang mengikat dan tidak terbuka ruang yang
keadilan dan kepastian terpenuhi namun unsur membedakan antara pelayanan yang diberikan
finalitas untuk mewujudkan kesejahteraan kepada warga masyarakat tertentu dengan
masyarakat menjadi terabaikan, atau aspek warga lainnya. Apalagi kalau hal tersebut
finalitas terwujud, namun kepastian tidak dikaitkan dengan tujuan Undang-Undang
dirasakan adanya. Nomor 25 Tahun 2009 sebagaimana tertuang
Berkait dengan sistem pelayanan publik dalam Pasal 3, yaitu:
yang baik, hendaknya juga memperhatikan 1. terwujudnya batasan dan hubungan
prinsip-prinsip good governance sebagaimana yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
diuraikan oleh United Nations Development kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak
Programme (UNDP) yang menunjukkan yang terkait dengan penyelenggaraan
karakteristik good governance sebagai berikut: 1) pelayanan publik;
participation; 2) rule of law; 3) transparancy; 4) 2. terwujudnya sistem penyelenggaraan
responsiveness; 5) consensus orientation; 6) equity; pelayanan publik yang layak sesuai dengan
7) effectiveness and efficiency; 8) accountability; asas-asas umum pemerintahan dan
9) strategic vision.9 Sehingga nantinya dapat korporasi yang baik;
terwujud sistem pelayanan publik yang sesuai 3. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan
good governace. publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
III. ANALISIS 4. terwujudnya perlindungan dan
A. Sistem Pelayanan Publik kepastian hukum bagi masyarakat dalam
Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang penyelenggaraan pelayanan publik.
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Pelayanan publik yang baik menjadi
Publik, dikatakan bahwa “Pelayanan publik dambaan setiap warga negara. Untuk itu, maka
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam sudah selayaknya pihak pemerintah memberikan
rangka pemenuhan kebutuhan pelayananan pedoman bagi terwujudnya pelayanan publik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang baik tersebut. Bangunan sistem pelayanan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas publik yang baik menjadi sarana lancarnya
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif pelaksanaan pelayanan publik dan itu jika
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan didasarkan pada teori sistem sebagaimana
publik.” Berdasarkan definisi tersebut, terlihat disebut di atas, bahwa di dalamnya terkait
bahwa cakupan pelayanan publik itu sangat berbagai unsur, menjadi perhatian tersendiri.
luas, sehingga pendekatan yang dipakai juga Berkait dengan hal tersebut, kita perlu melihat
dapat secara beragam. Artinya dari berbagai terlebih dahulu dasar hukum pelayanan publik,
disiplin ilmu dapat masuk untuk dipakai di mana sebelum dikeluarknnya Undang-
sebagai pedoman dalam pelaksanaan sekaligus Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
pengawasan atas pelayanan publik yang Pelayanan Publik, secara legal formal telah
9
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan dikeluarkan beberapa ketentuan yaitu:
Keuangan dan Pembangunan, Akuntabilitas dan Good 1. Keputusan Menteri Pendayagunaan
Governance, Modul 1 dari 5 Modul Sosialisasi Sistem Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Jakarta:
2000, hal. 6-7.

172 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan yang termasuk dalam maladministrasi dan menjadi
Umum; ranah Ombudsman untuk menanganinya, yaitu:
2. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 (1) penundaan berlarut; (2) tidak menangani;
tentang Perbaikan Mutu Pelayanan (3) persekongkolan; (4) pemalsuan; (5) di
Aparatur Pemerintahan kepada luar kompetensi; (6) tidak kompeten; (7)
Masyarakat; penyalahgunaan wewenang; (8) bertindak
3. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 sewenang-wenang; (9) permintaan imbalan/
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi korupsi; (10) kolusi dan nepotisme; penyimpangan
Pemerintah; prosedur; (11) melalaikan kewajiban; (13)
4. Keputusan Menteri Pendayagunaan bertindak tidak layak/tidak patut; (14) penggelapan
Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 barang bukti; (15) penguasaan tanpa hak; (16)
tentang Pedoman Umum Pelayanan Publik; bertindak tidak adil; (17) intervensi; (18) nyata-
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan nyata berpihak; (19) pelanggaran undang-undang;
Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 (20) perbuatan melawan hukum.10
tentang Petunjuk Teknis Transparansi Pelayanan publik sebagai sebuah sistem yang
dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan terdiri dari subsistem-subsistem yang satu sama
Pelayanan Publik. lain saling berkait dan bergantung, dalam hal ini
Aturan tersebut memperkuat landasan sangat diperlukannya adanya kejelasan dalam
bagi pemberian layanan publik yang baik dan pengaturannya. Sehingga, tepatlah ketika asas-
menguntungkan bagi masyarakat. asas sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-
Banyaknya laporan berkait pelayanan Undang Nomor 25 tahun 2009 menjadi pedoman.
publik yang buruk atau yang sering disebut Adapun asas-asas tersebut adalah: 1) kepentingan
dengan maladministrasi, membuktikan umum; (2) kepastian hukum; (3) kesamaan
bahwa masih terdapat celah bagi adanya hak; (4) keseimbangan hak dan kewajiban; (5)
penyimpangan peraturan perundang-undangan keprofesionalan; (6) partisipatif; (7) persamaan
yang berlaku. Hal ini harus dicermati, seberapa perlakuan/tidak diskriminatif; (8) keterbukaan;
banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut (9) akuntabilitas; (10) fasilitas dan perlakuan
berperan serta mengawasi kinerja administrator khusus bagi kelompok rentan. Asas-asas ini harus
pemberi layanan publik. Sekalipun keluarnya dipakai sebagai landasan pelaksanaan pelayanan
Undang-Undang tentang Pelayanan Publik publik yang semua saling berkait. Pelaksanaan
setelah banyaknya laporan pengaduan tidak bisa hanya mendasarkan sebagian asas-asas
masyarakat akan terjadinya maladministrasi, saja, namun harus secara keseluruhan. Di samping
namun adalah lebih baik dari pada tidak sama itu, lingkungan sangat memegang pengaruh
sekali. Tidak ada kata terlambat dalam hal ini. dalam masalah ketaatasasan. Hal ini mengingat
Maladaministrasi sebagaimana diatur dalam bahwa tidak menutup kemungkinan ketika
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun seorang penyelenggara layanan publik hendak
2008 adalah “perilaku atau perbuatan melawan melaksanakan tugas sesuai aturan, namun justru
hukum, melampaui wewenang, menggunakan “permainan” dimulai dari tawaran masyarakat
wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi sebagai penerima manfaat pelayanan publik,
tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian inipun bisa sebagai pintu masuk maladministrasi,
atau pengabaian kewajiban hukum dalam seperti adanya tindakan korupsi. Lingkungan kerja
penyelenggaran pelayanan publik yang dilakukan juga, seringkali tidak lepas dari jerat lingkaran setan
oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang penyimpangan. Inilah sebuah realita, bahwa setiap
menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil tindakan yang dilakukan oleh seseorang pasti ada
bagi masyarakat dan orang perseorangan.” dasar atau alasannya, seperti dikemukakan oleh
Sementara itu dalam Panduan Investigasi untuk 10 C.F.G. Sunaryati Hartono, dkk, Panduan Investigasi untuk
Ombudsman di Indonesia, Jakarta: Komisi Ombudsman
Ombudsman Indonesia, diuraikan aspek-aspek
Nasional, 2003, hal. 18-21.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 173


Herbert Blummer di atas. Demi untuk tegaknya 1. mengetahui apakah pelaksanaan wewenang
pelayanan publik yang baik, hendaknya berbagai oleh pejabat atau tata usah negara telah sesuai
celah yang mungkin dapat dijadikan pintu masuk dengan maksud dan tujuan pemberiannya;
adanya penyimpangan harus ditutup rapat-rapat. 2. mengetahui apakah pelaksanaan wewenang
Namun di lain kesempatan, masukan positif oleh pejabat atau badan tata usaha negara
dari masyarakat juga harus mendapat tempat telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dalam rangka perbaikan sistem pelayanan publik penyelenggaraan pemerintahan yang baik;
demi kepuasan masyarakat. Sehingga menjadi 3. mengetahui kemungkinan adanya kendala-
sangat penting, kebijakan administrator dalam kendala atau kelemahan-kelemahan serta
mengambil sikap, kapan bersikap “terbuka” dan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan
kapan bersikap “tertutup”. wewenang yang telah diberikan kepada
Pelaksanaan pelayanan publik yang rentan Pejabat? badan Tata Usaha Negara, sehingga
dari adanya penyimpangan, menuntut adanya dapat diadakan perubahan-perubahan untuk
lembaga pegawasan guna tercapainya tujuan memperbaiki serta mencegah pengulangan
pelayanan publik yang sudah digariskan. Dalam kegiatan-kegiatan yang salah;
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 25 4. melindungi hak asasi manusia yang telah
Tahun 2009 disebutkan bahwa Ombudsman dijamin oleh undang-undang dari kemungkinan
merupakan lembaga yang berweang mengawasai tindakan penyalahgunaan kekuasaan/
penyelenggaraan pelayanan publik. Ini wewenang oleh aparatur pemerintah;
merupakan penjabaran dari sistem terbukanya 5. menghindari terjadinya perbuatan
pelayanan publik. Adanya lembaga pengawasan (pemerintah) yang dapat merugikan
ini merupakan perwujudan dari konsep negara kepentingan masyarakat, setidak-tidaknya
hukum. Dikemukakan oleh Sri Soemantri, untuk menekan seminimal mungkin
bahwa inti dari konsep negara hukum adalah: terjadinya perbuatan tersebut.12
1. bahwa pemerintah dalam melaksanakan Pelayanan publik diselenggarakan baik di
tugas dan kewajiban harus berdasar hukum tingkat pusat mupun daerah, hal ini tercantum
atau peraturan perundang-undangan; dalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah
2. adanya jaminan terhadap hak asasi manusia; Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
3. adanya pembagian kekuasaan; Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
4. adanya pengawasan dari badan-badan Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
peradilan.11 Daerah Kabupaten/Kota, bahwa jenis-jenis
Dengan demikian dalam sistem pelayanan pelayanan publik meliputi:
publik diharapkan ada sistem kontrol dengan 1. Pelayanan yang berkaitan dengan persoalan
pemanfaatan umpan balik antara penyelenggara kependudukan,
layanan publik dengan penerima layanan publik 2. Pelayanan yang berkaitan dengan persoalan
serta dari lembaga pengawasan yang telah ketertiban dan keamanan,
ditunjuk dalam undang-undang. Keberadaan 3. Pelayanan yang berkaitan dengan perizinan.
lembaga pengawasan menjadi hal yang tidak dapat 4. Pelayanan yang berkaitan dengan
ditawar lagi keberadaannya, mengingat bahwa kesejahteraan,
tujuan pengawasan terhadap penyelenggaraan 5. Pelayanan yang berkaitan dengan
pemerintahan, (dalam hal ini diterapkan bagi pengawasan kegiatan masyarakat,
pelayanan publik) adalah untuk: 6. Pelayanan yang berkaitan dengan
pengembangan perekonomian,
11
Sri Soemantri, M, Bunga Rampai Hukum Tata Negara 7. Pelayanan yang berkaitan dengan
Indonesia, Bandung: Alumni, 1992, hal 29-30 sebagaimana pembinaan politik,
dikutip oleh Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan 12
H.M. Ganang Asmara, Ombudsman Republik Indonesia
Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung:
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Surabaya:
Alumni, 2004, hal. 14-15.
Laksbang Yustitia Surabaya, 2012, hal. 132.

174 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


8. Pelayanan yang berkaitan dengan sosial berkewajiban menyusun dan menetapkan
budaya, maklumat pelayanan yang merupakan pernyataan
9. Pelayanan yang bersifat tugas pembantuan kesanggupan melaksanakan pelayanan dan wajib
(PBB), dipublikasikan secara jelas dan luas. Hal ini sudah
10. Pelayanan adminisitrasi surat menyurat barang tentu sesuai dengan hak masyarakat atas
bagi kepentingan warga msyarakat. pelayanan publik sebagaimana diatur dalam
Selain cakupan wilayah yang cukup luas, Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 2009, bahwa masyarakat berhak:
25 Tahun 2009, ruang lingkup pelayanan publik 1. mengetahui kebenaran isi standar
juga luas, yaitu terdiri dari pelayanan barang pelayanan;
publik, jasa publik dan pelayanan administratif 2. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;
yang meliputi bidang pendidikan, pengajaran, 3. mendapat tanggapan terhadap pengaduan
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, yang diajukan;
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, 4. mendapat advokasi, perlindungan, dan/
kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, atau pemenuhan pelayanan;
perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, 5. memberitahukan kepada pimpinan
dan sektor strategis lainnya. Berdasar hal penyelenggara untuk memperbaiki
tersebut, terlihat betapa sistem pelayanan pelayanan apabila pelayanan yang diberikan
publik yang baik dan kuat akan mempengaruhi tidak sesuai dengan standar pelayanan;
hasil dalam masyarakat. 6. memberitahukan kepada pelaksana untuk
Untuk memperoleh pelayanan publik memperbaiki pelayanan apabila pelayanan
yang baik, berdasar Pasal 21 Undang-Undang yang diberikan tidak sesuai dengan standar
Nomor 25 Tahun 2009 menyebutkan adanya pelayanan;
komponen standar pelayanan publik, yang 7. mengadukan pelaksana yang melakukan
sekurang-kurangnya meliputi: penyimpangan standar pelayanan dan/
1. dasar hukum; atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
2. persyaratan; penyelenggara dan ombudsman;
3. sistem, mekanisme, dan prosedur; 8. mengadukan penyelenggara yang
4. jangka waktu penyelesaian; melakukan penyimpangan standar
5. biaya/tarif; pelayanan dan/atau tidak memperbaiki
6. produk pelayanan; pelayanan kepada penyelenggara dan
7. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; ombudsman; dan
8. kompetensi pelaksana; 9. mendapat pelayanan yang berkualitas
9. pengawasan internal; sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.
10. penanganan pengaduan, saran, dan masukan;
11. jumlah pelaksana; B. Pelayanan Publik yang baik Berdasarkan
12. jaminan pelayanan yang memberikan Konsep Good Governance
kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai Pelayanan publik menjadi sorotan masyarakat
dengan standar pelayanan; pada dewasa ini. Masyarakat sudah semakin
13. jaminan keamanan dan keselamatan paham akan hak dan kewajibannya, sehingga
pelayanan dalam bentuk komitmen untuk ketika mendapatkan pelayanan publik yang buruk
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, tidak sedikit yang membuat pengaduan untuk
dan risiko keragu-raguan; dan memperoleh haknya. Pelaksanaan pelayanan
14. evaluasi kinerja pelaksana. publik dapat menjadi penyebab bagi terhambatnya
kelancaran pembangunan. Desakan untuk
Selanjutnya dalam Pasal 22 Undang- adanya pelayanan publik yang baik, antara
Undang Nomor 25 Tahun 2009 megatur tentang lain karena di lapangan masih sering terjadi:
Maklumat Pelayanan, di mana penyelenggara

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 175


1) institusi pemerintah sering dinilai lamban atau tidak melakukan. Hal tersebut terkandung
beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Hak makna: 1) kebijakan publik dibuat oleh badan
institusionalnya yang dilindungi oleh undang- pemerintah, bukan badan swasta; 2) kebijakan
undang membuat institusi pemerintah dan tidak publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan
perlu merasa “rugi” walaupun sumber daya yang atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
dipergunakan tidak sebanding dengan hasil yang Untuk memperoleh kebijakan publik yang baik,
dinikmati masyarakat; 2) profesionalisme yang maka perlu diawali dengan analisis kebijakan.
belum membudaya diperkuat dengan tuntutan Proses analisis kebijakan adalah serangkaian
administrative accountability yang melebihi aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam
tuntutan social accountability mendorong proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat
institusi merasa tidak butuh kreativitas, inovasi, politis. Hal ini dilakukan untuk menciptakan,
entrepreneur spirit, terobosan, challenging the secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan
processes dalam menjalankan fungsinya.13 pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
Sehingga sering kali para administrator dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan
memberikan pelayanan publik yang tidak kebijakan. Adapun tahapan proses analisis
maksimal. Dalam pemberian pelayanan publik kebijakan itu meliputi;
memang sangat dibutuhkan adanya keseriusan, 1. Perumusan masalah, dapat membantu
antara lain kebijakan publik yang dikeluarkan oleh menemukan asumsi-asumsi yang
para pejabat berwenang hendaknya benar-benar tersembunyi, mendiagnosis penyebab-
mengarah kepada kepuasan masyarakat. Dalam penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan
perjalanannya, tidak menutup kemungkinan yang memungkinkan, memadukan
bahwa pengambilan sebuah kebijakan acapkali pandangan-pandangan yang bertentangan,
seorang pejabat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan merancang peluang-peluang kebijakan
yang melingkupinya. Seperti dikemukakan oleh yang baru.
Herbert Blummer bahwa tindakan manusia 2. Peramalan, dapat menyediakan
ditentukan oleh makna yang ada pada dirinya. pengetahuan yang relevan dengan
Makna tersebut seringkali berkait dengan tujuan kebijakan tentang masalah yang akan
pribadi yang hendak diraihnya. Misalnya ketika terjadi di masa mendatang sebagai akibat
akan memberikan sebuah kebijakan terhadap diambilnya alternatif, termasuk tidak
seorang teman, kerabat, atau ketika berhadapan melakukan sesuatu.
dengan orang yang tidak disukainya, pasti 3. Rekomendasi, membantu mengestimasi
akan berbeda. Makna yang membawa kepada tingkat risiko dan ketidakpastian,
bentuk kebijakan yang dipilih, merupakan mengenali eksternalitas dan akibat
hasil interpretasinya atas lingkungan yang ganda, menentukan pertanggungjawaban
mengitarinya. Proses tersebut berjalan selama administratif bagi implementasi kebijakan.
beberapa waktu, dan sering pula pada suatu masa 4. Pemantauan, membantu menilai tingkat
menjadi hal biasa. Adakalanya, penyimpangan kepatuhan, menemukan akibat-akibat
juga dipandang sebagai sesuatu yang wajar. yang tidak diinginkan dari kebijkan dan
Menurut Thomas Dye sebagaimana dikutip program, mengidentifikasi hambatan dan
oleh A.G. Subarsono,14 kebijakan publik adalah rintangan implementasi, dan menemukan
apapun pilihan pemerintah untuk melakukan letak pihak-pihak yang bertanggung jawab
pada setiap tahap kebijakan.15
13
Syakrani, Syahriani, Implementasi Otonomi Daerah dalam
Perspektif Good Governance, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Tahapan dalam proses analisis kebijakan
2009, hal. 4-5.
ini diharapkan mampu menjadi pedoman
14
Thomas R. Dye, Understanding Publick Policy, New Jersey:
Prentice-Hall International, 1981, p. 1 sebagaimana dikutip
15
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik,
A G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori edisi kedua, (Public Policy Analysis: An Introduction, second
dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hal. 2. edition), diterjemahkan oleh Samodra Wibawa, dkk,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003, hal. 22-23.

176 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


pengambilan kebijakan oleh pemerintah undang.17 Sekalipun demikian, penggunaan
khususnya berkait dengan pelayanan publik. freis ermessen ini tidak dapat diartikan tanpa
Dalam hal ini, betapa pentingnya sikap batasan. Hal ini sebagaimana diungkapkan
kehati-hatian dalam pengambilan sebuah oleh Sjahran Basah, bahwa unsur-unsur freies
kebijakan supaya tdak menimbulkan kerugian ermessen adalah:
pada masyarakat. Berkait dengan hal ini, 1. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas
dalam Hukum Administrasi Negara, sangat servis publik;
dimungkinkan seorang pejabat itu mengambil 2. Merupakan sikap tindak yang aktif dari
sikap atas inisiatif sendiri, baik melakukan administrasi negara;
tindakan atau tidak melakukan tindakan. 3. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh
Bahkan jika atas sebuah masalah belum ada hukum;
peraturannya, berdasar freies ermessen, seorang 4. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif
pejabat berwenang atas pertimbangan sendiri sendiri;
mengambil suatu keputusan. 5. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk
Freies ermessen merupakan sarana menyelesaikan persoalan-persoalan penting
pelengkap dari asas legalitas, dan ini yang timbul secara tiba-tiba;
merupakan konsekuensi logis dari konsep 6. Sikap tindak itu dapat
negara kesejahteraan (welfare state; social dipertanggungjawabkan baik secara moral
service state). Secara umum dijelaskan, bahwa kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun
negara kesejahteraan bertujuan tidak sekedar secara hukum.18
mewujudkan keamanan dan keadilan Kebijakan yang diambil administrator
sebagaimana dikembangkan dalam konsep hendaknya selalu mendasarkan pada konsep
negara penjaga malam (nachwachtersstaat), good governance supaya capaian yang diperoleh
namun juga dituntut untuk dapat mewujudkan sesuai dengan tujuan dan benar-benar untuk
kesejahteraan bagi masyarakat. Di sini negara kesejahteraan masyarakat. Berkait dengan good
memegang peranan kunci dalam perlindungan governace, The Organisation for Economic Co-
dan pemajuan kesejahteraan ekonomi dan operation and Development (OECD) dan World
sosial warganya.16 Bank mensinonimkan good governace dengan
Pengertian freies ermessen itu sendiri adalah penyelengaraan manajemen pembangunan yang
orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
menduga, dan mempertimbangkan sesuatu. demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
Istilah ini dipakai dalam bidang pemerintahan salah alokasi dana investasi yang langka, dan
sebagai salah satu sarana yang memberikan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan administratif, menjalankan disiplin anggaran
administrasi negara untuk melakukan tindakan serta penciptaan legal and political frameworks bagi
tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang- tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Sementara
16
I Dewa Gede Palguna, Mahkamah Konstitusi, Judicial United Nations Development Programme (UNDP)
Review, dan Welfare State, kumpulan pemikiran I Dewa Gede
Palguna, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
17
Markus Lukman, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam
Mahkamah Konstitusi, 2008, hal. 185. Periksa Muchsan, Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah di Daerah serta dampaknya terhadap Pembangunan
dan Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Liberty, Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi, Universitas
2007, hal. 8, bahwa Negara Republik Indonesia Pandjajaran, Bandung, 1996, hal. 205 sebagaimana
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik dikutip oleh Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,
Indonesia Tahun 1945 merupakan welfare state, di mana Yogyakarta: UII Press, 2003, hal. 130.
fungsi negara dijabarkan dalam: 1) fungsi tugas keamanan,
18
Sjahran Basah, Sengketa Administrasi dalam buku Bunga
pertahanan dan ketertiban; 2) fungsi tugas kesejahteraan; Rampai Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
3) fungsi tugas pendidikan; 4) fungsi tugas mewujudkan Negara, Yogyakarta: Jurusan HTN, Fakultas Hukum
ketertiban serta kesejahteran dunia. UII,1987, hal, 68 sebagaimana dikutip oleh Ridwan, HR,
Hukum Administrasi Negara, hal. 364.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 177


menunjukkan karakteristik good governance asas proporsionalitas; 6) asas profesionalitas; 7)
sebagai berikut: 1) participation; 2) rule of law; asas akuntabilitas. Asas-asas tersebut menjadi
3) transparency; 4) responsiveness; 5) consensus pegangan bagi penyelenggara negara termasuk
orientation; 6) equity; 7) effectiveness and efficiency; dalam hal ini penyelenggara layanan publik.
8) accountability; 9) strategic vision.19 Berpijak pada ketentuan Pasal 3 Undang-
Unsur-unsur yang sudah diuraikan baik Undang Nomor 28 Tahun 1999, sangat disadari
oleh OECD dan World Bank maupun UNDP, betapa untuk adanya pelayanan publik yang
berkait dengan pelayanan publik menjadi hal baik, harus dibentuk adanya aturan hukum
yang sangat tepat dalam perpaduannya. Namun yang jelas, konsisten dan bersikap adil.
demikian, untuk pelayanan publik yang sesuai Landasan ini nantinya yang akan dipakai
dengan good governance, hal yang sering menjadi sebagai pedoman, sehingga semua warga
sorotan adalah berkait dengan transparency atau negara juga dapat melakukan pengawasan,
keterbukaan, di mana hal ini menuntut adanya apakah peraturan tersebut sesuai dengan
pegawasan. Dengan demikian keterbukaan, kepentingan masyarakat. Disamping itu,
pengawasan serta keadilan merupakan landasan atas dasar pedoman yang telah dibuat akan
bagi pelayanan publik yang baik sesuai konsep dapat terlihat konsistensi administrator dalam
good governace. menjalankan tugasnya, karena adanya asas
Keterbukaan menjadi hal sangat penting tertib penyelenggaraan negara. Maksudnya
mengingat dari sinilah akan terhindar adanya bahwa dalam penyelenggaraan negara tidak
praktek-praktek menyimpang seperti kolusi, boleh dilupakan adanya landasan ketertiban,
korupsi dan nepotisme. Semua bisa terlihat keteraturan yang dapat mewujudkan keadilan.
dengar jelas tanpa adanya “tirai” yang membuka Semua itu diselenggarakan dalam rangka
tindakan maladministrasi. Untuk itu maka memenuhi kepentingan umum, mendengarkan
diperlukan keberadaan lembaga pengawas. masukan dan keinginan masyarakat. Sekalipun
Sehingga sangatlah tepat ketika pelaksanaan demikian, para administrator tidak harus
pelayanan publik tersebut dipersandingkan terbelenggu untuk mengikuti setiap permintaan
dengan lembaga Ombudsman yang bertugas masyarakat, manakala hal tersebut kurang
untuk mengadakan pengawasan berkait dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat luas,
pelayanan publik, sebagai pengawas eksternal hanya untuk kepentingan sekelompok manusia
yang berdampingan dengan pengawas internal, saja. Selektivitas juga harus menjadi landasan
yaitu atasan langsung. dalam pengambilan kebijakan.
Indonesia sendiri sudah mengadakan 1. Keterbukaan
pengaturan bagaimana para administrator itu Keterbukaan menjadi kebutuhan yang
harus memiliki pedoman dalam pelaksanaan dominan, karena dengan keterbukaan ini
tugas pemberian layanan publik, supaya diharapakan pemerintah mau mendenganr
memberikan kepuasan pada masyarakat. Hal aspirasi yang disampaikan masyarakat. Namun
ini terbukti dengan diundangkannya Undang- demikian, perlindungan akan hak-hak individu
Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang juga tidak boleh tercederai, hanya karena
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas ingin mewujudkan keinginan sekelompok
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Pasal masyarakat. Pemerintah yang bijaksana akan
3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 memperhatikan keseimbangan antara hak
menyebutkan asas-asas umum penyelenggaraan dan kewajiban penyelenggara negara. Artinya,
negara meliputi: 1) asas kepastian hukum; 2) penyelenggara negara tidak hanya dituntut
asas tertib penyelenggaraan negara; 3) asas untuk melaksanakan kewajibannya, namun
kepentingan umum; 4) asas keterbukaan; 5) hak-haknya juga harus mendapat perhatian.
19
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang
Keuangan dan Pembangunan, Akuntabilitas dan Good
saling berkait dan memberi pengaruh satu
Governance, hal. 6-7.

178 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


sama lain. Terpenuhinya keseimbangan hak d) Kedisiplinan petugas pelayanan, berkait
dan kewajiban bagi penyelenggara negara, dengan konsistensi waktu kerja sesai
diharapkan mampu memperkokoh sikap ketentuan yang berlaku.
profesionalisme yang berlandaskan pada kode e) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu
etik dan peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
yang berlaku. Hingga akhirnya nanti dapat pelayanan.
terwujud akuntabilitas, bahwa penyelenggara f) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu
negara dalam menjalankan tugasnya mampu berkait dengan keahlian dan keterampilan.
mempertanggung jawabkannya kepada g) Kecepatan Pelayanan, berkait dengan
masyarakat selaku pemegang kedaulatan yang target waktu.
telah memberi amanah kepada penyelenggara h) Keadilan mendapatkan pelayanan,
negara untuk menjalankan tugasnya dengn yaitu pelaksanaan pelayanan yang tidak
baik. membedakan status atau golongan masyarakat.
Keterbukaan jika dikaitkan dengan prinsip- i) Kesopanan dan keramahan petugas pada
prinsip dalam good governance merupakan salah saat memberikan layanan.
satu prinsip yang harus dipenuhi. Sebagaimana j) Kewajaran biaya pelayanan.
prinsip yang diajukan oleh United Nation k) Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian
Development Programme (UNDP) berkait antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
dengan good governance, bahwa keterbukaan yang telah ditetapkan.
(transparancy) adalah dibangun atas dasar l) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu
kebebasan arus informasi. Untuk itu maka pelaksanaan waktu pelayanan.
informasi hendaknya bisa sampai pada fihak m) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi
yang membutuhkan dan harus dapat difahami sarana dan prasaran yang baik.
serta dipantau. n) Keamanan pelayanan, yaitu berkait
Keterbukaan tidak saja menghindari dengan risiko-risiko yang diakibatkan dari
terjadinya tindakan maladministrasi, namun pelaksanaan pelayanan.20
juga dapat memberi ruang yang lebih luas untuk Cara lain untuk mendukung asas
masyarakat ikut juga berperan serta secara aktif keterbukaan dalam pelayanan publik, adalah
memberikan masukan maupun kritikan yang adanya keterbukaan informasi publik. Pemerintah
bersifat membangun demi kebaikan bersama Indonesia telah menangkap sinyal pentingnya hal
dan kepuasan masyarakat. Kepuasan masyarakat tersebut dengan dikeluarkannya Undang-Undang
dalam soal pelayanan publik menjadi hal yang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
didambakan dan menjadi tujuan yang hendak Informasi Publik yang disahkan oleh DPR pada 3
diraih. Namun, dalam hal ini diperlukan April 2008 dan diundangkan pada 30 April 2008.
adanya ukuran yang jelas dan pasti sehingga ada Keberadaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
kesamaan standar yang bersifat umum. Berkait 2008 memperkuat bukti bahwa pemerintah
dengan indeks kepuasan masyarakat dapat serius dalam sikap keterbukaan pada masyarakat.
dikemukakan beberapa unsur yang relevan, valid Sebagaimana dimuat dalam Justice Initiative
dan reliable, antara lain: (2008) dan dikutip oleh Tempo, bahwa secara
a) Prosedur pelayanan, yaitu adanya internasional terdapat 10 (sepuluh) prinsip sebagai
kemudahan dan kesederhanaan alur standar internasional mengenai akses informasi
pelayanan. yang harus dimuat dalam undang-undang, yaitu:
b) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan a) akses informasi merupakan hak setiap
teknis maupun administratif. individu;
c) Kejelasan petugas pelayanan. Seperti
nama, jabatan, kewenangan dan tanggung 20
S.F. Marbun, Hukum Administrasi Negara II, Yogyakarta:
jawabnya. UII Press, 2013, hal. 24-25.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 179


b) akses informasi merupakan kelaziman suatu badan publik yang berkaitan dengan
sedangkan kerahasiaan merupakan penyelenggara dan penyelenggaran negara dan/
kekecualian; atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan
c) hak informasi berlaku terhadap semua publik lainnya yang sesuai dengan Undang-
badan publik; Undang ini serta informasi lain yang berkaitan
d) permintaan informasi harus dibuat dengan kepentingan publik.”
sederhana, cepat, dan bebas biaya; Diterbitkannya Undang-Undang Nomor
e) pejabat wajib membantu pemohon; 14 Tahun 2008 menjadikan adanya ketenangan
f) penolakan memberikan informasi harus bagi masyarakat karena masyarakat dapat
dengan alasan yang dibenarkan; mengakses berbagai informasi dari pemerintah
g) kepentingan publik harus diletakkan di atas tanpa adanya hambatan. Sekaligus hal itu
kepentingan merahasiakn informasi; dapat dipakai sebagai sarana kontrol yang
h) setiap orang punya hak mengajukan baik, menjauhkan dari penyimpangan yang
permohonan banding atas keputusan yang menimbulkan kerugian dan gagalnya tujuan
merugikan; yang hendak dicapai.
i) badan publik harus proaktif memberikan 2. Pengawasan
informasi; Pengawasan ditinjau dari Hukum
j) hak memperoleh informasi harus dijamin Administrasi Negara diperlukan untuk menjamin
oleh suatu badan yang independen.2121 agar pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor berjalan sesuai dengan norma hukum atau
14 Tahun 2008 menyatakan bahwa “Informasi ketentuan peraturan perundang-undangan
adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan perlindungan hukum bagi rakyat atas sikap
dan tanda-tanda yang mengandung nilai, tindak badan atau pejabat tata usah negara dapat
makna, dan pesan, baik data, fakta maupun diupayakan.22 Sebagaimana dikemukakan oleh
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan Henry Fayol yang dikutip oleh Muchsan,23 bahwa
dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan “Control consist in verivying wether everything accur
dan format sesuai dengan perkembangan in comformity with the plan adopted, the instruction
teknologi informasi dan komunikasi secara issued and principles established. It has for object to
elektronik maupun nonelektronik.” Demikian point out weaknesses and errors in order to rectivy
luasnya pengertian informasi tersebut, yang then and prevent recurrance.” Bahwa pengawasan
pada dasarnya merupakan kebutuhan pokok pada dasarnya untuk menguji apakah sesuatu
bagi setiap individu untuk memperolehnya. itu telah berjalan sesuai rencana, di mana dari
Berangkat dari pengertian informasi pengawasan itu dapat dijumpai adanya kesalahan
tersebut, keberadaan informasi publik yang yang akhirnya kesalahan tersebut diperbaiki
disebarkan kepada masyarakat merupakan tidak untuk diulangi.
wujud dari pelaksanaan sistem demokrasi, Sesuai prinsip-prinsip dalam good
yang menjunjung tinggi pemahanan bahwa governance, pengawasan diperlukan, terutama
kedaulatan tertinggi ada pada masyarakat. Hal adalah pengawasan publik. Warga masyarakat
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 terlibat mengawasi kinerja dari administrator.
yang menyatakan bahwa: “Informasi Publik Inilah bentuk partisipasi nyata dari masyarakat.
adalah informasi yang dihasilkan, disimpan Keterlibatan masyarakat dalam mengawasi
dan dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh kineja pemerintah termasuk dalam kategori
pengawasan ekstern. Pengawasan dipandang
21
Justice Initiation, Standar Internasional akses Informasi,
dalam Transparency & Silence; Sebuah Survey Undang- dari kelembagaan yang melakukan pengawasan,
Undang Akses Informasi dan Prakteknya di 14 Negara,
Pusat Data dan Analisa TEMPO-Yasyasan TIFA,
22
S.F. Marbun, Hukum Administrasi Negara II, hal. 2.
Jakarta sebagaimana dikutip oleh S.F Marbun, Hukum
23
Muchsan, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat
Administrasi II, hal. 35. Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara, hal. 37.

180 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


dapat dibagi menjadi pengawasan internal dan “jembatan penghubung” antara masyarakat
pengawasan eksternal.24 dengan pemerintah dalam rangka penyelesaian
a. Pengawasan internal, adalah pengawasan masalah maldministrasi.
yang dilakukan oleh suatu badan/organ Pengawasan terhadap kinerja pemerintah
yang secara struktural adalah masih dalam bidang pelayanan publik sebagaimana
termasuk organisasi dalam lingkungan dimaksud oleh Pasal 1 angka 13 Undang-
pemerintah. Misalnya pengawasan dari Undang Nomor 25 Tahun 2009 adalah
atasan kepada bawahan, atau sering kita dilakukan oleh Ombudsman. Ombudsman
dengar adanya pegawasan dari Inspektorat dalam menjalankan tugas pengawasannya sama
Jenderal Departemen, Inspektorat Provinsi/ sekali tidak memungut biaya dan atas laporan
Kabupaten/Kota, termasuk pengawas pengaduan yang diajukan, kerahasian dijamin.
yang kita kenal dengan Badan Pengawas Penjaminan kerahasiaan tersebut melekat
Keuangan dan Pembanguan (BPKP).25 terus kepada Ombudsman sekalipun yang
b. Pengawasan eksternal, adalah pengawasan bersangkutan pada suatu saat sudah tidak lagi
yang dilakukan oleh badan/organ yang menjabat sebagai Ombudsman.
secara struktural berada di luar pemerintah Sebagai lembaga pengawas, Ombudsman
dalam arti eksekutif. Misalnya pengawasan melakukan tindakan secara preventif. Sebagai
oleh BPK, LSM, DPR, dan Ombudsman. contoh dalam kasus korupsi, yang cukup marak
Pengawasan terhadap kinerja pemerintah terjadi pada dewasa ini, dimaksudkan untuk
paling tidak dimaksudkan untuk: 1) terlaksananya menghindari terjadinya korupsi. Hal ini berbeda
konsep negara kesejahteraan, dan pemerintah dengan lembaga lainnya, yang menangani
tetap menjalankan tugasnya menurut aturan masalah setelah terjadinya korupsi. Adanya
yang berlaku. Berkait dengan dimungkinkannya pengawasan Ombudsman, diharapkan angka
freies ermessen bagi pemerintah, dalam korupsi menjadi nol, paling tidak berkurang,
pelaksanaannya tetap tidak menyimpang; bukan karena adanya rasa malu atas tindakannya.
tanpa batas; 2) adanya keseimbangan antara Hal ini sebagai penjabaran dari salah satu
rechtmatigheid dan doelmatigheid; 3) dilakukannya ketentuan tugas Ombudsman, yaitu melakukan
pencocokan antara kegiatan pemerintah dengan upaya pencegahan maladministrasi dalam
aturan yang ditetapkan; 4) untuk menghindari penyelenggaraan pelayanan publik.
penyimpangan; 5) jika terbukti terdapat Ombudsman Republik Indonesia sebagai
penyimpangan maka akan dilakukan tindakan lembaga pengawasan pelayanan publik
koreksi dan penanganan.26 Berkait dengan kelahirannya diawali dengan dibentuknya
masalah pengawasan terhadap pelayanan publik, Komisi Ombudsman Nasional (KON) pada
pembentukan Ombudsman dan penunjukkan tanggal 10 Maret 2000 berdasar Keppres Nomor
Ombudsman sebagai lembaga pengawasan 44 Tahun 2000 tentang Pembentukan Komisi
pelayanan publik adalah sudah tepat. Hal ini Ombudsman Nasional. Ombudsman yang
mengingat bahwa, Ombudsman merupakan bersifat low profile dalam menjalankan tugasnya,
lembaga pengawas eksternal yang berbasis awalnya merupakan Ombudsman eksekutif
masyarakat. Masyarakat juga sudah dapat yaitu ombudsman yang dipilih oleh Presiden
menerima keberadaan Ombudsman sebagai dan bertanggung jawab kepada Presiden. Sikap
low profile dipilih mengingat Ombudsman
24
Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi masih dalam proses membangun kapasitas
Terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, 2004, kerja dan secara politis kedudukan Keppres
hal. 92.
25
Bandingkan Galang Asmara, Ombudsman Republik
juga sangat rentan terhadap “fluktuasi” politik
Indonesia dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, yang berkembang.27 Namun demikian, landasan
hal. 134-135.
26
Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi 27
Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, Jakarta:
Terhadap Tindakan Pemerintah, hal. 90-91. Pradnya Paramita, 2005, hal. 8.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 181


sikap ini tidak berubah sekalipun sekarang pada Kaisar. Sejarah mencatat bahwa pada
Ombudsman Republik Indonesia merupakan masa Kaisar Umar bin Khattab dikenal adanya
Ombudsman Parlementer yang keanggotaannya Muhtasib yaitu orang yang menerima keluhan
atas dasar usul presiden yang selanjutnya dipilih sekaligus mediator dalam upaya penyelesaian
dan ditetapkan oleh Dewan Perwailan Rakyat. perselisihan antara masyarakat dengan
Hal ini justru semakin menguatkan konsep pemerintah. Sementara itu, penggunaan istilah
negara demokrasi yang berlandaskan kekuasaan Ombudsman seperti yang kita kenal sekarang,
tertinggi ada di tangan rakyat dan DPR adalah berawal dari dibentuknya Office of The King’s
perpanjangan tangan rakyat. Namun ditinjau Highest Ombudsman (Highest Ombudsman)
dari segi fungsinya, baik Ombudsman eksekutif sebagai lembaga pengganti Raja Swedia Charles
maupun Ombudsman parlementer tidak jauh XII yang saat itu berada di pengasingan akibat
berbeda karena sama-sama menjalankan fungsi perang The Great Norther. Lembaga ini berfungsi
mengawasi pelaksanaan kekuasaan, menerima melakukan pengawasan guna meminimalisir
pengaduan dan memberi saran. Keduanya kekacauan yang terjadi.30
berfungsi untuk menjalankan prinsip demokrasi Keberadaan Ombudsman di Indonesia
yang melibatkan masyarakat dalam proses dimaksudkan untuk mengatasi maraknya
pengawasan.28 Nyata sekali dalam kinerja aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Ombudsman, masyarakat mengawasi kinerja Hingga untuk mewujdkan sistem pemerintahan
pemerintah dengan jalan mengajukan laporan yang bersih, dibentuklah Ombudsman yang
pengaduan akibat adanya maladministrasi. diawali dengan adanya Komisi Ombudsman
Maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme Nasional pada masa pemerintahan
menjadi salah satu pemicu gencarnya pemerintah Abdurrahman Wahid. Dalam perjalanannya,
untuk membentuk lembaga pengawasan yang untuk mengoptimalkan fungsi, tugas, dan
berbasis masyarakat, yang dikenal dengan wewenang Komisi Ombudsman Nasional,
Ombudsman. Istilah Ombudsman berasal dirasa perlu dibentuk undang-undang untuk
dari Swedia kuno “umbudsman” yang berarti memperkuat landasan hukum berlakunya
kasus keempat dan “umbuds man” yang berarti Ombudsman. Untuk itu maka pada tanggal 7
perwakilan,29 Swedia bukan negara pertama Oktober 2008 disahkanlah Undang-Undang
yang menggunakan lembaga pengawasan yang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman
berbasis rakyat untuk mengontrol kinerja Republik Indonesia.
pemerintah. Sekalipun dengan istilah yang Menurut Pope sebagaimana dikutip oleh
berbeda, beberapa negara telah lebih dahulu Agung Djojosoekarto, bahwa fungsi utama
menggunakannya, seperti pada zaman Kekaisaran Ombudsman adalah memeriksa:
Romawi terdapat institusi Tribunal Plebis yang 1. Keputusan, proses, saran, tindakan yang
bertugas melindungi hak-hak masyarakat lemah seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan
dari penyalahgunaan kekuasaan oleh para atau tindakan yang tidak seharusnya
bangsawan. Selanjutnya pada masa Dinasti Tsin dilakukan tetapi justru dilakukan, yang
dibentuk lembaga pengawas Control Yuan atau melanggar undang-undang, pedoman atau
Censorate yang bertugas melakukan pengawasan peraturan, atau menyimpang dari praktik atau
terhadap pejabat kekaisaran dan bertindak prosedur yang berlaku, kecuali bila putusan
sebagai “perantara” bagi masyaralat yang akan bersangkutan bonafide, dan ditopang oleh
menyampaikan aspirasi, laporan atau keluhan alasan yang kuat; tercela, sewenang-wenang
28
H.M. Ganang Asmara, Ombudsman Republik Indonesia, atau tidak masuk akal, tidak adil, berpihak,
hal. 59. menindas atau membedakan; berdasarkan
29
Agung Djojosoekarto, dkk, Ombudsman Kota Makasar, alasan-alasan yang tidak masuk akal; atau,
Pengalaman Pembangunan Ombudsman Daerah Sebagai
menggunakan wewenang atas dasar alasan-
Bagian dari Pembangunan Lembaga Pengawasan di Indonesia,
Jakarta: Kemitraan, 2008, hal. 21. 30
Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, hal. 2-3.

182 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


alasan yang didorong oleh niat korup atau dapat dipengaruhi oleh lembaga manapun.
tercela seperti suap, mengais keuntungan Pengertian pelayanan publik dalam hal ini
pribadi dari pelaksanaan tugas pemerintahan, tidak saja yang dilakukan oleh lembaga negara,
penyelewengan, pilih kasih, nepotisme, dan namun juga yang dilakukan oleh fihak swasta
penyalahgunaan perangkat administrasi; dan namun sebagian dari pembiayaannya berasal
2. Kelalaian, sikap tidak peduli, memperlambat, dari anggaran negara baik pusat maupun
tidak memenuhi syarat bidang pekerjaan, daerah. Dapat diambil contoh dalam hal ini,
inefisiensi dan tidak mampu melaksanakan Rumah sakit swasta yang mendapat subsidi dari
tugas dan tanggung jawab.31 pemerintah maka ketika memberi pelayanan
Fungsi Ombudsman sebagaimana diuraikan kurang memuaskan dan masyarakat merasa
oleh Pope tersebut, sesuai dengan pengaturan dirugikan akibat maladministrasi, maka dapat
dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor melaporkannya kepada Ombudsman. Jadi tidak
37 Tahun 2008 bahwa “Ombudsman Republik harus sebatas kinerja Rumah Sakit Pemerintah.
Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman Kemandirian Ombudsman tidak lain
adalah lembaga negara yang mempunyai untuk mewujudkan cita-cita awal dibentuknya
kewenangan mengawasi penyelenggaraan Ombudsman, yaitu lembaga yang mampu
pelayanan publik baik yang diselenggarakan menjembatani kebuntuan yang terjadi
oleh penyelenggara negara dan pemerintahan dalam hubungan antara masyarakat dengan
termasuk yang diselenggarakan oleh Badan pemerintah. Seringkali masyarakat sebagai
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, penerima layanan publik merasa dirugikan
dan Badan Hukum Milik Negara serta badan akibat terjadinya maladministrasi. Namun
swasta atau perseorangan yang diberi tugas seringkali pula tidak tahu harus melapor ke
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu mana, mengingat adanya rasa takut akan
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber memperoleh akibat yang lebih buruk lagi
dari anggaran pendapatan dan belanja negara manakala melaporkannya kepada instansi
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja berkait. Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan
daerah”. Disamping itu, sesuai dengan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Nomor
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 37 Tahun 2008, bahwa masyarakat sebagai
Tahun 2008 bahwa “Ombudsman merupakan pelapor hanya diperbolehkan melaporkan
lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak adanya maladministrasi ke Ombudsman jika
memiliki hubungan organik dengan lembaga atas kasus yang dihadapinya tersebut telah
negara dan instansi pemerintahan lainnya. terlebih dahulu dilakukan upaya penyelesaian
Serta dalam menjalankan tugas wewenangnya melalui pengajuan keberatan kepada pejabat
bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya.” atau instansi pemberi layanan tersebut, namun
Pengawasan yang dilakukan oleh tidak mendapat respon. Untuk ketentuan
Ombudsman termasuk dalam kategori waktunyapun sudah diatur, maksimal 2 (dua)
pengawasan eksternal yaitu pengawasan tahun sejak peristiwa, tindakan, atau keputusan
yang dilakukan terhadap Pemerintah oleh yang bersangkutan terjadi.
organ atau lembaga yang secara organisatoris Ombudsman yang terdiri dari 9 (sembilan)
atau struktural kedudukannya berada di orang yang meliputi 1 (satu) orang ketua
luar Pemerintah (eksekutif).32 Mengingat merangkap anggota; 1 (satu) orang wakil
bahwa Ombudsman berada di luar eksekutif ketua merangkap anggota; dan 7 (tujuh)
dan bersifat mandiri maka kinerjanya tidak orang anggota, dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat berdasarkan calon yang diusulkan
31
Undang-Undang Republik Pakistan tentang Pembentukan oleh Presiden. Dalam menjalankan tugasnya,
Ombudsman sebagaimana dikutip oleh Agung Ombudsman dibantu oleh Asisten Ombudsman
Djojosoekarto, dkk, Ombudsman Kota Makasar, hal. 21-22. yang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua

32
S.F. Marbun, Hukum Administrasi Negara II, hal. 4.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 183


Ombudsman berdasarkan persetujuan rapat dengan diundangkannya Undang-Undang
anggota Ombudsman serta sebuah sekretariat Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
yang dipimpin oleh seorang Sekretaris dengan maksud untuk memerikan kepastian
Jenderal. Sekretaris Jenderal ini diangkat hukum dalam hubungan antara masyarakat dan
dan diberhentikan oleh Presiden. Mengenai penyelenggara dalam pelayanan publik. Jika
kedudukan, susunan organisasi, fungsi, tugas, terjadi ketidakpuasan akibat maladministrasi,
wewenang, dan tanggung jawab diatur dengan masyarakat dapat mengajukan laporan kepada
Peraturan Presiden. Ombudsman Republik Indonesia, untuk
Sesuai dengan sifat low profile-nya, maka diselesaikan secara win-win solution. Di sini
pelapor tidak dipungut biaya apapun demi untuk terlihat hubungan antara layanan publik dengan
semakin mendekatkan Ombudsman dengan pembentukan Obudsman Republik Indonesia
masyarakat dan membantu permasalahan sebagai lembaga pengawasan ekstern menuju
masyarakat berkait dengan pelayanan publik terwujudnya good governance.
yang buruk. Sekali lagi ditegaskan di sini, bahwa 3. Keadilan
pada prinsipnya keberadaan Ombudsman adalah Keadilan menjadi unsur berikutnya
untuk membantu masyarakat bukan untuk disamping keterbukaan dan pengawasan dalam
mempersulit atau menambah beban. Adapun rangka mewujudkan pelayanan publik yang
output atas pengaduan yang telah diterima dan sesuai dengan konsep good governance. Keadilan
dipandang sebagai kewenangan Ombudsman pada dasarnya merupakan bagian dari moralitas,
untuk menyelesaikannya, dapat melalui namun dalam perkembangannya telah dibakukan
proses klarifikasi tertulis, investigasi lapangan, bahwa keadilan itu ada jika telah dilaksanakannya
pemanggilan, mediasi/konsiliasi, adjudikasi aturan.34 Rasa adil sekarang ini telah menjadi hal
khusus dengan output berupa kesepakatan, yang cukup memprihatinkan, karena seringkali
putusan, maupun saran/rekomendasi. dipersandingkan dengan kepentingan pribadi, dan
Mengingat bahwa pada dasarnya penyelesaian pada akhirnya keadilan ini menjadi unsur yang
pengaduan kepada Ombudsman diselesaikan terkalahkan. Untuk adanya pelayanan publik yang
secara di luar pengadilan untuk mencapai baik di Indonesia hendaknya juga diselaraskan
win-win solution. Dalam kenyataannya, model dengan konsep keadilan sebagaimana tercantum
ini sekarang banyak dipilih oleh masyarakat, dalam Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh
mengingat banyak kelemahan jika penyelesaian rakyat Indonesia. Maksudnya bahwa keadilan itu
kasus langsung ke pengadilan, antara lain harus dirasakan oleh seluruh masyarakat yang
memakan waktu yang panjang dengan biaya memiliki hak yang sama. Benar bahwa adil itu
yang cukup besar. tidak harus sama persis, namun adil jika apa yang
Menurut Mas’ud sebagaimana dikutip menjadi hak diberikan.
oleh Budhi Masthuri,33 secara sederhana good Menurut Plato, keadilan terwujud dalam
governance diartikan sebagai prinsip dalam masyarakat jika setiap anggota masyarakat
mengatur pemerintahan yang memungkinkan melakukan tugas kewajibannya menurut
terwujudnya layanan publik yang efisien, kemampuannya sesuai fungsi-fungsi yang ada.35
sistem pengadilan yang dapat diandalkan, dan Berdasar kosep tersebut, dalam pemberian
administrasi yang bertanggung jawab kepada layanan publik yang baik, maka pedoman
publik. Sehingga tepatlah ketika pemerintah yag sudah digariskan hendaknya untuk
membentuk Ombudsman sebagai lembaga dilaksanakan. Untuk itu maka ketentuan “adil
pengawasan berbasis masyarakat yang khusus
mengawal tentang pelayanan publik. Artinya 34
Faturochman, Keadilan Perspektif Psikologi, Yogyakarta:
Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM dan Pustaka
pemerintah serius dalam upaya memberikan
Pelajar, 2012, hal. 20.
pelayanan publik yang baik. Hal ini terbukti 35
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila, Kultural, Historis,
Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya, Yogyakarta: Paradigma,
33
Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, hal. 29.
2013, hal. 399.

184 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


dan tidak diskriminatif” sebagaimana digariskan itu mempunyai kekuatan hukum yang
dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 25 mengikat.
Tahun 2009 tidak boleh dikesampingkan. Jika tahapan tersebut telah dipenuhi,
Lebih penting lagi, pada penyusunan aturan maka tidak terjadi ada sebuah peraturan atau
yang nantinya akan dipakai sebagai pedoman, kebijakan yang akan diberlakukan kepada umum
perumusannya dengan memperhatikan situasi, tersebut akan berat sebelah, menguntungkan
kondisi dan kebutuhan masyarakat. sekelompok orang tertentu atau individu
Dalam pengambilan kebijakan, pemerintah tertentu, namun adalah keadilan yang dapat
hendaknya memperhatikan pula tahap-tahap dirasakan oleh semua warga masyarakat.
perumusan kebijakan berikut:36 Keadilan dalam konsep good governance
a) Perumusan masalah (defining problem). tercermin dalam prinsip Rule of Law, di mana
Diperlukan pemahaman permasalahan yang hukum harus diterapkan secara adil tanpa
terjadi di lapangan, sehingga kontribusi melanggar hak asasi manusia. Implementasi
yang diberikan dari kebijakan tersebut bisa prinsip keadilan ini terlihat dengan
dirasakan manfaatnya secara maksimal. dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28
Pemecahan masalah yang ditawarkan juga Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
akan tepat dan mampu menyelesaikan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
masalah yang dihadapi. Nepotisme, yang dilatarbelakangi keprihatinan
b) Agenda kebijakan. akan adanya penyelenggara negara yang tidak
Pilihan isu untuk diangkat menjadi hal dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara
yang sangat penting, namun sebagaimana optimal, sehingga penyelenggaraan negara
dikemukakan oleh Lester dan Stewart tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
sebagaimana dikutip oleh Budi Winarno, Padahal, penyelenggaraan negara yang baik
harus memenuhi kriteria: adalah hak masyarakat. Sehingga di sini terasa,
1) manakala isu tersebut sudah sangat bahwa keadilan tidak berada di masyarakat.
kritis membutukan penanganan; Harapannya dengan dikeluarkannya undang-
2) bersifat partikularitas sehingga mampu undang tersebut, rakyat memperoleh apa yang
mendramatisir isu yang lebih besar; menjadi haknya. Tindakan Korupsi, Kolusi, dan
3) menarik perhatian masyarakat luas; Nepotisme dalam praktiknya telah mencederai
4) mendorong munculnya pertanyaan rasa keadilan masyarakat. Jika hal ini dibiarkan,
menyangkut kekuasaan dan legitimasi, maka kita akan semakin jauh dari good
dan masyarakat; governance. Keadilan menjadi salah satu unsur
5) menjadi trend masyarakat.37 penentu bagi terwujudnya good governance
c) Pemilihan alternatif kebijakan untuk karena hak-hak masyarakat akan diterima
memecahkan masalah. sesuai dengan porsinya.
Di sini para perumus kebijakan akan Ketiga prinsip tersebut, yaitu pengawasan,
dihadapkan pada berbagai pilihan untuk keterbukaan, dan keadilan merupakan satu
menyelesaikan masalah yang sudah barang kesatuan, sebagai sebuah sistem, sehingga dalam
tentu dengan perhitungan kerugian yang pelaksanaannya harus berjalan secara bersama-
kecil. Bahkan tidak menutup kemungkinan sama saling tergantung dan saling mendukung.
adanya kompromi dan negosiasi antar aktor Satu dengan yang lainnya mempunyai bobot
yang berkepentingan atas kebijakan tersebut. yang sama dalam mewujudkan pelayanan
d) Tahap penetapan kebijakan publik yang baik untuk mewujudkan good
Penetapan kebijakan dari hasil pilihan governance yang berdasarkan konsep welfare
alternatif yang ada adalah agar kebijakan state, yaitu tercapainya kesejahteraan bagi
36
Budi Winarno, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi seluruh masyarakat.
Kasus, Yogyakarta: CAPS, 2014, hal. 122-125.
37
Ibid., hal. 85.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 185


IV. PENUTUP ditempuh adalah diawali dari proses pembuatan
A. Kesimpulan peraturan atau kebijakan. Pembuatan peraturan
Bentuk pelayanan publik yang baik sebagai atau kebijakan harus mampu menghasilkan
sarana mewujudkan good governance dapat peraturan atau kebijakan yang adil, tidak
terwujud jika dalam pelaksanaannya sesuai menguntungkan sekelompok orang atau
dengan peraturan perundangan yang telah dibuat. individu tertentu. Untuk itulah tahapan yang
Pembuatan peraturan ataupun kebijakan tersebut baik mulai dari perumusan masalah, agenda
juga harus memperhatikan tata cara prosedur kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan
pembuatan peraturan atau kebijakan yang baik. untuk memecahkan masalah, dan penetapan
Dengan demikian saling mematuhi aturan adalah kebijakan harus dijalankan secara baik sebagai
hal yang paling baik demi terwujudnya tujuan dari konsekuensi untuk dapat mewujudkan keadilan.
dibentuknya peraturan itu sendiri. Ada beberapa
unsur yang harus diperhatikan dan dipatuhi berkait B. Saran
dengan pelayanan publik yang sesuai dengan good Masih diperlukan adanya ruang kerjasama
governance. Unsur pertama adalah keterbukaan, dengan masyarakat yang semakin luas, untuk
unsur ini membawa konsekuensi kepada adanya pengawasan yang lebih ketat. Dengan
pemerintah untuk tidak menyampaikan berbagai pengawasan tersebut diharapkan semakin
informasi yang selayaknya diterima oleh warga berkurang pelanggaran yang dilakukan. Dari
masyarakat. Hal ini tidak berarti semua rencana pihak pemerintah sendiri diharapkan tidak
maupun aktivitas pemerintah harus diketahui “tebang pilih” dalam memberikan sanksi bagi
masyarakat, namun tetap ada batasan. Hal ini para pelaku pelanggaran pelayanan publik
mengingat, jangan sampai justru keterbukaan yang menimbulkan kerugian pada masyarakat.
itu menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Sosialisasi tentang sanksi hendaknya dilakukan
Keterbukaan mengandung makna bahwa secara rutin dan penegakannya juga benar-benar
masyarakat mendapat akses yang luas dengan dijalankan, sehingga para pelayan publik semakin
batasan tertentu untuk memperoleh berbagai berhati-hati, tidak melakukan pelanggaran.
informasi yang merupakan hak masyarakat. Di Warga masyarakat juga perlu mendapat
samping itu, masyarakat juga bisa mengetahui sosialisasi yang lebih banyak frekuensinya, agar
bahwa tindakan yang dilakukan administrator bisa mengawasi, mengingat pemerintah dan
apakah sudah sesuai dengan peraturan yang masyarakat merupakan satu paket yang saling
berlaku. Jadi keterbukaan ini juga berkait dengan berkait demi terwujudnya pelayanan publik yang
pengawasan. baik untuk mewujudkan good governance.
Unsur kedua adalah pengawasan,
sebagai konsekuensi adanya hak memperoleh
informasi melalui asas keterbukaan, maka
masyarakat sekaligus bertindak sebagai DAFTAR PUSTAKA
pengawas kinerja administrator. Sehingga ketika
terjadi penyimpangan akan segera diketahui,
bahkan harapannya para pelayan publik tidak
sampai melakukan tindakan penyimpangan Buku
(maladministrasi) yang menimbulkan kerugian Asmara, Ganang, H.M. Ombudsman Republik
pada masyarakat. Dengan adanya pengawasan Indonesia dalam Sistem Ketatanegaraan
tersebut, administrator juga akan lebih berhati- Republik Indonesia. Surabaya: Laksbang
hati dan cermat dalam menjalankan tugas Yustitia Surabaya, 2012.
pelayanan publik. Djojosoekarto, Agung dkk. Ombudsman
Unsur ketiga adalah keadilan. Untuk dapat Kota Makasar, Pengalaman Pembangunan
mewujudkan adanya keadilan, jalan yang dapat Ombudsman Daerah Sebagai Bagian dari

186 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014


Pembangunan Lembaga Pengawasan di Subarsono A G. Analisis Kebijakan Publik,
Indonesia. Jakarta: Kemitraan, 2008. Konsep, Teoti dan Aplikasi. Yogyakarta:
Fachruddin, Irfan. Pengawasan Peradilan Pustaka Pelajar, 2013.
Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah. Syakrani dan Syahriani. Implementasi Otonomi
Bandung: Alumni, 2004. Daerah dalam Perspektif Good Governance.
Faturochman. Keadilan Perspektif Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Tanya, L, Bernard, dkk. Teori Hukum, Strategi
Psikologi UGM dan Pustaka Pelajar, 2012. Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi.
Hartono, Sunaryati, C.F.G., dkk. Panduan Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.
Investigasi untuk Ombudsman di Indonesia. Winarno, Budi. Kebijakan Publik, Teori, Proses,
Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2003. dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS, 2014.
HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara.
Yogyakarta: UII Press, 2003. Terjemahan
Kaelan. Negara Kebangsaan Pancasila, Kultural, Dunn, N, William, Pengantar Analisis Kebijakan
Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya. Publik, edisi kedua, (Public Policy Analysis: An
Yogyakarta: Paradigma, 2013. Introduction, second edition), diterjemahkan
oleh Samodra Wibawa, dkk. Yogyakarta:
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Gajah Mada University Press, 2003.
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Akuntabilitas dan Good Governance, Modul
1 dari 5 Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Website
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Jakarta, Dahlan, Pranowo, Pengawasan Ombudsman Dalam
2000. Penyelenggaraan Pelayanan Publik. http://
www.slideshare.net/RBPolri/paparan-rbp-
Marbun, S.F. Hukum Administrasi Negara II. ombudsman-ri, diakses tanggal 6 Mei 2014.
Yogyakarta: FH UII Press, 2013.
Laporan Tahunan Ombudsmana Republik
Masthuri, Budhi. Mengenal Ombudsman Indonesia. http://www.ombudsman.go.id/
Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, 2005. index.php/publikasi/laporntahuan.html#,
Muchsan. Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan diakses tanggal 10 Desember 2013.
Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha
Negara. Yogyakarta: Liberty, 2007. Peraturan Perundang-undangan
Palguna, Gede Dewa I. Mahkamah Konstitusi, Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara
Judicial Review, dan Welfare State, kumpulan Republik Indonesia Tahun 1945.
pemikiran I Dewa Gede Palguna. Jakarta: Indonesia. Undang-Undang Tentang
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Mahkamah Konstitusi, 2008. dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. UU No.
Rasjidi, Lili dan I.B. Wiyasa Putra. Hukum Sebagai 28, LN No. 75 tahun 1999. TLN. No. 3851.
Suatu Sistem. Bandung: Mandar Maju, 2003. Indonesia. Undang-Undang Tentang Keterbukaan
S. Salman, Otje H.R dan Anthon F. Susanto. Informasi Publik. UU No. 14, LN No. 61
Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan, tahun 2008. TLN. No. 4846.
dan Membuka Kembali. Bandung: Refika Indonesia. Undang-Undang Tentang Ombudsman
Aditama, 2010. Republik Indonesia. UU No. 37, LN No. 139
Sirajuddin, dkk. Hukum Pelayanan Publik tahun 2008. TLN. No. 4899.
Berbasis Partisipasi & Keterbukaan Informasi.
Malang: Setara Press, 2012.

DYAH ADRIANTINI SINTHA DEWI: Analisis Yuridis Pelayanan Publik... 187


HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

188 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 2, November 2014

Anda mungkin juga menyukai