Anda di halaman 1dari 13

Pancasakti Science Education Journal

PSEJ Volume 2 Nomor 2, Oktober 2017, (Hal. 125- 137)


http://e-journal.ups.ac.id/index.php/psej

Submitted: 8/28/2017, Accepted: 10/17/2017, Published: 10/31/2017

Pengembangan Multimedia Interaktif Bervisi SETS sebagai Alat Bantu Model


Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran IPA di SMP untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Sosial Peserta Didik

Pratiwi Oktaviani1, Hartono1, Putut Marwoto1


1
Program Studi Pendidikan Fisika, Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Korespondensi. E-mail: pratiwioktaviani10@gmail.com

Abstrak

Pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif merupakan salah
satu pendekatan pembelajaran yang mendukung kemajuan teknologi. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan karakteristik dan menganalisis multimedia interaktif bervisi SETS model PBL yang efektif
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan. Produk yang dikembangkan divalidasikan untuk selanjutnya direvisi dan
diimplementasikan. Subyek penelitian peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Tegal Tahun Pelajaran
2016/2017.Hasil penelitian menunjukkan tingkat kevalidan terhadap perangkat pembelajaran 88,33% dan
multimedia interaktif yang dikembangkan 79,37%. Tingkat keefektifan ditunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan nilai N-gain mencapai 0,59 dengan kategori sedang.
Keterampilan sosial peserta didik sebesar 84,50% dengan kriteria baik. Tingkat kepraktisan ditunjukkan
dengan respon guru dan peserta didik sangat positif terhadap produk yang dikembangkan. Simpulan dari
penelitian ini, perangkat pembelajaran valid, efektif, dan praktis digunakan sebagai alat bantu model PBL
serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan sosial pada kelas eksperimen.
Kata Kunci: PBL, multimedia interaktif, kemampuan berpikir kritis, keterampilan sosial.

Developing Interactive Media in SETS Vision as Problem Based Learning (PBL)Tool to


Enhance Student’s Critical Thinking Ability and Social Skills

Abstract

Utilization of computers as a medium of learning in the form of interactive multimedia is one of the learning approaches
that support technological progress. This study aims to describe characteristics and analyze interactive multimedia vision
of SETS PBL model that effectively improves critical thinking skills and social skills. This research is a development
research. The product that is considered validated is then revised and implemented. The subjects of the study were VIII
class of SMP Negeri 7 Tegal Lesson Year 2016 / 2017. The result of research showed that the prevalence level of 88.33%
learning tools and interactive multimedia developed by 79.37%. The effectiveness level indicated an improvement in
critical thinking skills of the experimental class and the N-gain value reached 0.59 in the medium category. Social skills of
learners equal to 84.50% with good criteria. The level of practicality is shown by the teacher's response and the learners
are very positive towards the product being developed. Conclusions from this study, valid learning tools, effective, and
practical use as a tool model PBL and can improve the skills of critical thinking and social in the experimental class.
Keywords: PBL, interactive multimedia, critical thinking skills, social skills.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (126)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

PENDAHULUAN hitungan, belum adanya penerapan hukum-


Kemajuan teknologi pada abad ke-21 hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari,
telah mendorong pendekatan pembelajaran keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
yang lebih menarik dan efektif. Hasil dari masih kurang, dan penggunaan piranti lunak
inovasi pendidikan telah mendorong komputer sebagai media pembelajaran belum
perkembangan yang lebih kreatif untuk optimal. Selain itu, multimedia interaktif
teknologi interaktif dalam berbagai bentuk, pembelajaran fisika berbentuk CD interaktif
seperti pembelajaran berbasis komputer yang sudah ada, belum mengacu pada
(Computer Based Instruction), sistem Kurikulum 2013 dan materi yang ditayangkan
pembelajaran tutorial (Intellegent Tutoring belum memunculkan permasalahan dalam
System), sistem pembelajaran terpadu (Integrated kehidupan sehari-hari yang bervisi SETS
Learning System), penilaian dan komunikasi dengan model PBL (Suparmadi, 2006; Frans &
berbantuan komputer (Theng Leow, 2014). Matheus, 2009; Syarifudin & Irianto, 2009).
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Oleh karena itu, perlu dikembangkan
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan multimedia interaktif untuk mengkonkritkan
Kompetensi Guru disebutkan bahwaguru mata materi Fisika yang abstrak agar pembelajaran
pelajaran IPA pada jenjang SMP diharapkan menjadi efektif dan bermakna.
memiliki kompetensi menerapkan konsep, The Partnership for 21st Century Skills
hukum, dan teori IPA dalam kehidupan sehari- memetakan beberapa life and career skills yang
hari. Selain hal tersebut, guru juga diharapkan harus dimiliki oleh peserta didik dari kelas 4-12,
mampu mengikuti perkembangan teknologi diantaranya kemampuan berpikir kritis dan
dalam pendidikan untuk meningkatkan keterampilan sosial (Soule, 2011). Kemampuan
pembelajaran IPA di kelas. Salah satu langkah berpikir kritis adalah kemampuan
nyatanya yaitu memanfaatkan perangkat lunak menginterpretasi, mengevaluasi, mampu
komputer sebagai media pembelajaran dalam memberikan alasan secara efektif, mampu
bentuk multimedia interaktif.Visualisasi melalui menganalisa, mampu menyelesaikan masalah,
media pembelajaran dalam bentuk multimedia membuat kesimpulan, dan mampu menentukan
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan kredibilitas dari bukti yang ada (Ennis, 1996;
untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Fisher & Scriven, 1997; Stobaugh, 2013).
Komputer dengan didukung multimedia dapat Keterampilan sosial merupakan faktor penting
menyajikan suatu tampilan yang lebih menarik bagi peserta didik untuk dapat bersosialisasi
dan interaktif (Ismawati, 2014). dengan lingkungannya sehingga dapat
Pembelajaran Fisika merupakan bagian memotivasi dirinya dan berpengaruh terhadap
dari sains yang memiliki konsep-konsep abstrak keberhasilan belajarnya (Khairat, 2013).
(Suparno, 2007). Proses belajar mengajar Fisika Penelitian tentang PBL menggunakan
tentang gerak lurus dan pengaruh gaya terhadap multimedia interaktif telah dilakukan
gerak berdasarkan Hukum Newton seringkali diantaranya multimedia interaktif telah
dihadapkan pada materi yang abstrak sehingga membekali para peserta didik untuk dapat
sulit dipahami oleh peserta didik. Berdasarkan berpikir tingkat tinggi, terampil memecahkan
hasil observasi dan wawancara terhadap guru masalah, dan mengalami situasi belajar berbasis
mata pelajaran IPA kelas VIII SMP Negeri 7 IT (Joshi, 2011). Penerapan model PBL
Tegal, diperoleh informasi bahwa proses menggunakan CD multimedia memberikan
pembelajaran IPA pada materi gerak lurus dan pengaruh positif terhadap prestasi belajar
hukum-hukum Newton masih menekankan peserta didik (Liu, et al., 2014; Theng Leow,
pada penguasaan materi, drill soal-soal 2014; Handayani & Diana, 2011).

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (127)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Pembelajaran PBL menggunakan multimedia meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan


lebih baik daripada menggunakan modul keterampilan sosial.
terhadap prestasi belajar peserta didik
(Wardhani, 2012). Terdapat perbedaan yang METODE
signifikan hasil belajar kelompok peserta didik Penelitian ini merupakan jenis penelitian
yang menggunakan multimedia dan tidak dan pengembangan (Research and Development)
menggunakan multimedia (Nkweke, et al., yang bertujuan menghasilkan produk. Produk
2012). Rata-rata hasil belajar peserta didik yang dikembangkan yaitu perangkat
mengalami peningkatan signifikan antara pembelajaran dan media pembelajaran IPA
sebelum dengan sesudah menggunakan bervisi SETS model PBL untuk meningkatkan
multimedia pembelajaran (Premana, et al., kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
2015). Pengembangan multimedia interaktif sosial peserta didik. Komponen perangkat
berbasis model PBL telah memenuhi kriteria pembelajaran yang dikembangkan berupa
valid, praktis, dan memberikan dampak positif silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
terhadap hasil belajar peserta didik (Khamzawi, (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan alat
evaluasi. Media pembelajaran yang
et al., 2015).
dikembangkan yaitu multimedia interaktif
Berdasarkan latar belakang dan analisis
materi gerak lurus dan Hukum Newton berbasis
penelitian yang terdahulu, maka perlu
Adobe Flash CS 6. Prosedur penelitian
dikembangkan multimedia interaktif bervisi
menggunakan langkah-langkah pengembangan
SETS menggunakan model PBL. Tujuan
menurut Borg dan Gall (Sugiyono, 2012),
penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan secara skematis alur penelitian disajikan pada
karakteristik multimedia interaktif yang Gambar 1.
dikembangkan, (2) menganalisis pengembangan
perangkat pembelajaran yang efektif

Gambar 1. Alur Penelitian Pengembangan Perangkat dan Media Pembelajaran

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 adalah cluster random sampling masing-masing


Tegal, pada bulan November, semester ganjil kelas berjumlah 24 peserta didik. Dua kelas
tahun pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian dipilih yaitu kelas VIII G sebagai kelas kontrol
adalah peserta didik kelas VIII. Tahap (pembelajaran menggunakan model kooperatif)
pengujian skala luas dilakukan dengan dan kelas VIII F kelas eksperimen
pendekatan Two-Groups Pretest-Posttest Design. (pembelajaran menggunakan multimedia
Teknik pengambilan sampel yang digunakan interaktif model PBL bervisi SETS). Variabel

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (128)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

yang diukur dalam penelitian yaitu karakteristik


P
 X X 100 %
perangkat pembelajaran, kevalidan,  Xi
kepraktisan, keefektifan, respon guru dan
Keterangan:
peserta didik. Aspek keefektifan yang diamati
P = presentase
yaitu kemampuan berpikir kritis, keterampilan
ΣX = jumlah tanda centang pada setiap
sosial, dan hasil belajar peserta didik. Teknik
kolom
pengumpulan data berupa wawancara, tes,
ΣXi = jumlah seluruh tanda centang per hal
observasi, dan angket. Analisis data untuk
yang dinilai
kevalidan dan kepraktisan dilakukan dengan
teknik persentase untuk menentukan
Nilai akhir yang diperoleh kemudian
kesimpulan perangkat dan media pembelajaran
diaplikasikan dengan kategori kevalidan dan
yang dikembangkan menggunakan tingkat
kepraktisan seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.
kelayakan dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 1.
Rentang Persentase dan Kriteria Kualitatif Kelayakan Media (Sudjana, 2005)
Rentang Persentase Kriteria
Kualitatif
82 % < x ≤ 100% Sangat Valid
63% < x ≤ 81% Valid
44% < x ≤ 62% Cukup Valid
25% < x ≤ 43% Kurang Valid
0% < x ≤ 18% Tidak Valid
(Sumber: diadaptasi dari Sudjana, 2005)

Tabel 2.
Kategori Kepraktisan Multimedia Interaktif (Sudjana, 2005)
Rentang Persentase Kriteria
Kualitatif
82 % < x ≤ 100% Sangat Praktis
63% < x ≤ 81% Praktis
44% < x ≤ 62% Cukup Praktis
25% < x ≤ 43% Kurang Praktis
0% < x ≤ 18% Tidak Praktis
(Sumber: diadaptasi dari Hamdi, 2012)

Uji keefektifan dilakukan dengan dianalisis menggunakan uji N-gain <g> pada
menganalisis kemampuan berpikir kritis dan masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen
keterampilan sosial peserta didik menggunakan dan kontrol dengan menghitung skor pre-test
tes dan observasi. Hasil tes dianalisis normalitas dan post-test dengan persamaan sebagai
dan homogenitasnya sebagai prasyarat uji berikut:
statistik. Uji statistik menggunakan rumus t-test ( skor post test )  ( skor pre test )
 g 
berkorelasi (statistik parametrik), jika data tidak ( skor maksimum)  ( skor pre test )
berdistribusi normal dan homogen maka Hasil N-gain <g> yang diperoleh
menggunakan statistik non-parametriks. Uji kemudian diaplikasikan dengan kategori yang
peningkatan kemampuan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (129)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Tabel 3. Kategori N-gain HASIL


Kategori N-gain Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan
Tinggi ( < g > ) ≥ 0,70 terhadap Perangkat Pembelajaran yang
Sedang 0,70 >( < g > ) ≥ 0,30 Dikembangkan
Rendah ( < g > ) < 0,30 Validasi ahli isi materi bertujuan menguji
Sumber: diadaptasi dari Hake, 1999) kelayakan isi materi yang disusun pada
perangkat pembelajaran. Perangkat
Data hasil observasi dianalisis secara pembelajaran yang divalidasi yaitu silabus,
deskriptif presentase untuk mengetahui rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan lembar kegiatan siswa (LKS), dan alat evaluasi.
sosial peserta didik. Uji kevalidan dan Perangkat pembelajaran divalidasi oleh 3 orang
kepraktisan dilakukan dengan menganalisis validator ahli isi materi yang berkompeten di
lembar validasi untuk perangkat pembelajaran, bidang pendidikan Fisika dan IPA, selanjutnya
media pembelajaran, analisis lembar angket diperoleh masukan berupa saran-saran untuk
respon peserta didik dan guru, serta lembar perbaikan perangkat pembelajaran.
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berdasarkan penilaian validator diperoleh
persentase rata-rata total nilai validasi sebesar
88,33%. Merujuk pada Tabel 1 dan 2, hasil
penilaian tersebut termasuk dalam kategori
sangat valid dan sangat praktis. Hasil
rekapitulasi validasi perangkat pembelajaran
disajikan pada Gambar 2.

96
94 93.75
92
90
Persentase (%)

90
88
86 85
84.58
84
82
80
78
Silabus RPP LKS Alat Evaluasi

Gambar 2. Persentase Penilaian Ahli Isi Materi

Validasi ahli media bertujuan menguji penilaian validator diperoleh persentase rata-
kelayakan isi multimedia interaktif yang rata total nilai validasi sebesar 79,37%. Merujuk
didesain menggunakan aplikasi Adobe Flash CS pada Tabel 1 dan 2, nilai validasi yang
6. Multimedia interaktif divalidasi oleh 3 diperoleh termasuk dalam kategori valid dan
validator ahli media yang berkompeten di praktis. Hasil validasi multimedia interaktif
bidang komputer dan animasi, selanjutnya disajikan pada Gambar 3. Contoh tampilan
diperoleh masukan berupa saran-saran untuk multimedia interaktif yang telah dikembangkan
perbaikan media pembelajaran. Berdasarkan disajikan pada Gambar 4.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (130)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

90
87.5
P 86.11
e 85 83.33 83.33
r 79.16 79.16
80 79.16
s 77.08 77.08
75 75 75 75
e 75
n
t 70
a
65
s
Konsistensi
e Usability
Teks
(

Keselarasan warna teks dan background


%
Ilustrasi
)

Narasi
Sound effect
Backsound
Portabilitas
Instalasi
Reliabilitas
Dokumentasi
Interaktivitas

Gambar 3. Persentase Penilaian Ahli Media

Gambar 4. Tampilan Fase I Multimedia Interaktif

Uji keefektifan dengan menganalisis Pengujian homogenitas data kedua kelas


kemampuan berpikir kritis peserta didik dilakukan dengan menggunakan Compare mean
berdasarkan hasil tes. Hasil analisis data nilai One-Way Anova pada program SPSS 22
pre-test dan post-test kelas eksperimen memiliki (Santoso, 2015). Hasil yang diperoleh untuk
signifikasi 0,200 dan 0,200. Nilai signifikansi data nilai pre-test memiliki p signifikansi
pre-test dan post-test kelas eksperimen lebih sebesar 0,185 artinya kedua sampel merupakan
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan sampel yang homogen karena kemampuan
bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil yang dimiliki sama, sedangkan nilai post-test
uji hipotesis untuk data pre-test dan post-test memiliki p signifikansi sebesar 0,013. Nilai p
kelas kontrol diperoleh signifikansi sebesar signifikansi data yang diperoleh lebih kecil dari
0,124 dan 0,145 artinya bahwa data tersebut 0,05 sehingga kedua sampel yang digunakan
berdistribusi normal. merupakan sampel yang tidak homogen.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (131)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Analisis perbedaan nilai rata-rata antara ada tidaknya peningkatan. Hal tersebut
kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dilakukan untuk mengetahui perbedaan
dengan analisis pre-test menggunakan uji kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
Independent Sample T-Test dan post-test masing-masing kelas setelah diberikan
menggunakan statistik nonparametrik yaitu uji perlakuan. Kelas eksperimen menggunakan
Mann-Whitney Test karena data berdistribusi multimedia interaktif bervisi SETS model
normal tetapi tidak homogen. Hasil analisis Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol
disajikan pada Tabel 3. menggunakan model kooperatif. Uji
Hasil analisis pengujian hipotesis peningkatan kemampuan berpikir kritis
menunjukkan bahwa nilai thitung untuk nilai berdasarkan nilai pre-test dan post-test
pre-test berada pada thitung < ttabel dengan dilakukan rumus gain ternormalisasi <g> yaitu
signifikansi sebesar 0,185 > 0,05 sehingga dapat membandingkan skor pre-test dan post-test.
disimpulkan bahwa rata-rata nilai pre-test untuk Hasil analisis diperoleh informasi nilai N-gain
kedua kelas sama yaitu sebelum diberi dari kelas eksperimen berada pada kategori
perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan sedang, artinya kelas eksperimen mengalami
awal yang sama. Hasil nilai signifikansi untuk peningkatan yang signifikan dan besarnya rata-
nilai post-test sebesar 0,000 maka diperoleh rata N-gain yaitu 0,59 > 0,50. Hasil analisis
bahwa Asymp sig < 0,05, sehingga dapat enam aspek kemampuan berpikir kritis kelas
disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai post- eksperimen disajikan pada Gambar 5.
test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Uji keefektifan keterampilan sosial
karena pengaruh perangkat dan media peserta didik diperoleh dari data pengamatan.
pembelajaran yang digunakan. Keterampilan sosial peserta didik diamati oleh
Setelah diketahui nilai pre-test dan nilai 2 orang pengamat yaitu guru mata pelajaran
post-test untuk kemampuan berpikir kritis IPA kelas VIII dan teman sejawat selama 3 kali
peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas pertemuan. Hasil observasi keterampilan sosial
kontrol, selanjutnya adalah membandingkan peserta didik kelas kontrol dan eksperimen
nilai pre-test dan nilai post-test untuk melihat disajikan pada Tabel 4..

Tabel 4.
Hasil Analisis Pre-test dan Post-test Kedua Kelompok

Kelas Hasil analisis


Mean kelompok thitg Sig  Df t tbl
Jenis Tes
Eksperim Kontrol
en
Pre-test 57,08 58,00 -0,477 0,185 0,05 48 1,68
Post-test 82,50 62,67 0,000 0,05 48

Tabel 5.
Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Kedua Kelas
Kelas ST T S R SR
Kontrol 16 5 2 1 0
Eksperimen 21 3 0 0 0
Keterangan: ST (sangat tinggi), T (tinggi), S (sedang), R (rendah), SR (sangat rendah).

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (132)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Gambar 5. Perbandingan Nilai Berdasarkan Aspek Keterampilan Berpikir Kritis


Kelas Eksperimen

Analisis respon peserta didik terhadap LKS adalah mengkaitkan unsur-unsur


multimedia interaktif model PBL bervisi SETS SETS, kemampuan berpikir kritis, dan
yang telah dikembangkan diperoleh hasil keterampilan sosial.
85,69% peserta didik memberikan respon 2. Multimedia interaktif didesain
sangat positif. Analisis respon guru terhadap menggunakan aplikasi Adobe Flash CS 6
perangkat pembelajaran yang telah yang berisi Kompetensi Inti (KI),
dikembangkan diperoleh hasil 87,65% guru Kompetensi Dasar (KD), materi gerak
memberikan respon yang sangat positif. Hasil lurus dan Hukum Newton, serta soal-soal
analisis lembar observasi keterlaksanaan diskusi dan evaluasi untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
pembelajaran menggunakan multimedia
Multimedia interaktif disajikan lengkap
interaktif model PBL bervisi SETS
dengan gambar, teks, video dalam
menunjukkan 76,25 % kegiatan pembelajaran
kehidupan sehari-hari, suara, animasi
terlaksana dengan baik.
sederhana, dan interaktivitas.
3. Multimedia interaktif terintegrasi dengan
PEMBAHASAN sintak model PBL yang terdiri atas lima
Karakteristik Perangkat Pembelajaran yang fase yaitu: (1) orientasi peserta didik pada
Dikembangkan masalah, (2) mengorganisasikan peserta
Produk yang dihasilkan dalam penelitian didik untuk belajar, (3) membimbing
ini yaitu perangkat pembelajaran yang terdiri penyelidikan individu dan kelompok, (4)
dari silabus, rencana pelaksanaan mengembangkan dan menyajikan hasil
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi
(LKS), alat evaluasi, dan multimedia interaktif. proses pemecahan masalah.
Pembuatan produk telah divalidasi oleh 6 4. Multimedia interaktif yang dikembangkan
pakar ahli (judgement expert) di bidang dapat dijalankan pada sistem operasi
pendidikan Fisika, IPA, dan Komputer. Hasil Windows XP, Vista, dan Windows 7. Pada
pengembangan perangkat pembelajaran sistem operasi windows, multimedia
memiliki beberapa karakteristik sebagai interaktif ini dapat langsung dioperasikan
berikut: tanpa proses instalasi dan secara otomatis
1. Perangkat pembelajaran yang dapat dijalankan saat CD dimasukkan
dikembangkan pada Silabus, RPP, dan

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (133)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

kedalam CD-ROM karena sudah dijadikan Pada multimedia interaktif model PBL
file.exe. bervisi SETS terdapat LKS, pertanyaan
5. Multimedia interaktif ini memuat langkah- diskusi, dan soal-soal yang dapat
langkah percobaan GLB, GLBB, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Hukum Newton sebagai suatu bagian dari peserta didik. Multimedia interaktif ini
Lembar Kerja Siswa (LKS). Interaktivitas disajikan dari kumpulan gambar dan simbol
multimedia ini salah satunya terdapat pada yang dapat mempengaruhi pemahaman
bagian LKS GLB yaitu dengan cara konsep pesera didik. Cara penyajian ikonik
mengarahkan pointer pada salah satu alat, dan simbolik merupakan cara untuk
maka secara otomatis alat tersebut akan mempengaruhi kemampuan peserta didik
tampak lebih besar dan jelas. (Brunner, 1996)
6. Implementasi pembelajaran memuat aspek Kemampuan Berpikir Kritis
kemampuan berpikir kritis dan aspek Nilai N-gain kelas eksperimen berada
keterampilan sosial. Aspek kemampuan pada kategori sedang yaitu 0,59 artinya
berpikir kritis yaitu: (1) interpretasi, (2) terdapat peningkatan kemampuan berpikir
analisis, (3) evaluasi, (4) inferensi, (5) kritis pada kelas eksperimen. Hal tersebut
eksplanasi, (6) mengatur strategi dan dapat terjadi karena pembelajaran pada kelas
taktik. Aspek keterampilan sosial meliputi: eksperimen menggunakan multimedia
(1) toleransi, (2) disiplin, (3) gotong- interaktif dengan model PBL bervisi SETS.
royong, dan (4) percaya diri. PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran
Gambar 4 merupakan contoh tampilan menggunakan masalah dunia nyata, proses
multimedia interaktif fase I materi gerak lurus. pembelajaran berpusat pada peserta didik
Pada fase I, peserta didik dimotivasi untuk untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
terlibat dalam pemecahan masalah dengan keterampilan pemecahan masalah, serta
diberikan suatu pertanyaan yaitu “Bagaimana memperoleh pengetahuan dan konsep esensial
suatu benda dikatakan dapat bergerak?” dari materi pelajaran (Barrows, 1996;
Pertanyaan tersebut dimunculkan bertujuan Sudarman, 2007). Selain menggunakan model
untuk mengetahui konsep awal peserta didik PBL, pembelajaran sains bervisi SETS
mengenai definisi gerak. Multimedia interaktif (Science, Environment, Technology, and
dapat berfungsi sebagai pembuka dalam Society) dapat membantu peserta didik untuk
pembelajaran yang mengatur kerangka kerja mengetahui sains, perkembangannya, dan
konseptual peserta didik dan memfasilitasi bagaimana perkembangan sains dapat
pemahaman konsep (Lou, 2012). mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan
Multimedia interaktif yang masyarakat secara timbal balik (Binadja,
dikembangkan berisi gambar, teks, suara, 2002). Model pembelajaran yang dapat
video, dan animasi sederhana yang diterapkan untuk mengembangkan
digabungkan secara terpadu dan memiliki kemampuan berpikir kritis adalah
interaktivitas yang bertujuan memberikan pembelajaran berbasis masalah dan model
informasi materi pada pembelajaran Fisika. pembelajaran sains teknologi masyarakat
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Turmuzi, 2015). Perkembangan kognitif
Wibawanto (2000) bahwa multimedia peserta didik dapat terbentuk secara bertahap
interaktif merupakan media pembelajaran melalui penyelidikan, percobaan, penemuan,
dengan berbagai macam kombinasi grafis, teks, dan cara pemecahan masalah. Menurut
suara, video, dan animasi yang berfungsi Brunner (1996) belajar penemuan
menginformasikan pesan dan memiliki menunjukkan bahwa pengetahuan dapat
interaktivitas kepada penggunanya. bertahan lama atau lebih mudah diingat
melalui penyelidikan dan pemecahan masalah.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (134)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Kemampuan berpikir kritis diukur dari sehingga peserta didik dapat memahami
laporan hasil pengamatan yang ditulis pada konsep hukum fisika yang abstrak. Simulasi-
LKS oleh setiap kelompok. Laporan yang telah simulasi yang ditayangkan sangat berguna
ditulis oleh setiap kelompok merupakan hasil untuk memecahkan masalah dalam fisika
pengamatan percobaan dan hasil diskusi yang sehingga peserta didik dilatih kemampuannya
memuat enam aspek berpikir kritis yaitu: (1) untuk berpikir kritis dan mampu memecahkan
interpretasi, (2) analisis, (3) evaluasi, (4) masalah. Hal ini selaras dengan hasil
inferensi, (5) eksplanasi, (6) dan presentasi. penelitian Roberto (2014) yaitu animasi dapat
Kelompok Newton memperoleh rata-rata skor digunakan oleh guru untuk
tertinggi pada aspek interpretasi, analisis, dan mendemonstrasikan hukum fisika dan untuk
presentasi. Kelompok Archimedes meningkatkan minat peserta didik di sekolah
memperoleh rata-rata skor tertinggi pada aspek dalam pembelajaran sains.
evaluasi. Kelompok Rutherford memperoleh
rata-rata skor tertinggi pada aspek eksplanasi. Keterampilan Sosial
Kelompok Pascal memperoleh rata-rata skor Berdasarkan hasil pada Tabel 4, pada
tertinggi pada aspek interpretasi dan analisis. kelas kontrol menunjukkan jumlah kriteria
Kelompok Newton dan Pascal yang rendah 1 peserta didik (4%), sedang 2 peserta
anggotanya terdiri peserta didik perempuan didik (8,33%), tinggi 5 peserta didik (20,83%),
memperoleh rata-rata skor tertinggi dan sangat tinggi 16 peserta didik (66,67%).
dibandingkan kelompok Archimedes dan Pada kelas eksperimen tidak ada kriteria
Rutherford yang anggotanya terdiri peserta sedang, rendah, maupun sangat rendah,
didik laki-laki. Hasil penelitian ini semakin kriteria tinggi sebanyak 3 peserta didik
menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang (12,5%), kriteria sangat tinggi 21 peserta didik
telah dilakukan yaitu kemampuan berpikir (87,50%). Dengan demikian, pada kelas
kritis peserta didik perempuan lebih tinggi eksperimen keterampilan sosialnya lebih baik
daripada kemampuan berpikir kritis peserta daripada kelas kontrol karena kelas eksperimen
didik laki-laki. Kemampuan kelompok peserta menerapkan pembelajaran PBL bervisi SETS
didik perempuan dalam menyusun hipotesis, menggunakan multimedia interaktif. Menurut
menganalisis, mengevaluasi, mengeksplanasi, Khairat (2013) mengungkapkan bahwa
menginferensi, dan menarik kesimpulan lebih penerapan model PBL mampu meningkatkan
baik daripada kelompok peserta didik laki-laki keterampilan sosial peserta didik. Pendekatan
(Ricketts, 2004). Menurut Mahanal (2012) pembelajaran model PBL memberi pengaruh
menjelaskan bahwa struktur otak pada peserta lebih baik terhadap keterampilan sosial siswa
didik perempuan yang berkaitan dengan fungsi daripada pembelajaran biasa (Minarni, 2013).
bahasa bekerja lebih keras daripada peserta Penerapan model PBL dalam
didik laki-laki, sehingga kemampuan bahasa pembelajaran IPA dapat menggali kemampuan
peserta didik perempuan lebih tinggi. Indikator peserta didik untuk mengembangkan
seseorang memiliki kemampuan berpikir tinggi keterampilan sosialnya melalui diskusi
dapat dilihat dari kemampuan penggunaan kelompok dalam menyelesaikan suatu
bahasa dengan gramatika yang baik. Dalam permasalahan yang disajikan pada LKS dan
hal menyampaikan pendapat, perempuan multimedia interaktif. Melalui kegiatan diskusi
memiliki kemampuan yang lebih dalam kelompok maka interaksi antar teman
dibandingkan laki-laki (Guiler, et al., 2005). kelompok menjadi lebih baik dibandingkan
Animasi pada multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional.
berbasis model PBL bervisi SETS dapat Temuan dalam penelitian ini yaitu
digunakan oleh guru untuk peserta didik secara alami mengelompokkan
mendemonstrasikan hukum-hukum Newton dirinya berdasarkan jenis kelamin (gender),

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (135)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

sehingga dalam pembagian kelompok tidak DAFTAR PUSTAKA


heterogen. Namun, kondisi ini menjadikan Barrows, H.S. (1996). Problem-based learning
pembelajaran lebih aktif. Setiap anggota in medicine and beyond: A brief
kelompok aktif dalam diskusi, melakukan overview. L. Wilkerson & W.H.
percobaan, dan memecahkan masalah. Oleh Gijselaers (Eds.)Bringing problem-based
learning to higher education.Theory and
karena adanya hubungan komunikasi yang practice (pp.3-13). San Francisco: Jossey
baik antar anggota kelompok dan penerimaan Bass.
teman sebaya maka keterampilan sosial peserta Binadja, A. (2001). Pendidikan SETS
didik dapat meningkat. Hal ini selaras dengan (Science, enviromenment, technologi
pendapat Muzaiyin (2013) yang menyatakan and Society) dan pembelajaran.
bahwa keterampilan seorang anak dipengaruhi Semarang: PPS UNNES.
Brunner, J.S. (1996). Toward a theory of
oleh beberapa faktor, yaitu: (1) kondisi anak,
instruction. New York: Norton.
(2) usia, (3) interaksi anak dengan lingkungan, Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking.
(4) jenis kelamin, (5) keadaan ekonomi sosial, NewJersey: Prentice Hall.
(6) pendidikan orang tua, dan (7) pekerjaan Fisher, A.,&Scriven, M. (1997). Critical
orang tua. Thinking: Its Definition and Assesment.
Hasil analisis respon terhadap Edgepress and Center for Research in
multimedia interaktif menunjukkan bahwa Critical Thinking: University of East
Anglia.
peserta didik dan guru memberikan respon
Frans & Matheus, E. (2009). Multimedia
yang sangat positif. Hal ini menunjukkan Interaktif-Fisika SMP/MTSKelas
bahwa multimedia interaktif model PBL VII.(CD-ROM). www.ai-learn.com
bervisi SETS yang diimplementasikan dalam Guiler, J., Ross,A., & Durndell. (2005). The
pembelajaran di kelas eksperimen memberikan role of gender in a peer-based critical
dampak positif terhadap peserta didik yaitu thinking task. Department of
antusias dan adanya keterlibatan aktif peserta Psychology: Glasgow Caledonian
University, Glasgow, Scotland, UK.
didik selama pembelajaran. Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain
Scores. Dept. of Physics, Indiana
SIMPULAN University, American Educational
Multimedia interaktif dan perangkat Research Associations’s division.
pembelajaran yang dikembangkan memiliki Measureement and Research
karakteritik bervisi SETS dan terintegrasi Methodology. (Diunduh 13/05/2016).
Hamdi, Husnul, dkk. (2013). Pembuatan
dengan sintak model Problem Based Learning
Multimedia Interaktif Menggunakan
(PBL) yang dapat dijadikan sebagai alat bantu Moodle pada Kompetensi Mengamati
guru dalam pembelajaran IPA. Gejala Alam dan Keteraturannya untuk
Pengembangan perangkat dan media Pembelajaran Siswa Siswa SMA Kelas
pembelajaran yang dikembangkan XI Semester I. Pillar of Physics
menggunakan model Problem Based Learning Education, 1:55-62.
(PBL) bervisi SETS valid, praktis, dan efektif Handayani & Diana, E. (2011). Pembelajaran
Fisika dengan Model Problem Based
untuk meningkatkan kemampuan berpikir Learning Menggunakan CD Multimedia
kritis dan keterampilan sosial peserta didik Untuk Meningkatkan Kemandirian
pada kelas eksperimen. Saran yang dapat Siswa. Semarang: IKIP PGRI.
diberikan yaitu pemanfaatan multimedia Joshi, A. (2011). Innovative Teaching: Using
interaktif dapat diimplementasikan Multimedia ina Problem-Based Learning
menggunakan model dan materi pembelajaran Environment. Current World
Environment Vol. 6(1), 183-186.
yang lain.
Ismawati, N. (2014). Pengembangan
Multimedia Interaktif Flash sebagai
Media Pembelajaran untuk

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (136)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Meningkatkan Motivasi dan Pendidikan Matematika Paradikma,


Pemahaman Konsep. Tesis Prodi Vol, 6 (2), 162-174.
Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika. Muzaiyin, P. (2013). Keterampilan Sosial
Semarang: Program Pascasarjana Anak. (Online). Tersedia:
UNNES. http://pujianimuzaiyin.blogspot.com/2
Khairat. (2013). Peningkatan Keterampilan 013/06/ketrampilan-sosial-anak.html.
Sosial Pada Pelajaran IPS Melalui (Diunduh 8 Juli 2017).
Implementasi Model Pembelajaran Nkweke, Obinna C., Dirisu, Chimezie N.G.,
Problem Based Learning Pada Siswa di & Ndubuisi, U. (2012). Synchronized
Kelas IV SD Negeri 067774 Kelurahan multimedia on motivation and academic
Suka Maju Medan Johor Tahun performance of students. Mediterranean
Pelajaran 2012/2013. Jurnal Tematik Journal of SocialSciences. 3(4), 117-125.
ISSN: 1979-0633. Vol. Premana, Y.M., Suharsono, N., & Tegeh, M.,
003/12/Dikdas/Desember 2013. 2013. Pengembangan Multimedia
Khamzawi, S., Wiyono, K., & Zulherman. Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
(2015). Pengembangan Multimedia Mata Pelajaran Produksi Gambar 2D
Interaktif Berbasis Model Pembelajaran Untuk Bidang Keahlian Multimedia di
Problem Based Learning pada Mata Sekolah Menengah Kejuruan. E-Journal
Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Fluida Universitas Pendidikan Ganesha
Dinamis Untuk SMA Kelas XI. Program Studi Teknologi Pembelajaran,
JurnalInovasi dan Pembelajaran Fisika, hlm. 1-11. Diperoleh dari
Volume 2, Nomor 1, 100-108. Diperoleh http://pasca.undiksha.ac.id/e-
dari journal/index.php/jurnal_tp/article/vie
unsri.ac.id/index.php/jipf/article/down w/792.htm (Diunduh 15 Maret 2016).
load/2594/1359.htm (Diunduh tanggal Ricketts, J.C., Rudd. R. (2004). Critical
17 Maret 2016). Thinking Skills of FFA Leaders. Journal
Liu, Min., et al. (2014). Creating a Multimedia of Southern Agricultural Education
Enhanced Problem-Based Learning Research 7. 54, (1), 2004. (Online).
Environment for Middle School Science: http://www.jsaer.org/pdf/Vol54/54-01-
Voices from the Developers. 007.pdf. 28/05/2017.
Interdisciplinary Journal of Problem- Roberto, R & Adamkalievich, O.S. (2014).
Based Learning. Vol 8/Issue Animated Classroom Demonstration
1/http://dx.doi.org/10.7771/1541- Tools For Physics Classes as an
5015.1422. Innovation for Improving Education
Lou, S.J., Lin, H.C., Shih, R.C., & Tseng, K. Quality in Remote Schools of
(2012). Improving the effectiveness of Kyrgyzstan. International Scientific e-
organic chemistry experiments through Journal.
multimedia teaching materials for junior Santoso, S. 2015. Menguasai Statistik
high school student. The Turkish Online Parametrik, Konsep dan Aplikasi
Journal of Educational Technology. dengan SPSS. Jakarta: Gramedia.
11(2), 135-141. Soule, H. (2011). P21 Common Core Toolkit:
Mahanal, S. (2012). Strategi Pembelajaran AGuide to Aligning the Common Core
Biologi, Gender, dan Pengaruhnya State Standards with the Framework
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. for21st Century Skills. Washington, DC:
Prosiding Seminar Nasional Biologi, Vol The Partnership for 21st CenturySkills.
9, No Sudarman. (2007). Problem Based Learning:
1,jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbi Suatu Model Pembelajaran untuk
o/article/view/1040. Mengembangkan dan Meningkatkan
Minarni, A. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah.
Berbasis Masalah Terhadap Jurnal Pendidikan Inovatif, 2(1):68-73.
Kemampuan Pemahaman Matematis Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi ke-6.
dan Keterampilan Sosial Siswa SMP Bandung: Tarsito.
Negeri di Kota Bandung. Jurnal Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (137)
Pratiwi Oktaviani, Hartono, Putut Marwoto

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Malaysian University. Tojet: The


Alfabeta. Turkish Online Journal of Educational
Suparmadi, D. (2006). Edukasi elektronik (ed- Technology, Vol 13 issue 2.
nik) for teaching IPA 7-8-9 SMP.(CD- Turmuzi, A. (2015). Mengajarkan
ROM). www.ednik.com. Keterampilan Berpikir Kritis pada
Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Siswa. Diperoleh
Fisika. Konstruktivistik & http://www.kompasiana.com/turmuzi.
Menyenangkan. Yogyakarta: ahmad/mengajarkan-keterampilan-
Universitas Sanata Dharma. berpikir-kritis-
Stobaugh, R. (2013). Assessing Critical padasiswa_55285113f17e6189b8b4581
Thinking in Middle and High Schools: (Diunduh 6 Juli 2017).
Meeting the Common Core.First Wardhani, K. (2012). Pembelajaran Fisika
published by Eye on Education. New dengan Model Problem Based Learning
York: Routledge Taylor & Francis Menggunakan Multimedia dan Modul
Group, London. Ditinjau dari Kemampuan Berpikir
Syarifudin, S. & Irianto, J.D. (2009). Abstrak dan Kemampuan Verbal Siswa.
Multimedia Interaktif-Belajar Mandiri Jurnal Inkuiri, 1(2):163-169.
Fisika Kelas 7.(CD-ROM). Wibawanto, H. (2000). Media Pembelajaran
www.indonesia-digital-edutaiment.com Berbasis Teknologi Word Wide Web
Theng Leow, F., dan Neo, M. (2014). Lembaran Ilmu Pendidikan UNNES.
Interactive Multimedia Learning: Semarang: UNNES.
Innovating Classroom Education in a

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)

Anda mungkin juga menyukai