Anda di halaman 1dari 16

Makalah Takhrij Hadits 1 Dosen Pengampu :

Tugas Kelompok 6 Dr. H. Nixson Husin, Lc, M.Ag

METODE BI AL-FAZ

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada


Mata Kuliah “Takhrij Hadis I”

KELOMPOK 6 :

NURUL HAFIZA HARAHAP : 12030224470


OLDHA FAUZIAH : 12030224514

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU

T.H 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wata'ala, sehingga pada akhirnya seluruh rangkaian makalah ini telah selesai
kami laksanakan.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada
pihak yang turut memberikan dukungan dan bantuannya dalam proses
penulisan makalah ini. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih Dr. H. Nixson
Husin, Lc, M.Ag selaku dosen mata kuliah Takhrij Hadis 1.

Besar harapan agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
khususnya penyusun sendiri. Saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak
merupakan penghargaan bagi kami untuk memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, 21 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

C. Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Pengertian Takhrij Hadis Metode Bi Al-faz ...................................................3

2. Kelebihan dan kekurangan Metode Bi Al-faz..................................................3

3. Cara Mentakhrij Hadis Metode Bi Al-Faz............................ ..........................4

4. Kitab Referensi hadits Metode Bi Alfaz.......................................................10

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Takhrij Hadist merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian hadist. Pada
masa awal penelitian hadist telah dilakukan oleh para ulama salaf yang
kemudaian hasilnya telah dikodifikasikan dalam berbagai buku hadist.
Mengetahui masalah takhrij, kaidah. dan metodenya adalah sesuatu yang sangat
penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syar‟i, agar mampu melacak
suatu hadist sampai pada sumbernya.

Kebutuhan takhrij adalah perlu sekali, karena orang yang mempelajari ilmu
tidak akan dapat membuktikan (menguatkan) dengan suatu hadist atau tidak
dapat meriwayatkannya, kecuali setelah ulama-ulama yang telah meriwayatkan
hadist dalam kitabnya dengan dilengkapi sanadnya, karena itu, masalah takhrij
ini sangat dibutuhkan setiap orang yang membahas atau menekuni ilmu-ilmu
syar‟i dan yang sehubungan dengannya. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang
takhrij hadits ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.

Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian
serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui
sumber hadist itu berasal. Di samping itu, di dalamnya di temukan banyak
kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya dalam menentukan kualitas
sanad hadist.

Takhrij hadist bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan
lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut.
Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya

1
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist
tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Takhrij Hadis Metode Bi Al-Faz?

2. Apa kelebihan dan kekurangan Takhrij Hadis dengan menggunakan metode


bi alfaz?

3. Bagaimana cara mentakhrij hadits Metode Bi Al-Faz ?

4. Apa referensi dari kitab Al-Mu‟jam Al-Mufahras?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian dari takhrij hadis

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekuranga metode bi al-faz

3. Untuk mengetahui cara mentakhrij hadis metode bi al-faz

4. Untuk mengetahui kitab referensi Al-Mu‟jam Al-Mufahras

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Takhrij Hadis Metode Bi Al-Faz

Metode kedua dengan mendasarkan pada lafal-lafal matan hadis. Metode ini
dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar
pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism (kata benda)
maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan pegangan.

Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal


tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain
sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.

Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-
Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks
Shahih Muslim).

Maksud takhrij dengan kata adalah transmisi dengan kata benda atau (isim) atau
kata kerja (fi'il) bukan kata sambung huruf dalam bahasa Arab mempunyai
akar-akar 3 huruf. itu diambil dari salah satu bagian teks hadis yang mana saja
selain kata sambung kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang
hanya 3 huruf yang disebut fi'il tsulasi.

2. Kelebihan dan kekurangan metode Bi Al-Faz

Adapun kelebihan dari metode takhrij dengan lafal-lafal yang ada pada hadist
adalah sebagai berikut :

1. Metode ini mempercepat pencarian hadits-hadits.

3
a. Hadits-hadits dibatasi dalam beberapa kitab-kitab induk dengan menyebutkan
nama kitab, juz, bab dan halaman.

2. Mempercepat pencarian hadits

a. memungkinkan pencarian hadits melalui kata apa saja yang terdapat dalam
matan hadits.

b. Jika terdapat kelainan lafal pertama misalnya lafal yang diingat bukanlah
lafal awal hadist maka akan berakibat sulit menemukan hadist tersebut.

c. Jika lafal yang dianggap awal hadis bukan awal hadis;

d. Jika trjadi penggantian lafal yg diucapkan Rasul. Sedangkan segi


kelemahannya metode takhrij dengan lafal-lafal yang ada pada hadist adalah :

1. Keharusan memiliki kemampuan bahasa Arab dan ilmu-ilmu pendukungnya.


Karena metode ini menuntut untuk mengembalikan kata-kata kuncinya kepada
kata dasarnya.

2. Metode ini tidak menyebutkan nama perawi dari kalangan sahabat. Untuk
mengetahui ama-ama sahabat yang menerima hadits ini dari nabi SAW
mengharuskan kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah mentakhrijnya
dengan kitab ini.

3. Terkadang hadits tidak langsung ketemu dengan satu kata sehingga harus
menggunakan kata-kata lain.1

3. Cara Mentakhrij Hadis Dengan Metode Bi Al-Faz

Takhrij bi Al-Lafzh adalah penelitaian hadis dengan menggunakan lafal matan


yang ada dalam hadis baik berupa kata benda maupun kata kerja yang berada

1
Pokja Akademik Uin Sunan Kalijaga, Al-Hadis, (Yogyakarta, 2005), hlm. 140-141

4
diawal, tengah, akhir ataupun dimana saja penggalan lafadz matan hadis
tersebut.

Mempraktikan metode takhrij metode bi alfaz, kita dapat menggunakan kitab


al-Mu'jam al-Mufahras Li Alfaz al-Hadith al Nabawi.

Kamus yang digunakan mencari hadis adalah Al-Mu‟jam Al-Mufahras li-


Alfazh Al-Hadits An-Nabawi. Kamus ini terdiri dari 8 jilid, disusun oleh tim
orientalis di antaranya adalah Arnold John Wensinck atau disingkat
A.J.Wensinck (w.1939M) seorang profesor bahasa-bahasa Semit termasuk
bahasa Arab di lafal dan penggalan matan hadis, serta mensistimatisasikannya
dengan baik berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi.

Untuk kegiatan takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui
melalui periwatan dalam kitab-kitab yang ditunjukkannya.

Kitab ini berisikan semua lafal (kosa kata) hadits yang disusun berdasarkan
huruf hijaiyah yang telah di-masdar-kan dan itu dijadikan sebagai kata kunci
dalam pencarian hadits yang dimaksud. Setelah di-masdar-kan barulah
diuraikan di bawahnya yang dimulai dengan fiil madhi, kemudian fiil mudhari`
dan seterusnya sesuai dengan susunan kitab Sharaf.

Maksud takhrij dengan kata adalah takhrij dengan kata benda (kalimah isim)
atau kata kerja (kalimah fi‟il) bukan kata sambung (kalimah huruf) dalam
bahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3 huruf. Kata itu diambil dari salah
satu bagian dari teks hadis yang mana saja selain kata sambung atau kalimah
huruf kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf,
kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf yang
disebut dengan fiil tsulatsi.

Jika kata dalam teks hadis yang dicari kata: ‫ هسلن‬misalnya, maka harus dicari
asal akar katanya yaitu dari kata : ‫ سلن‬setelah itu baru membuka kamus bab ‫س‬

5
bukan bab ‫م‬. Demikian juga jika kata yang dicari itu kata: ‫ يلتوس‬maka akar
katanya adalah: ‫ لوس‬kamus yang dibuka adalah bab ‫ ل‬bukan bab ‫ ي‬dan begitu
seterusnya

Al-Mu'jam al-Mufahras Li Alfaz al-Hadith al-Nabawi kitab ini merupakan


kitab Mu'jam yang memuat daftar kata-kata hadis dari sembilan kitab hadis
yang masyhur, yaitu kitab hadis enam, Muwatta' Malik, Musnad Ahmad, dan
Mus nad Al-Darimi. Kitab Mu'jam ini disusun oleh sekelompok orientalis dan
diterbitkan oleh salah satu di antara mereka, yaitu Dr. Arnod Jon Wensinck
(1939 M), salah seorang guru besar bahasa Arab di Universitas Leiden, dan
dicetak oleh percetakan Berl di Leiden Belanda.

Muhammad Fuad „Abd al-Baqi adalah salah seorang yang membantu mereka
dalam menerbitkan kitab ini. Proyek ini dilakukan dengan bantuan meteriel
dari Lembaga Keilmuan Britania, Denmark, Swedia, Belanda, UNESCO,
Aleksander Pasa, dan Lembaga penelitian ilmu pengetahuan murni Belanda.
Kitab ini disusun menjadi 7 jilid besar, jilid pertama dicetak pada tahun 1936 M
dan jilid ketujuh dicetak pada tahun 1969 M, sehingga secara keseluruhan, kitab
ini dicetak selama 33 tahun.

Suatu hal yang sangat disayangkan, bahwa kitab ini tidak mencantumkan
mukadimah kitab yang menjelaskan tentang sistematika penyusunan kitab,
padahal masalah itu sangat dibutuhkan. Hanya saja pada awal jilid ketujuh
dicantumkan beberapa petunjuk dan penjelasan tentang susunan kata dan
materi-materinya, lengkap dengan petunjuk praktis cara penggunaannya,
namun penjelasan dan petunjuk tersebut masih belum lengkap.

Sistematika kitab Mu'jam ini mendekati sistematika kitab-kitab Mu'jam al-


Lughah, namun tidak berdasarkan urutan huruf, nama-nama asli ('alam) dan
kata jenis fi'l yang banyak berlaku, seperti kata “qala” dan “ja'a”, serta semua
kata bentukannya.

6
Dalam rangka memenuhi keinginan orang yang membutuhkan beberapa hadis
yang sama bahasannya, seringkali penulis berpindah pada bahasan lain ketika
membahasa satu bahasan. Inilah yang menjadi sebab tuduhan orang, bahwa
kitab Mu'jam ini mempunyai kekurangan yang banyak, dan pengarang tidak
membuat daftar kata-kata hadis dari kitab-kitab yang mestinya dibuatkan daftar
kata-katanya.2

Jika pembahasannya banyak, sistematika seperti ini, akan mempersulit,


membikin kacau, banyak membutuhkan waktu, dan terkadang membosankan
orang yang menggunakannya, sehingga tidak jadi mencari hadis karena sangat
banyak materi yang keluar dari bahasan tertentu.

Bahkan terkadang seseorang harus mencari 50 materi atau lebih guna mencari
sebuah hadis. Pada materi “qatala”, seseorang harus membaca 68 materi, yang
sebagiannya ada pada materi “qital” dan yang lain pada banyak materi yang
terpisahpisah. Lihat Juz V: 294.

Karena itu, mengetahui susunan pembahasan dalam kitab Mu'jam ini


merupakan keharusan bagi orang yang menggunakannya.

Sistematika Penyusunan Materi Kitab Al-Mu'jam al-Mufahras Li Alfaz al-


Hadith al-Nabawi disusun untuk

1. Menemukan informasi secara lengkap dimana sebuah hadis berada dalam


kitab sumber asli.

2. Penelusuran lafal hadis menggunakan fi‟il tsulasy.

3. Disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah

2
Dr. Mahmud Al Thahhan, Metode Takhrij Hadith dan penelitian sanad hadis, (Jl.
Jemurwonosari Gg. IV No. 5) hlm. 74

7
4. merujuk kepada al-kutub al-tis‟ah

5. kode-kode kitab hadis rujukan dalam dilihat pada footer

Kode-kode kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras

Kesesuaian huruf terjadi antara teks dan kitab rujukan yang telah disebutkan
sebelumnya.

 Dua bintang (**) merupakan tanda pengulangan kata hadis, bab atau
halamannya.
 Kitab-kitab hadis yang menjadi rujukan Mu'jam ini diberi tanda (rumus)
tertentu, sebagai berikut :
 (‫ )خ‬Untuk Sahih Bukhari
 (‫ )م‬Untuk Sahih Muslim
 (‫ )ت‬Untuk Jami' Al-Tirmidhi
 (‫ )د‬Untuk Sunan Abi Dawud
 (‫ )ى‬Untuk Sunan Al-Nasa‟i
 (‫ )جه‬Untuk Sunan Ibn Majah
 (‫ )ط‬Untuk Al-Muwatta‟
 (‫ )حن‬Untuk Musnad Ahmad ibn Hanbal
 (‫ )دي‬Untuk Musnad Al-Darimi3

Beberapa tanda ini ditulis di bagian bawah setiap dua halaman kitab Mu'jam,
guna memudahkan orang yang menggunakan Mu'jam dan mengingatnya.

Cara yang dipakai Mu'jam dalam menunjukkan tempat hadis pada sembilan
kitab hadis di atas, setelah dituliskan tanda-tandanya, adalah dengan menulis
nama pembahasan hadis, seperti kata "‫ "ادة‬kecuali dalam Musnad Ahmad,

3
Abdul Majid Khon, Ulumul hadits. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), hlm 118-119

8
karena kitab ini disusun berdasarkan nama-nama sahabat, kemudian
menjelaskan nomor bab dari sebuah pembahasan, seperti “15”, kecuali dalam
Sahih Muslim dan Muwatta‟,
karena nomor untuk dua kitab ini menunjuk pada nomor hadis dari awal kitab.
Sedang cara menunjukkan tempat hadis dalam Musnad Ahmad adalah dengan
menulis nomor besar (untuk juz).
dan nomor kecil (untuk halaman) kitab. Contoh hadis yang ingin ditakhrij :
‫ال تدخلوى الجنة حتى تؤهنوا وال تؤهنوا حتى تحبثوا‬
Pada penggalan teks diatas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang digaris
bawahi. Andaikata dari kata ‫ تحبثو‬dapat dilihat bab ‫ ح‬dalam kitab Al-mu‟jam
karena kata itu berasal dari kata ‫حجت‬. Setelah ditelusuri kata tersebut dapat
ditemukan di Al-Mu‟jam juz 1 hlm. 408 dengan bunyi:
,١ ‫ حن‬,١١ ‫ أدة‬,٣ ‫ جه هقدهة‬,١ ‫ إستئذى‬,٤٥ ‫ ت صفة القيبهة‬.١٩١ ,‫ د أدة‬,٣٩ ‫م إيوبى‬
١٦٤
Maksud ungkapan diatas adalah :
1. ٣٩ ‫ إيوبى م‬: Shahih Muslim kitab Iman nomor urut hadits 93
2. ‫ د‬١٩١ ,‫ أدة‬: Sunan Abu Dawud kitab Al-Adab nomor urut bab 131.
3. ١ ‫ إستئذى‬,٤٥ ‫ ت صفة القيبهة‬: Sunan At-Tirmidzi kitab sifah Al- Qiyamah
nomor urut bab 54 dan kitab Isti‟dzan nomor urut bab 1
4. ١١ ‫ أدة‬,٣ ‫ جه هقدهة‬: Sunan Ibnu Majjah kitab Mukadimah nomor urut bab 9
dan kitab Al-Adab nomor urut bab 11.
5. ١٦٤ ,١ ‫ حن‬: Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Juz 1 hlm. 1654

Pengertian nomor-nomor dalam Al-Mu‟jam secara ringkas dapat dikemukakan


sebagai berikut:

4
AJ. Wensink, Mu‟jam Al-Mufahrasy li Alfaz Al-Hadits An-Nabawi, (Laiden : Maktabah Brill,
1936 M), jilid 1, hlm. 408.

9
1. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahih Al-Bukhori

Sunan Abu Dawud, sunan At-tirmidzi, Sunan An-Nasa‟i, sunan Ibnu Majah dan

sunan ad-Darimi menunjukkan angka bab bukan angka hadis.

2. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada shahih Muslim dan

muwataha‟ Malik menunjukkan angka urut hadis bukan angka bab.

3. Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih besar

menunjukkan angka juz kitab dan angka sesudahnya atau angka yang biasa

menunjukkan halaman. Hadis Musnad Ahmad yang berada di dalam kotak

bukan yang di pinggir atau diluar kotak.

Al-Mu‟jam hanya menunjukkan tempat hadis tersebut dalam berbagai kitab


hadis sebagaimana diatas. Maka tugas peneliti berikutnya menelusuri Hadis
tersebut ke dalam berbagai kitab hadits sesuai dengan petunjuk Al-Mu‟jam
untuk dihimpun dan dianalisis perbandingan.5

4. Kitab Referensi Al-Mu’jam Al-Mufahras

Dengan metode ini, kitab yang digunakan adalah kitab al-Mu‟j m al-Mufahras
li Alfaz al- d s al-Nabawi, karya A.J. Wensinck, yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad 'Abd al-Bâqî. Kitab ini disusun
dengan merujuk kepada sembilan kitab induk, yaitu :
1. Shahihul Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Al-Tirmidhi

5
Abdul Majid Khon, Op.cit, hlm. 121

10
4. Sunan Abu Daud
5. Sunan Al-Nasa‟i
6. Sunan Ibn Majah
7. Musnad Ahmad Ibn Hanbal
8. Al-Muwatha‟ Malik
9. Sunan Al-Darimi6

6
M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis,Jakarta,Bulan Bintang, 1991, hlm 82

11
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal
kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism
(kata benda) maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan
pegangan.

Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal


tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain
sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.

Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-
Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks
Shahih Muslim).

Kamus yang digunakan mencari hadis adalah Al-Mu‟jam Al-Mufahras li-


Alfazh Al-Hadits An-Nabawi. Kamus ini terdiri dari 8 jilid, disusun oleh tim
orientalis di antaranya adalah Arnold John Wensinck atau disingkat
A.J.Wensinck (w.1939M) seorang profesor bahasa-bahasa Semit termasuk
bahasa Arab di lafal dan penggalan matan hadis, serta mensistimatisasikannya
dengan baik berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi.

Untuk kegiatan takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui
melalui periwatan dalam kitab-kitab yang ditunjukkannya.

Kitab ini berisikan semua lafal (kosa kata) hadits yang disusun berdasarkan
huruf hijaiyah yang telah di-masdar-kan dan itu dijadikan sebagai kata kunci
dalam pencarian hadits yang dimaksud. Setelah di-masdar-kan barulah
diuraikan di bawahnya yang dimulai dengan fiil madhi, kemudian fiil mudhari`
dan seterusnya sesuai dengan susunan kitab Sharaf.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mudjab Mahalli, Ahmad. Rodli Hasbullah, Ahmad, 2004 "Hadits-Hadits


Muttafaq Alaih", Jakarta: Prenada Media.

Muhamad Muhamad Abu Zahw, al-Hadits wa alMuhadditsun, (Dar al-Fikr al-


Arabi, t.th.),

Majid , Abdul (2009). Ulumul Hadis. Jakarta : Amzar

Al Thahhan, Mahmud (1991). Ushul al Takhrij Wa Dirasah Al-Asanid :


Surabaya. Imtiyaz

AJ.Wensink al-Mu‟jam al Mufahras lil Alfaz al-hadis al Nabawi (Istanbul :Dar


al Dakwah: 1998)

13

Anda mungkin juga menyukai