NIM : 2112521022
1. Mengapa aktor dalam hubungan international harus berhubungan satu sama lain? Apa faktor
pendorongnya, berikan salah satu perspektif dalam teori Hubungan Internasional yang dapat
menjelaskan argumen anda dan disertai dengan kasus yang mendukung
Jawaban:
Dari gambaran pertama mengenai teori Neorealisme, Morgenthau dan Reinhold Niebuhr
menjelaskan bahwa ada sifat manusia yang mencari kekuasaan yang dapat menimbulkan
perang. Pada gambaran kedua, sifat negara; dalam organisasi internal, komposisi etnis, atau
ideologinya dapat menjadi penyebab perang dan perdamaian (Waltz 2001: 80-82). Pada
gambaran ketiga, terdapat suatu sistem internasional, dengan dan ketidakamanan
internasional disebabkan oleh tidak adanya otoritas yang lebih tinggi dari negara atau anarki,
yang dapat menyebabkan perang terjadi (Waltz 2001: 159-18 160).
Security dilemma mengacu pada peristiwa bahwa sebagai seorang aktor, baik individu,
kelompok, negara, atau aliansi, meningkatkan kemampuan militernya untuk membangun rasa
amannya sendiri, pada titik tertentu, peningkatan kemampuan militer membuat aktor lain
dalam sistem merasa lebih tidak aman. Hal ini dapat dilihat dalam terbentuknya NATO pada
tahun 1949, negara-negara yang beraliansi merasa ketidakamanan terhadap kemampuan yang
dimiliki oleh Uni Soviet, demi mencapai keamanan kolektif dibentuklah NATO guna
menyeimbangi kekuatan dari Uni Soviet. (Collins 2011: 03)
Contoh kasus yang diambil adalah mengenai bagaimana pembentukan NATO melalui
sudut pandangan Neorealis. Negara dapat melakukan suatu hubungan dengan negara lain
dalam membentuk suatu aliansi. Terdapat pemahaman bahwa adanya sistem internasional
yang anarki, dan sulitnya negara untuk kerja sama. Namun, kooperasi dapat dilakukan
apabila adanya keancaman, maka lahirlah NATO. Aliansi tersebut dibentuk dengan adanya
rasa security dilemma dan bertujuan untuk melindungi diri dan menyaingi kekuatan dari Uni
Soviet. Sehingga adanya suatu balance of power dalam situasi ini. Dari penjelasan di atas,
kesimpulannya adalah negara dapat melakukan hubungan dengan negara lain apabila adanya
ancaman dari suatu pihak yang lebih kuat dibanding negara-negara lemah lainnya. Sehingga
mereka dengan sesama membentuk suatu aliansi guna untuk menangkal kekuatan bagi
mereka yang lebih kuat dan mengancam keberadaan mereka.
Daftar Pustaka:
Hellmann, Günther, and Reinhart Wolf (1993): “Neorealism, Neoliberal Institutionalism, and the
Future of NATO”, in Security Studies, vol. 3, no. 1 (Autumn): 3-43.
Mearsheimer, John J. (1995): “A Realist Reply”, in International Security, vol. 20, no. 1
(Summer): 82-93
Thue, M. (2007). Explaining nato: Neorealism, neoliberalism, and the Atlantic Alliance after the
Cold War (thesis). University Of Oslo, Oslo.
Waltz, Kenneth (2001): Man, the State, and War: A Theoretical Analysis. New York: Columbia
University Press.