Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI CSSD

NOMOR : 116/PD/RS-BR/VIII/2022

UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI


KABUPATEN BARRU
2022
PEMERINTAH KABUPATEN BARRU
DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI
Jl. Lasawedi, Kel.Coppo, Kec.Barru, Kab.Barru, 90711, Telp./Fax. (0427) 21221
e-mail : barru.rsud@yahoo.co.id, website : rsud.barrukab.go.id

PERATURAN DIREKTUR
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI KABUPATEN BARRU
NOMOR : 116/PD/RSUD-BR/ VIII/2022

TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN STERILISASI SENTRAL / CSSD
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI KABUPATEN BARRU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI


KABUPATEN BARRU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi


rumah sakit sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Rumah Sakit, perlu ditetapkan unit pelaksana
pelayanan fungsional;
b. bahwa setiap unit pelaksana pelayanan didalam
penyelanggaraan tugas dan fungsi rumah sakit
memerlukan pedoman pengorganisasian yang spesifik
sesuai dengan kondisi unit layanan agar tata kelola
rumah sakit dapat terlaksana dengan baik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Direktur UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Barru tentang pedoman pelayanan Sterilisasi
Sentral / CSSD UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Barru;

i
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045 tahun 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014
tentang Klasifikasi dan perizinan rumah sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pengendalian dan Pencegahan Infeksi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 tahun 2019
tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Barru nomor 06 tahun
2008 tentang pembentukan organisasi dan Tata Kerja
RSUD Barru;
12. Peraturan Bupati Barru nomor 43 tahun 2008 tentang
uraian tugas pokok dan fungsi RSUD Kabupaten Barru.
13. Keputusan Bupati Barru Nomor 268 tahun 2018 tentang
Izin Operasional Tetap Rumah Sakit Umum Daerah
Barru;
14. Peraturan Bupati Barru Nomor 60 tahun 2017 tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit Badan Layanan Umum
Daerah RSUD Barru;
15. Peraturan Bupati Barru Nomor 62 tahun 2017 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Badan Layanan umum
Daerah RSUD Barru.
16. Peraturan Direktur Nomor 040 Tahun 2019 tentang
Penetapan Jenis Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Barru.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UPT RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH LA PATARAI KABUPATEN BARRU TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN STERILISASI
SENTRAL / CSSD UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LA PATARAI KABUPATEN BARRU

KESATU : Pedoman Pelayanan sterilisasi sentral /CSSD adalah


acuan dalam penyelenggaraan tata kelola organisasi
sterilisasi sentral / CSSD di UPT Rumah Sakit Umum
Daerah La Patarai Kabupaten Barru yang mengikat.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Sterilisasi Sentral / CSSD UPT
Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai Kabupaten Barru
sebagaimana tertuang dalam lampiran keputusan.
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
dilakukan perubahan sewaktu-waktu bila diperlukan
atau dikemudian hari ditemukan kekeliruan akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Barru
Pada tanggal : 2022
Direktur UPT RSUD La Patarai Kab. Barru

drg. Hj. ULFAH NURUL HUDA S., MARS


Pangkat : Penata Tk. 1, III/d
Nip. : 19870921 201502 2 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Kabupaten Barru dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini merupakan Pedoman kerja bagi seluruh staf
Rumah Sakit dalam menjalankan program Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD
di UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai Kabupaten Barru.
Dalam Pedoman diuraikan tentang Proses kegiatan Pelayanan
Instalasi CSSD di UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai Kabupaten
Barru, Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya
atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Kabupaten Barru.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar.Belakang
    Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan
dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Rumah sakit sebagai institusi
penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi
bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam
pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di
rumah sakit.

    Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi. Pusat Sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun
instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit,
sanitasi dan lain – lain. Selain itu perlu juga dibuat standar dan pedoman sehingga
tidak terjadi gangguan pada proses dan hasil sterilisasi.
.
B. Tujuan
- Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril untuk
mencegah terjadinya infeksi.
- Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
- Menyediakan dan menjamin kualitas hasil strilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.

C. TUGAS UTAMA
Tugas utama pusat sterilisasi adalah:
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
2. Melakukan proses sterilisasi alat/ bahan
3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar
operasi,maupun ruangan lainnya

1
4. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif
serta bermutu
5. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan perawatan
pasien
6. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
8. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka
pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian
infeksi nosokomial
9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi
10. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat
sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern
11. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

C. Pengertian
1. Autoclave adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
2. Bacillus stearothermophyulus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk
spora serta resistensi terhadap panas dan di gunakan untuk uji efektifitas
sterilisasi uap.
3. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum.
4. Dekontaminasi adalah prose untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi sampai
sterilisasi.
5. Goggle adalah alat proteksi mata.
6. Indikator Biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu prose
sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah
tercapai.
7. Indikator Kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
8. Indikator Mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada
mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
9. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
10.Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
11.Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisik atau kimia.
12.Srerilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Di CSSD UPT RSUD La Patarai Barru saat ini hanya melayani kebutuhan
sterilisasi di lingkungan UPT RSUD La Patarai Barru yang meliputi :
1. Perencanaan dan penerimaan barang
2. Dekontaminasi
3. Pencucian
4. Pengemasan dan pemberian tanda
5. Proses sterilisasi
6. Penyimpanan dan distribusi
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
8. Pencatatan dan pelaporan.

Instalasi pusat sterilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan
kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pusat sterilisasi selalu
berhubungan dengan:

 Bagian laundry
 Instalasi pemeliharaan sarana
 Instalasi farmasi
 Sanitasi
 Perlengkapan/ logistik
 Rawat inap, rawat jalan, IGD, OK, dan lain-lain.

Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi yaitu:


a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke
dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler, atau melalui saluran darah
harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa
endotracheal harus disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah, atau
sekresiharus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

                                                                
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
        Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD UPT RSUD La Patarai Kabupaten
Barru dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas dan tanggung jawabnya.
pelayanan sterilisasi di CSSD UPT RSUD La Patarai Kabupaten Barru ada dibawah
Departemen Pelayanan Penunjang Medis, dan staff CSSD meliputi : 1 Orang PJA
(Penanggung Jawab Administrasi) dan 3 staf Pelaksana dengan pengalaman di
bidang CSSD, dengan format 2 shift pagi dan 2 shift siang.

B. Organisasi dan SDM


- Pelayanan CSSD dilakukan oleh staf CSSD sesuai dengan kualifikasi dan pola
ketenagaan yang telah ditetapkan
- Setiap petugas baru di CSSD mengikuti program orientasi tenaga baru
- Setiap petugas CSSD mengikuti program pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan staf

C. Struktur Organisasi

DIREKTUR UPT RSUD LA PATARAI


BARRU

KEPALA SEKSI PENUNJANG MEDIK

KEPALA INSTALASI CSSD

STAF INSTALASI CSSD

D. Distribusi Ketenagaan
Dalam memberikan pelayanan, ketenagaan di bagian CSSD dibagi 2 (dua)
shift. Shift pagi dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00 dan shift
siang dimulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 18.00. Dimana setiap shift terdiri
dari 2 (dua) orang. Pengaturan ketenagaan di CSSD disesuaikan dengan beban
kerja. apabila ada permintaan di luar jam kerja tersebut di atas maka staf CSSD
akan lembur.
BAB III
SARANA DAN PERALATAN

A. Denah Ruangan

DENAH RUANGAN INSTALASI CSSD DI UPT RSUD LA PATARAI BARRU

BELAKANG BELAKANG
WC

R. STERILISASI

R. PRODUKSI &
R.PACKING

R. STERILISASI
R.DEKONTAMINASI

R. GANTI
R. PENYIMPANAN
KANTOR & DISTRIBUSI

Ruangan CSSD terletak berdekatan dengan Laundry dan IPPRS, terbagi atas 5
ruangan yaitu :
1. Kantor
Ruangan ini berfungsi sebagai ruangan administrasi, dimana terdapat 1 buah
meja, 1 buah kursi, 1 buah lemari, dan 1 unit telepon.
2. Ruang Dekontaminasi
Pada ruangan ini barang kotor diterima dan dicuci, terdapat 1 buah meja batu,
1 buah bak cuci stainless ukuran sedang, 1 buah meja trolley stainless ukuran
besar, 2 buah kursi dan 1 buah mesin washer.
3. Ruang Produksi dan Pengemasan (Packing)
Di ruangan ini dilakukan penyusunan instrumen ke dalam pouches untuk
kemudian dikemas menjadi set dan disterilkan. Di ruangan ini juga berfungsi
sebagai tempat produksi kasa dan dikemas untuk kemudian disterilkan, pada
ruangan ini terdapat loket penerimaan alat bersih. Pada ruangan ini terdapat 2
buah meja batu, 2 buah kursi, 1 buah mesin pouches dan 1 buah rak
penyimpanan pembungkus/pouches.
4. Ruang Sterilisasi
Di ruangan ini dilakukan sterilisasi bahan/alat medis. Pada ruangan ini
terdapat 2 buah mesin sterilisasi autoclave suhu rendah dan 2 buah mesin
sterilisasi autoclave suhu tinggi dan 1 buah meja trolley stainless ukuran
sedang.
5. Ruang Penyimpanan Steril dan Distribusi
Ruangan ini berfungsi menyimpan instrumen dan produk steril, sebelum
didistribusikan ke unit yang membutuhkan. Pada ruangan ini terdapat loket
distribusi. Di ruangan ini terdapat 1 buah meja, 2 buah kursi, 2 buah rak
susun 4 stainless dan 1 buah lemari stainless.

B. Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan


Pemeliharaan alat di CSSD dilakukan oleh petugas CSSD dengan
membersihkan ruang chamber pada autoclave seminggu sekali. Untuk alat
sterilisasi sterrad dilakukan pemeliharaan setiap 6 bulan sekali oleh tehnisi dari
penyedia alat. Kemudian apabila ada kerusakan, Pihak CSSD akan berkoordinasi
dengan pihak IPPRS untuk perbaikan.
                                           
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Perencanaan dan penerimaan barang


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan
CSSD merupakan tanggung jawab seluruh petugas yang bertugas di CSSD. Pada
dasarnya kecelakaan kerja dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya
yang dapat ditimbulkan di CSSD UPT RSUD La Patarai KabupTBarru sudah
dipersiapkan alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh petugas CSSD saat
melakukan kegiatan yang potensial menimbulkan kecelakaan.
Selama penerimaan, petugas yang melakukan pengiriman dan
penerimaan instrumen harus menggunakan APD, serta harus waspada
terhadap instrumen yang terkontaminasi cairan tubuh.
Adapun alat pelindung diri yang tersedia di CSSD yaitu :
- Apron, Untuk melindungi petugas saat melakukan pencucian agar tidak terpapar
oleh cairan kimia dan cairan infeksius.
- Kacamata atau Google, Untuk melindungi mata petugas saat melakukan
pencucian dan pengeringan agar tidak terpapar oleh cairan kimia dan cairan
infeksius.
- Sandal Tertutup dan Sepatu Boot, Untuk melindungi petugas saat pencucian.
- Sarung Tangan Panjang, Untuk melindungi petugas saat penerimaan alat kotor
dan pencucian agar tidak terpapar oleh cairan kimia dan cairan infeksius.
- Sarung Tangan Tahan Panas, Untuk melindungi petugas saat mengeluarkan
barang dari mesin sterilisasi autoclave.
- Masker, Untuk melindungi petugas dari bau yang menyengat cairan kimia dan
barang kotor yang infeksius.
2. DEKONTAMINASI
Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori risiko
berpotensi infeksi untuk menjadi dasar pemilihan praktik atau proses
pencegahan yang akan digunakan (seperti sterilisasi peralatan
medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu merawat pasien.
Kategori Spaulding adalah sebagai berikut:
a) Kritikal
Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau sistem
darah sehingga merupakan risiko infeksi tingkat tertinggi.
Kegagalan manajemen sterilisasi dapat mengakibatkan infeksi yang
serius dan fatal.
b) Semikritikal
Bahan dan praktik ini merupakan terpenting kedua setelah kritikal
yang berkaitan dengan mukosa dan area kecil di kulit yang
lecet.Pengelola perlu mengetahui dan memiliki keterampilan
dalam penanganan peralatan invasif, pemrosesan alat, Disinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT), pemakaian sarung tangan bagi petugas yang
menyentuh mukosa atau kulit tidak utuh.
c) Non-kritikal
Pengelolaan peralatan/ bahan dan praktik yang berhubungan
dengan kulit utuh yang merupakan risiko terendah. Walaupun
demikian, pengelolaan yang buruk pada bahan dan peralatan non-
kritikal akan dapat menghabiskan sumber daya dengan manfaat
yang terbatas (contohnya sarung tangan steril digunakan untuk
setiap kali memegang tempat sampah atau memindahkan sampah).
Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan
penatalaksanaan peralatan bekas pakai perawatan pasien yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning,
disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
sebagai berikut:
a) Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme
lalu dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum dilakukan
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b) Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus
didekontaminasi terlebih dulu sebelum digunakan untuk pasien
lainnya.
c) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai
prinsip pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga
berlaku untuk alat yang dipakai berulang, jika akan dibuang.
d) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah
dibersihkan dengan menggunakan spons, di DTT dengan klorin
0,5% selama 10 menit.
e) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi
menggunakan alkohol 70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi
atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal harus didisinfeksi
dan disterilisasi.
f) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat
didekontaminasi permukaannya setelah digunakan di ruangan
isolasi.

Gambar Alur Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien


Keterangan Alur:
1) Pembersihan Awal (pre-cleaning): Proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum di
bersihkan(umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi.
2) Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari permukaan benda
mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau
menggunakan enzim, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan.
Jangan menggunakan pembersih yang bersifat mengikis,

misalnya Vim®atau Comet® atau serat baja atau baja berlubang,


karena produk produk ini bisa menyebabkan goresan. Goresan ini
kemudian menjadi sarang mikroorganisme yang membuat proses
pembersihan menjadi lebih sulit serta meningkatkan pembentukan
karat.
3) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek,dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan
kimiawi.
4) Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
menggunakan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven),
sterilisasi kimiawi, atau radiasi.
a. Sterilisator Uap Tekanan Tinggi (autoklaf):
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang
efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara
benar.Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pillihan untuk
mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik
bermasalah, maka instrumen-instrumen tersebut dapat
disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap non-elektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai
sumber panas.Atur agar suhu harus berada pada 121°C;
tekanan harus berada pada 106 kPa; selama 20 menit untuk alat
tidak terbungkus dan 30 menit untuk alat terbungkus. Biarkan
semua peralatan kering sebelum diambil dari sterilisator. Set
tekanan kPa atau lbs/in² mungkin berbeda tergantung pada jenis
sterilisator yang digunakan. Ikuti rekomendasi pabrik, jika
mungkin.
b. Sterilisator Panas Kering (Oven):
Baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan aliran listrik
yang terus menerus, menyebabkan alat ini kurang praktis
pada area terpencil atau pedesaan. Selain itu sterilisasi panas
kering yang membutuhkan suhu lebih tinggi hanya dapat
digunakan untuk benda- benda dari gelas atau logam–karena
akan melelehkan bahan lainnya. Letakkan instrumen di oven,
panaskan hingga 170°C, selama 1 (satu) jam dan kemudian
didinginkan selama 2-2,5 jam atau 160°C selama 2 (dua)
jam.Perlu diingat bahwa waktu paparan dimulai setelah suhu
dalam sterilisator telah mencapai suhu sasaran. Tidak boleh
memberi kelebihan beban pada sterilisator karena akan
mengubah konveksi panas. Sisakan ruang kurang lebih 7,5 cm
antara bahan yang akan disterilisasi dengan dinding sterilisator.
3. Pencucian
Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan
bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian.
Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan
tetanus dan gangren. Pencucian ini penting karena residu bahan-bahan
organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk
endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau
desinfeksi kimiawi.
Proses pencucian meliputi:
 Pembilasan: Pembilasan alat-alat yang telah digunakan dilakukan di ruang
pencucian.
Pembersihan: Semua peralatan yang dipakai ulang harus dibersihkan secara baik
sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Peralatan medis
dibersihkan untuk membebaskan materi organik yang menempel seperti darah,
jaringan tubuh, dan sebagainya, kemudian dilanjutnya dengan proses
pengeringan.
 Pengeringan: Dilakukan sampai kering.
4. Pengemasan dan pemberian tanda/ label
Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya, sementara untuk
bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya. Setiap kemasan harus
mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan, cara
sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses sterilisasi.
Prinsip-prinsip pengemasan:
1) Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan
kemasan dan isinya
2) Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Syarat bahan kemasan pada sterilisasi uap:
1) Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan penyerapan
uap yang baik pada kemasan dan isinya
2) Bahan kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan pengeringan isinya.
5. Proses sterilisasi
Linen dan peralatan medis yang telah terbungkus/ terkemas selanjutnya menjalani
proses sterilisasi. Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang
paling efisien dan paling efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap panas pada
suhu, tekanan, dan waktu pemaparan tertentu mampu membunuh mikroba
patogen dengan cara denaturasi protein dari enzim dan membran sel. Untuk
dapat menghasilkan barang yang steril, maka perlakuan pre-sterilisasi
(dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan
pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Kesempurnaan proses
sterilisasi uap tergantung pada proses pengurangan jumlah mikoorganisme
sebelum sterilisasi melalui pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya
rekontaminasi sebelum digunakan. Teknis Pelaksanaan Alat yang digunakan
adalah sebuah bejana bertutup yang dilengkapi dengan manometer,
termometer, termostat, dan pengatur tekanan. Dengan demikian, suhu dan
tekanan uap panas dapat diatur. Sterilisator metode uap panas bertekanan tinggi
ini disebut autoclave, dengan urutan kerja sebagai berikut:
1) Peralatan medis seperti instrumen, sarung tangan, dan linen dimasukkan ke
dalam kamar (chamber) dan diletakkan di atas rak-rak yang tersedia
2) Uap panas yang berasal dari pemanasan air dialirkan ke dalam kamar (chamber)
sehingga mendesak udara yang ada di dalam kamar. Pemanasan air
dilanjutkan, sehingga suhu uap air mencapai 121°C karena adanya kenaikan
tekanan
3) Saat suhu efektif ini tercapai, hitungan waktu dimulai yaitu 20 menit
untukperalatan medis yang tidak terbungkus dan 30 menit untuk
peralatan medis terbungkus
4) Bila durasi/ waktu untuk sterilisasi telah berakhir, katup pengatur tekanan
dibuka sehingga tekanan uap akan turun dan selanjutnya akan diikuti dengan
penurunan suhu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sterilisasi uap adalah:
1) Kualitas uap
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses
sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah, kemampuan penetrasinya
akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan 97%
(pada skala 0-100%, 0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi
sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak mengandung air).
2) Tekanan supply uap
Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit
sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.
3) Memasukkan barang pada mesin
Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan keberhasilan
proses sterilisasi. Penataan barang yang benar akan memudahkan proses
pengosongan udara dari chamber, memudahkan steam untuk berpenetrasi ke
dalam kemasan dan akan mencegah terbentuknya kondensat berlebihan yang
dapat menyebabkan
terjadinya kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal
untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya
memanfaatkan 75% dari kapasitas chamber.
4) Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi sampai
semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah
mengalami proses pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas
atau blower AC tidak diperkenankan. Barang-barang yang sedang
mengalami pendinginan harus ditempatkan pada daerah yang tidak
terlalu ramai dengan berbagai aktivitas kegiatan lain. Untuk mencegah
masuknya lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke dalam kemasan,
barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan
secara sempurna. Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh
diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi pada
barang sehingga terjadi rekontaminasi. Muatan berisi barang steril harus
disimpan dalam rak kawat sampai dingin.
6. Penyimpanan dan distribusi
Setelah selesainya proses sterilisasi, linen dan peralatan medis disimpan dan harus
dijaga kualitas sterilitasnya. Penyimpanan harus diatur secara baik
dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik. Penyimpanan yang
baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri.
Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan:
 Dengan suhu 18°C - 22°C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan
sistemtekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95%
(untuk partikular 0,5 mikron)
 Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah
dibersihkan
 Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai dan minimum
43
 Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah
dibersihkan.
 Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm dari lantai dan minimum
43 cm dari langit-langit, serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
Ada dua macam peralatan dilihat dari cara penyimpanan, yakni:
1) Peralatan yang dibungkus
Umur steril (shelf life), selama peralatan masih terbungkus, semua peralatan
steril dianggap tetap steril tergantung ada atau tidaknya kontaminasi. Dalam
kondisi penyimpanan yang optimal dan penanganan yang minimal, dapat
dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap utuh dan kering. Untuk
penyimpanan yang optimal, simpan bungkusan steril dalam lemari tertutup di
bagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara sejuk dan kering, atau
kelembaban rendah
2) Peralatan yang tidak dibungkus
Peralatan yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah
dikeluarkan. Peralatan yang tersimpan pada wadah steril dan tertutup apabila
yakin tetap steril paling lama 1 minggu, tetapi jika ragu-ragu harus disterilkan
kembali. Linen dan peralatan medis yang siap pakai selanjutnya didistribusikan
ke unit-unit yang memerlukannya. Untuk distribusi, dapat dilakukan berbagai
sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit masing-masing.
7. Pemantauan kualitas sterilisasi yang meliputi:
- Pemantauan proses sterilisasi
1) Indikator fisik
Indikator fisik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi, yang berupa
lampu indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah
alat sterilisasi telah bekerja dengan baik. Pengukuran temperatur dan
tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi.
Bila indikator mekanik berfungsi dengan baik, maka setelah proses sterilisasi
akan memberikan informasi dengan segera mengenai temperatur, tekanan,
waktu, serta fungsi mekanik lainnya. Indikator fisik tidak menunjukkan
bahwa keadaan steril sudah tercapai, melainkan hanya memberikan informasi
dengan cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi.
2) Indikator kimia
Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi
pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia
yang digunakan berupa tape yang disebut dengan autoclave tape yang sensitif
terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia belum dapat
menjamin tercapainya keadaan steril tetapi hanya menunjukkan bahwa
suatu benda sudah melewati kondisi-kondisi sterilisasi pada suatu
siklus sterilisasi.
3) Indikator biologi
Indikator biologi ini berupa sediaan yang berisi populasi mikroorganisme
dalam bentuk spora hidup dan disertai media pertumbuhan yang sesuai. Ada
yang dimasukkan dalam autoclave dan ada yang di luar, untuk kontrol positif.
Bila spora indikator yang di dalam autoclave tidak tumbuh setelah diaktifkan,
maka diasumsikan semua kemasan dalam kondisi steril. Mikroorganisme yang
digunakan untuk indikator ini yaitu Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi
uap) dan Bacillus subtillis (sterilisasi Etilen Oksida dan sterilisasi panas
kering).
- Pemantauan hasil sterilisasi: sterilisasi dengan tes mikrobiologi
8.Pencatatan dan pelaporan.
9. Alur Pelayanan

ALUR PELAYANAN DI INSTALASI CSSD UPT RSUD LA PATARAI BARRU

MULAI

PETUGAS DARI UNIT LAIN


MEMBAWA ALAT/INSTRUMENT
KOTOR DENGAN MENGGUNAKAN
BOX/KONTAINER KE CSSD

PETUGAS PENERIMA DI CSSD :


MENYELEKSI, MENGECEK DAN
MENGHITUNG JUMLAH
ALAT/INSTRUMENT

PETUGAS CSSD MENGISI BLANKO PETUGAS CSSD


PERMINTAAN STERILISASI RANGKAP 2, MENGEMBALIKAN
SATU DISERAHKAN KE UNIT DAN INSTRUMENT YANG TIDAK
MENCATAT DIBUKU PENERIMAAN LAYAK DISTERILKAN

PETUGAS CSSD MENCUCI


ALAT/INTRUMENT DAN MENGERINGKAN

PETUGAS CSSD MENGEMAS DAN MENEMPEL


LABEL PENGENAL DAN INDIKATOR
EKSTERNAL PADA KEMASAN

STERILISASI

SELESAI STERILISASI, PETUGAS DARI UNIT


LAIN DATANG KE CSSD MENGAMBIL DENGAN
MEMBAWA BLANKO PERMINTAAN
STERILISASI RANGKAP 2 DAN BOX STERIL
DAN MELAKUKAN ADMINISTRASI SERAH
TERIMA

SELESAI
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI PROSES STERILISASI

    Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan / alat
medik yang steril. Namun bukan berarti sekedar steril saja, tapi sterilan harus ada
jaminan dapat mensterilkan bahan / alat sehingga benar – benar steril. Untuk itu
dibutuhkan monitoring dan evaluasi yang menjamin kualitas produk bahan/alat
medik yang steril.
    Di UPT RSUD La Patarai Barru di gunakan beberapa indikator untuk
menunjukkan kualitas produk dan bahan / alat medik yang steril, yaitu :
-Indikator.Mekanik
   Indikator ini terdapat pada setiap mesin sterilisasi yang ada di CSSD. Indikator
ini menunjukkan alat sterilisasi bekerja dengan baik.
-Indikator-Kimia
    Indikator ini menunjukkan paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan
dengan adanya perubahan warna. Di CSSD tersedia dalam bentuk strip dan tape.
Pada setiap set instrumen yang disterilkan dimasukkan strip indikator kimia dan
pada bagian luar digunakan tape sebagai pengemas dan segel. Indikator ini juga
terdapat pada setiap pouches yang digunakan sebagai pengemas di CSSD.
-Indikator-Biologi
    Merupakan indikator yang berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisiten terhadap beberapa parameter terkontrol dan terukur
dalam suatu proses sterilisasi tertentu.Prinsip kerja dari indikator ini adalah dengan
mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non patogenik dan sangat resisten
dalam jumlah tertentu, apabila selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh,
maka dapat diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan
benda yang kita sterilkan bisa disebut steril. Di CSSD test ini dilakukan seminggu
sekali terkecuali apabila ada implant yang disterilkan.
-Bowie.Dick.Test
   Test ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi.
Di CSSD test ini dilakukan seminggu.sekali. 
    Selain.dengan.indikator.tersebut.diatas, setiap barang yang disterilkan
sebelum dimasukkan ke mesin dicatat dalam formulir alat sterilisasi.
Kemudian.setiap.alat.yang.akan.disterilkan.diberi.label.masa.kadaluarsa.
                                                                      
BAB VI
PENUTUP

    Sterilisasi merupakan salah satu bagian dari pencegahan infeksi


nosokomial, karena saat ini infeksi nosokomial merupakan persoalan serius bagi
rumah sakit dan bagi pasien. Dimana dapat menjadi penyebab langsung maupun
tidak langsung kematian pasien. Memang beberapa kejadian menunjukkan bahwa
infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan pasien
dirawat lebih lama sehingga harus mengeluarkan biaya lebih banyak.
    Oleh karena itu pelayanan sterilisasi sangat dibutuhkan dan berperan
dalam menekan kejadian infeksi nosokomial. Dengan adanya pedoman ini diharapkan
personel di CSSD dapat bekerja secara profesional, karena di dalam pedoman ini
terdapat ketentuan – ketentuan pelayanan sterilisasi. Selain itu personel di CSSD
hendaknya selalu mengasah diri dan mau berkembang dengan mengikuti pelatihan –
pelatihan sehingga tidak ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan tentang CSSD.

Ditetapkan di : Barru
Pada tanggal : 2022
Direktur UPT RSUD La Patarai Kab. Barru

drg. Hj. ULFAH NURUL HUDA S., MARS


Pangkat : Penata Tk. 1, III/d
Nip. : 19870921 201502 2 002

Anda mungkin juga menyukai