Anda di halaman 1dari 10

F3 UPAYA PELAYANAN KIA/KB

A) Melakukan ANC (K-1)


 Latar belakang
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil
beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara
teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang
mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat
diatasi dengan cepat dan tepat. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan
akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan
pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan K4
adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, sesuai standar. Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila
pelayanan antenatal tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan
pemerintah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan
darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri,
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi
tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan, pemberian tablet tambah
darah, pemeriksaan laboratorium sederhana (rutin/khusus),
tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/ konseling)
 Permasalahan
Kesakitan dan kematian ibu hamil masih menjadi masalah besar di negara
berkembang. Menurut WHO diperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal saat
hamil atau bersalin. Pelayanan antenatal yang berkualitas dalam program KIA
merupakan salah satu kegiatan yang dianggap efektif sebagai upaya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
 Perencanaan dan pemilihan intervensi
Pelaksanaan pelayanan antenatal care ada 10 standar pelayanan yang harus
dilakukan oleh bidan atau, tenaga kesehatan. Yang dikenal dengan 10T, pelayanan
atau asuhan standar minimal 10T adalah sebagai berikut:
1. Timbang berat badan dan ukuran tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (nilai lengan atas)
4. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus dan diberikan imunisasi tetanus toksoid (TT)
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tata laksanaan kasus
10. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan, pencegahan,
komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
 Pelaksanaan
1. Ny. O; 26th; G3P2A0; 150cm; 60kg
Tanggal kunjungan: 06 Desember 2021
HPHT: 10 Oktober 2021
TP: 17 juli 2022
Usia kehamilan: 8-9 minggu
LILA: 30 cm
TD: 110/62 mmHg
TFU : di simfisis pubis
S: Pasien datang untuk ANC dan dengan keluhan mual dan sulit untuk makan.
Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati. Tidak ada keluhan lainnya.
Tatalaksana:
- Antasida doen tab 3x1
- Vitamin B complex 2x1

2. Ny. L; 29th; G2P1A0; 153cm; 78 kg


Tanggal kunjungan 06 Desember 2021
HPHT: 1 September 2021
TP: 8 Agustus 2022
Usia kehamilan: 5-6 minggu
LILA: 23 cm
TFU: Simfisis
TD: 124/84 mmHg
S: pasien datang untuk kunjungan pertama selama kehamilannya, saat ini tidak
ada keluhan, tidak ada riwayat komplikasi pada kehamilan pertama
Tatalaksana:
- Mirobion 2x1

3. Ny. Y; 22th; G1P0A0; 150cm; 42kg


Tanggal kunjungan: 08 Desember 2021
HPHT: 20 Oktober 2021
TP: 27 Juli 2022
Usia kehamilan: 6-7 minggu
LILA: 23,5cm
TFU: Simpisis
TD: 115/74 mmHg
S: Pasien datang untuk kunjungan pertama dan tidak ada mengeluhkan mual
dan muntah. Tidak ada komplikasi pada kehamilan yang pertama.
Tatalaksana:
- Vitamin mirobion 2x1

4. Ny. H; 20 th; G1P0A0; 152cm; 56kg


Tanggal kunjungan: 09 Desember 2021
HPHT: 9 September 2021
TP: 16 Juli 2022
UK: 12-13 minggu
TFU: 1 jari di atas simfisis pubis
TD: 103/74 mmHg
LILA: 27 cm
Tatalaksana:
- Vitamin B6 1x1
- Vitamin B comp 1x1

5. Ny. Y; 35 th; G6P3A2H2; 147cm; 51kg


Tanggal kunjungan: 03 Januari 2022
HPHT: 04 November 2021
TP: 11 Agustus 2022
UK: 8-9 minggu
TFU: Simfisis pubis
TD: 116/81 mmHg
LILA: 28 cm
Tatalaksana:
- Vitamin B6 1x1
- Vitamin B comp 1x1

 Monitoring dan evaluasi


Evaluasi pada kunjungan ANC berikutnya

B. Deteksi dini bumil resiko tinggi


LATAR BELAKANG

Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara
berkembang. Penyebab kematian ibu terbanyak masih di dominasi perdarahan (30.3%), disusul
hipertensi dalam kehamilan (27.1%), infeksi (7%), Penyebab lain-lain 45% cukup besar
termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (Kemenkes RI, 2016).

Kematian maternal yang tinggi juga disebabkan oleh tingginya angka kehamilan yang tidak
diharapkan. Lebih kurang 65% kehamilan masih terjadi karena “4 terlalu” yang berhubungan
dengan kehamilan “terlalu muda (kurang dari 20 tahun), “terlalu tua: (lebih dari 35
tahun),”terlalu sering (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, “terlalu banyak” (lebih dari 3 anak).
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di
fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan

PERMASALAHAN

Menurut Poedji Rochyati, dkk kriteria kehamilan risiko tinggi adalah:


a. Primipara muda umur kurang dari 16 tahun
b. Primipara tua umur diatas 35 tahun
c. Primipara sekunder dengan umur anak terkecil di atas 5 tahun
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Riwayat kehamilan yang buruk:
1. Pernah keguguran
2. Pernah persalinan prematur, lahir mati.
3. Riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vacum, ekstraksi forceps, operasi seksio
sesarea).
4. Pre-eklampsia dan eklampsia
5. Gravida serotinus
6. Kehamilan perdarahan antepartum
7. Kehamilan dengan kelainan letak
8. Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

PERENCANAAN & INTERVENSI MASALAH

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil
memerlukan asuhan antental sebanyak minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester pertama
(usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),
dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan)

PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Melati RW.5 Kel. Bangkinang dengan melakukan
edukasi kepada para bumil yang beresiko tinggi

1. Ny. L; 29 th; G2P1A0; 153cm; 78kg


Tanggal kunjungan: 06 Desember 2021
HPHT: 01 November 2021
TP: 08 Agustus 2022
UK: 5-6 minggu
TFU: Simfisis pubis
TD: 124/84 mmHg
LILA 36 cm
Resiko Tinggi : Preeklampsia, riw Eklamsi kehamilan pertama, pasien minum obat tensi
dirumah, edukasi: rajin kontrol kehamilan dan diit rendah garam.

2. Ny. M; 27 th; G1P0A0; 149cm; 56kg


Tanggal kunjungan: 06 Desember 2021
HPHT: 16 April 2021
TP: 23 Januari 2022
UK: 32-33 minggu
TFU: 1 jari dibawah xyphoid
TD: 114/80 mmHg
LILA: 33 cm
Resiko Tinggi : CPD ( Cephalopelvic disproportion) karena TB < 150 cm

Tatalaksana : anjuran Kontrol ke dr.SpOg

MONITORING & EVALUSI

Kegiatan berjalan lancar dan baik di dukung oleh peran aktif para Bidan yang ada di Posyandu
Melati RW.5 Kel. Bangkinang . Untuk perkembangan ke depan di harapkan dengan sudah
memberikan edukasi kepada para ibu hamil yang berisiko tinggi, para ibu hamil akan lebih
sering untuk mengontrol kehamilan guna mencegah komplikasi yang timbul pada ibu dan bayi.

C. Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif


Latar belakang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses meletakkan bayi baru lahir pada dada atau
perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri sumber air susu ibu atau ASI dan
mulai menyusu. Bayi akan mendapatkan kekebalan tubuh. IMD bermanfaat bagi ibu
karena dapat membantu mempercepat proses pemulihan pasca persalinan. Dalam 1 jam
kehidupan pertama bayi dilahirkan ke dunia, bayi dipastikan untuk mendapatkan
kesempatan melakukan IMD (Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter
Anak Indonesia tahun 2011, ditemukan sebagian besar ibu sudah meletakkan bayi di
dadanya segera setelah kelahiran. Namun 87% bayi hanya diletakkan dengan durasi
kurang dari 30 menit, padahal IMD yang tepat harus dilakukan minimal 1 jam atau
sampai bayi mulai menyusu (IDAI, 2016).

World health organization (WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi untuk
mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua untuk melawan berbagai
infeksi dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan (Kemenkes, 2012). Kebijakan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini tersebut juga diharapkan dapat menurunkan Angka
kematian neonatus (AKN), yaitu sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup, sesuai dengan
target pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) (Bappenas, 2016)

Permasalahan
Rendahnya pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia merupakan salah satu
penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Berdasarkan data Riskesdas
(2013), pemberian ASI kepada bayi dalam kurun waktu kurang dari satu jam adalah
34,5%. Hal ini menunjukkan bahwa IMD belum terlaksana dengan baik, karena masih
kurangnya pengetahuan ibu tentang informasi pentingnya pelaksanaan IMD sehingga
banyaknya ibu yang belum mengetahui dan memahami secara pasti mengenai
pelaksanaan IMD. Ini juga diduga menjadi salah satu alasan ketidakpedulian ibu terhadap
pentingnya pelaksanaan IMD pada saat persalinan. Ibu lebih peduli terhadap persiapan
sebelum persalinan seperti uang dan kendaraan dibandingkan dengan pelaksanaan IMD.
Penting bagi tenaga kesehatan untuk mengedukasi dan memotivasi ibu untuk melakukan
IMD serta memberi ASI eksklusif.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


1. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan
bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas dada) dan keringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya.
Bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang
mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak
boleh dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan
verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.
2. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu dengan
kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya.
3. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan
bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
4. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan bahwa bayi-
bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola perilaku prefeeding yang
dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa
waktu bayi akan diam saja tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
5. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang, menggerakkan
kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus untuk
berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat
areola mammae yang berwarna lebih gelap dan bergerak menuju ke sana. Bayi
akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang
menyerupai pijatan pada payudara ibu.
6. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan
dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai
mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal tersebut dapat tercapai antara 27 - 71
menit.
7. Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung sebentar,
sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada
keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi
gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas.
8. Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan keperawatan
seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya, penyuntikkan vitamin K1,
dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat dilakukan.
9. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikut.
10. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan
bayi (rooming in / rawat gabung).

Pelaksanaan
1. Ny. E; 36th; G4P1A2; 152cm; 63,5kg
IMD dan ASI eksklusif
Tempat: Posyandu Melati RW.V Kel. Bangkinang
Tanggal kunjungan : 6 Desember 2021
HPHT: 23 Mei 2021
TP: 30 Februari 2022
UK: 26-27 minggu
TFU: 26 cm
LILA: 33 cm

2. Ny. M; 26th; G1P0A0; 156cm; 58kg


IMD dan ASI eksklusif
Tempat: Posyandu Melati RW.V Kel. Bangkinang
Tanggal kunjungan: 6 Desember 2021
HPHT: 5 Mei 2021
TP: 12 Februari 2022
UK: 29-30 minggu
TFU: 24 cm
LILA: 28 cm

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan penyuluhan tentang IMD berjalan lancar .Selain itu Ibu sangat aktif dan antusias
dalam edukasi IMD ini. Evaluasi pada kunjungan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai