F3 Upaya Pelayanan Kia
F3 Upaya Pelayanan Kia
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara
berkembang. Penyebab kematian ibu terbanyak masih di dominasi perdarahan (30.3%), disusul
hipertensi dalam kehamilan (27.1%), infeksi (7%), Penyebab lain-lain 45% cukup besar
termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (Kemenkes RI, 2016).
Kematian maternal yang tinggi juga disebabkan oleh tingginya angka kehamilan yang tidak
diharapkan. Lebih kurang 65% kehamilan masih terjadi karena “4 terlalu” yang berhubungan
dengan kehamilan “terlalu muda (kurang dari 20 tahun), “terlalu tua: (lebih dari 35
tahun),”terlalu sering (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, “terlalu banyak” (lebih dari 3 anak).
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di
fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan
PERMASALAHAN
Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil
memerlukan asuhan antental sebanyak minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester pertama
(usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),
dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan)
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Melati RW.5 Kel. Bangkinang dengan melakukan
edukasi kepada para bumil yang beresiko tinggi
Kegiatan berjalan lancar dan baik di dukung oleh peran aktif para Bidan yang ada di Posyandu
Melati RW.5 Kel. Bangkinang . Untuk perkembangan ke depan di harapkan dengan sudah
memberikan edukasi kepada para ibu hamil yang berisiko tinggi, para ibu hamil akan lebih
sering untuk mengontrol kehamilan guna mencegah komplikasi yang timbul pada ibu dan bayi.
World health organization (WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi untuk
mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua untuk melawan berbagai
infeksi dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan (Kemenkes, 2012). Kebijakan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini tersebut juga diharapkan dapat menurunkan Angka
kematian neonatus (AKN), yaitu sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup, sesuai dengan
target pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) (Bappenas, 2016)
Permasalahan
Rendahnya pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia merupakan salah satu
penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Berdasarkan data Riskesdas
(2013), pemberian ASI kepada bayi dalam kurun waktu kurang dari satu jam adalah
34,5%. Hal ini menunjukkan bahwa IMD belum terlaksana dengan baik, karena masih
kurangnya pengetahuan ibu tentang informasi pentingnya pelaksanaan IMD sehingga
banyaknya ibu yang belum mengetahui dan memahami secara pasti mengenai
pelaksanaan IMD. Ini juga diduga menjadi salah satu alasan ketidakpedulian ibu terhadap
pentingnya pelaksanaan IMD pada saat persalinan. Ibu lebih peduli terhadap persiapan
sebelum persalinan seperti uang dan kendaraan dibandingkan dengan pelaksanaan IMD.
Penting bagi tenaga kesehatan untuk mengedukasi dan memotivasi ibu untuk melakukan
IMD serta memberi ASI eksklusif.
Pelaksanaan
1. Ny. E; 36th; G4P1A2; 152cm; 63,5kg
IMD dan ASI eksklusif
Tempat: Posyandu Melati RW.V Kel. Bangkinang
Tanggal kunjungan : 6 Desember 2021
HPHT: 23 Mei 2021
TP: 30 Februari 2022
UK: 26-27 minggu
TFU: 26 cm
LILA: 33 cm