Anda di halaman 1dari 3

Tugas 1 ADPU433

Administrasi Keuangan

Sumber-sumber penerimaan negara menurut teori


Pendapatan negara adalah pemasukan negara yang digunakan sebagai sumber pendanaan
kegiatan dan kebutuhan negara dalam rangka pembangunan negara. Yang dimaksud dengan
pendapatan negara atau penerimaan uang negara atau penerimaan pemerintah yakni meliputi
pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, sumbangan masyarakat, dan lain-lain.
Dalam hal ini pendapatan negara berasal dari pajak maupun non pajak. Pajak adalah iuran
rakyat untuk kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang lansung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan
pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari
pembelanjaan pemerintah, sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai
administrasi dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan.
Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan
rakyat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan membiayai berbagai jenis
infrastruktur yang penting yang akan dibiayai pemerintah. Perbelanjan-perbelanjan tersebut akan
meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi negara.
Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu
pendapatan dan pendapatan bukan pajak.
A. Pendapatan pajak. Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada
pemerintah yang diatur dalam undang-undang tanpa balas jasa secara
langsung.Pendapatan negara berasal dari pajak. Secara garis besar berbagai jenis
pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan yaitu pajak
langsung dan pajak tak langsung.Pajak langsung berarti jenis pungutan pemerintah
yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap
individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh
keuntungan wajib membayar pajak. Sedangkan, Pajak tak langsung adalah pajak
yang bebannya dapat dipindah- pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak
tak langsung yang penting adalah pajak impor dan pajak penjualan. Pendapatan
pajak berasal dari pajak pusat dan pajak daerah:
- Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan pemerintah pusat)
a). Pajak penghasilan (PPh)
b). Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c). Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
d). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
e). Bea Materai
f). Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
g). Bea Masuk
h). Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya
- Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintah daerah)
a). Pajak daerah propinsi :
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air
b). Pajak Daerah Kabupaten/Kota :
Pajak Hotel dan Restaurant (PHR), Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan ,
c) Retribusi parkir.
B. Pendapatan non pajak
Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak.
Pendapatan non pajak berasal dari:
- Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, (antara lain penerimaan jasa
giro, sisa anggaran pembangunan, sisa anggaran rutin)
- Penerimaan dari pemanfaatansumber daya alam (segala kekayaan alam yang terdapat diatas,
permukaandan di dalam bumi yang dikuasai negara, antara lain royalti di bidang pertambangan)
- Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan (antara lain dividen
atau bagian laba pemerintah dari BUMN, dana pembangunan semesta, dan hasil penjualan saham
pemerintah dalam BUMN)
- Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah (antara lain pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan, pemberian hak paten, merek, hak cipta,
pemberian visa dan paspor, serta pengelolaan kekayaan negara yang tidak dipisahkan)
- Penerimaan berdasarakan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi (antara lain lelang barang rampasan negara dan denda)
- Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak pemerintah (adalah penerimaan negara
berupa bantuanhibah dan atau sumbangan dari dalam dan luar negri baik swasta maupun
pemerintah yang menjadi hak pemerintah, kecuali hibah dalam bentuk natura yang secara
langsung untuk mengatasi keadaan darurat seperti bencana alam atau wabah penyakit yang tidak
dicatat dalam APBN)
- Penerimaan lainnya yang diatur dalam UU tersendiri.

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pendapatan negara adalah hak
pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang terdiri atas
penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah.

Pendapatan negara ini diperoleh Pemerintah dengan memberi wewenang ke Menteri


Keuangan buat melakukan pemungutan sebagaimana yang telah diatur dalam undangundang.
Informasi anggaran pendapatan negara dan anggaran belanja negara dirinci
secara jelas dalam APBN yang dipublikasikan ke publik melalui kanal informasi
Kementerian Keuangan.
Presiden Joko Widodo telah menandatangani Perpres No. 50 Tahun 2020.
Perpres ini menjadi aturan turunan yang memuat perubahan postur dan rincian APBN
2020 sebagai turunan Perppu No. 1 Tahun 2020 yang terbit sebagai antisipasi pandemi
Corona atau Covid-19. Dalam perpres itu, pemerintah resmi mengubah postur APBN
2020 dengan perkiraan penerimaan menjadi Rp1.760,9 triliun. Nilai ini turun dari
perkiraan APBN sebelumnya yang berada di kisaran Rp 2.233,2 triliun. Rinciannya
penerimaan perpajakan ditaksir hanya menyentuh Rp1.462,6 triliun turun dibanding
postur sebelumnya di kisaran Rp 1.865,7 triliun. Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) diperkirakan hanya mencapai Rp 297,7 triliun turun dari postur sebelumnya di
kisaran Rp 367 triliun. Lalu penerimaan hibah ditargetkan menjadi Rp 498,7 triliun naik
drastis dari estimasi APBN 2020 sebelumnya yang hanya Rp 0,5 triliun. “Outlook
penerimaan negara bukannya tumbuh melainkan kontraksi. Pendapatan negara hanya
mencapai Rp1.760,9 triliun, turun 10 persen,” ucap Sri Mulyani dalam rapat virtual
bersama Komisi XI DPR RI, Senin (7/4/2020). Dari pos belanja akan naik menjadi Rp
2.613,8 triliun. Rinciannya, anggaran belanja pemerintah pusat diperkirakan menjadi Rp
1.851,1 triliun. Nilai ini naik dari postur APBN 2020 sebelumnya yang hanya berkisar Rp
1.683,5 triliun. Di dalamnya termasuk tambahan Rp 255,1 triliun untuk penanganan
Covid-19. Sementara itu anggaran transfer ke daerah dan dana desa menjadi Rp762
triliun. Nilai ini turun dari postur APBN 2020 sebelumnya yang berkisar Rp 856,9 triliun.
Pos pembiayaan anggaran sendiri tercatat naik menjadi Rp 852,9 triliun. Nilai ini naik
Rp 545,7 triliun dari Rp307,2 triliun dari postur APBN 2020 sebelumnya. Rinciannya ada
kenaikan pembiayaan utang R p654,5 triliun naik dari Rp 351,9 triliun di postur APBN
2020 sebelumnya. Lalu ada juga pembiayaan non utang Rp108,9 triliun naik hampir
dua kali lipat dari postur sebelumnya.

Tria Ristiani Fathiras


042078876

Anda mungkin juga menyukai