Anda di halaman 1dari 4

PERAN MEDIA MASSA DALAM PEMBENTUKAN MORAL

Pendidikan karakter dewasa ini dirasa sangat penting. Hal ini dikarenakan
gagalnya konsep pembelajaran berbasis kompetensi yang di terapkan oleh
pemerintah sejak tahun 2004. Kenapa di katakan gagal ?, tentu saja karena lulusan
dari buah pemikiran ini banyak yang sudah kehilangan karakternya atau bisa di
bilang pintar di bidang ilmu namun tidak pintar dalam berperilaku. Pelajar, seperti
terlihat bukan pelajar lagi. Tradisi diskusi, meneliti, membaca, berorganisasi
hingga saling berlomba dalam prestasi seakan lenyap di telan peradaban. Pelajar
masa kini lebih banyak disibukkan oleh hal-hal hedonisme yang hanya
mementingkan dirinya sendiri. Pelajar masa kini sudah kehilangan daya
kekritisannya. Tak layak menjadi pemimpin walau nantinya akan menjadi
pemimpin. Lalu ada apa dengan keadaan ini ?, mengapa bisa terjadi ?. Hal ini tentu
saja selain konsep kurikulum yang belum sempurna di tambah dengan peran media
yang membentuk karakter-karakter baru bagi pelajar. Karakter-karakter yang sudah
tak mencerminkan budaya seorang pelajar. Karakter, yang benar-benar ingin
menggeser karakter sesungguhnya dari pribadi seorang pelajar. Hal ini dapat di
buktikan dengan media yang memunculkan idola-idola baru bagi pelajar, padahal
sama-sama kita ketahui banyak dari mereka yang moralnya bobrok ditambah
perilaku yang tidak mencerminkan keteladanan yang baik bagi pelajar. Keadaan
seperti ini tentu tidak baik bagi perkembangan karakter pelajar. Kalau terus
dibiarkan maka lama kelamaan bangsa Indonesia ini akan semakin kehilangan
karakternya. Yang di lebih khawatirkan, yakni sudah tidak di akuinya keberadaan
bangsa Indonesia ini oleh bangsa lain disebabkan sudah hilangnya jati diri bangsa
Indonesia ini karena tergerus oleh arus media yang negatif. Kesibukan orang tua
juga menjadi faktor pendorong mudahnya media merasuki pemikiran pelajar.
Kenapa demikian ?, karena di era modern yang di tuntut serba cepat ini
menyebabkan kecil kemungkinan bagi para orang tua dalam berperan layaknya
orang tua yang sesungguhnya. Banyak dari pelajar yang di telantarkan sendiri oleh
orang tuanya. Akibatnya, para pelajar kemudian mencari orang tua yang lain yang
bisa lebih banyak meluangkan waktunya untuk mereka. Hingga pada akhirnya
medialah yang menggeser posisi orang tua dalam membentuk karakter pelajar.
Kemajuan jaman dan teknologi memang tidak bisa lepas dari kehidupan sekarang.
Bahkan seharusnya kemajuan peradaban ini bisa membuat para pelajar semakin
berkarakter. Karena apabila dibandingkan dengan masa silam, pembentukan
karakter masa kini terbilang lebih mudah dan berpengaruh. Hal ini karena
pengaruh media yang besar, bahkan pengaruh media bisa mengalahkan pengaruh
negara. Tak bisa lepas dari media, itulah gambaran masyarakat modern sekarang.
Termasuk pelajar sekarang pun tak di pungkiri sangat memerlukan peran media.
Sehingga tak berlebihan apabila era sekarang disebut sebagai eranya media.
Namun, nampaknya media sekarang tidak peduli dengan perkembangan karakter
pelajar. Media sekarang hanya peduli dengan berapa banyak uang yang masuk ke
kantong tebal mereka. Media sekarang hanya sebagai alat perusak moral yang
melenyapkan sedikit demi sedikit karakter pelajar. Media sekarang hanya menjadi
alat propaganda kepentingan-kepentingan yang menjerumuskan kepalsuan. Sering
terdengar ketika dulu para pelajar sering menggaungkan kata “eh kamu sudah baca
buku ini belum ?”, namun kini hanya terdengar “eh lo dah nonton film/konser ini
belum ?”. Dari perbincangan di atas sangat jelas perbedaan pola pikir pelajar masa
silam dengan pelajar masa kini. Perbedaan yang mencerminkan mulai tergerusnya
karakter asli dari pelajar. Memang, menonton film ataupun konser pada hakikatnya
bukanlah suatu masalah. Namun, para pelajar saat ini sudah jauh berlebihan
memandangnya. Para Pelajar seakan merasa kehilangan serta kerugian yang besar
apabila melewatkan momen menonton film ataupun konser. Hal ini di buktikan
ketika Justin Bieber (JB) menggelar konser tanggal 23 April 2011 silam di Sentul
International Convention Center, Bogor. Banyak dari Frans JB yang kebanyakan
dari golongan pelajar rela menunggu berjam-jam dan menghamburkan uangnya
hanya untuk melihat JB manggung. Padahal harga tiket untuk menonton konser
mulai dari lima ratus ribu rupiah hingga satu juta rupiah. Harga ini tentu terbilang
mahal bagi kalangan pelajar. Yang lebih parah lagi konser JB dilaksanakan sehari
sebelum Ujian Nasional tingkat SMP. Namun, para pelajar tidak terlalu
memperdulikannya. Rasanya para pelajar jaman sekarang lebih senang membuang
uang mereka hanya untuk melihat sang idola ketimbang untuk membeli buku yang
tentu jauh lebih bermanfaat. Para pelajar sekarang lebih mementingkan kehidupan
yang praktis dan serba singkat, tidak lagi berpikir untuk jangka panjang. Ini
mengidentifikasikan daya berpikir para pelajar sekarang sudah tidak lagi sebaik
pelajar dulu, sehingga rasanya pelajar yang berumur delapan belas tahun masa kini
seakan sama dengan pelajar berumur sepuluh tahun pada masa silam. Budaya-
budaya hedonisme alias mementingkan diri sendiri, berfoya-foya, berpikir singkat
dan tidak berpikir jauh ke depan menjadi potret karakter pelajar masa kini yang di
balut dengan rasa cinta berlebih kepada para sang idola yang lahir dari media.
Dengan kondisi seperti ini, maka orang tua di tuntut untuk sadar betapa pentingnya
mendidik karakter anaknya sebagai seorang pelajar. Orang tua harus lebih
memperhatikan sikap dan pembinaan moral serta perilaku anak ketimbang
berorientasi agar anaknya mendapat nilai pelajaran yang baik. Kenapa demikian ?,
tentunya kalau pola kepribadian anaknya sudah baik atau boleh di bilang
‘berkarakter’ maka tentulah hasil(Result)nya akan lebih baik bila dibandingkan
dengan anak yang dididik dengan orientasi hanya nilai pelajaran. Tengoklah para
koruptor-koruptor yang bertengger di bangku pemerintahan. Mereka adalah orang-
orang bertitel yang tak mempunyai moral. Atau tengok pula para pekerja di kantor
yang banyak dari mereka mempunyai keahlian yang baik namun keahliannya
digunakan hanya untuk kepentingannya pribadi, kalau kepentingannya dirasa
diganggu oleh rekan kerjanya maka secara tak sungkan akan langsung berusaha
keras untuk menjatuhkan rekan kerjanya. Ada pula hal kecil yang sering kita lihat
di sekitar lingkungan kita, banyak orang yang dengan teganya membuang sampah
tidak pada tempatnya. Padahal, perbuatan tersebut sudah diketahui akan
menimbulkan bencana banjir kedepannya. Itulah hasil dari jebolan pelajar yang
berorientasi hanya pada nilai pelajaran. Apalagi sekarang ditambah dengan peran
media dalam membentuk karakter para pelajar, semakin hancurlah generasi orang-
orang terpelajar. Pihak sekolah turut mengambil andil dalam upaya pembentukan
karakter pelajar. Sebab dari sekolahlah pelajar di ajarkan bagaimana bertinkah laku
yang baik sehingga terciptalah pelajar yang berkarakter. Pihak sekolah sebaiknya
membuat peraturan-peraturan yang tidak menuntut pelajar hanya untuk
mendapatkan nilai pelajaran yang bagus, tetapi pihak sekolah harus mampu
membuat suatu aturan yang memperhatikan perkembangan karakter pelajarnya.
Pemerintah juga turut bertanggung jawab atas tergerusnya karakter para pelajar ini.
Karena pemerintahlah yang memberikan izin kepada media terkait konten yang
akan di sebarkan. Selain itu, pemerintah pula yang membuat kurikulum kepada
pihak sekolah sebagai upaya pembentukan karakter pelajar. Pemerintah seharusnya
bertindak tegas dalam memberikan izin penyiaran ataupun pemberitaan terhadap
media. Dan media juga harus berpikir panjang ke depan agar para pelajar tidak
mengalami krisis karakter yang berkepanjangan. Media seharusnya lebih banyak
memberikan asupan-asupan materi yang bergizi alias benar-benar ada manfaatnya
bagi perkembangan karakter para pelajar. Jangan hanya perut yang dipikirkan.
Sebab, pemikiran-pemikiran singkat seperti itu hanya akan membuat semakin
hancurnya karakter suatu bangsa. Kalau sudah demikian maka sudah barang tentu
akan sulit untuk membangun kembali karakter bangsa ini. Budaya berdiskusi,
bertanya, membaca dan meneliti harus kembali digalakkan. Hal ini dapat di
dukung media dengan sering menyiarkan ataupun memberitakan mengenai
seminar, prestasi bangsa, dan lain sebagainya yang tentunya bersifat mendidik.
Karena kita sama-sama ingin melihat bangsa ini menjadi bangsa yang berkarakter,
bangsa yang memiliki segudang prestasi, bangsa yang bersih dari korupsi, dan
bangsa yang menjadi teladan bagi bangsa lain. Kita sudah lelah dengan hiburan-
hiburan yang sudah terlalu berlebihan. Kita sudah ‘capek’ dengan merosotnya
prestasi bangsa. Kita sudah tak sanggup melihat bangsa ini terus dilanda krisis
karakter. Untuk itu, mari sama-sama kita mulai perhatikan kembali betapa
pentingnya pendidikan karakter bagi pelajar. Betapa pentingnya peran orang tua
dalam menumbuh kembangkan karakter anaknya. Betapa pentingnya media dalam
membentuk karakter pelajar. Sehingga muncul suatu tindakan khusus dalam upaya
pembangunan karakter pelajar. Karena para pelajar saat ini nantinya akan menjadi
cerminan karakter bangsa kedepannya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rozanhilmy/peran-media-dalam-
membentuk-karakter-pelajar_551b1f70a33311e621b65cdd

Anda mungkin juga menyukai