Anda di halaman 1dari 3

Selamat malam tutor dan rekan – rekan, berikut ini pendapat saya untuk diskusi 2.

Reformasi Birokrasi

Beberapa isu dan agenda dalam kaitan dengan reformasi birokrasi adalah: (1) modernisasi
manajemen kepegawaian, (2) restrukturisasi, downsizing dan rightsizing , perubahan manajemen
dan organisasi (3) rekayasa proses administrasi pemerintahan; (3) anggaran berbasis kinerja dan
proses perencanaan yang partisipatif, (4) serta hubungan hubungan baru antara pemerintah dan
masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.

Dalam konteks praktek pemerintahan di Indonesia, isu reformasi birokrasi ini menjadi sangat
relevan utamanya dalam mempercepat krisis multidimensi yang belum selesai. Pertama, sebagai
fakta sejarah bangsa sistem administrasi yang sekarang diterapkan adalah peninggalan
pemerintah kolonial yang juga memiliki dasar-dasar hukum dan kepentingan kolonial. Struktur,
norma, nilai dan regulasi yang ada masih berorientasi pada pemenuhan kepentingan penguasa
daripada pemenuhan hak sipil warga negara (Thoha, 2003). Ketidakmampuan pemerintah untuk
melakukan perubahan struktur, norma, nilai dan regulasi yang berorientasi kolonial tersebut telah
menyebabkan gagalnya upaya untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Modernisasi dan reformasi birokrasi dapat meliputi aspek eksternal dan internal. Dalam aspek
eksternal, reformasi dan modernisasi birokrasi diletakkan pada penciptaan kontrak baru antara
birokrasi dan masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dan tanggung
jawab pelayanan publik. Dalam aspek internal, reformasi dan modernisasi birokrasi di Indonesia
dapat diletakkan pada tiga titik tekan yaitu: debirokratisasi struktur internal birokrasi,
modernisasi proses internal birokrasi, dan peningkatan kemampuan aparat birokrasi.

Hal terpenting dalam reformasi birokrasi adalah komitmen dan national leadership. Tanpa
komitmen baik dari eksekutif, legislatif dan yudikatif, reformasi birokrasi hanyalah blueprint
yang berada dalam ruang vakuum.

Good governance

Konsep governance menurut Stoker (1998) merujuk kepada pengembangan dari gaya
memerintah dimana batas-batas antara dan diantara sektor publik dan sektor privat menjadi kabur
(Ewalt, 2001). Terminologi governance menjadi lebih mengemuka dengan adanya studi yang
dilaksanakan oleh Bank Dunia pada tahun 1989. Dalam studi ini, terminologi governance
didefinisikan sebagai “the exercise of political power to manage an nation’s affair” (World Bank,
1989). Sejak publikasi Bank Dunia tersebut, terminologi governance menjadi populer dan
dijadikan sebagai kriteria dalam bantuan pembangunan kepada negara-negara berkembang.

Konsepsi good governance meliputi pemerintah (atau negara) yang berdasarkan kepada hukum
( rules), transparansi, akuntabilitas, reliabilitas informasi, serta efisiensi dalam manajemen
pemerintahan. Disamping itu, konsepsi good governance saat ini mengalami perluasan isi,
sehingga meliputi juga aspek berfungsinya pasar dan sektor swasta serta partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan.
Hubungan reformasi birokrasi dan pelayanan publik dalam good governance

Upaya pencipataan good governance sangatlah dipengaruhi oleh adanya komitmen dan national
leadership. Ada dua arah yang harus dituju oleh komitmen dan national leadership dalam
penciptaan good governance di Indonesia. Pertama, komitmen untuk melakukan modernisasi
birokrasi, dan kedua, komitmen untuk menegakkan hukum bagi setiap pelanggaran birokratis
mulai dari mal-administrasi, korupsi, kolusi dan nepotisme.

Penciptaan good governance dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas, responsivitas dan


transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan negara (Prasojo, 2003a). Dan inti dari
upaya penciptaan good governance terletak pada reformasi birokrasi.

Contoh reformasi di Kabupaten Sragen

Di Kabupaten Sragen terdapat sejumlah program inovasi yang layak dan patut dicontoh oleh
daerah lainnya di Indonesia. Sejumlah program tersebut dibagi dalam tiga kelompok besar
program:

1. Program reformasi birokrasi sebagai wujud pembenahan aspek-aspek internal


kelembagaan pemerintahan daerah.
2. Program re-engineering pelayanan publik dengan penataan pelayanan prima dalam
fasilitasi dan pemberian dukungan terhadap upaya masyarakat membangun diri sendiri.
3. Program pemberdayaan masyarakat & PNS dengan paket-paket program yang
mendorong masyarakat dan PNS menjadi maju dengan kapasitas yang mereka miliki.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan reformasi birokrasi di daerah dan upaya


kedepannya

Pertama, political will dan komitmen dari Kepala Daerah sebagai pimpinan tertinggi birokrasi di
daerah untuk melaksanakan program. Dimulai dengan membangun kesamaan visi, misi dan
tujuan dengan aparat birokrasi. Kedua, kemampuan Kepala Daerah beserta aparat untuk
melibatkan organisasi lokal seperti lembaga dan tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan pihak-pihak terkait lainnya dalam penyusunan prioritas juga dalam
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program. Ketiga, adanya program efisiensi pembangunan
di semua sektor serta upaya mengubah paradigma dan budaya birokrasi. Keempat, pemilihan
prioritas program.

Dari sejumlah faktor tersebut, maka peranan kepemimpinan merupakan faktor yang sangat
menentukan. Karenanya yang perlu dilakukan untuk dapat mendorong reformasi birokrasi dan
good governance di daerah lainnya adalah bagaimana kita dapat turut memastikan terpilihnya
figur-figur yang memiliki komitmen dan kepemimpinan terhadap reformasi birokrasi untuk dapat
menjadi Kepala Daerah.

Sumber :

BMP EKAP4301
https://blog.ub.ac.id/alfikri/2012/03/11/reformasi-birokrasi-dan-good-governance/

Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai