Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU :

ASRIANI S. Pd., M. Pd

DI SUSUN OLEH :

INTAN NURI YANA (A40120352)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
Studi Kasus Modus Pada Sektor Pendidikan Mengenai Anggaran Proyek/Pengadaan
Barang/ Jasa

Dugaan Mark Up Anggaran Pengadaan Dinas Pendidikan Jatim PKN Lapor Ke Kejati

Dugaan adanya mark up anggaran proyek pengadaan barang tahun anggaran 2019
lalu, PKN (Pemantau Keuangan Negara), melaporkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Timur ke kejaksaan Tinggi Jawa Timur di Surabaya, 7 April 2021. “ Karena ada dugaan
korupsi dengan Modus Mark Up yang berpotensi mengakibatkan kerugian keuangan
negara minimal sebesar Rp568.335.877,97,” diungkapkan Patar Sihotang, SH, MH selaku
Ketua Umum PKN, saat dikonfirmasi Suarapublik.com, Jum’at (9/4/2021)

Patar menjelaskan, berdasarkan dari sumber laporan masyarakat dan hasil audit
BPK, bahwa pada tahun anggaran 2019 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tmur memperoleh
alokasi pengadaan yang terkait dengan Belanja Modal Alat-Alat Bengkel adalah Pekerjaan
Pengadaan Alat Bengkel UPT PPK senilai Rp15.003.017.900,00. “Bahwa untuk
melaksanakan pekerjaan pengadaan peralatan tersebut dilakukanlah tender oleh ULP
Provinsi Jawa Timur yang di menangkan CV. HPS, yang beralamat di Surabaya. Sesuai
dengan penandatanganan kontrak/SPK yang dilakukan oleh PPK dan penyedia barang/jasa
tanggal 30 September 2019 dengan Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 90 hari
kalender,” ujar Patar. 

“Dan pekerjaan telah dinyatakan selesai berdasarkan Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan, tanggal 19 Desember 2019 dan telah dilakukan pembayaran 100% sesuai
dengan prestasi pekerjaan tanggal 30 Desember 2019 senilai Rp15.003.017.900,00,
“tambah nya.  Lebih jauh Patar menjelaskan, berdasarkan hasil analisis atas dokumen
pelaksanaan kontrak berupa kontrak dan kelengkapannya, spesifikasi teknis, HPS dan
pendukungnya, wawancara dengan PPK dan hasil pemeriksaan fisik di lapangan yang
dilakukan bersama PPK/PPTK, Inspektorat, dan penyedia jasa, diketahui bahwa
keseluruhan barang tersebut telah diterima dan disalurkan kepada UPT PPK sesuai jumlah
dalam kontrak.
Namun terdapat beberapa permasalahan terkait dengan penyusunan HPS,
penerimaan hasil pekerjaan, serta pemanfaatan hasil pengadaan,” Terdapat beberapa item
barang yang direalisasikan oleh penyedia tidak sesui merek yang disebutkan dalam
spesifikasi kontrak namun oleh ppk tetap diterima dan dilakukan pembayaran,” Kata
Patar. 

Dari hasil pemeriksaan fisik, menurut Patar, yang dilakukan bersama-sama dengan
PPK, Inspektorat, Penyedia Jasa, dan pihak supplier barang yang dilaksanakan pada tanggal
8 Mei 2020 diketahui bahwa terdapat dua item barang yang diterima tidak sesuai dengan
merek sebagaimana ada dalam spesifikasi kontrak. “Barang tersebut adalah Sofa Bed
Extractor merek Gadlee tipe GT-30 dengan harga Rp41.300.000,00, namun diterima merek
Rotano dan Storage Stainless Steel merek As One CART 8-7465-04 dengan harga sebesar
Rp15.000.000,00, namun diterima merek Navis,” paparnya. 

Patar mengatakan, pada saat pelaksanaan pengadaan pada Tahun 2019, selaku PPK
Pekerjaan Pengadaan Alat Bengkel UPT PPK adalah Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan
SMK. Hasil wawancara dengan PPK tanggal 5 Mei 2020 di kantor BPPKAD Provinsi Jawa
Timur, disebutkan bahwa HPS disusun oleh PPK dengan dibantu tim teknis. Metode yang
digunakan untuk penyusunan HPS adalah dengan cara meminta penawaran harga dari tiga
penyedia berbeda. Penetapan harga untuk masing-masing jenis barang diperoleh dari tiga
sumber (misal tata boga tiga sumber, alat bengkel tiga sumber), yang kemudian dirata-rata
dan ditambah 15% keuntungan dan overhead, dan pajak, sehingga didapatkan angka pada
HPS. Kertas kerja penyusunan HPS berupa file microsoft excel.

“Bahwa penawaran harga berasal dari tiga perusahaan, yaitu PT EDN, Toko SM, dan
CV GU. Hasil pemeriksaan melalui internet, diketahui bahwa ketiga perusahaan yang
memasukkan penawaran harga bukan sebagai pemegang merek atau menjual barang-
barang sebagaimana disebutkan dalam rincian penawaran tersebut. Pihak penawar lebih
merupakan perusahaan laveransir atau perdagangan umum,” ungkapnya. “Dokumen
pendukung penyusunan HPS yang diserahkan oleh PPK menunjukkan bahwa PPK
menggunakan referensi spesifikasi teknis barang dari pemasok/distributor tunggal, antara
lain PT KLS yang merupakan pemegang merek sebagian besar barang sebagaimana ada
pada dokumen spesifikasi teknis. Namun demikian, PPK tidak mengambil referensi harga
langsung dari pemegang merek tersebut meskipun katalog produk telah tersedia lengkap
dengan harga dan dapat dengan mudah diakses siapa saja,” ditambahkan Patar. 

Lebih lanjut Ia mengatakan, bahwa hasil pemeriksaan fisik tanggal 8 Mei 2020
ditemukan bahwa hasil pengadaan Alat Bengkel UPT PPK – Peralatan Perhotelan belum
dimanfaatkan. Untuk jurusan perhotelan sebenarnya telah mempunyai gedung praktek
tersendiri dilengkapi dengan sarana pelatihan seperti kamar serta alat-alat kebutuhan
pembersihan dan pelayanan tamu hotel. Namun hingga saat ini gedung dan peralatan
perhotelan tersebut belum dapat dimanfaatkan karena tidak adanya pengampu Jurusan
Perhotelan pada UPT PPK. “Akibat penyusunan HPS yang dilakukan oleh PPK dengan
dibantu tim teknis tidak sesuai ketentuan sehingga berpotensi merugikan keuangan negara
dikarnakan adanya kemahalan harga minimal sebesar Rp 568.335.877,97,” ujar Patar. 

Patar sihotang berharap agar Kejaksaan Tinggi dapat memproses laporan dugaan
korupsi ini, agar sebagai efek jera bagi pelaku korupsi lainnya dan sebagai dorongan
motifasi kepada masyarakat agar mau berperan serta dalam pemberantasan korupsi sesuai
amanat UU No 31 Tahun 1999 dan PP 43 Tahun 2018 tentang tata cara Peran serta
masyarakat dalam pemberantasan Korupsi dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih
dalam mencapai masyarakat adil dan Makmur.

Anda mungkin juga menyukai