MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa
Barat.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi.
6. Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia.
7. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Ketenagakerjaan
yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiunan dan
5
jaminan kematian.
8. Penahapan Kepesertaan adalah tahapan yang dilakukan oleh
pemberi kerja untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjaannya
sebagai peserta sesuai program jaminan sosial yang diikuti
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
Ketenagakerjaan.
9. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayat iuran.
10. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja atau penyelenggaran negara yang mempekerjakan
pegawai negeri dengan membayar gaji, upah atau imbalan
dalam bentuk lainnya
11. Calon Pekerja Migran Indonesia yang selanjutnya disebut
Calon PMI adalah setiap tenaga kerja Indonesia asal Jawa
Barat yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan
bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang
tenaga kerja.
12. Pekerja Migran Indonesia yang selanjutnya disingkat PMI
adalah setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau
telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar
wilayah Republik Indonesia.
13. Keluarga Pekerja Migran Indonesia yang selanjutnya disebut
Keluarga PMI adalah suami, istri, anak, atau orang tua
termasuk hubungan karena putusan dan/atau penetapan
pengadilan, baik yang berada di Indonesia maupun yang
tinggal bersama Pekerja Migran Indonesia di luar negeri.
14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah
Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah
Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan di daerah
provinsi Jawa Barat terdiri atas:
a. Optimalisasi kewenangan, tugas dan fungsi para pemangku
kepentingan;
b. Perluasan cakupan kepesertaan program jaminan sosial
ketenagakerjaan;
c. Manajemen terpadu penyelenggaraan jaminan sosial
ketenagakerjaan;
6
Pasal 3
Optimalisasi kewenangan, tugas dan fungsi para pemangku
kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi:
a. Kewenangan, tugas dan fungsi pemerintah daerah provinsi;
b. Kewenangan, tugas dan fungsi pemerintah daerah
kabupaten/kota;
c. Kewenangan, tugas dan fungsi perusahaan/bisnis/ swasta
dan industri;
d. Kewenangan, tugas dan fungsi masyarakat;
e. Kewenangan, tugas dan fungsi media.
Pasal 4
Perluasan cakupan kepesertaan program jaminian sosial
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi:
Pasal 5
Manajemen terpadu penyelenggaraan jaminan sosial
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi:
BAB III
KEWENANGAN, TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI
7
Pasal 6
1) Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dalam
penyelenggaraan program jaminan sosial ketenagakerjaan
sesuai dengan kewenangan yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
KEWENANGAN, TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA
Pasal 7
d. Fasilitasi program;
e. Perluasan cakupan kepesertaan program;
f. Pembinaan dan pengawasan kepesertaan perangkat daerah;
g. Pembinaan dan pengawasan kepesertaan pemerintah
desa/kelurahan;
h. Pembinaan dan pengawasan kepersertaan perusahaaan/
swasta/bisnis/industri skala kecil dan mikro;
i. Kerjasama dan kemitraan dengan unsur-unsur pentahelix
A-B-C-G-M;
j. Koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait;
k. Pemberdayaan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal daerah;
l. Pemberdayaan peran serta masyarakat.
BAB V
KEWENANGAN, TUGAS, DAN FUNGSI
PERUSAHAAN/SWASTA/BISNIS/INDUSTRI
Pasal 9
1) Dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan perusahaan/swasta/bisnis/industri memiliki
kewenangan, tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Pendaftaran karyawan/pekerja dalam kepesertaan program;
b. Pelaporan perkembangan perusahaan dan
karyawan/pekerja;
c. Penahapan kepesertaan karyawan/pekerja sesuai
perkembangan perusahaan;
d. Pemenuhan kewajiban pembayaran iuran kepesertaan
karyawan/pekerja;
e. Pelaporan kecelakaan kerja, pemutusan hubungan kerja,
pensiun dan kematian karyawan/pekerja.
BAB VI
KEWENANGAN, TUGAS, DAN FUNGSI MEDIA
Pasal 10
1) Dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan media memiliki kewenangan, tugas dan
fungsi sebagai berikut :
a. Peliputan, publikasi serta pengawasan pelaksanaan
program pemerintah daerah provinsi;
b. Peliputan, publikasi serta pengawasan pelaksanaan
program pemerintah daerah kabupaten/kota;
9
BAB VII
KEWENANGAN, TUGAS DAN FUNGSI MASYARAKAT
Pasal 11
1) Dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan masyarakat memiliki kewenangan, tugas dan
fungsi sebagai berikut :
a. Pendaftaran secara mandiri dalam kepesertaan program;
b. Pemenuhan kewajiban pembayaran iuran secara mandiri
dalam kepesertaan program;
c. Pelaporan kasus kecelakaan kerja, pemutusan hubungan
kerja, dan pensiun kepada pihak terkait;
d. Pelaporan pelaksanaan klaim layanan program kepada
pihak yang terkait.
BAB VIII
PERLUASAN CAKUPAN KEPESERTAAN PEKERJA FORMAL
Pasal 12
1) Perluasan cakupan kepesertaan program jaminan sosial
ketenagakerjaan pada pekerja formal diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan bukan penyelenggara negara untuk
pekerja penerima upah.
BAB IX
Pasal 13
BAB X
Pasal 15
BAB XI
Pasal 16
BAB XII
Pasal 17
BAB XIII
Pasal 18
BAB XIV
Pasal 19
BAB XV
Pasal 20
BAB XVI
Pasal 21
BAB XVII
Pasal 22
BAB XVIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Penyelenggara Negara
Pasal 23
Penyelenggara Negara yang tidak melaksanakan ketentuan
ketentuan Pasal 12 ayat (2) dikenakan sanksi administratif sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
Bagian Kedua
Perusahaan/Swasta/Bisnis/Industri
Pasal 24
1) Perusahaan/Swasta/Bisnis/Industri yang tidak
melaksanakan ketentuan ketentuan Pasal 12 ayat (3)
dikenakan sanksi administratif sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI)
Pasal 25
BAB XIX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 26
1) Gubernur dan/atau Bupati/Walikota melakukan pembinaan
terhadap penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan di daerah masing-masing.
2) Gubernur dan DPRD Provinsi melaksanakan pengawasan
terhadap penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan pada tingkat provinsi.
3) Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota melaksanakan
pengawasan terhadap penyelenggaraan program jaminan sosial
ketenagakerjaan pada tingkat kabupaten/kota.
BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 31
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal
Diundangkan di Bandung
pada tanggal
SETIAWAN WANGSAATMAJA