Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putu Wilsa Nityananda Advaita Pasek

NIM : 2004551136
Kelas : C / Reguler Pagi
Mata Kuliah : Hukum Adat Lanjutan

TUGAS 4

SOAL :
1. Sebutkan sistem-sistem kekeluargaan yang dianut oleh masyarakat- masyarakat adat
yang ada di Indonesia. Beri penjelasan tentang pengertian atau prinsip-prinsip yang
berlaku dalam masing-masing sistem-sistem kekeluargaan tersebut dan beri contoh
daerah yang masyarakatnya menganut masing-masing sistem kekeluargaan tersebut.
2. Uraikan pengaruh sistem kekeluargaan tersebut di bidang hukum perkawinan dan
hukum waris.

JAWABAN :
1. Ada 3 sistem kekeluargaan/kekerabatan di Indonesia yaitu :
a. Sistem kekerabatan orang tua ( bilateral) , Dalam sistem kekerabatan ini
menarik garis keturunan dari ayah dan ibu. Penganut sistem kekerabatan ini
antara lain orang Jawa, Madura, Sunda, Bugis, dan Makassar. Seorang anak
akan terhubung dengan kedua orang tuanya dan sekaligus kerabat ayah-ibunya
secara bilateral. Akibat dari sistem kekerabatan orang tua berlaku ketentuan
yang sama tentang perkawinan, kewajiban memberi nafkah, penghormatan, dan
pewarisan. Seseorang akan mendapatkan perkawinan dari cara perkawinannya,
baik perkawinan langsung maupun perkawinan kerabat kandungnya. anak-anak
terhubung dengan orang tua mereka dan kerabat ayah-ibu mereka secara
bilateral. Sistem kekerabatan ini berlaku bagi masyarakat Jawa, Madura,
Kalimantan dan Sulawesi.
b. Sistem kekerabatan patrilineal, dalam sistem kekerabatan ini menarik keturunan
hanya dari satu pihak yaitu pihak ayah. Anak akan dihubungkan dengan kerabat
ayah berdasarkan garis laki-laki secara sepihak. Penganut sistem ini antara lain
orang Batak, Bali, Ambon, Asmat, dan Dani. Konsekuensi dari sistem
kekerabatan patrilineal adalah bahwa keturunan bapak (laki-laki) memiliki
kedudukan yang lebih tinggi. Hak yang diterima juga lebih banyak. anak-anak
berhubungan dengan ayah mereka (berdasarkan garis keturunan laki-laki).
Dalam masyarakat patrilineal, keturunan laki-laki dianggap memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dan memiliki hak yang lebih. Sistem kekerabatan
ini berlaku bagi masyarakat Batak dan Bali.
c. Sistem kekerabatan matrilineal Sistem kekerabatan ini menarik garis keturunan
dari pihak ibu saja. Anak akan terikat dengan ibunya, termasuk dengan kerabat
ibu, berdasarkan garis keturunan perempuan secara lateral. Akibat dari sistem
kekerabatan ini adalah bahwa keturunan dari garis ibu dipandang sangat
penting. Dalam masalah warisan, misalnya, orang dari garis ibu mendapat
bagian lebih banyak daripada garis ayah. Sistem kekerabatan ini dapat dijumpai
pada masyarakat Minangkabau dan Semando. anak berhubungan dengan ibunya
(berdasarkan garis keturunan perempuan). Dalam masyarakat matrilineal,
keturunan menurut garis ibu dipandang sangat penting, sehingga menciptakan
hubungan kekeluargaan yang jauh lebih luas di antara warganya yang keturunan
menurut garis ibu. Sistem kekerabatan ini berlaku bagi masyarakat
Minangkabau.
2. Pengaruh sistem kekeluargaan/kekerabatan di bidang hukum perkawinan dan hukum
waris yaitu :
a. Sistem Kekerabatan Patrilineal
Dalam sistem ini pengaruh hukum waris yang timbul yaitu bahwasanya hanya
anak laki-lakilah yang dianggap sebagai ahli waris. Hal ini yang membawa
konsekuensi bahwa hanya anak laki-lakilah yang dipandang sebagai ahli waris
yang berhak untuk mewarisi harta warisan yang ditinggalkan oleh si pewaris.
Anak perempuan mempunyai hak waris sangat terbatas. Bagian waris seorang
anak perempuan pada hakekatnya merupakan hak untuk menghasilkan belaka
karena anak perempuan boleh memegang dan menghasili bagiannya itu selama
ia setia tinggal di rumah asalnya (tidak kawin), dan selama itu pun ia tidak boleh
melakukan tindakan yang dianggap sebagai tindakan pemilikan terhadap
bagiannya dalam warisan itu kecuali atas hasilnya. Sedangkan anak perempuan
yang kawin tanpa keceburin (kawin keluar meninggalkan rumah asalnya) harus
melepaskan hak atas warisan orang tuanya untuk keuntungan ahli waris lainnya.
b. Sistem Kekerabatan Matrilineal
Dalam bidang hukum waris dan perkawinan sistem kekeluargaan/kekerabatan
matrilineal di masyarakat suku minang perempuan merupakan pemilik dari
harta waris atau disebut juga harta suarang. Penggunaan harta tersebut
dikembangkan dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan harta dan hasil
harta yang telah dikembangkan tersebut disimpan untuk keperluan-keperluan
yang sekiranya mendesak. Dalam sistem perkawinan suami dan istri selama
menjalin perkawinan, apabila salah satunya meninggal dunia, maka suami atau
istri akan mendapat 1⁄2 (setengah) dari harta suarang tersebut lalu anak-anak
dari suami istri tersebut baik anak laki-laki maupun anak perempuan juga akan
mendapat bagian harta warisan dari harta suarang tersebut.
c. Sistem Kekerabatan Parental atau Bilateral
Dalam sifat susunan kekeluargaan parental (garis keturunan Keibu- Bapaan).
Setelah perkawinan baik si istri maupun suami menjadi milik keluarga bersama
begitu juga anak-anak dan keturunannya. Dalam sifat ini juga terdapat
kebiasaan berupa pemberian-pemberian dari pihak laki-laki terhadap pihak
perempuan tetapi pemberian disini tidak mempunyai arti seperti jujur, mungkin
dulu dasarnya seperti jujur tetapi lebih banyak diartikan sebagai hadiah
perkawinan. Sistem Parental atau Bilateral (kelompok garis ibu-bapakan).
Sistem yang ditarik menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-
ibu), dimana kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan di dalam pewarisan.
Adapun suku yang bergaris keturunan ini adalah Jawa, Sunda, Madura dan
Melayu.
REFERENSI
https://mh.uma.ac.id/2021/04/sistem-kekerabatan-adat/
Hilman Hadikusuma, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia , Bandung: Mandar Maju.
Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan. 2017. Denpasar: Fakultas Hukum Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai