Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ida Ayu Putu Sharira Kirana

NIM : 2112521022
Mata Kuliah : Ekonomi Politik Global
Program Studi : Hubungan Internasional

Ujian Akhir Semester Ekonomi Politik Global Tahun 2022

1. Dalam society-centered approach terdapat analisis mengenai praktik-praktik yang kerap


terjadi dalam perdagangan internasional. Guna memberikan gambaran mengenai
pendekatan ini, maka berikan penjelasan untuk hal-hal dibawah ini:
a. Akar dari munculnya society-centered approach terkait dengan konsekuensi
distribusi (distribution-consequence). Maksud dari pernyataan tersebut adalah….
b. Bagaimana class conflict yang terjadi sebagai akibat tidak meratanya distribusi
yang diakibatkan oleh aktifitas perdagangan internasional?
c. Akibat dari class conflict semakin memperlihatkan pertentangan antara sector
model dan factor model. Berikan penjelasan singkat terkait pertentangan tersebut!

a. Society-centered approach muncul karena pada dasarnya perdagangan memiliki


konsekuensi distribusi. Kebijakan perdagangan dirumuskan berdasarkan bagaimana
pemerintah menanggapi tuntutan berbagai kelompok kepentingan dalam suatu negara.
Tanggapan negara terhadap minat kelompok kepentingan dan masyarakat dibentuk oleh
institusi politik Untuk memahami dinamika kebijakan persaingan ini, pendekatan yang
berpusat pada masyarakat atau society menekankan interaksi antara kepentingan
terorganisir dan institusi politik. Pendekatan ini didasarkan pada pengetahuan bahwa
perdagangan memiliki konsekuensi distribusi. Dengan konsekuensi distribusi
menimbulkan adanya ‘the battles of winners and losers’.

Liberalisasi perdagangan telah memukul keras orang-orang yang bekerja di industri


tekstil dan pakaian—biasanya perusahaan besar di North Carolina. Antara tahun 2000
dan 2004, 207 pabrik tekstil dan pakaian ditutup dan sekitar 44.000 orang kehilangan
pekerjaan. Sebaliknya, penduduk North Carolina yang bekerja di industri farmasi atau
keuangan diuntungkan dari liberalisasi perdagangan. Upah rata-rata pekerja di industri ini
meningkat pada paruh pertama dasawarsa ini, begitu pula dengan jumlah total pekerjaan
di industri tersebut. Oleh karena itu, di North Carolina, beberapa orang mendapat
keuntungan dari perdagangan sementara yang lainnya merugi.

Hasil yang memecah belah ini menciptakan persaingan politik, karena pemenang dan
pecundang bisnis beralih ke arena politik untuk memajukan dan mempertahankan
kepentingan ekonomi mereka. Institut Manufaktur Tekstil Amerika dan Dewan Nasional
Organisasi Tekstil, asosiasi perdagangan yang mewakili perusahaan di industri tekstil dan
pakaian, menekan politisi AS untuk membatasi impor tekstil dan pakaian. Mereka
bergabung dengan asosiasi perdagangan lain yang mewakili perusahaan yang terkena
dampak liberalisasi perdagangan. Koalisi proteksionis mulai terbentuk. Koalisi Industri
Jasa, sebuah organisasi perdagangan yang mewakili jasa keuangan AS (dan banyak
industri jasa lainnya), mendesak pemerintah AS untuk menyelesaikan negosiasi WTO
untuk meliberalisasi perdagangan jasa dunia. Ketika kelompok lain yang mendapat
manfaat dari pertumbuhan perdagangan bergabung dengan mereka, koalisi untuk
pembebasan mulai terbentuk. Persisnya bagaimana kompetisi ini bekerja—kelompok
mana yang melobi, koalisi mana yang terbentuk, bagaimana politisi menanggapi tuntutan
kelompok kepentingan, kelompok kepentingan mana yang mencerminkan kebijakan
bisnis dan mana yang tidak—ditentukan oleh institusi politik di mana persaingan itu
terjadi.

b. Model faktor berpendapat bahwa kebijakan perdagangan didorong oleh persaingan antara
faktor-faktor produksi - yaitu, persaingan antara tenaga kerja dan modal, pekerja dan
kapitalis. Tenaga kerja dan modal memiliki preferensi kebijakan perdagangan yang
berbeda karena efek pendapatan dari perdagangan membagi masyarakat sepanjang batas
faktor. Setiap kali tarif diturunkan dan perdagangan meluas (atau tarif dinaikkan dan
perdagangan dibatasi), pendapatan dari satu faktor meningkat sedangkan pendapatan dari
faktor lainnya menurun. Dengan demikian perdagangan menempatkan tenaga kerja dan
modal dalam persaingan langsung satu sama lain dalam distribusi pendapatan nasional.
Untuk memahami sepenuhnya alasan kompetisi ini, kita perlu melihat bagaimana
perdagangan memengaruhi pendapatan faktor. Munculnya class conflict ialah karena
dalam kebijakan perdagangan yang terbentuk berdasarkan faktor sumber daya yang
melimpah dan faktor sumber daya yang langka. Khususnya pada abundant factor dapat
melakukan aktivitas ekspor sebesar-besar mungkin, sedangkan pada scarce factor
terdapat aksi proteksi. Sehingga dua faktor tersebut dapat menimbulkan class conflict di
mana pihak yang terlibat dalam aksi distribusi perdagangan internasional yang lebih
diuntungkan sedangkan pihak yang terlibat aksi distribusi proteksionis mengalami
kerugian dalam situasi ini.

c. Terdapat pertentangan di mana model sektor berpendapat bahwa perdagangan membagi


masyarakat lintas industri daripada garis faktor. Mobilitas faktor mengacu pada
kemudahan tenaga kerja dan modal dapat berpindah dari satu industri ke industri lainnya.
Ketika faktor bersifat mobile, kepentingan ekonomi masyarakat ditentukan oleh
kepemilikan faktor tersebut. Model sektor mengasumsikan bahwa faktor-faktor terkait,
atau spesifik, dengan sektor tempat mereka bekerja saat ini. Contohnya, karena
permintaan kemeja Amerika turun, permintaan modal yang digunakan dalam industri
kemeja Amerika juga harus turun.

Karena tenaga kerja tidak bergerak, para pekerja yang dikeluarkan oleh industri pakaian
jadi tidak dapat pindah ke industri komputer. Dengan lebih banyak orang mengejar lebih
sedikit pekerjaan, semua pendapatan pekerja turun. Politik perdagangan didorong oleh
persaingan antara pekerja dan kapitalis yang memperoleh keuntungan dari perdagangan
dan mereka yang merugi. Model faktor menunjukkan bahwa perdebatan tentang
globalisasi mengadu tenaga kerja melawan modal. Model sektor berpendapat bahwa
politik perdagangan didorong oleh persaingan antara sektor yang bersaing dengan impor
dan berorientasi ekspor.

UNITE (Union of Needletrades, Industrial and Textile Employees) dan American Textile
Manufacturers Institute (ATMI) sama-sama menentang globalisasi. Sebaliknya, model
sektor memprediksikan bahwa modal dan tenaga kerja di kedua industri ini akan
sama-sama mendukung globalisasi. Koalisi asosiasi bisnis yang mewakili perusahaan
teknologi tinggi Amerika telah mendukung hubungan perdagangan normal dengan China,
NAFTA, dan FTAA. Rata-rata, pekerja berketerampilan tinggi lebih mendukung
liberalisasi perdagangan daripada pekerja berketerampilan rendah. Model faktor dan
sektor berpendapat bahwa preferensi kebijakan perdagangan ditentukan oleh konsekuensi
pendapatan dari perdagangan.

Model sektor menyatakan bahwa perdagangan membagi masyarakat menurut garis sektor
dan akibatnya, politik perdagangan didorong oleh konflik antara industri yang bersaing
dengan impor dan berorientasi ekspor. Model faktor mengasumsikan bahwa faktor sangat
mobile dan orang menentukan kepentingan mereka dalam hal kepemilikan faktor.
Daripada mendasarkan preferensi kebijakan perdagangan pada kepemilikan faktor
mereka atau pada sektor di mana mereka bekerja, penelitian ini menunjukkan bahwa
orang mendasarkan preferensi mereka pada persepsi atau keyakinan tentang apa yang
baik bagi negara secara keseluruhan. Masing-masing model tersebut terdapat kritik
masing-masingnya, kritik terhadap factor models adanya asumsi bahwa labour bersifat
homogen namun realitanya bersifat heterogen terdapat pertentangan antara (high-skilled
labour dan low-skilled labour). Terdapat ktirik bahwa tenaga kerja dan modal tidak
mudah untuk didistribusikan. Walaupun terdapat para pendukung liberalisasi
perdagangan, tetapi tetap menganjurkan kebijakan proteksionisme. Kritik terhadap sector
models guna tercapainya efisiensi produksi harus tetap mencari faktor produksi murah.
Produksi menghadapi globalisasi di kancah internasional dan lintas batas negara.
Referensi:

Oatley, T. (2012). International political economy (5th ed.). University of North Carolina
Chapel Hill
Nama : Ida Ayu Putu Sharira Kirana
NIM : 2112521022
Mata Kuliah : Ekonomi Politik Global
Program Studi : Hubungan Internasional

Tugas Review Film Let’s Make Money

Film ini dimulai dengan adegan situs tambang emas yang sedang di ekstraksi dan
berlokasi di Ghana, Afrika. Bagaimana selanjutnya emas di produksi di Balerna, Switzerland, di
mana setelah produksi hanya 3% untuk negara Afrika dan 97% untuk negara-negara barat.
Berikutnya dilanjutkan dengan adegan seorang pebisnis kelas atas di Singapur yang sedang
diskusi mengenai investasi melalui telepon, dan setelah itu pebisnis tersebut menjelaskan lebih
mengenai bagaimana tinggal di Singapur para investor seperti dia sangat dibutuhkan, sehingga
harga pajak untuk mereka murah. Singapore berusaha untuk menjadi negara global financial
center. Berikutnya kita pergi ke adegan di wilayah Chennai, India bagaimana banyak warganya
terlihat tidur di pinggir jalan bahkan di tengah-tengah pantai. Pebisnis asing bisa beli tanah
dengan mudah dan harga yang murah di negara India, dan merasa sangat diuntungkan dengan
sistem tersebut. Berikutnya muncul seorang wanita yang menjelaskan bagaimana masyarakat
sekitarnya hidup dengan kondisi yang sangat miskin. Pebisnis asing juga menjelaskan mengenai
perbedaan ketertarikan mahasiswa Eropa dalam belajar sosiolog dan ingin menjadi guru dan
mahasiswa India engineering, namun sistemnya tetap membuat para warga India lebih miskin.
Banyak lokal menjadi pekerja buruh, dan pebisnis asing tersebut melihat kondisi pabriknya.
Diskusi mengenai cheaper labour, guna menjadi lebih efisien dalam pabriknya. Warga India
bayar pajak, tetapi pendapatannya diberi kepada investor asing, sehingga pemerintah tidak
mempunyai cukup uang untuk memberdayakan kehidupan warga sendiri. Para investor merasa
bahwa mereka tidak memilik kewajiban bagaimana pabriknya membuat polusi dan etik kerja dan
lain-lainnya di dalamnya. Pertumbuhan ekonomi tidak untuk warga masyarakat biasa di India
tetapi untuk mereka para pebisnis kelas atas. Berikutnya kita dibawa ke wilayah London,
England dan seorang economist developer diskusi bagaimana mengubah krisis ekonomi di masa
lalu melakukan perubahan hingga sampai cheap capital. Jika capital kita terus meningkat, utang
akan terbentuk di wilayah lain. Burkina Faso, Afrika dimana diperlihatkan bahwa ada ladang
kapas yang dulunya diambil besar-besaran dan uangnya pun juga diambil. Para pekerja buruh
yang memetik kapas digaji sangat rendah, bagaimana merekalah yang melakukan kerja paling
keras tetapi sangat dirugikan. Walaupun kapasnya dianggap terbaik dan termahal di dunia, tetap
tidak mampu untuk membayar para pekerja buruh dengan harga yang adil. Walaupun Amerika
serikat merupakan negara yang mempraktekkan liberalisme ekonomi, tetapi tetap melakukan
proteksionisme dan mengsubsidi produksi kapas mereka dan memaksa negara afrika untuk
menerapkan liberalisme ekonomi. Para investor hanya tertarik untuk mengekstrak segala bahan
mentah sampai habis. Apabila Amerika tidak mengsubsidi kapasnya bisa saja burkina faso
menghasilkan profit. Bahkan menjual tanah guna mendapatkan sedikit uang. Dan salah satu efek
sampingnya ialah anak-anak tidak bisa ke sekolah dan terpaksa untuk ikut kerja.

Paradigma Merkantilis Paradigma Liberalis Paradigma Strukturalisme

- Adegan saat tambang emas - Adegan di mana diperlihatkan - Adegan saat para
di wilayah Ghana, Afrika di bahwa Amerika Serikat pebisnis asing datang ke
ekstrak sebanyak mungkin merupakan negara yang pabriknya dan
dan diproduksi di wilayah menganut liberalisme ekonomi membentuk strategi
Switzerland namun hanya dan menuntuk negara lain untuk untuk mendapatkan
3% untung produksi menganut sistem yang sama, pekerja yang banyak dan
kembali ke Afrika, tetapi AS mengsubsidi produk kompeten namun dengan
sedangkan 97% untung kapas di negaranya, sehingga gaji yang rendah guna
produksi ke negara barat. membebani para pekerja buruh di menjadi efisien
- Adegan kapas-kapas di Burkina Fasso. Tetapi dikritik - Adegan saat para buruh
Burkina Fasso yang dipetik bahwa AS justru menerapkan tidak hanya wanita
dengan jumlah banyak oleh proteksionisme, bukan namun anak-anak juga
para buruh dan mereka librealisme ekonomi. harus kerja demi gaji
dirugikan. Karena para - Adengan ketika pebisnis di yang kecil di wilayah
investor hanya tertarik Singapur menjelaskan bagaimana Afrika, karena tidak
untuk mengambil bahan investor privat sangat dibayar dengan adil.
baku sebanyak-banyaknya. diuntungkan melalui sistem (karena strukturalisme
(karena merkantilisme liberalisasi ekonomi yang ada di mengkritik adanya
fokus kepada bagaimana Singapur struktur yang tidak adil
mengoptimalkan kekuatan (karena liberalisasi ekonomi dalam politik ekonomi
ekonomi negara melalui bertujuan untuk memberi sehingga menimbulkan
penyedia raw material dan kebebasan terhadap sektor privat kesenjangan sosial)
untung bagi pengolah raw dibandingkan sektor milik
material.) negara)

Anda mungkin juga menyukai