Anda di halaman 1dari 1

Review Artikel Kompas “Memaknai Penghargaan IRRI”

Prestasi Indonesia dalam Penghargaan Sistem Pertanian Pangan Tangguh dan


Swasembada Beras Melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi dari Institut Padi
Internasional (IRRI) kepada Pemerintah Indonesia karena telah meningkatkan produksi beras
selama tiga tahun terakhir (2019-2021) dengan Penggunaan dan pemanfaatan inovasi
teknologi, dihasilkannya banyak bibit padi baru yang tahan penyakit, meningkat tajam
produksi per hektar lahan, dan penurunan konsumsi penduduk akan beras yang sangat
signifikan, serta musim basah yang berkepanjangan yang membantu meningkatnya indeks
pertanaman. Akan tetapi, di tahun terakhir ini peningkatan kesejahteraan masih belum
tercapai dilihat dari rendahnya nilai tukar petani dengan permasalahan kebijakan pangan,
diversifikasi yang belum juga tuntas, dan ketergantungan pada beras dan impor yang sulit
dibendung, serta adanya konversi (perubahan sistem), fragmentasi, dan degradasi lahan
pertanian, yang membuat makin ciutnya lahan sawah dan regenerasi petani atau reformasi
ketenagakerjaan yang tidak berjalan mulus menjadi penyebab belum sejahteranya petani
tanaman pangan.

Ulasan artikel dengan merujuk pada Pidato Peradaban Prof. Dr. Bustanul Arifin

Pemberian penghargaan Sistem Pertanian Pangan Tangguh dan Swasembada Beras


kepada Negara Indonesia memberikan arti bahwa Indonesia telah mengalami kemajuan dari
tahun sebelumnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas cukup stabil sehingga harus
patut dipertahankan dan ditingkatkan. Dalam pidato Prof. Dr. Bustanul Arifin peningkatan
produksi pangan dapat dilakukan dengan Perbaikan manajemen usahatani, sistem insentif
baru berbasis inovasi dan teknologi baru, benih unggul, teknik budidaya dan penanganan
panen-pascapanen; Pembangunan infrastruktur pedesaan untuk mendukung rantai nilai beras
dan pangan lain; Pengembangan teknologi informasi untuk memotong rantai dan marjin
biaya tataniaga, petani dapat menerima harga lebih tinggi, konsumen membayar harga relatif
lebih rendah, dan Dukungan alokasi anggaran penelitian dan pengembangan pertanian,
follow-up kebijakan promotif untuk pengembangan bioteknologi.
Walaupun Indonesia menerima penghargaan tersebut tetapi masih banyak masalah-
masalah yang perlu diperhatikan dalam menjaga ketahanan pangan nasional, contohnya pada
ketergantungan impor komoditas pangan baik itu beras ataupun komoditas lainnya, dalam
pidato Prof. Dr. Bustanul Arifin menyebutkan Impor beras sering dianggap aib atau signal
kegagalan politik, yang berarti terdapat masalah dalam akurasi estimasi data produksi beras.
Sehingga Sistem dis-insentif pangan impor perlu dirumuskan secara terukur untuk
memberikan insentif pengembangan pangan lokal di daerah.
Berkaitan dengan impor komoditas pangan baik beras dan lainnya, dalam penjelasan
pidato Prof. Dr. Bustanul Arifin tentang strategi diversifikasi pangan dirumuskan untuk
mencapai tingkat keseimbangan gizi, yang akan menghasilkan dampak jangka menengah dan
panjang yang lebih produktif, yang artinya Strategi tersebut masih belum dapat tercapai
dilihat dari konsumsi pangan bangsa ini yang telah melampaui garis standar sesuai Pola
Pangan Harapan (PPH) sehingga perlu mempertimbangkan penganekaragaman pangan secara
menyeluruh akan tetapi penurunan konsumsi beras per kapita penduduk akan terus
berlangsung diikuti peningkatan produksi yang berdampak ke surplus beras sehingga menjadi
hal yang positif.

Anda mungkin juga menyukai