Klp. 6 - Takhrij Hadits
Klp. 6 - Takhrij Hadits
METODE BI AL-FAZ
KELOMPOK 6 :
T.H 2022
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada
pihak yang turut memberikan dukungan dan bantuannya dalam proses
penulisan makalah ini. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih Dr. H. Nixson
Husin, Lc, M.Ag selaku dosen mata kuliah Takhrij Hadis 1.
Besar harapan agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
khususnya penyusun sendiri. Saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak
merupakan penghargaan bagi kami untuk memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Takhrij Hadist merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian hadist. Pada
masa awal penelitian hadist telah dilakukan oleh para ulama salaf yang
kemudaian hasilnya telah dikodifikasikan dalam berbagai buku hadist.
Mengetahui masalah takhrij, kaidah. dan metodenya adalah sesuatu yang sangat
penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syar‟i, agar mampu melacak
suatu hadist sampai pada sumbernya.
Kebutuhan takhrij adalah perlu sekali, karena orang yang mempelajari ilmu
tidak akan dapat membuktikan (menguatkan) dengan suatu hadist atau tidak
dapat meriwayatkannya, kecuali setelah ulama-ulama yang telah meriwayatkan
hadist dalam kitabnya dengan dilengkapi sanadnya, karena itu, masalah takhrij
ini sangat dibutuhkan setiap orang yang membahas atau menekuni ilmu-ilmu
syar‟i dan yang sehubungan dengannya. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang
takhrij hadits ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian
serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui
sumber hadist itu berasal. Di samping itu, di dalamnya di temukan banyak
kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya dalam menentukan kualitas
sanad hadist.
Takhrij hadist bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan
lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut.
Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya
1
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist
tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Metode kedua dengan mendasarkan pada lafal-lafal matan hadis. Metode ini
dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar
pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism (kata benda)
maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan pegangan.
Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-
Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks
Shahih Muslim).
Maksud takhrij dengan kata adalah transmisi dengan kata benda atau (isim) atau
kata kerja (fi'il) bukan kata sambung huruf dalam bahasa Arab mempunyai
akar-akar 3 huruf. itu diambil dari salah satu bagian teks hadis yang mana saja
selain kata sambung kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang
hanya 3 huruf yang disebut fi'il tsulasi.
Adapun kelebihan dari metode takhrij dengan lafal-lafal yang ada pada hadist
adalah sebagai berikut :
3
a. Hadits-hadits dibatasi dalam beberapa kitab-kitab induk dengan menyebutkan
nama kitab, juz, bab dan halaman.
a. memungkinkan pencarian hadits melalui kata apa saja yang terdapat dalam
matan hadits.
b. Jika terdapat kelainan lafal pertama misalnya lafal yang diingat bukanlah
lafal awal hadist maka akan berakibat sulit menemukan hadist tersebut.
2. Metode ini tidak menyebutkan nama perawi dari kalangan sahabat. Untuk
mengetahui ama-ama sahabat yang menerima hadits ini dari nabi SAW
mengharuskan kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah mentakhrijnya
dengan kitab ini.
3. Terkadang hadits tidak langsung ketemu dengan satu kata sehingga harus
menggunakan kata-kata lain.1
1
Pokja Akademik Uin Sunan Kalijaga, Al-Hadis, (Yogyakarta, 2005), hlm. 140-141
4
diawal, tengah, akhir ataupun dimana saja penggalan lafadz matan hadis
tersebut.
Untuk kegiatan takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui
melalui periwatan dalam kitab-kitab yang ditunjukkannya.
Kitab ini berisikan semua lafal (kosa kata) hadits yang disusun berdasarkan
huruf hijaiyah yang telah di-masdar-kan dan itu dijadikan sebagai kata kunci
dalam pencarian hadits yang dimaksud. Setelah di-masdar-kan barulah
diuraikan di bawahnya yang dimulai dengan fiil madhi, kemudian fiil mudhari`
dan seterusnya sesuai dengan susunan kitab Sharaf.
Maksud takhrij dengan kata adalah takhrij dengan kata benda (kalimah isim)
atau kata kerja (kalimah fi‟il) bukan kata sambung (kalimah huruf) dalam
bahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3 huruf. Kata itu diambil dari salah
satu bagian dari teks hadis yang mana saja selain kata sambung atau kalimah
huruf kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf,
kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf yang
disebut dengan fiil tsulatsi.
Jika kata dalam teks hadis yang dicari kata: هسلنmisalnya, maka harus dicari
asal akar katanya yaitu dari kata : سلنsetelah itu baru membuka kamus bab س
5
bukan bab م. Demikian juga jika kata yang dicari itu kata: يلتوسmaka akar
katanya adalah: لوسkamus yang dibuka adalah bab لbukan bab يdan begitu
seterusnya
Muhammad Fuad „Abd al-Baqi adalah salah seorang yang membantu mereka
dalam menerbitkan kitab ini. Proyek ini dilakukan dengan bantuan meteriel
dari Lembaga Keilmuan Britania, Denmark, Swedia, Belanda, UNESCO,
Aleksander Pasa, dan Lembaga penelitian ilmu pengetahuan murni Belanda.
Kitab ini disusun menjadi 7 jilid besar, jilid pertama dicetak pada tahun 1936 M
dan jilid ketujuh dicetak pada tahun 1969 M, sehingga secara keseluruhan, kitab
ini dicetak selama 33 tahun.
Suatu hal yang sangat disayangkan, bahwa kitab ini tidak mencantumkan
mukadimah kitab yang menjelaskan tentang sistematika penyusunan kitab,
padahal masalah itu sangat dibutuhkan. Hanya saja pada awal jilid ketujuh
dicantumkan beberapa petunjuk dan penjelasan tentang susunan kata dan
materi-materinya, lengkap dengan petunjuk praktis cara penggunaannya,
namun penjelasan dan petunjuk tersebut masih belum lengkap.
6
Dalam rangka memenuhi keinginan orang yang membutuhkan beberapa hadis
yang sama bahasannya, seringkali penulis berpindah pada bahasan lain ketika
membahasa satu bahasan. Inilah yang menjadi sebab tuduhan orang, bahwa
kitab Mu'jam ini mempunyai kekurangan yang banyak, dan pengarang tidak
membuat daftar kata-kata hadis dari kitab-kitab yang mestinya dibuatkan daftar
kata-katanya.2
Bahkan terkadang seseorang harus mencari 50 materi atau lebih guna mencari
sebuah hadis. Pada materi “qatala”, seseorang harus membaca 68 materi, yang
sebagiannya ada pada materi “qital” dan yang lain pada banyak materi yang
terpisahpisah. Lihat Juz V: 294.
2
Dr. Mahmud Al Thahhan, Metode Takhrij Hadith dan penelitian sanad hadis, (Jl.
Jemurwonosari Gg. IV No. 5) hlm. 74
7
4. merujuk kepada al-kutub al-tis‟ah
Kesesuaian huruf terjadi antara teks dan kitab rujukan yang telah disebutkan
sebelumnya.
Dua bintang (**) merupakan tanda pengulangan kata hadis, bab atau
halamannya.
Kitab-kitab hadis yang menjadi rujukan Mu'jam ini diberi tanda (rumus)
tertentu, sebagai berikut :
( )خUntuk Sahih Bukhari
( )مUntuk Sahih Muslim
( )تUntuk Jami' Al-Tirmidhi
( )دUntuk Sunan Abi Dawud
( )ىUntuk Sunan Al-Nasa‟i
( )جهUntuk Sunan Ibn Majah
( )طUntuk Al-Muwatta‟
( )حنUntuk Musnad Ahmad ibn Hanbal
( )ديUntuk Musnad Al-Darimi3
Beberapa tanda ini ditulis di bagian bawah setiap dua halaman kitab Mu'jam,
guna memudahkan orang yang menggunakan Mu'jam dan mengingatnya.
Cara yang dipakai Mu'jam dalam menunjukkan tempat hadis pada sembilan
kitab hadis di atas, setelah dituliskan tanda-tandanya, adalah dengan menulis
nama pembahasan hadis, seperti kata " "ادةkecuali dalam Musnad Ahmad,
3
Abdul Majid Khon, Ulumul hadits. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), hlm 118-119
8
karena kitab ini disusun berdasarkan nama-nama sahabat, kemudian
menjelaskan nomor bab dari sebuah pembahasan, seperti “15”, kecuali dalam
Sahih Muslim dan Muwatta‟,
karena nomor untuk dua kitab ini menunjuk pada nomor hadis dari awal kitab.
Sedang cara menunjukkan tempat hadis dalam Musnad Ahmad adalah dengan
menulis nomor besar (untuk juz).
dan nomor kecil (untuk halaman) kitab. Contoh hadis yang ingin ditakhrij :
ال تدخلوى الجنة حتى تؤهنوا وال تؤهنوا حتى تحبثوا
Pada penggalan teks diatas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang digaris
bawahi. Andaikata dari kata تحبثوdapat dilihat bab حdalam kitab Al-mu‟jam
karena kata itu berasal dari kata حجت. Setelah ditelusuri kata tersebut dapat
ditemukan di Al-Mu‟jam juz 1 hlm. 408 dengan bunyi:
,١ حن,١١ أدة,٣ جه هقدهة,١ إستئذى,٤٥ ت صفة القيبهة.١٩١ , د أدة,٣٩ م إيوبى
١٦٤
Maksud ungkapan diatas adalah :
1. ٣٩ إيوبى م: Shahih Muslim kitab Iman nomor urut hadits 93
2. د١٩١ , أدة: Sunan Abu Dawud kitab Al-Adab nomor urut bab 131.
3. ١ إستئذى,٤٥ ت صفة القيبهة: Sunan At-Tirmidzi kitab sifah Al- Qiyamah
nomor urut bab 54 dan kitab Isti‟dzan nomor urut bab 1
4. ١١ أدة,٣ جه هقدهة: Sunan Ibnu Majjah kitab Mukadimah nomor urut bab 9
dan kitab Al-Adab nomor urut bab 11.
5. ١٦٤ ,١ حن: Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Juz 1 hlm. 1654
4
AJ. Wensink, Mu‟jam Al-Mufahrasy li Alfaz Al-Hadits An-Nabawi, (Laiden : Maktabah Brill,
1936 M), jilid 1, hlm. 408.
9
1. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahih Al-Bukhori
Sunan Abu Dawud, sunan At-tirmidzi, Sunan An-Nasa‟i, sunan Ibnu Majah dan
2. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada shahih Muslim dan
3. Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih besar
menunjukkan angka juz kitab dan angka sesudahnya atau angka yang biasa
Dengan metode ini, kitab yang digunakan adalah kitab al-Mu‟j m al-Mufahras
li Alfaz al- d s al-Nabawi, karya A.J. Wensinck, yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad 'Abd al-Bâqî. Kitab ini disusun
dengan merujuk kepada sembilan kitab induk, yaitu :
1. Shahihul Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Al-Tirmidhi
5
Abdul Majid Khon, Op.cit, hlm. 121
10
4. Sunan Abu Daud
5. Sunan Al-Nasa‟i
6. Sunan Ibn Majah
7. Musnad Ahmad Ibn Hanbal
8. Al-Muwatha‟ Malik
9. Sunan Al-Darimi6
6
M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis,Jakarta,Bulan Bintang, 1991, hlm 82
11
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal
kata dasar pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism
(kata benda) maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan
pegangan.
Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini, antara lain, al-Mu'jam al-
Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks
Shahih Muslim).
Untuk kegiatan takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui
melalui periwatan dalam kitab-kitab yang ditunjukkannya.
Kitab ini berisikan semua lafal (kosa kata) hadits yang disusun berdasarkan
huruf hijaiyah yang telah di-masdar-kan dan itu dijadikan sebagai kata kunci
dalam pencarian hadits yang dimaksud. Setelah di-masdar-kan barulah
diuraikan di bawahnya yang dimulai dengan fiil madhi, kemudian fiil mudhari`
dan seterusnya sesuai dengan susunan kitab Sharaf.
12
DAFTAR PUSTAKA
13