Anda di halaman 1dari 2

Reformulasi berarti memformat ulang terhadap keadaan (atau apapun) yang ada, karena ia jauh dari ideal.

Seperti Gerakan Mahasiswa (GM) sekarang, tak seperti apa yang ideal. Hal ini disebabkan terlalu banyak penyakit
yang menjangkiti GM. Oleh karenanya, dibutuhkan Reformulasi.
Dalam rangka reformulasi tersebut yang paling diperlukan pertama adalah mendiagnosis penyakit-penyakit
yang ada dan mencari penyebab timbulnya penyakit itu. Lalu, mencari treatment yang paling tepat untuk
menangani penyakit tersebut.
Pasca Reformasi, GM terindikasi sangat menurun, baik kuantitas maupun (apalagi) kualitas. Tentu secara
garis kasar ada dua faktor, internal dan eksternal. Tapi dua faktor tersebut sifatnya saling berkaitan sehingga jadi
ruwet, terlalu susah membahas secara dikotomis. Oleh karenanya, pembahasan di sini lebih secara general.
Pertama, GM sekarang mulai kehilangan roh gerakan. Agent of Change, Agent of Social Control yang
didengung-dengungkan ketika OSPEK, tinggal jargon mati yang tak punya makna apa-apa. Mahasiswa lebih sibuk
merelakan diri diperbudak sistem. Demi meraih IP yang tinggi. Karena dalam mindset kolektif mahasiswa
sekarang, mereka yang ber-IP rendah pasti akan kesulitan mencari pekerjaan setelah lulus nanti.
Kedua, akibat dari kaburnya roh gerakan itu imunisasi atau kekebalan gerakan mahasiswa menjadi sangat
lemah. Hal ini terbukti bahwa GM tak lagi mampu membendung kebijakan-kebijakan represif dari birokrasi
pendidikan. Apalagi banyak senior mereka yang menjadi birokrat itu sendiri. Lebih apalagi mereka masih menyusu
dari para seniornya tersebut, sehingga idealisme GM akan lembek. Bagaimanapun, dana yang terkucur harus
diiringi dengan kepatuhan terhadap yang mengucuri.
Ketiga, sebagai imbasnya, GM mengalami disorentasi, atau pergeseran orientasi. GM yang dulunya getol
memperjuangkan keadilan, meneriakkan ketertindasan, kini yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang tidak
bermutu. Semisal hanya makrab-makraban, seminar-seminar tanpa follow up, rame-rame ngopi dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan yang harusnya hanya jadi selingan itu kini jadi kegiatan utama. Hal ini disebabkan pola fikir
mereka yang gak mutu. Dan pola fikir itu dibentuk oleh sistem dan kebijakan represif yang meninabobokkan tadi
yang tak bisa dibendung.
Keempat, karena pola fikir yang gak mutu tadi, GM semakin sibuk dengan dirinya sendiri. Demi
mempertahankan eksistensi, tiap golongan dari GM berlomba ingin menjadi yang paling eksis diantara yang lain.
Sektarianisme pun merebak. Tiap aksi apapun, baik seminar ataupun demonstrasi, bendera dari golongan harus
berkibar lebar-lebar. Semacam narsisme golongan. Mungkin hal ini wajar terjadi, karena saat ini sedang marak-
maraknya politik pencitraan. Sebuah perjuangan yang tak bisa disebut ikhlas.
Kelima, sektarianisme itu menimbulkan persaingan ketat antar golongan dalam GM. Persaingan memang
dibutuhkan, tapi persaingan yang tidak sehat akan memperpuruk tiap komponen yang bersaing. Dan itulah yang
terjadi dalam GM. Tiap golongan, berusaha agar hanya golongannya yang paling eksis. Jika eksistensi itu tidak
diperolehnya melalui peningkatan kualitas, maka yang dilakukan adalah menyingkirkan golongan lain. Apapun
caranya. Misalnya dalam Pemilwa, golongan incumbent akan selalu mencari cara untuk mempertahankan status
quo-nya. Karena kekuasaan itu enak dan memabukkan.
Persaingan yang tidak sehat tersebut tentu akan melemahkan GM itu sendiri dalam menghadapi kebijakan
represif. Karena konflik yang terjadi harusnya vertical, GM vis a vis Birokrat (Kalau dulu Pemerintah), menjadi
konflik horizontal yang berkepanjangan. Dan konflik itu tak jarang berujuang kekerasan fisik. Sungguh
disayangkan.
Reformulasi
Reformulasi harus segera dilakukan sebelum ajal menjemput GM, karena GM sudah sekarat. Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah penyadaran, atau pengembalian roh gerakan yang hilang tadi. Tiap insan
yang menjadi anggota GM, harus sadar dulu atas fungsinya. Jargon Agent of Change dan Agent of Social Control,
mungkin sudah basi dan harus diganti, agar lebih segar. Misalnya menjadi Agen Penyadaran, Agen Pendorong
Keadilan Sosial, atau apapun. Itu jika diperlukan. Jika tidak, ya tidak apa-apa. Asalkan roh yang hilang tadi harus
kembali.
Kedua, mengubah mindset kolektif yang terlanjur melekat bahwa mahasiswa harus merelakan diri
diperbudak sistem. Tentu ini sangat diperlukan agar nuansa “perlawanan” dan jiwa pemuda itu masih ada.
Ketiga, sektarianisme harus ditebas habis. Tujuannya agar GM belajar ikhlas dalam berjuang. Seperti apa
yang dicontohkan para pendahulu, para founding father negeri ini semisal Tan Malaka dan lainnya. Menghabisi
sektarianisme bukan berarti meniadakan identitas. Dua hal yang harus kita bedakan sejak dini.
Keempat, orientasi GM harus diarahkan pada isu-isu sosial, bukan isu-isu politik atau Senayan-an. GM
lebih baik diarahkan pada pembelaan PKL yang digusur, petani-petani yang ditembaki atau dirampas tanahnya,
para buruh yang disulap menjadi sapi perah dan sebagainya. Atau bagi aktivis environmentalis misalnya bisa
mengkampanyekan penanaman pohon, pemberian teladan bagi masyarakat dalam agenda pembersihan sungai dari
sampah-sampah, dan seterusnya.
Sengaja saya tidak mencantumkan keharusan adanya Leader yang ideal yang bisa merubah segalanya seperti
konsep para tokoh-tokoh. Sebab, pemimpin lahir dari situasi. Dan situasi yang menjadi prakondisi atas kelahiran
kepemimpinan yang ideal itulah yang harus kita persiapkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Contoh Biogrfi
    Contoh Biogrfi
    Dokumen2 halaman
    Contoh Biogrfi
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat
  • Fungsionaris
    Fungsionaris
    Dokumen2 halaman
    Fungsionaris
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat
  • Belajar (LAST)
    Belajar (LAST)
    Dokumen2 halaman
    Belajar (LAST)
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat
  • Reformulasi
    Reformulasi
    Dokumen4 halaman
    Reformulasi
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat
  • Sarpras
    Sarpras
    Dokumen1 halaman
    Sarpras
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat
  • Primordial
    Primordial
    Dokumen2 halaman
    Primordial
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat
  • Opini
    Opini
    Dokumen2 halaman
    Opini
    Puspita sari303
    Belum ada peringkat