Anda di halaman 1dari 3

Selamat malam tutor dan rekan –rekan, berikut ini pendapat saya untuk diskusi 3.

Fakta menunjukkan bahwa lalu lintas kendaraan meningkat cukup pesat dibandingkan dengan
panjang jalan. Pada sisi yang lain, pembangunan jalan yang terus menerus–untuk mengatasi
kemacetan–tidak bisa dilakukan karena keterbatasan lahan, biaya, dan visual constraint.
Kemacetan menyebabkan kerugian fi nansial yang sangat besar. Beberapa hal penting berkaitan
dengan kemacetan:

1. Macet terjadi karena kendaraan bergerak dalam waktu dan tempat yang bersamaan
2. Macet terjadi karena jumlah kendaraan tidak sebanding dengan lebar/ panjang jalan
3. Macet terjadi karena lemahnya pemakaian angkutan umum sebagai akibat dari kondisi
angkutan umum yang kurang baik, biaya relatif mahal dibanding dengan sepeda motor,
kebijakan yang belum mendukung pemakaian angkutan umum, kehandalan waktu
angkutan umum, dan sebagainya.
4. Kemacetan mengakibatkan rendahnya kecepatan yang berdampak pada waktu tempuh
perjalanan menjadi lama serta Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang tinggi.

Manajemen lalu lintas adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan sistem jalan yang sudah
ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan/pembuatan
infrastuktur baru (Fachrurrozy, 2000). Manajemen lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi 4
bagian (Malkhamah, 1995) yaitu:

1. Manajemen lalu lintas dengan melakukan perubahan sistem jalan secara fi sik, seperti:
perubahan pada lay out pertemuan jalan, pengaturan kecepatan lalu lintas dengan
pengasaran permukaan jalan, pemasangan lampu lalu lintas, dan sebagainya.
2. Manajemen lalu lintas dengan melakukan perubahan sistem jalan secara non fisik,
seperti: pengaturan dengan lampu lalu lintas, penerapan sistem jalan satu arah,
pengaturan waktu dan tempat untuk parkir, dan sebagainya.
3. Penyediaan informasi bagi pemakai jalan, seperti informasi mengenai arah, marka
pembagian badan jalan, pemberian nama jalan, informasi trayek angkutan umum, dan
sebagainya.
4. Penetapan tarif untuk pemakai prasarana lalu lintas, misalnya pemberlakuan tarif parkir
sesuai waktunya (jam sibuk atau di luar jam sibuk), tarif angkutan umum, road pricing,
dan sebagainya.

Manajemen lalu lintas (traffi c management) lebih efektif diaplikasikan pada kondisi lalu lintas
belum mengalami kemacetan yang parah. Manajemen lalu lintas menghindari pendekatan ke
arah pembuatan jalan/pelebaran jalan karena selain menimbulkan dampak sosial (penggusuran,
dan sebagainya), juga terbukti tidak efektif dalam menangani kemacetan di daerah perkotaan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam manajemen lalu lintas meliputi:

1. Manajemen Kapasitas. Langkah pertama dalam manajemen lalu lintas adalah membuat
penggunaan kapasitas ruas jalan maupun simpang seefektif mungkin sehingga pergerakan
kendaraan lalu lintas menjadi lancar. Beberapa penerapan dari manajemen kapasitas
seperti perbaikan persimpangan melalui alat kontrol (traffi c signal) maupun
geometriknya, manajemen parkir di tepi jalan (on street parking), pemisahan tipe
kendaraan di ruas jalan, jalan satu arah, dan sebagainya.
2. Manajemen Prioritas. Manajemen prioritas lebih diutamakan bagi kendaraan angkutan
umum melalui penerapan jalur khusus bus (buslane), jalan khusus bus (busway), maupun
prioritas bagi kendaraan tak bermotor seperti jalur khusus sepeda, prioritas bagi pejalan
kaki, dan sebagainya.
3. Manajemen Kebutuhan Transportasi (Transport Demand Management) adalah upaya
untuk memperkecil jumlah perjalanan kendaraan pribadi (push) dan mendorong
pengembangan pelayanan angkutan umum (pull), sebagai bagian dari kebijakan
transportasi berkelanjutan (sustainable transportation), untuk mengurangi kemacetan lalu
lintas perkotaan (Majalah Teknik Jalan dan Transportasi, Juni 2010). Beberapa hal yang
berkenaan dengan TDM adalah:
1) Tidak ada suatu single solution pun yang dapat memecahkan masalah transportasi
yang ada, harus merupakan kombinasi berbagai upaya/strategi yang saling
terintegrasi dan melengkapi.
2) Sangat pentingnya koordinasi di tingkat perencanaan, pelaksanaan, pendanaan,
kerja sama swasta, SDM, dan lain-lain.
3) Pentingnya kesiapan perangkat hukum/peraturan sebelum TDM diberlakukan.
4) Sebaiknya TDM yang membutuhkan dana relatif sedikit yang lebih diprioritaskan.
5) Perlunya dukungan dan kesiapan lembaga terkait, law enfocement, serta
dukungan komitmen nyata dari para pengambil keputusan.

Sumber :

https://www.researchgate.net/profile/Risdiyanto-Risdiyanto/publication/
322222507_Rekayasa_dan_Manajemen_Lalu_lintas_Teori_dan_Aplikasi/links/
5a61b560a6fdccb61c5039e7/Rekayasa-dan-Manajemen-Lalu-lintas-Teori-dan-Aplikasi.pdf

Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai