Anda di halaman 1dari 9

KEZALIMAN ADALAH KEGELAPAN

October 11, 2014


Khutbah Jumat

Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Khutbah Jum’at di Masjid Agung Darussalam Purbalingga, 6 Rabi’uts


Tsani 1435 / 7 Februari 2014

KHUTBAH PERTAMA:

‫ظ ْل ِم َد َم'اراً َعلَى‬ ُّ ‫ َو َج َع' َل عَاقِبَ'ةَ ال‬،ً‫س ِه َو َح َعلَهُ بَيْنَ ِعبَا ِد ِه ُم َح َّرما‬ ِ ‫ظ ْل َم َعلَى نَ ْف‬ ُّ ‫هلل الَّ ِذي َح َّر َم ال‬ ِ ‫ا ْل َح ْم ُد‬
َ‫ش' َه ُد َأنْ الَ ِإل'ه‬ ْ َ‫ َون‬،‫ص' ْي ُر لِ َمنْ بَ َغى‬ ِ ‫ْئس ا ْل َم‬َ ِ‫ فَتِ ْل ُك بُيُ ْوتُ ُه ْم َخا ِوية بِ َما ظَلَ ُم ْوا فَب‬،ً‫َأ ْهلِ ِه َو َهالَكا ُ َو َمْأثَما‬
ُ‫س'يِّ َدنَا ُم َح َّمداً َع ْب' ُده‬َ َّ‫ش' َه ُد َأن‬ ْ َ‫ َون‬،ً‫'ان نُ' ُزال‬ ِ 'َ‫ش َها َدةً نَ ْر ُج ْو بِ َها َع''الِي ا ْل ِجن‬
َ ُ‫ش ِر ْي َك لَه‬ َ َ‫ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬
،‫ص' َحابِ ِه الَّ ِذيْنَ َأقَ'ا ُموا ا ْل َع' ْد َل فِ ْي َم'ا ُولُّ ْوا َعلَ ْي' ِه‬
ْ ‫ َو َعلَى آلِ' ِه َوَأ‬،‫'رى‬ َ ُ‫ث ِإلَى َكافَّ ِة ا ْلق‬ ُ ‫س ْولُهُ ا ْل َم ْب ُع ْو‬
ُ ‫َو َر‬
!‫فََأ ْك ِر ْم بِ ِه ْم َأ ْولِيَا َء‬
ُّ ‫ فَ'ِإنَّ ال‬،‫ظ ْل َم‬
ِ ‫ ظُلُ َم'اتٌ فِي ا ْلقَ ْل‬، ٌ‫ظ ْل َم ظُلُ َم'ات‬
،‫ب‬ ْ ‫ اِتَّقُوا هللاَ تَ َعالَى َو‬، َ‫ َأيُّ َها ا ْل ُمْؤ ِمنُ ْون‬،ُ‫َأ َّما بَ ْعد‬
ُّ ‫اح' َذ ُر ْوا ال‬
.‫ َوظُلُ َماتٌ يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة‬،‫ َوظُلُ َماتٌ ِفي ا ْلقَ ْب ِر‬،‫َوظُلُ َماتٌ َعلَى ا ْل َو ْج ِه‬

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan


yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan
oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa
yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.

Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…

Panas yang maha dahsyat, ketakutan yang menghantui, kebingungan


yang berlipat-lipat, dan ketidakpedulian manusia terhadap para kekasih
terdekatnya, ini hanyalah sekelumit gambaran tentang mengerikannya
keadaan di hari kiamat.

Dalam kondisi yang begitu menyeramkan, selain merasakan berbagai


keadaan tersebut di atas, tidak sedikit para manusia yang harus terjebak
di dalam kegelapan yang mencekam. Tidak mengetahui arah atau jalan
yang seharusnya dititi.

Siapakah mereka yang begitu malang nasibnya? Mereka antara lain


adalah: orang-orang yang gemar melakukan kezaliman. Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
ُّ ‫ظ ْل َم فَِإنَّ ال‬
.”‫ظ ْل َم ظُلُ َماتٌ يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة‬ ُّ ‫“اتَّقُوا ال‬

“Hati-hatilah dari perbuatan zalim. Sesungguhnya kezaliman itu adalah


kegelapan yang sangat gelap di hari kiamat”. HR. Muslim dari Jabir bin
Abdullah radhiyallahu’anhu.

Sidang Jum’at yang berbahagia…

Dalam bahasa Arab, zalim bermakna meletakkan sesuatu bukan pada


tempatnya.[1] Asal kata zalim adalah kejahatan dan perbuatan yang
melampaui batas. Demikian keterangan yang dibawakan Imam Ibn al-
Atsir dalam kitabnya an-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts.

Kezaliman itu amat beragam dan bertingkat-tingkat keparahannya.


Kezaliman yang paling parah dan paling berat azabnya adalah perbuatan
syirik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

”‫“ِإنَّ ٱلش ّْركَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬

Artinya: “Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang berat”.


QS. Luqman (31): 13.

Mengapa perbuatan mempersekutukan Allah dikategorikan termasuk


kezaliman, bahkan merupakan kezaliman yang paling parah? Pertanyaan
ini akan terjawab, bilamana kita kembalikan kepada definisi kezaliman.
Yakni meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Pelaku kesyirikan sejatinya telah meletakkan ibadah bukan pada


tempatnya yang benar. Sebab ibadah hanya boleh ditujukan kepada
Allah ta’ala. Sedangkan mereka justru mempersembahkannya kepada
benda-benda mati atau para makhluk yang lemah.

Sangat naïf memang perbuatan mereka! Allah tabaraka wa ta’ala yang


telah begitu banyak memberikan karunia nikmat kepada mereka, justru
mereka balas dengan bersyukur kepada selain-Nya.

Allah yang telah mengaruniakan panen padi yang melimpah-ruah


kepada mereka. Justru mereka berterimakasih kepada Dewi Sri, dengan
memaparkan berbagai sesaji di pojok-pojok sawah.

Allah yang telah mengaruniakan hasil laut yang begitu beragam kepada
mereka. Malah mereka berterima kasih kepada Nyi Roro Kidul dengan
mempersembahkan kepala sapi yang dilarung dalam upacara yang
begitu khidmatnya.

Allah yang telah mengaruniakan kesuksesan bisnis, kelulusan anak dan


kemajuan perusahaan. Mereka justru melakukan safari berbagi nazar ke
berbagai kuburan keramat.

Begitulah kezaliman yang paling zalim. Maka wajar, bila dosa ini tidak
akan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala bila seorang hamba
meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya. Sebagaimana
ditegaskan di dalam al-Qur’an,

‫ش' ِركْ بِاهَّلل ِ فَقَ' ِد ا ْفتَ' َرى ِإ ْث ًم'ا‬ ْ ُ‫“ِإنَّ هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأنْ ي‬
َ َ‫ش َر َك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما دُونَ َذلِ'كَ لِ َمنْ ي‬
ْ ُ‫ َو َمنْ ي‬،‫ش'ا ُء‬
”‫ع َِظي ًما‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan


Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat
dosa yang besar”. QS. An-Nisa’ (4): 48.

Para hadirin dan hadirat rahimakumullah..


Jenis kezaliman kedua adalah: kezaliman seorang hamba terhadap
dirinya sendiri. Yakni dengan melakukan berbagai perbuatan dosa dan
maksiat, yang hanya merugikan dirinya sendiri.

Saat seorang berzina dan menenggak minuman keras, walaupun ia


merasakan kenikmatan saat itu, sejatinya ia sedang menganiaya dan
menyakiti dirinya sendiri. Sebab setelah kenikmatan sesaat itu, ia akan
menuai kegelisahan, kegundahgulanaan dan ketergantungan akut
terhadap perbuatan nista tersebut. Itu baru akibat yang akan
dirasakannya di dunia. Belum lagi kehinaan dan azab yang tak
terperikan kelak di alam kubur serta di neraka jahannam. Na’udzubillah
min dzalik…

Barangsiapa yang terjerumus dalam perbuatan menganiaya diri sendiri,


tetapi ia segera sadar lalu mengingat Allah dengan bertobat dan beramal
salih; niscaya akan diampuni oleh Allah ta’ala Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
ُّ ‫ستَ ْغفَ ُروا لِ ُذنُوبِ ِه ْم َو َمنْ يَ ْغفِ ُر‬
َ ُ‫الذن‬
‫وب ِإال‬ َ ُ‫شةً َأ ْو ظَلَ ُموا َأ ْنف‬
ْ ‫س ُه ْم َذ َك ُروا هَّللا َ فَا‬ ِ َ‫“والَّ ِذينَ ِإ َذا فَ َعلُوا ف‬
َ ‫اح‬ َ
‫ُأ‬
ْ‫ ولَِئكَ َجزَ اُؤ ُه ْم َم ْغفِ' َرةٌ ِمنْ َربِّ ِه ْم َو َجنَّاتٌ ت َْج' ِري ِمن‬. َ‫ص ُّروا َعلَى َما فَ َعلُوا َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ُ‫هَّللا ُ َولَ ْم ي‬
.” َ‫ت َْحتِ َها األ ْن َها ُر َخالِ ِدينَ فِي َها َونِ ْع َم َأ ْج ُر ا ْل َعا ِملِين‬

Artinya: “Orang-orang yang apabila mengerjakan pekerjaan keji atau


menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan
atas dosa-dosanya, dan siapa pula yang dapat mengampuni dosa-dosa
selain dari Allah? Mereka juga tidak meneruskan perbuatan dosa itu,
sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari
Rabb mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi
orang-orang yang beramal”. QS. Ali Imran (3): 135-136.

Jama’ah shalat Jum’at yang kami hormati…

Adapun jenis kezaliman yang ketiga, adalah bentuk perbuatan zalim


yang sering diremehkan oleh banyak manusia, padahal resikonya
amatlah berat. Kezaliman yang tidak akan pernah diabaikan oleh Allah
tabaraka wa ta’ala. Dan tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa
pembalasan.

Yakni kezaliman seorang hamba terhadap sesamanya. Dalam sebuah


hadits qudsi Allah jalla wa ‘ala mengingatkan,

”‫سى َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَالَ تَظَالَ ُموا‬ ُّ ‫“يَا ِعبَا ِدى ِإنِّى َح َّر ْمتُ ال‬
ِ ‫ظ ْل َم َعلَى نَ ْف‬
“Wahai para hamba-Ku, sungguh Aku telah mengharamkan kezaliman
atas diri-Ku dan Aku juga mengharamkan kezaliman atas kalian. Maka
janganlah kalian saling menzalimi!”. HR. Muslim dari Abu Dzar
radhiyallahu’anhu.

Kezaliman jenis ini amat banyak potretnya dan bertebaran di mana-


mana. Mulai dari lingkungan terdekat dengan kita, hingga yang berada
di nun jauh sana. Pelakunya pun amat beragam, mulai dari orang cilik
hingga para pembesar, mulai dari perampok hingga yang berpenampilan
alim.

Para suami yang sewenang-wenang terhadap isterinya;


memperlakukannya dengan kasar, menceraikannya tanpa sebab,
menelantarkannya dengan tidak memberinya nafkah baik lahir maupun
batin.

Orang tua yang mengabaikan putra-putrinya. Tidak memberikan


perhatian yang layak terhadap pendidikan mereka. Membiarkan mereka
meninggalkan shalat dan puasa. Bahkan memfasilitasi di dalam
rumahnya berbagai sarana yang merusak kepribadian mereka.

Guru yang tidak memberikan perhatian yang proporsional terhadap anak


didiknya. Targetnya hanyalah mengejar selesainya kurikulum, tanpa
peduli dengan perilaku murid-muridnya. Masih ditambah pula sering
menjatuhkan hukuman berlebihan dan kurang memperhatikan kaidah-
kaidah yang benar di dalam penjatuhan sanksi.

Tetangga yang berbuat semaunya terhadap kanan dan kirinya. Membuat


bising telinga dengan suara tape yang keras dan lagu-lagu yang
menggila. Menguping rahasia rumah tangga orang lain dan usil
membicarakan kejelekannya dari belakang. Mengadu domba antar
tetangga dan yang juga banyak sekali terjadi adalah mencaplok tanah
tetangga tanpa hak, berapapun ukurannya.

Penguasa yang lalim dan berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya.


Seperti yang dialami saudara-saudara kita para penduduk negeri Suriah.
Mereka telah terusir dari kampung halamannya sendiri. Di negeri orang
mereka tercekam ketakutan, kelaparan, ketidaktentuan dan kedinginan
yang luar biasa. Kaum muslimat dinodai kehormatannya. Dan jangan
tanyakan mengenai korban yang terbunuh di sana. Tidak tanggung-
tanggung 136 ribu nyawa manusia ‘tak berdosa’ melayang di negeri
tersebut. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Kezaliman bukan hanya dilakukan oleh orang-orang fasik atau orang


kafir, tapi juga amat disayangkan menjangkiti sebagian mereka yang
terlihat berpenampilan alim dan berbusana islami.

Sebagian mereka begitu mudah memvonis sesat saudaranya.


Melontarkan tuduhan dan fitnah, hanya berdasarkan berita burung yang
tidak jelas kebenarannya. Menjauhkan ummat dari para dai penyeru
kebaikan. Parahnya, semua itu dibungkus dengan label amar makruf dan
nahi mungkar.

Sadarlah wahai saudaraku, bahwa setiap ucapan yang kita lontarkan,


atau sms yang kita kirimkan, atau tulisan yang yang kita upload di
jejaring sosial, semuanya ini akan kita pertanggungjawabkan kelak di
hadapan Allah yang Maha adil!

ْ ‫ص َر َوا ْلفَُؤا َد ُك ُّل ُأولَِئ َك َكانَ َع ْنهُ َم‬


” ‫سُئواًل‬ َ َ‫س ْم َع َوا ْلب‬
َّ ‫ ِإنَّ ال‬،‫س لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم‬
َ ‫“واَل تَ ْقفُ َما لَ ْي‬
َ
Artinya: “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kamu
ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu
akan dimintai pertanggungjawabannya”. QS. Al-Isra’ (17): 36.
‫ أق'ول‬،‫ ونفع'ني وإي'اكم بم'ا في'ه من اآلي'ات وال'ذكر الحكيم‬،‫بارك هللا لي ولكم في القرآن العظيم‬
‫ فاس'تغفروه إن'ه ه'و الغف'ور‬،‫ق'ولي ه'ذا وأس'تغفر هللا لي ولكم ولكاف'ة المس'لمين من ك'ل ذنب‬
.‫الرحيم‬

KHUTBAH KEDUA:

،”‫ص'ي ُر‬ ِ ‫ب ِذي الطَّ ْو ِل اَل ِإلَ'هَ ِإاَّل ُه' َو ِإلَ ْي' ِه ا ْل َم‬ ِ ‫ش' ِدي ِد ا ْل ِعقَ''ا‬ ِ ‫'ل التَّ ْو‬
َ ‫ب‬ ِ 'ِ‫ب َوقَاب‬ َّ '‫ا ْل َح ْم' ُد هللِ “ َغ''افِ ِر ال‬
ِ ‫'ذ ْن‬
ُ‫ش' َه ُد َأنَّ ُم َح َّمداً َع ْب' ُده‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫شبِ ْيهَ' َوالَ َمثِ ْي' َل َوالَ نَ ِظ ْي' َر‬ َ َ‫س ْب َحانَهُ َوال‬ ُ ُ‫ش َه ُد َأنْ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ الَ نِ َّد لَه‬ ْ ‫َوَأ‬
‫ص' ْحبِ ِه َو ُك' ِّل‬َ ‫ار َك َعلَ ْي' ِه َو َعلَى آلِ' ِه َو‬ َ َ‫سلَّ َم َوب‬
َ ‫صلَّى هللاُ َو‬ َ '،‫اج ا ْل ُمنِ ْي ُر‬
ُ ‫س َر‬ ِ َ‫س ْولُهُ ا ْلب‬
ِّ ‫ش ْي ُر النَّ ِذ ْي ُر َوال‬ ُ ‫َو َر‬
.‫ستَنِ ْي ٍر‬
ْ ‫تَابِ ٍع ُم‬
Sidang Jum’at yang kami hormati…

Pelaku kezaliman cepat atau lambat pasti akan menuai akibat buruk dari
perbuatannya. Bila belum ia rasakan di dunia, pasti dan pasti kelak akan
ia akan merasakannya di akhirat. Maka, sebelum matahari terbit dari
arah Barat, sebelum pintu taubat ditutup rapat dan sebelum ajal datang
menjemput, sebelum terlambat; bertaubatlah kepada Allah! Mintalah
maaf kepada orang-orang yang dizalimi. Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam mewanti-wanti,
َ‫ َأ ْو ش َْي ٍء فَ ْليَت ََحلَّ ْلهُ ِم ْنهُ ا ْليَ ْو َم؛ قَ ْب َل َأنْ الَ يَ ُكونَ ِدينَ'ا ٌر َوال‬، ‫ض ِه‬
ِ ‫“ َمنْ َكانَتْ لَهُ َم ْظلَ َمةٌ َأل َح ٍد ِمنْ ِع ْر‬
”‫ِد ْر َه ٌم‬

“Barang siapa yang menzalimi seseorang, baik itu dalam harga dirinya
atau yang lainnya; hendaklah ia meminta maaf padanya hari ini juga.
Sebelum datang hari di mana saat itu emas dan perak tidak lagi
berguna”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Adapun mereka yang merasa enggan atau gengsi untuk meminta maaf
kepada saudaranya, maka nantikanlah kebangkrutan total kelak di hari
kiamat. Saat pahala mereka habis dilimpahkan kepada orang-orang yang
dizaliminya, dan tumpukan dosa orang-orang yang dizaliminya akan
dibebankan kepada mereka.

Nabiyullah shallallahu’alaihiwasallam bertutur,


ْ‫س ِمن‬َ ِ‫ فَقَ'ا َل « ِإنَّ ا ْل ُم ْفل‬.َ‫س فِينَ'ا َمنْ الَ ِد ْر َه َم لَ'هُ َوالَ َمتَ'اع‬ ُ ِ‫ قَ'الُوا ا ْل ُم ْفل‬.» ‫س‬ ُ ِ‫« َأتَ' ْد ُرونَ َم'ا ا ْل ُم ْفل‬
َ ‫شتَ َم َه َذا َوقَ َذفَ َه َذا َوَأ َك َل َما َل َه َذا َو‬
َ‫س''فَك‬ َ ‫صيَ ٍام َو َز َكا ٍة َويَْأتِى قَ ْد‬ ِ ‫صالَ ٍة َو‬َ ِ‫ُأ َّمتِى يَْأتِى يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة ب‬
‫ض 'ى‬ َ ‫سنَاتُهُ قَ ْب ' َل َأنْ يُ ْق‬ َ ‫سنَاتِ ِه َو َه َذا ِمنْ َح‬
َ ‫سنَاتِ ِه فَِإنْ فَنِيَتْ َح‬ َ ‫ب َه َذا فَيُ ْعطَى َه َذا ِمنْ َح‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫َد َم َه َذا َو‬
.» ‫َما َعلَ ْي ِه ُأ ِخ َذ ِمنْ َخطَايَا ُه ْم فَطُ ِر َحتْ َعلَ ْي ِه ثُ َّم طُ ِر َح فِى النَّا ِر‬

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut / jatuh pailit itu?”, para
sahabat menjawab, “Orang yang pailit di antara kami adalah orang
yang tidak punya uang dan barang perniagaan…”. Maka Nabi
shallallahu’alaihiwasallam pun berkata, “Orang yang bangkrut dari
umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa
amalan shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi dia telah memaki orang
lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain,
memukul orang lain. Maka diambillah pahala amalan-amalannya dan
diberikan kepada ini dan kepada itu (orang lain yang dia dzalimi
tersebut -pen), apabila amal kebaikannya sudah habis, sedangkan
tanggungan dosanya belum juga tuntas, maka dosa-dosa mereka akan
dicampakkan kepadanya, lalu ia dimasukkan ke dalam neraka”. HR.
Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Untaian nasehat nabawi yang menjadi peringatan keras bagi para pelaku
kezaliman, sekaligus hiburan yang menenangkan hati orang-orang yang
dizalimi.

،‫هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم هللا– على الصادق األمين؛ كما أمركم بذلك موالكم رب العالمين‬
‫س'لِّ ُموا‬ َ ‫ص'لُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَ''ا َأ ُّي َه'ا الَّ ِذينَ آ َمنُ''وا‬
َ ‫ص'لُّوا َعلَ ْي' ِه َو‬ َ ُ‫ “ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬:‫فقال سبحانه‬
.”ً‫سلِيما‬
ْ َ‫ت‬
‫اللهم ص''ل على محم''د وعلى آل محم''د كم'ا ص''ليت على إب'راهيم وعلى آل إب'راهيم إن'ك حمي''د‬
‫ اللهم بارك على محمد وعلى آل محم''د كم''ا ب''اركت على إب''راهيم وعلى آل إب''راهيم إن''ك‬,‫مجيد‬
.‫حميد مجيد‬

‫ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين‬

‫ربنا اغفر لنا وإلخواننا الذين سبقونا باإليم'ان وال تجع'ل في قلوبن'ا غال لل'ذين آمن'وا ربن'ا إن'ك‬
‫رؤوف رحيم‬
‫ربنا ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب‬

‫ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬

‫وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين‪ .‬أقيموا الصالة…‬

‫‪@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 6 Rabi’uts Tsani‬‬


‫‪1435 / 7 Februari 2014‬‬

‫‪[1] Mufradât Alfâzh al-Qur’ân karya ar-Raghib al-Ashfahany (hal. 537).‬‬

Anda mungkin juga menyukai