SKRIPSI
Oleh
ERPANDI
NPM. 1431030097
i
BUGHAT TERHADAP PEMIMPIN
(Studi Analisis Sanad dan Matan)
Oleh:
Erpandi
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Erpandi
NPM : 1431030097
Jurusan : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Fakultas : Ushuluddin dan Studi Agama
Erpandi
NPM. 1431030097
iii
MOTTO
vii
PERSEMBAHAN
viii
RIWAYAT HIDUP
ix
KATA PENGANTAR
x
keterbatasan ilmu yang peneliti miliki. Untuk itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Mudah-
mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi amal
shalih. Amiin Ya Rabbal „Alamin…..
Erpandi
NPM.1431030097
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
I. Konsonan
ا = a ز = z
ق = q
ب = b س = s
ك = k
ت = t ش = ss
ل = l
ث = ts ص = ss
م = m
ج = j ض = hs
ن = n
ح = s ط = ts
و = w
خ = ks ظ = zs
ه = s
د = h ع = '
ء = ‘
ذ = hz غ = hs
ي = s
ر = r ف = f
ة = h
xii
V. Keterangan Tambaahan
1. Kata sandang ( الalif lam ma‟rifah) ditransliterasi dengan
al-, misalnya ) )الجزيةal-jizyah, ( )االثارal-athar dan ( )الذمةal-
dhimmah. Kata sandang ini menggunakan huruf kecil,
kecuali bila berada pada awal kalimat.
2. Tashdid atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda,
misalnya al-muwattha‟.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia,
ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Quran,
al-Hadits dan lainnya.
VI. Singkatan
1. SWT = Subhanahu wa ta‟ala
2. SAW = Shalla Allahu „alaihi wa sallam
3. As = Alaihi al-Salam
4. M = Masehi
5. QS = al-Quran dan al-Sunnah
6. H. = Hijriyah
7. r.a = Radhiya Allahu anhu
8. w = Wafat
9. hlm. = Halaman
xiii
DAFTAR ISI
xiv
C. Meneliti Syadz dan „Illat Pada Sanad
Hadits Bughat .......................................................... 42
D. Biografi Para Perawi Hadits Bughat ........................ 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 83
B. Saran ........................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul “BUGHAT TERHADAP PEMIMPIN
(Studi Analisis Sanad Dan Matan)”. Untuk memperoleh pengertian
yang lebih jelas tentang judul tersebut, maka dapatlah peneliti uraikan
sebagai berikut:
1
Drs. Ibnul Mas‟ud, Drs Zainul Arifin, Fiqih Madzab Syafi‟i. (Pustaka
Setia, Bandung: 2000), 538
2
Pius Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,
(Surabaya:Arkola, 1994), 729.
3
Ibid, 29.
2
C. Latar Belakang
4
Nawir yuslem, Ulumul Hadits, (Jakarta:Mutiara Sumber Widya, 1998),148.
5
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir. Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif , 2002), Cet. 2,1308.
6
Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits, (Bandung :
CV. Pustaka Ter. A. Zarkasyi Chumaidy), 43.
3
7
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Islam dan Politk Bernegara,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), 2.
8
Charless Issawi. 1962. Filsafat Islam tentang sejarah. Diterjemahkan
oleh Mukti Ali, cet II. Jakarta: Tinta Mas, 41.
4
9
Ibn Khaldun. Muqadimah Ibnu Khaldun, 188.
5
10
A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Bulan Bintang, Jakarta,
1967), 19.
6
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki tujuan yang
ingin dicapai. Begitu juga dalam penelitian ini mempunyai tujuan
yang hendak dicapai agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat
agar terhindar dari adanya interpretasi (tafsiran) dan meluasnya
masalah dalam memahami hasil penelitian. Ada pun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada seluruh
pembaca bahwa pemimpin wajib kita taati selagi pemimpin tersebut
tidak menyuruh rakyatnya untuk bermaksiat.
F. Kegunaan Penelitian
G. Tinjauan Pustaka
H. Metode Penelitian
b. Sifat Penelitian
11
M. Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research, (Sumbangsih,
Yogyakarta: 1975), 2.
8
Dalam penulisan proposal ini sumber data yang diperoleh berasal dari
data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya.13
b. Data skunder
sumber data sekunder yaitu biasanya telah tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen dan bahan-bahan yang ada.14 Data skunder
adalah data pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi data-data
primer. Data skunder berdasarkan buku-buku, jurnal, atau literatur-
literatur yang berhubungan dengan skripsi ini.
Adapun dalam metode pengumpulan data, karena penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan maka dalam pengumpulan data
menggunakan cara-cara membaca, mencatat dan mengutip. Setelah
data tersusun kemudian dianalisa.
a. Metode Deskriptif
12
Winarso Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, metode dan
teknik, (Tarsito, Bandung: 1982), 139.
13
Lois Gootschak, Understanding History A Primer Of Historical Methtod,
Terj. Nugroho Notusanto,( Ui Pres, 1985), 32.
14
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi 3
(Yogyakarta: Penerbit Rokesorosin, 1996), 126.
9
b. Metode deduktif
BAB II
TEORI UMUM TENTANG BUGHAT
A. PENGERTIAN BUGHAT
Bughat ( ٌ ) بُ َغاةadalah bentuk jamak اغ ٌُي ِ اْلب, yang merupakan isim
َ
fail (kata benda yang menunjukkan pelaku), berasal dari kata ً( تَغfi‟il
madhi), ٍ ُُ ( َث ِْغfi‟il mudhari‟), dan ُتَ ْغًُا ُتُغَا ًُء-ُ ً تُ ْغَُح- (mashdar). Kata ًتَغ
mempunyai banyak makna, antara lain ة َُ َ( طَهmencari, menuntut), ظَهَ َُى
ْ ُ َ َ ْ
(berbuat zalim), ُ ُت َجا َوسان َحد/ُ ( إِعتدَيmelampaui batas), dan ب َُ َك َذ
(berbohong).
15
Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta: Hida Karya Agung,
1989), 69.
12
18
Lamintang. 1986. Delik-delik Khusus Kejahatan-kejahatan terhadap
kepentingan Negara. (Bandung: Sinar baru), 20.
14
19
Jimly asshidique, konstitusi dan konstitualisme Indonesia (Jakarta:
secretariat jenderal dan kepaniteraan mahkamah konstitusi RI, 2006), 55.
15
C. UNSUR-UNSUR BUGHAT
20
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i (Mengupas Masalah Fiqhiyah
Berdasarkan Al- Qur an dan Hadist), 246.
21
Opcit.
16
22
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, Penerjemah Samson Rahman, (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar, 2000), Cet I, 134.
17
dengan cara membela diri, berarti dengan tertib dari yang seringan-
ringan nya, karena yang dimaksud adalah supaya mereka kembali taat
kepada imam dan melenyapkan kejahatan mereka 23
Pembangkangan dilakukan dengan kekuatan, Pembangkangan
disini dalam artian menggunakan kekuatan yang berupa anggota,
senjata, sejumlah logistik dan dana dalam rangka mengadakan
pemberontakan terhadap pemerintah. Menurut Imam Malik, Imam
Syafi‟i dan Imam Ahmad sebuah gerakan bisa dikatakan
pemberontakan jika sudah menggunakan kekuatan secara nyata.
Sehingga jika baru sebatas ide belum bisa dikatakan pemberontakan,
tapi jika sudah tahap perhimpunan kekuatan dikategorikan
sebagai ta‟zir. Berbeda pendapat dengan Abu Hanifah yang sudah
menganggap sebagai pemberontakan walau baru tahap berkumpul
untuk menghimpun kekuatan untuk maksud berperang dan
membangkang terhadap imam.
Adanya niat yang melawan hukum (al-qasd al-jinaiy) Yang tergolong
pemberontak adalah kelompok yang dengan sengaja berniat
menggunakan kekuatan untuk menjatuhkan imam maupun tidak
menaatinya.
Namun sebaiknya untuk mencegah adanya pemberontakan
perlu dilakukan mediasi atau mengirim utusan kepada mereka agar
mengetahui sebab-sebab pemberontakan mereka. Jika hal itu masih
gagal maka perlu diadakan dialog agar mereka kembali taat pada
kepala negara. Jika dirasa masih gagal maka ultimatum dan
mengancam mereka adalah sebagai cara. Sedangkan jika ultimatum
itu belum membuahkan hasil, maka jalan terakhir adalah
memeranginya hingga mereka kembali taat dan tunduk pada
pemerintahan yang sah.
23
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Sinar Baru Algesindo: Bandung, 2004),
444.
24
Drs. Imron Abu Umar. Terjemah Fathul Qorib Juz 2. (Kudus: Menara
Kudus, 1983), 159.
18
ٌَخ َويْ ُم ْ ٌَواتَّ ُقواٌاللَّ َوٌلَ َعلَّ ُم ْ ٌتُْر َُمُو َن ِ إٌَِّّنَاٌالْمؤِمنو َنٌإِخوةٌٌفَأ
َ نيٌأ
َْ ََصل ُحواٌب
ْ َْ ُ ُْ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena
itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al Hujuraat: 10)
ٌٌف ٌ َش ْي ٍء
ٌ ِ ْ ٌُاْل َْم ِر ٌِمْن ُم ْ ٌفَِإ ْن ٌتَنَ َاز ْعت ِ ول ٌَوأ
ْ ُوِل َ اٌالر ُس
َّ َط ُيعو ِ َطيعواٌاللَّو ٌوأ
َ َ ُ ين ٌآَ َمنُواٌأ
ِ ِ
َ يَاٌأَيُّ َهاٌالَّذ
ًٌ َح َس ُنٌتَأْ ِو
يل ْ ٌخْي ٌر ٌَوأ
َ ك
ِ ْ ولٌإِ ْنٌ ُكْنتُ ْ ٌتُ ْؤِمنُو َنٌبِاللَِّو ٌَوالْيَ ْوِم
َ ٌاْلَ ِخ ِرٌ َذل ِ الرس ِ ِ
ُ َّ فَ ُرُّدوهٌُإ ََلٌاللَّو ٌَو
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (pemegang
kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Alquran) dan Rasul-Nya (sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS. An-Nisa:59)
19
E. UAHGUB ISKNAS
27
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2005), 118.
28
Ibid
21
29
Amin Farih, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, (Semarang:
Walisongo Press), 17.
86
Sahliono, Biografi dan Tingkat Perawi Hadits, Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1999.